"Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta"Kalimat ini cukup familiar di kalangan Umat Buddha, selalu diucapkan di berbagai kesempatan, khususnya pada saat mengakhiri meditasi maupun mengkahiri khotbah Dhamma. Show Memiliki makna "Semoga Seluruh Mahluk Hidup Berbahagia," kalimat ini seolah-olah sudah menjadi mantranya umat Buddha. Namun banyak yang tidak mengetahui, dari sekitar 10.000 Sutta Pitaka, kalimat ini hanya ditemukan pada satu sutta saja, yaitu Karaniyametta Sutta, beserta kitab komentarnya. Jika memang demikian adanya, mengapa kalimat ini menjadi sangat penting? Mari kita mulai dengan membahas arti dari kalimat ini sendiri.
Kalimat "Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta" diterjemahkan sebagai "Semoga semua makhluk hidup berbahagia." Kalau dianalisis kata per katanya menjadi seperti berikut: Sabbe: SemuaSatta: MakhlukBhavantu: Semoga menjadiSukhitatta: Bahagia dalam diriSemua mahluk pada sutta ini, tidak terbatas pada manusia saja, tetapi juga binatang dan semua mahluk hidup. Baik yang tampak maupun tidak, terlahir maupun belum terlahir, kasar maupun halus, yang goyah dan kokoh, yang ada maupun tiada yang mengacu kepada obyek yang luas. Nah, setiap ajaran agama pasti mengajari cinta kasih kepada sesama umat manusia, namun nampak bahwa ajaran cinta kasih dari agama Buddha memiliki jangkauan yang lebih luas. Salah atau benar, kita kembalikan kepada individu masing-masing, yang pasti, jelas adanya bahwa kalimat ini sungguh sangat berarti bagi penganut agama Buddha.
Untuk menjelaskan hal ini, penulis akan memberikan sedikit cerita sederhana yang diharapkan dapat memudahkan pemahaman terhadap cinta kasih kepada sesama mahluk hidup. Suatu saat, seorang tamu sedang berkunjung ke sebuah vihara. Di ruang tamu, ada seorang Bhikkhu dengan beberapa umat lainnya. Di ruang tersebut, terdapat banyak semut. Bhikkhu itu kemudian meminta agar semut-semut tersebut disapu agar sang tamu merasa nyaman dan juga agar tamu tersebut tidak membunuh semut-semut tersebut. Para umat mulai mengikuti permintaan sang Bhikkhu dengan menyapu semut. Menyapu semut yang berkeliaran tidaklah mudah, memerlukan beberapa saat agar benar-benar bersih. Merasa kasihan dan juga sedikit terganggu, sang tamu pun berkata "Bunuh saja semutnya, biar kita semua tidak susah." Sang tamu yang memahami sedikit pemahaman mengenai mencintai kehidupan pun kemudian berpendapat bahwa semut itu menganggu ketentraman, kebersihan, dan juga kenyamanan hidup. Dengan demikian, maka membunuh semut juga sama dengan mencintai kehidupan. Sang Bhikkhu yang mendengar ucapan tamu, kemudian ikut nimbrung. "Anda boleh mencintai kehidupan anda, namun apakah dengan mencintai kehidupan sendiri, anda harus membunuh mahluk lain?" "Dengan tidak membunuh makhluk lain, sesungguhnya Anda bisa mencintai kehidupan anda, seperti makhluk-makhluk itu yang juga mencintai kehidupannya sendiri. Anda juga tidak ingin dibunuh, ketika mahluk lain menganggap anda berbahaya. Apakah hal itu yang Anda inginkan?"
Lihat Humaniora Selengkapnya Beri Komentar Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar! Video PilihanSesuai Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata "amin" diartikan sebagai "terimalah", "kabulkanlah", atau "demikianlah hendaknya". Kata "amin" biasanya diucapkan sewaktu berdoa atau sesudah berdoa. Di kalangan buddhis (pemeluk agama Buddha), seringkali digunakan kata "sadhu" sebagai penutup doa atau di akhir pembacaan (rangkaian) paritta. Kata "sadhu" juga umum diucapkan setelah pengucapan "Sabbe satta bhavantu sukhitatta" (semoga semua makhluk hidup berbahagia) setelah selesai meditasi atau puja bakti. Dalam berbagai kesempatan tersebut, kata "sadhu" biasanya diucapkan sebanyak tiga kali ("sadhu, sadhu, sadhu"). Salah satu tujuannya kemungkinan adalah untuk penegasan. Tiga kali pengulangan dalam agama Buddha merupakan sesuatu yang lazim. Hal ini sejalan dengan TIGA permata (Tiratana/Triratna) sesuai ajaran Buddha, yakni Buddha, Dhamma, dan Sangha. Banyak orang yang mengira atau mengartikan kata "sadhu" sebagai pengganti yang setara dengan kata "amin", sebagaimana yang digunakan oleh pemeluk agama-agama lain. Yang terpikir oleh mereka, dalam hal ini kata "sadhu" berarti "semoga" atau "semogalah" atau "semoga demikianlah adanya". Padahal pemikiran ini tidaklah tepat. Kata "sadhu" berasal dari bahasa Pali. Kata "sadhu" sesungguhnya berarti "baik, sungguh baik, perbuatan baik". Kata "sadhu" juga bisa berarti "iya, baiklah, benar" yang mengandung makna persetujuan. Kata "sadhu" yang berarti "baik" dapat ditemukan dalam kalimat-kalimat berikut:
Adapun kata "sadhu" yang berarti "sungguh baik" seperti dalam kalimat-kalimat berikut:
Apa arti dari kata Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta?Sabbe satta bhavantu sukhitatta. Semoga Semua Makhluk Berbahagia. Hari Raya Waisak disebut juga Trisuci Waisak karena menggambarkan tiga peristiwa penting bagi umat Buddha.
Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta agama apa?Kalimat sabbe satta bhavantu sukhitatta dalam ajaran Buddha bermakna semoga semua makhluk berbahagia. Hal ini menunjukkan bahwa dalam ajaran Buddha setiap umat manusia berhak atas kebaikan yang bersifat universal.
Apa itu Sabbe?PORTAL PURWOKERTO - Arti Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta merupakan sebuah doa yang indah. Pada perayaan Hari Raya Waisak 2566 BE pada tahun 2022 akhirnya ucapan yang berupa doa ini kembali mengudara. Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta memiliki arti semoga semua makhluk berbahagia.
|