Apa tugas dan tujuan asas pemikiran dalam logika

ASAS PEMIKIRAN DALAM LOGIKA


asas pemikiran merupakan pengetahuan  dimana pengetahuan  lain muncul dan di  mengerti. kapasitas asas ini bagi kelurusan  berpikir yang mutlak dan salah benarnya suatu pemikiran tergantung terlaksana tidaknya asas asas  ini,dan dasar daripada pengetahuan dan ilmu.
asas  sebagaimana kita ketahui adalah pangkal atau asal dimana sesuatu itu muncul dan dimengerti. asas pemikiran ini ada tiga dari Aristoteles dan ditambah satu dari Leionis sebagai berikut:
  1. Asas identitas (principium identitasi = qanun zatiyah) 
dasar dari semua pemikiran dan bahkan asas pemikiran yang lain. kita tidak mungkin dapat berpikir tanpa asas ini. prinsip inimengatakan bahwa sesuatu itu adalah dia sendiri bukan yang lainnya. contoh: gula itu rasanya manis, bukan asin atau asa. jadi proposisi itu menyatakan memang pada dasarnya  gula itu rasanya manis, bukan asin ataupun asam.
      2. Asas kontradiksi (principium contradictoris = qanun tanaqud)
dasar atau pernyataan dari prinsip ini mengatakan bahwa pengingkaran sesuatu tidak mungkin sama dengan pengakuannya. Contoh: itu adalah kursi yang terbuat dari kayu dan meja juga terbuat dari kayu, penyataan itu tidak dapat disamakan karena kegunaannya berbeda.
      3. Asas penolakan kemungkinan ketiga (principium exclusi tertii = qanun imtina)
asas ini mengatakan bahwa bahwa antara pengakuan dan pengingkaran kebenaran terletak pada salah satunya. Contoh: jika terdapat dua pendapat yang bertentangan, seperti contoh pada asas ke dua, maka di samping keduanya tidak mungkin semua benar juga tidak mungkin keduanya salah, maka tidak mungkin pula pada pendapat yang ketiga.
      4. Asas cukup alasan (principium rationis sufficientis)
menurut asas ini adanya sesuatu itu pastilah mempunyai alasan yang cukup, demikian juga jika ada perubahan pada keadaan sesuatu. dengan kata lain bahwa dialam ini tak  mungkin ada yang terjadi dengan tiba-tiba tanpa alasan yang cukup. 
 
 
 
 
 

Apa tugas dan tujuan asas pemikiran dalam logika

LOGIKA BERPIKIR DALAM ISLAM

Apa tugas dan tujuan asas pemikiran dalam logika

Dongeng Manajemen: Logika Berpikir, Beda Dengan Logika Bahasa

Apa tugas dan tujuan asas pemikiran dalam logika

KETERKAITAN BAHASA DAN LOGIKA DALAM BERPIKIR KRITIS

Apa tugas dan tujuan asas pemikiran dalam logika

Keterampilan Berpikir Kritis dengan Prinsip Logika

Apa tugas dan tujuan asas pemikiran dalam logika

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LOGIKA BERPIKIR. A. Laporan Keuangan

AZAZ-AZAZ BERPIKIR (QONUN) DALAM LOGIKA

Makalah

Disusun guna memenuhi Tugas

Mata Kuliah Logika

Dosen: Rochanah, M.Pd.I

Disusun oleh:

Muhammad Nur Habib                     (1410110544)

Rizki Armando                                 (1410110545)

M. Abdul Aziz                                  (1410110550)

 

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS

TARBIYAH / PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

 TAHUN 2015

BAB I

PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah

Logika adalah ilmu dan kecakapan menalar, berpikir dengan tepat.

Sasaran dalam bidang logika yaitu kegiatan pikiran atau akal budi manusia. Dengan berpikir dimaksutkan kegiatan akal untuk “mengolah” pengetahuan yang telah kita terima melalui panca indra, dan ditunjukkan untuk mencapai kebenaran.

Jadi, dengan istilah “berpikir” di tunjukkan suatu bentuk kegiatan akal yang khas dan terarah.

“Melamun” tidaklah sama dengan berpikir, demikian pula merasakan, pekerjaan panca indra (melihat, mendengar, dan sebagainya), dan kegiatan ingatan dan khayalan, meskipun ini semua penting sekali untuk dapat berpikir. Tetapi berpikir juga dapat berarti kegiatan kenyataan yang menggerakkan pikiran.

Dengan kata-kata yang lebih sederhana dapat dikatakan berpikir adalah “ bicara dengan dirinya sendiri didalam batin”. Mempertimbangkan, merenungkan, menganalisis, membuktikan sesuatu, menunjukkan alasan-alasan, menarik kesimpulan, meneliti suatu jalan pikiran, mencari berbagai hal yang berhubugan satu sama lain, mengapa atau untuk apa sesuatu terjadi, serta membahas suatu realitas.

B.       Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang diatas, maka pemakalah merumuskan beberapa masalahdiantaranya yaitu:

1.      Apa arti pikiran?

2.    Ada berapa macam – macam pemikiran?

3.      Apa sajakah asas-asas pikiran?

BAB II

PEMBAHASAN

1.      Arti Pikiran

Kita sudah menyebutkan sebelum ini, logika adalah ilmu yang mempelajari hukum-hukum, patokan-patokan dan rumus-rumus berpikir, karena itu kita hendaklah berhati-hati dalam melihat persimpangannya dengan logika. Logika tidak mempelajari cara berpikir dari semua ragamnya, tetapi pemikiran dalam bentuk yang paling sehat dan praktis. Banyak jalan pemikiran kita dipengaruhi oleh keyakinan, pola pikir kelompok, kecenderungan pribadi, pergaulan dan sugesti. Juga banyak pemikiran yang diungkapkan sebagai luapan emosi seperti caci maki, kata pujian atau pernyataan keheranan dan kekaguman. Ada juga pemikiran yang diungkapkan dengan argumen yang secara lintas kelihatan benar untuk memutar balikkan kenyataan dengan tujuan memperoleh keuntungan pribadi maupun golongan.

Logika menyelidiki, menyaring dan menilai pemikiran dengan cara serius dan terpelajar serta bertujuan mendapatkan kebenaran, terlepas dari segala kepentingan dan keinginan perorangan.ia merumuskan serta menerapkan hukum-hukum dan patokan-patokan yang harus ditaati agar manusia dapat berpikir benar, efisien dan teratur. Dengan demikian ada dua objek penyelidikan logika pertama, pmikiran sebagai obyek material dan keduapatokan-patokan atau hukum-hukum berpikir benar sebagai obyek formalnya.

Segala sesuatu yang ada senantiasa memiliki materi dan bentuk. Aristoteles menyebut materi itu dengan kata hyle dan bentuk dengan kata eidos atau morphe. Materi yang sama atau satu materi, dapat memiliki banyak bentuk yang berbeda-beda. Misalnya, kayu sebagai materi dapat dibuat menjadi bentuk patung, atau dapat dibuat menjadi bentuk meja, kursi, tiang, dan pintu. Dapat pula bentuknya sama tetapi materinya berbeda. Misalnya, tiga buah patung kuda serupa, tetapi yang satu materinya dari kayu, yang kedua materinya tanah liat, sedangkan yang ketiga materinya dari batu. Dengan demikian, jelas bahwa materi harus senantiasa memiliki bentuk, dan tidak mungkin ada bentuk tanpa materi.

Pikiran yang digunakan dalam penalaran dan yang diungkapkan lewat bahasa juga memiliki materi dan bentuk. Contohnya, kalau kita mengatakan bundar, materinya ialah isi dan arti kata itu sendiri, sedangkan bentuknya adalah positif. Akan tetapi, jika kita mengatakan tidak bundar, bentuknya adalah negatif.

2.      Macam – Macam Pemikiran

Bergerak proposisi ke proposisi yang lain itu ada dua macam, yakni tanpa atau dengan pertolongan proposisi ke tiga. Hal ini bila pemikiran kita ambil dalam arti yang luas maka para logisi juga biasa membuat perbedaan antara pemikiran langsung dan pemikiran tidak langsung. Tetapi dalam pemikiran lansung sebenarnya tidak terdapat pergerakan maju, sebab yang terdapat di dalamnya adalah dua hal yang berbeda dalam mengatakan hal yang sama. Jadi “proposi lain“ dalam pemikoiran langsung sebenarnya tidak ada. Maka pemikiran langsung oada hakikatnya tidak dapat disebut pemikiran dalam arti sebenarnya.

Ada dua macam pemikiran yang kita temukan yaitu:

a.       Pemikiran langsung

Pemikiran yang hanya menggunakan satu pangkal pikir atau langsung disimpulkan. Asas pemikiran ini pada ilmu logika banyak dibicarakan pada konversi, inversi, kontraposisi dalam keputusan.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering membuat pemikiran seperti itu. Jadi apabila saja tahu bahwa sudartini pada tanggal 17 agustus 1965 berada dijakarta, saya segera dapat berkesimpulan bahwa sudartini pada tanggal 17 agustus tidak berada di bandung.

b.      Pemikiran tidak langsung

Pemikiran tidak langsung adalah pemikiran yang mempergunakan lebih dari satu pangkal piker, jadi berarti pemikiran yang mempergunakan banyak keputusan atau minimal lebih dari satu keputusan untuk menetapkan kesimpulan. Misalnya pemikiran yang terjadi melalui jalan induksi, deduksi dan silogisme.

Seperti telah kita ketahui, kita membagi pemikiran tidak langsung kedalam tiga bagian: deduksi, induksi, dan argument komulatif. Prinsip pembagiannya didasarkan pada kuantitas term-term yang diperbandingkan. Deduksi bergerak dari yang umum kehal yang khusus (atau paling sedikit padahal yang kurang umum) induksi bergerak dari yang khusus ke yang umum, sedangkan argument komulatif bergerak dari yang khusus ke yang khusus.

3.      Asas-Asas Pemikiran

Pikiran adalah benda kodrat, maka berlaku juga hukum-hukum yang menikat semua benda kodrat, semua ada khusus (semua beings). Hukum-hukum tadi adalah pangkalan yang tidak boleh dan tidak dapat diabaikan. Apabila orang mengabaikannya, hanya kekacauanlah yang akan didapat. Prinsip-prinsip ini juga disebut asas-asas formal karena merupakan prinsip-prinsip yang menjamin terlaksananya proses pemikiran dengan benar.

Asas sebagaimana kita ketahui adalah pangkal atau asal darimana sesuatu itu muncul dan dimenger initi. Maka “asas pemikiran” adalah pengetahuan dimana pengetahuan lain muncul dan dimengerti. Kapasitas asas ini bagi kelurusan berpikir adalah mutlak, dan salah benarnya suatu pemikiran tergantung terlaksana tidaknya asas-asas ini. Ia adalah dasar daripada pengetahuan dan ilmu. Asas pemikiran ini dapat dibedakan menjadi 3 yaitu:

1.      Asas identitas (principium identitatis = qanun zatiyah)

Ia adalah dasar dari semua pemikiran dan bahkan asas pemikiran yang lain. Kita tidak mungkin dapat berpikir tanpa asa ini. Prinsip ini mengatakan bahwa sesuatu itu adalah dia sendiri bukan lainnya. Jika kita mengakui bahwa sesuatu itu Z maka ia adalah Z bukan A, B atau C. bila kita beri perumusan akan berbunyi: “bila proposi itu benar maka benarlah ia”.

Prinsip ini langsung, analitis, dan jelas dengan sendirinya. Artinya prinsip ini tidak membutuhkan pembuktian.

Inti prinsip ini sama dengan prinsip pembatalan (pprincipium conkraditionis) yang masih akan kita bicarakan, hanya berbeda dalam penggunaanya. Prinsip ini banyak menunjuk pada segi positif dari kenyataan yang sama, yang juga di tunjuk oleh prinsip pembatalan.

2.      Asas Kontradiksi (principium contradictoris = qanun tanaqud)

Prinsip ini mengatakan bahwa pengingkaran sesuatu tidak mungkin sama dengan pengakuannya. Jika mengakui bahwa sesuatu itu bukan A maka tidak mungkin pada saat itu ia adalah A, sebab realitas ini hanya satu sebagaimana disebut oleh asas identitas. Dengan kata lain: dua kenyataan yang kontradiktoris tidak mungkin bersama-sama secara simultan. Jika hendak kita rumuskan, akan berbunyi: “Tidak proposisi yang sekaligus benar dan salah”.

Prinsip ini rumusan negative dari prinsip identitas. Prinsif pembatalan juga langsung analitis, dan jelas dengan sendirinya sifatnya. Kita tidak membutuhkan term hegpembandingan (terminus medius, term penengah) untuk membuktikannya. Cukup hanya mengerti akan arti ada dan tidak ada yang sebenarnya dan kemudian membandingkannya.

Hegel menolak prinsip pembatalan. Tetapi sebenarnya hal itu terjadi kerena ia salah mengerti term-termnya. Menurut hegel setiap perbedaan adalah kontradiksi. Suatu hal yang sama dapat mempunyai predikat (sebutan) yang berbeda, tidak saja secara berturut-turut, tetapi dapat juga secara simultan (bersamaan). Misalnya: gula putih dan manis, mahasiswi cantik dan tolol. Tetapi sebenarnya orang yang waras tidak akan mengatakan bahwa kalimat-kalimat diatas itu mengandung kontradiksi, atau predikat yang satu membatalkan predikat yang lain. Tentu saja orang bisa mengatakan: cantik adalah tidak tolol; jadi mahasiswi tidak tolol dan tolol. Tetapi jelas sekali bahwa itu adalah bentuk kesesatan pikiran (fallacy). Cantik dan tolol menunjukkan dua aspek yang berlainan.

Dalam logika prinsip ini berarti: taatilah prinsip identitas dengan jauhilah kontradiksi, yakni jauhilah hal-hal yang berlawanan asas. Sesuatu yang diakui tidak boleh dibatalkan begitu saja. Janganlah orang membatalkan pernyataannya sendiri. Apabila orang mengakui sesuatu, jangan kemudian menyimpulkan sesuatu yang berlawanan asas dengan apa yang diakui tadi.

3.      Asas penolakan kemungkinan ketiga (principium exclusi tertii = qanun imtina’)

Asas ini mengatakan bahwa antara pengakuan dan pengingkaran merupakan pertentangan mutlak. Bila pernyataan dalam bentuk positifnya salah berarti ia memungkiri realitasnya, atau dengan kata lain realitas ini bertentangan dengan pernyataannya. Dengan begitu maka pernyataan berbentuk ingkarlah yang benar, karena ia sesuai dengan realitasnya. Pernyataan kontradiktoris kebenarannya terdapat pada salah satunya (tidak memerlukan kemungkinan ketiga). Jika kita rumuskan, akan berbunyi “Suatu proposisi selalu dalam keadaan benar atau salah”.

      Pikiran manusia diciptakan untuk kebenaran. Pikiran kita diciptakan sedemikian rupa sehingga dengan mudah dan cepat dapat melihat kebenaran prinsip-prinsip tersebut, terutama prinsip pembatalan. Seorang anak kecilpun akan tercengan dan memandan anda apabila Anda mengucapkan dua pendapat berturu-turut, dan pendapat-pendapat ini berlawanan asas. Anak tersebut belum pernah mendengar prinsip pembatalan, tetapi pikirannya sudah dikrodatkan sanggup menangkap kontradiksi tersebut.

Orang-orang dewasa menganggap sebagai hal yang memalukan apabila seseorang terperosok dalam kontradiksi. Seseorang yang berturut-turut mengucap dua hal yang berlawanan, akan dicap sebagai orang berpenyakit jiwa. Banyak orang yang perlu diselidiki dan dirawat para ahli ilmu jiwa karna ucapan-ucapannya saling bertentangan! Mungkin ucapan sekarang yang bertentangan dengan ucapan-ucapannya terdahulu merupakan usaha penyelamatan muka atau penyelamatan diri, tetapi sama saja karena hal itu sebenarnya merupakan petunjuk adanya jiwa yang kurang waras! Para wartawan, misalnya mungkin dapat dimaafkan karena mereka harus menulis cepat sehingga tidak tahu atau tidak ingat lagi apa yang dikatakan kemarin. Tetapi hal ini tetap merupakan cacat yang harus dihindari. Akan tetapi, banyak juga tulisan yang menyatakan diri sebagai tulisan serius, juga mengerjakan hal yang sama. Suatu pertanda munculnya zaman yang baru yaitu zaman skeptisisme (tidak ada kebenaran formal).



BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

a.       Logika menyelidiki, menyaring dan menilai pemikiran dengan cara serius dan terpelajar serta bertujuan mendapatkan kebenaran, terlepas dari segala kepentingan dan keinginan perorangan.

b.      Macam – macam pemikiran ada dua yaitu :

-          Pemikiran langsung : pemikiran yang hanya menggunakan satu pangkal atau langsung di simpulkan.

-          Pemikiran tidak langsung: pemikiran yang mempergunakan banyak cara dan putusan untuk menetapkan suatu keputusan.

c.       Azaz – azaz pemikiran dalam logika dapat dibedakan menjadi tiga :

-          Azaz identitas.

-          Azaz kontradiksi.

-          Azaz penolakan kemungkinan ke tiga.

B.     Saran

Setelah kita mempelajari tentang azaz – azaz berfikir dalam logika diharapkan kita dapat menjadi insan yang lebih baik  dengan berpikir  bijak dan benar dalam mengambil atau menetapkan suatu keputusan.



DAFTAR PUSTAKA

Poespoprodjo, W. 1999. Logika Scientifica. Bandung: Pustaka Grafika.

Mundiri. 2000. Logika. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Jan Hendrik Rapar. 1996. Pengantar Logika. Kanisius.

.