Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya

Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya

Lukisan detail St. Agustinus di sebuah jendela kaca hias karya Louis Comfort Tiffany di Museum Lightner, St. Agustine, Florida, Amerika Serikat.

Show

Etika Kristen (Yunani: ethos, artiannya norma budaya, hukum budaya) adalah sebuah cabang ilmu teologi yang memajukan persoalan tentang apa yang patut dari sudut pandang kekristenan.[1] Apabila diamati dari sudut pandang Hukum Taurat dan Injil, maka etika Kristen adalah segala sesuatu yang dikehendaki oleh Allah dan itulah yang patut.[1] Dengan demikian, maka etika Kristen merupakan satu aksi yang bila diukur secara moral patut.[2] Saat ini, permasalahan yang dihadapi etika Kristen ialah keinginan Allah dari manusia yang diciptakan menurut gambarNya, serta sikap manusia terhadap keinginan Allah itu.[1]

Etika Perjanjian Lama

Titik tolok etika Perjanjian Lama adalah anugerah Allah terhadap umatnya dan tuntutan perintahnya yang terikat pada aksinya demi keselamatan umat manusia.[3] Oleh karena itu, bentuk etika Perjanjian Lama berkisar pada aksi Allah dalam sejarah umatnya dan juga yang menuntut respon yang serasi.[3] Hal ini juga menyebabkan pemikiran etika Perjanjian Lama bersesuaian dengan sebuah etika yang dinamakan etika teonom yang berdasarkan hubungan selang Allah dan umatnya.[3] Sesuai dengan pemikiran ini, maka dasar etika Perjanjian Lama bisa disoroti dari empat sisi.[3] Pertama, menanggapi tingkah laku Allah dimana bangsa Israel harus memiliki dorongan untuk mengarah pada akhlak etis dalam bentuk tanggapan akan tindakan-tindakan Allah dalam sejarah kehidupan mereka.[3] Kedua, mengikuti teladan Allah, dimana bangsa Israel harus untuk memperlihatkan sifat Allah menempuh akhlak mereka.[3] Ketiga, hidup dibawah pemerintahan Allah, maksudnya adalah kedaulatan dan kewibawaan Allah sebagai Raja ilahi yang karenanya manusia harus tunduk sebagai makhluk ciptaan dan abdi.[3] Keempat adalah menaati perintah Allah.[3]

Anugerah Allah Dalam Penciptaan

Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya

"Kejatuhan Manusia" oleh Lucas Cranach, cerminan Taman Eden oleh seorang Jerman dari masa zaman ke-16

Etika Perjanjian Lama pada dasarnya tidak bisa terlepas dari moralitas manusia pertama.[4] Manusia diciptakan Allah sebagai makhluk yang istimewa, yaitu sebagai gambar Allah, dalam bahasa Ibrani dinamakan tselem dan dalam bahasa Latin dinamakan Imago Dei.[4] Tidak hanya itu saja, manusia yang diciptakan Allah juga memiliki kecocokan moral dengan Allah yang maha suci, hal itu terjadi pada waktu Adam dan Hawa belum jatuh ke dalam dosa.[4] Manusia yang telah diciptakan Allah selanjutnya merupakan makhluk moral yang diberi kemampuan memilih apa yang akan dimainkannya, apakah akan mematuhi perintah-perintah Allah atau malah menentangnya.[4] Hal ini terjadi karena manusia adalah pribadi lepas sama sekali yang juga memiliki keinginan lepas sama sekali.[4] Namun, keinginan lepas sama sekali haruslah diikuti dengan tanggung jawab.[4] Pada waktu Adam dan Hawa telah diciptakan, Allah memberikan sebuah perintah untuk Adam yaitu berupa larangan untuk memetik dan memakan buah dari pohon ilmu yang patut dan yang jahat yang berada dalam taman Eden.[4] Namun, perintah dari Allah tidak dihiraukan oleh Adam dan Hawa dan mereka mengambil sebuah keputusan etis yaitu dengan memetik dan memakan buah tersebut.[4] Ketika Allah mengetahui tingkah laku tersebut benar sebuah aksi yang dimainkan oleh Allah dan hal ini merupakan ethos Allah (ethos:sikap dasar dalam berbuat sesuatu).[4] Aksi Allah ini merupakan inisiatif dari Allah sendiri yang mencerminkan sikap kasihNya pada manusia, terdapat dua hal yang dimainkan Allah:

  1. Ketika manusia pertama jatuh ke dalam dosa yang kemudian telanjang dan merasa noda dan bersembunyi di selang pohon-pohon dalam taman, Allah mencarinya dan bertambah dulu menyapanya, dimanakah engkau?(Kej 3:9).[4]
  2. Untuk menutupi ketelanjangan manusia, Allah membuatkan pakaian dari kulit hewan, lalu mengenakannya pada kedua manusia berdosa,Adam dan istrinya Hawa (Kej 3:21).[4]

Ethos yang ditunjukkan Allah telah menunjukkan bahwa Allah ingin merendahkan diriNya dan memperlihatkan sikap kasihnya untuk manusia berdosa.[4] Namun, sikap dan respon manusia terhadap kebaikan Allah justru makin meningkatkan tingkah laku dosanya.[4] Hal ini bisa terlihat pada anak Adam yaitu Kain yang begitu tega dan kejam membunuh adindanya Habel, hanya karena iri terhadap soal persembahan.[4] Tidak hanya itu saja, ketika manusia bertambah jumlah, tingkah lakunya makin dipenuhi kejahatan, hingga Tuhan menyesal telah menciptakan manusia (Kej 6:5-6).[4]

Etika dan Moral Abraham

Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya

"Malaikat Tuhan mencegah pengorbanan Ishak", oleh Rembrandt, 1634

.

Etika dan moral Abraham bisa terlihat ketika dia dipanggil Allah dalam usianya yang ke 75.[4] Pada saat itu, dia bersama dengan istrinya Sarai beserta keponakannya Lot menuju Kanaan menempuh Sikhem dan Betel sekitar tahun 2091 SM (Kej 12:1-5).[4] Abraham yang pada waktu itu bernama Abram pergi hanya dengan berbekal iman untuk Tuhan dan dia sendiri tidak mengetahui bagaimana sebetulnya kawasan Kanaan tersebut.[4] Ketika dia hingga di Kanaan, ternyata negri itu sedang merasakan bencana kelaparan, oleh karena itu dia bersama dengan keluarganya pergi ke Mesir menempuh Negep.[4] Peristiwa Abraham yang menuruti perintah Allah memperlihatkan beberapa sikap iman dan moralnya, selang lain:

  1. Berani melangkah mentaati perintah Tuhan untuk menuju ke negeri yang belum dikenali kondisinya.[4]
  2. Bersiap meninggalkan rumahnya dan pergi mengembara yang penuh suka duka serta ancaman bahaya.[4]
  3. Ketika Abraham mencapai tempat yang dia tuju, benar bencana kelaparan disana, namun Abraham tidak meninggalkan tempat itu melainkan tetap percaya dan setia pada Tuhan.[4]
  4. Percaya bahwa Tuhan pasti akan memberikan yang terbaik dan hal itu terjadi hingga Abraham dijadikan Bapa orang beriman untuk segala bangsa.[4]

Selain dari sikap iman dan moral yang ditunjukkan Abraham, benar juga moral buruk yang dia tunjukkan ketika menghadapi permasalahan hidupnya, yaitu:

  1. Ketika dia berada di Mesir dimana dia kuatir dirinya akan dibunuh supaya orang mampu mengambil istrinya.[4]
  2. Abraham berbohong demi menyelamatkan dirinya dengan mengakui istrinya sebagai adinda.[4]
  3. Sikap egois dan tidak mengasihi istri dimana Abraham tidak melindungi istrinya dan membiarkan istrinya rela diambil orang.[4]
  4. Abraham tidak menyerahkan perlindungannya pada Allah tetapi dia tenggelam pada perasaan takutnya yang mampu mengancam nyawanya.[4]

Hukum Taurat

Istilah Taurat bersumber dari bahasa Ibrani yaitu torah yang artiannya nasihat.[4][1] Asal kata torah benar hubungannya dengan kata kerja hora yang memiliki artian memimpin, mengajar, mendidik, dan juga sering diterjemahkan dengan istilah pengajaran.[4][1] Istilah torah diartikan pengajaran tetapi mampu juga diartikan hukum yang bersumber dari kata yarah yang artiannya mengarahkan atau mengajar.[4][1] Kata tora kemudian juga digunakan untuk menyebutkan Pentateuch (yakni kelima kitab pertama yang benar dalam Alkitab).[4][1]

Hukum Taurat Musa yang tertulis dalam kelima kitabnya, bisa dibagi dalam tiga golongan, yaitu:

  1. Hukum Moral yang membicarakan peraturan-peraturan Allah untuk umat Israel untuk hidup kudus, mengasihi Allah dan mengasihi sesama yang prinsip dasarnya tertulis dalam sepuluh perintah Tuhan (Kel 20:1-17).[4]
  2. Hukum Perdata atau Hukum Sosial yang membicarakan serta membahas kehidupan hukum dan sosial kemasyarakatan bangsa Israel (Kel 21:1-23:33).[4]
  3. Hukum Peribadatan yang membicarakan bentuk dan upacara penyembahan umat Israel untuk Tuhan, juga mengenai sistem pesembahan korban dan kehidupan keagamaan (Kel 24:12-31:18).[4]

Etika Perjanjian Baru

Etika Perjanjian Baru adalah sebuah petunjuk-petunjuk sikap dan akhlak orang-orang Kristen.[5] Oleh karena itu, etika Perjanjian Baru saling terkait dengan akhlak orang-orang Kristen yang pertama dan dengan kehidupan mereka sehari-hari.[5]

Nasihat etik Yesus

Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya

"Kotbah di Bukit", karya Gustave Doré.

Nasihat etik Yesus Kristus di selangnya terdapat dalam Injil-injil sinoptis (Matius, Markus, Lukas), salah satu nasihat tersebut adalah khotbah di bukit (Mat 5-7; Luk 6:20-49).[6] Dalam khotbah di bukit, Yesus mempermasalahkan etik orang farisi yang sangat berpegang teguh pada pelaksanaan hukum taurat tetapi tidak mengarah untuk kegenapan hukum taurat dan kitab para nabi.[7] Dalam hal ini Yesus menyebut bahwa "jika hidup keagamaanmu tidak bertambah berlaku daripada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam kerajaan surga" (Mat 5:20) karena Kerajaan Allah sudah dekat untukmu (Luk 10:9.[7]

Selain itu, nasihat etik Yesus juga berharap untuk manusia untuk dijadikan seorang manusia yang bersifat ilahi.[8]. Kata ilahi ini memiliki artian dijadikan seseorang yang bertambah patut dari yang lain.[8] Sebagai contoh, Yesus mengajarkan "Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat untukmu, melainkan siapapun menampar pipi kananmu, berilah juga untuknya pipi kirimu.[8] Dan untuk orang yang ingin mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu.[8] Dan siapa yang menyuruh engkau berlanjut berlangsung sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil. (Matius 5;39-41).[8]

Yesus dan Hukum Taurat

Pada zaman Yesus, terdapat orang Farisi yang mengasumsikan inti taurat sebagai sebanyak tuntutan dan larangan yang harus dipatuhi.[5] Semua peraturan itu berjumlah 613.[5] Masing-masing peraturan ditambah dengan sebanyak petunjuk-petunjuk dan nasihat-nasihat yang menentukan situasi dan waktu di mana peraturan tersebut harus dilaksanakan.[5] Ajaran dan nasihat yang ditambahkan berfungsi sebagai pagar keliling taurat dan dikenal dengan sebutan halakha (=jalan).[5] Halakha merupakan penjelasan taurat tetapi sekaligus juga hukum hukum budaya yang berdasarkan taurat.[5] Oleh karena aksi yang dimainkan orang Farisi, maka benar sebuah sikap etis yang dimainkan oleh Yesus yang terdapat dalam keempat Injil.[3] Sikap Yesus terhadap hukum Taurat juga mengadakan komunikasi dengan pengajaran-pengajaran yang Dia lakukan.[3] Salah satu sikap yang ditunjukkan Yesus tedapat dalam Matius 5:17, "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk menghapuskan hukum Taurat atau kitab para nabi.[3] Aku datang bukan untuk menghapuskannya, melainkan untuk menggenapinya".[3]Maksud dari kata menggenapi adalah memenuhi atau menyempurnakan.[3] Namun muncul pertanyaan bagaimana cara Yesus untuk menggenapi hukum Taurat itu?[3]

  1. Yesus mensyaratkan sesuatu yang bertambah mendasar daripada hukum Taurat.[3] Yesus dengan segenap hatiNya tunduk untuk tuntutan-tuntutan Hukum Taurat, kerena menurutNya tiada keinginan yang berlanjut kecuali keinginan Bapa yang dibicarakan dalam Hukum Taurat.[3] Dengan kata lain Yesus tidak merumuskan keinginan Allah atas dasar hukum taurat melainkan hukum taurat atas dasar keinginan Allah.[3] Sebagai contoh Markus 2:23-28, "Pada sebuah kali, pada hari Sabat, Yesus berlanjut di ladang gandum, dan sementara berlanjut murid-murid-Nya memetik bulir gandum.[3] Maka kata orang-orang Farisi kepada-Nya: "Lihat! Mengapa mereka berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat?"[3] Jawab-Nya untuk mereka: "Belum pernahkah kamu baca apa yang dimainkan Daud, ketika dia dan mereka yang mengikutinya kekurangan dan kelaparan, bagaimana dia masuk ke dalam Rumah Allah waktu Abyatar menjabat sebagai Imam Luhur lalu makan roti sajian itu yang tidak boleh dimakan kecuali oleh imam-imam dan memberinya juga untuk pengikut-pengikut.[3] Lalu kata Yesus untuk mereka: "Hari Sabat disediakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat, sah Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat."[3]
  2. Yesus bertindak dengan wibawa terhadap hukum taurat.[3] Sebagai contoh, dalam hukum Taurat (Imamat 11-15) dibicarakan mengenai peraturan tentang hal yang tahir dan hal yang najis, tentang konsumsi yang halal dan yang haram, tetapi Yesus mmengatakan bahwa apa yang masuk ke dalam tubuh seseorang tidak bisa menajiskannya tetapi apa yang keluar dari tubuh tersebut itulah yang menajiskannya.[3] Dengan demikian Yesus ingin menyebut bahwa semua konsumsi halal (Mark 7:15,19).[3]

Etika Gereja Mula-mula

Pada masa gereja mula-mula, perkembangan etika dipengaruhi oleh keadaan ekonomi dimana hak milik pribadi dan hak milik bersama selalu diperdebatkan dan dijadikan persoalan yang cukup luhur.[9] Oleh karena permasalahan ini, muncul gagasan dari beberapa tokoh gereja mula-mula, yaitu Clement dari Roma, Ignatius dari Antiokhia, dan Agustinus.[9]

Clemens dari Roma

Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya

Santo Clemens, oleh Giovanni Battista Tiepolo

Clemens adalah orang yang dinamakan oleh Paulus sebagai sahabat yang setia dalam perjuangan pemberitaan Injil (Flp 4:3).[10] Clemens dikenal karena dia memiliki hubungan dengan surat Paulus untuk jemaat di Korintus.[10] Pada saat di Korintus, terjadi kericuhan yaitu presbiter yang tua dipecat oleh presbiter yang muda.[10] Clemens menasihatkan untuk jemaat supaya mereka hidup dalam persekutuan yang rukun, dalam kasih, rendah hati, dan hidup suci meniru teladan Kristus, terutama teladan Paulus dan Petrus.[10] Dia berharap supaya presbiter yang telah dipecat dipulihkan jabatannya serta jemaat menghormati pemimpin-pemimpinnya.[10] Clemens menyatakan bahwa Tuhan Allah membenci kekacauan, Allah menghendaki ketertiban.[10] Dalam pandangan teologinya, Clemens mengikuti teologi Paulus terutama mengenai pembenaran oleh iman.[10] Dia menyebut bahwa semua orang luhur dan agung bukan karena diri mereka sendiri atau pun oleh pekerjaan mereka, tetapi karena keinginan Allah.[10]

Dalam pemikiran Clemens tentang etika, dia menyatakan bahwa sikap hidup jemaat mula-mula seharusnya tidak terfokus pada materi.[9] Hal ini dia beritahukan untuk menentang pengajaran kaum gnostik yang mengasumsikan tingkat kekayaan bisa dijadikan tolak ukur atau menentukan tingkat kehidupan sesorang.[9] Permasalahan moral mengenai kekayaan, Clemens tuliskan dalam sebuah tulisannya yang berjudul Who Is The Rich Man That Shall Be Saved?[9] Tulisan Clemens ini mencoba untuk menyelidiki maksud dari kisah mengenai orang kaya sukar masuk kerajaan Allah (Markus 10:17-27).[9] Menurut Clemens, tidak benar persoalan mengenai kekayaan, yang dijadikan persoalan sebenarnya adalah sikap kita terhadap kekayaan.[9]

Ignatius dari Antiokhia

Ignatius adalah seorang yang bersumber dari Siria.[10] Dia dilahirkan sekitar tahun 35.[10] Sebelum dijadikan kristen, dia adalah seorang kafir yang diduga ikut menganiaya orang Kristen.[10] Menurut tradisi, Ignatius adalah uskup dari Antiokhia yang merupakan murid dari rasul Yohanes.[10] Dia hidup pada masa pemerintahan kaisar Trajanus.[10] Pada masa itu, kaisar sempat mengunjungi Antiokhia dan mengancam orang-orang disana untuk ingin mempersembahkan kurban untuk dewa-dewa, namun apabila benar yang tidak memperagakan hal ini, maka dia akan dihukum mati.[10] Perintah kaisar ini tidak didengarkan oleh Ignatius, dia tetap mempertahankan imannya dan menolak mempersembahkan korban untuk dewa-dewa karena dia tidak ingin menyangkal Yesus.[10] Oleh karena aksinya ini, Ignatius dijatuhi hukuman mati dengan dibuang ke dalam Koloseum di Roma dengan tangan yang terantai.[10]

Menurut gagasan Ignatius, permaslahan etika yang muncul pada masa gereja mula-mula adalah jumlahnya orang yang tidak memperhatikan tentang kasih.[9] Menurutnya, orang kaya tidak memperhatikan janda-janda, orang-orang yang benar dipenjara, orang-orang yang lapar maupun orang-orang yang haus.[9]

Agustinus

Agustinus adalah seorang murid Paulus.[10] Dia dikenal sebagai pelawan penyesat-penyesat yang gigih.[10] Dalam perlawanannya dengan Donatisme menyebabkan dia menguraikan pandangannya tentang gereja dan sakramen.[10] Pemikiran etis Agustinus terkhusus mengenai seksualitas dan materi.[9] Pemikiran etis Agustinus mengenai seksualitas diawali dengan pemahaman etika individu dan sosialnya mengenai pertikaian kebaikan (virtue).[11] Menurut Agustinus, kebaikan akan memimpin orang ke dalam hidup yang bahagia dan kehidupan bahagia ini didapatkan oleh tiap orang menempuh cinta kasih yang sempurna dari Allah.[11] Agustinus juga menyatakan bahwa patut atau buruknya moral seseorang ditetapkan dari cintanya terhadap orang lain.[11] Permasalahan mengenai materi, untuk Agustinus kekayaan bukanlah hal yang salah.[9] Jika kekayaan itu dipergunakan untuk memuliakan Allah, maka hal itu adalah hal yang patut.[9] Namun, apabila motivasi kita menyembah Allah hanya untuk kekayaan, maka itulah yang salah.[9]

Etika Kristen masa zaman Pertengahan dan Reformasi

Dalam masa zaman pertengahan, hal-hal yang mengadakan komunikasi dengan etika diterangkan dalam kumpulan-kumpulan tulisan yang dinamakan kitab-kitab pengakuan dosa.[9] Tokoh-tokoh yang bertindak pada saat itu selang lain Luther, Calvin, Zwingli, dan Beza.[9] Tokoh-tokoh ini seringkali menuliskan tulisan tentang permasalahan etika yang saat itu muncul seperti persoalan kesusilaan, persoalan perang, etika politik, etika jabatan, serta tentang pengajaran iman yang terdapat dalam hukum taurat.[9]

Etika Kristen Masa zaman 20

Salah satu tokoh dalam perkembangan etika masa zaman 20 adalah Reinhold Niebuhr.[9] Niebuhr memberikan sebuah nasihat etis mengenai dosa asal atau dosa warisan.[9] Dia berpendapat bahwa dosa warisan itu adalah sifat universal manusia yang cenderung memilih untuk berdosa.[9] Hal itu dikarenakan manusia kekurangan kebebasan dalam mengambil keputusan yang bermoral.[9] Selain itu, Karl Barth juga memberikan pandangannya mengenai etika, dia menyatakan etika bersumber dari kasih karunia Tuhan yang ditunjukkan menempuh Yesus Kristus.[9] Oleh karena itu manusia tidak bisa menghindar dari keputusan lepas sama sekali dari kasih Allah yang meletakkan Yesus Kristus ke dalam hubungan dengan manusia.[9]

Rujukan

  1. ^ a b c d e f g J. Verkuyl. 1993. Etika Kristen bag. Umum. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hlm.15-17.
  2. ^ (Indonesia)Norman L. Geisler. 2000. Etika Kristen. Malang: Seminari Alkitab Asia Tenggara. Hlm.17.
  3. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x Verne H. Fletcher. 1990. Lihatlah Sang Manusia. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.Hlm. 124-125, 160.
  4. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac ad ae af ag ah Karel Sosipater. 2010. Etika Perjanjian Lama. Jakarta: Suara Keinginan Bangsa. Hlm. 9-21.
  5. ^ a b c d e f g Henk ten Napel. 1991. Jalan yang Bertambah Utama Lagi: Etika Perjanjian Baru. Jakarta: BPK Gunung Mulia. hlm. 5-7.
  6. ^ J.A.B. Jongeneel. 1980. Hukum Kemerdekaan: Buku Pegangan Etik Kristen, Jilid 1: Bidang Umum. Jakarta: BPK Gunung Mulia. hlm. 84.
  7. ^ a b (Inggris)Richard A. Burridge. 2007. Imitating Jesus: an Inclusive approach to New Testament Ethics. Grand Rapids: Wm. B. Eerdmans. hlm. 40.
  8. ^ a b c d e Bernhard Kieser. 1987. Moral Dasar: Kaitan Iman dan Perbuatan. Yogyakarta: Kanisius, hlm. 54.
  9. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v (Inggris)J. Philip Wogaman. 1993. Christian Ethics: A Historical Introduction. USA: Westminster/John Knox Press. hlm. 23-36, 218-221.
  10. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s F.D. Wellem. 1993. Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh Dalam Sejarah Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hlm. 82-83.
  11. ^ a b c (Inggris)George Wolfgang Forell. 1979. History of Christian Ethics. Minneapolis: Augsburg Publishing House. Hlm.165.


edunitas.com


Page 2

Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya

Lukisan detail St. Agustinus di sebuah jendela kaca hias karya Louis Comfort Tiffany di Museum Lightner, St. Agustine, Florida, Amerika Serikat.

Etika Kristen (Yunani: ethos, berfaedah adat, hukum budaya) yaitu suatu cabang pengetahuan teologi yang memajukan masalah tentang apa yang tidak sewenang-wenang dari sudut pandang kekristenan.[1] Apabila diamati dari sudut pandang Hukum Taurat dan Injil, maka etika Kristen yaitu segala sesuatu yang dikehendaki oleh Allah dan itulah yang tidak sewenang-wenang.[1] Dengan demikian, maka etika Kristen merupakan satu tingkah laku yang dibuat yang bila diukur secara moral tidak sewenang-wenang.[2] Saat ini, permasalahan yang dihadapi etika Kristen ialah kehendak Allah dari manusia yang diciptakan menurut gambarNya, serta sikap manusia terhadap kehendak Allah itu.[1]

Etika Akad Lama

Titik tolok etika Akad Lama yaitu anugerah Allah terhadap umatnya dan tuntutan perintahnya yang terikat pada tingkah laku yang dibuatnya demi keselamatan umat manusia.[3] Oleh sebab itu, wujud etika Akad Lama berkisar pada tingkah laku yang dibuat Allah dalam sejarah umatnya dan juga yang menuntut respon yang serasi.[3] Hal ini juga mengakibatkan konsep etika Akad Lama selaras dengan sebuah etika yang dinamakan etika teonom yang berdasarkan hubungan selang Allah dan umatnya.[3] Sesuai dengan konsep ini, maka dasar etika Akad Lama dapat disoroti dari empat sisi.[3] Pertama, menanggapi perbuatan Allah dimana bangsa Israel mesti memiliki sorongan bagi mengarah pada budi pekerti etis dalam wujud tanggapan akan tindakan-tindakan Allah dalam sejarah kehidupan mereka.[3] Kedua, mengikuti teladan Allah, dimana bangsa Israel mesti bagi memperlihatkan sifat Allah menempuh budi pekerti mereka.[3] Ketiga, hidup dibawah pemerintahan Allah, maksudnya yaitu kedaulatan dan kewibawaan Allah sbg Raja ilahi yang sebabnya manusia mesti tunduk sbg makhluk ciptaan dan orang bawahan.[3] Keempat yaitu menaati perintah Allah.[3]

Anugerah Allah Dalam Penciptaan

Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya

"Kejatuhan Manusia" oleh Lucas Cranach, cerminan Taman Eden oleh seorang Jerman dari zaman ke-16

Etika Akad Lama pada dasarnya tidak dapat terlepas dari moralitas manusia pertama.[4] Manusia diciptakan Allah sbg makhluk yang istimewa, yaitu sbg gambar Allah, dalam bahasa Ibrani dikata tselem dan dalam bahasa Latin dikata Imago Dei.[4] Tidak hanya itu saja, manusia yang diciptakan Allah juga memiliki kesamaan moral dengan Allah yang maha suci, hal itu terjadi pada waktu Adam dan Hawa belum jatuh ke dalam dosa.[4] Manusia yang telah diciptakan Allah yang belakang sekali merupakan makhluk moral yang diberi kemampuan memilih apa yang akan dilakukannya, apakah akan mematuhi perintah-perintah Allah atau malah menentangnya.[4] Hal ini terjadi sebab manusia yaitu pribadi bebas sama sekali yang juga memiliki kehendak bebas sama sekali.[4] Namun, kehendak bebas sama sekali haruslah diikuti dengan tanggung jawab.[4] Pada waktu Adam dan Hawa telah diciptakan, Allah memberikan sebuah perintah kepada Adam yaitu berupa larangan bagi memetik dan memakan buah dari pohon pengetahuan yang tidak sewenang-wenang dan yang jahat yang berada dalam taman Eden.[4] Namun, perintah dari Allah tidak dihiraukan oleh Adam dan Hawa dan mereka mengambil sebuah keputusan etis yaitu dengan memetik dan memakan buah tersebut.[4] Ketika Allah mengetahui perbuatan tersebut mempunyai sebuah tingkah laku yang dibuat yang dilakukan oleh Allah dan hal ini merupakan ethos Allah (ethos:sikap dasar dalam berbuat sesuatu).[4] Tingkah laku yang dibuat Allah ini merupakan inisiatif dari Allah sendiri yang mencerminkan sikap kasihNya pada manusia, terdapat dua hal yang dilakukan Allah:

  1. Ketika manusia pertama jatuh ke dalam dosa yang yang belakang sekali telanjang dan merasa noda dan bersembunyi di selang pohon-pohon dalam taman, Allah mencarinya dan lebih dulu menyapanya, dimanakah engkau?(Kej 3:9).[4]
  2. Bagi menutupi ketelanjangan manusia, Allah membuatkan pakaian dari kulit hewan, lalu mengenakannya pada kedua manusia berdosa,Adam dan istrinya Hawa (Kej 3:21).[4]

Ethos yang ditunjukkan Allah telah menunjukkan bahwa Allah bersedia merendahkan diriNya dan memperlihatkan sikap kasihnya kepada manusia berdosa.[4] Namun, sikap dan respon manusia terhadap kegunaan Allah justru lebih meningkatkan perbuatan dosanya.[4] Hal ini dapat terlihat pada anak Adam yaitu Kain yang begitu tega dan kejam membunuh adindanya Habel, hanya sebab iri terhadap soal persembahan.[4] Tidak hanya itu saja, ketika manusia lebih jumlah, perbuatannya lebih dipenuhi kejahatan, sampai Tuhan menyesal telah menciptakan manusia (Kej 6:5-6).[4]

Etika dan Moral Abraham

Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya

"Malaikat Tuhan mencegah pengorbanan Ishak", oleh Rembrandt, 1634

.

Etika dan moral Abraham dapat terlihat ketika beliau dipanggil Allah dalam usianya yang ke 75.[4] Pada saat itu, beliau bersama dengan istrinya Sarai beserta keponakannya Lot menuju Kanaan menempuh Sikhem dan Betel lebih kurang tahun 2091 SM (Kej 12:1-5).[4] Abraham yang pada waktu itu bernama Abram berkunjung hanya dengan berbekal iman kepada Tuhan dan beliau sendiri tidak mengetahui bagaimana sebetulnya daerah Kanaan tersebut.[4] Ketika beliau sampai di Kanaan, ternyata negri itu sedang mengalami bencana kelaparan, oleh sebab itu beliau bersama dengan keluarganya berkunjung ke Mesir menempuh Negep.[4] Kejadian Abraham yang menuruti perintah Allah memperlihatkan beberapa sikap iman dan moralnya, selang lain:

  1. Berani melangkah mentaati perintah Tuhan bagi menuju ke negeri yang belum dikenali keadaannya.[4]
  2. Bersiap meninggalkan rumahnya dan berkunjung mengembara yang penuh suka duka serta ancaman bahaya.[4]
  3. Ketika Abraham mencapai tempat yang beliau tuju, mempunyai bencana kelaparan disana, namun Abraham tidak meninggalkan tempat itu melainkan tetap percaya dan setia pada Tuhan.[4]
  4. Percaya bahwa Tuhan pasti akan memberikan yang terbaik dan hal itu terjadi sampai Abraham menjadi Bapa orang beriman bagi segala bangsa.[4]

Selain dari sikap iman dan moral yang ditunjukkan Abraham, mempunyai juga moral buruk yang beliau tunjukkan ketika menghadapi permasalahan hidupnya, yaitu:

  1. Ketika beliau berada di Mesir dimana beliau kuatir dirinya akan dibunuh supaya orang bisa mengambil istrinya.[4]
  2. Abraham berbohong demi menyelamatkan dirinya dengan mengakui istrinya sbg adinda.[4]
  3. Sikap egois dan tidak mengasihi istri dimana Abraham tidak melindungi istrinya dan membiarkan istrinya rela diambil orang.[4]
  4. Abraham tidak menyerahkan perlindungannya pada Allah tetapi beliau tenggelam pada perasaan takutnya yang bisa mengancam nyawanya.[4]

Hukum Taurat

Istilah Taurat bermula dari bahasa Ibrani yaitu torah yang manfaatnya nasihat.[4][1] Asal kata torah mempunyai hubungannya dengan kata kerja hora yang memiliki manfaat memimpin, mengajar, mendidik, dan juga sering diterjemahkan dengan istilah pengajaran.[4][1] Istilah torah diterjemahkan pengajaran tetapi bisa juga diterjemahkan hukum yang bermula dari kata yarah yang manfaatnya mengarahkan atau mengajar.[4][1] Kata tora yang belakang sekali juga dipakai bagi menyebutkan Pentateuch (yakni kelima kitab pertama yang mempunyai dalam Alkitab).[4][1]

Hukum Taurat Musa yang tertulis dalam kelima kitabnya, dapat dibagi dalam tiga golongan, yaitu:

  1. Hukum Moral yang membicarakan peraturan-peraturan Allah bagi umat Israel bagi hidup kudus, mengasihi Allah dan mengasihi sesama yang prinsip dasarnya tertulis dalam sepuluh perintah Tuhan (Kel 20:1-17).[4]
  2. Hukum Perdata atau Hukum Sosial yang membicarakan serta membahas kehidupan hukum dan sosial kemasyarakatan bangsa Israel (Kel 21:1-23:33).[4]
  3. Hukum Peribadatan yang membicarakan wujud dan upacara penyembahan umat Israel kepada Tuhan, juga mengenai sistem pesembahan korban dan kehidupan keagamaan (Kel 24:12-31:18).[4]

Etika Akad Baru

Etika Akad Baru yaitu sebuah petunjuk-petunjuk sikap dan budi pekerti orang-orang Kristen.[5] Oleh sebab itu, etika Akad Baru saling terkait dengan budi pekerti orang-orang Kristen yang pertama dan dengan kehidupan mereka sehari-hari.[5]

Nasihat etik Yesus

Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya

"Kotbah di Bukit", karya Gustave Doré.

Nasihat etik Yesus Kristus di selangnya terdapat dalam Injil-injil sinoptis (Matius, Markus, Lukas), salah satu nasihat tersebut yaitu khotbah di bukit (Mat 5-7; Luk 6:20-49).[6] Dalam khotbah di bukit, Yesus mempermasalahkan etik orang farisi yang paling berpegang teguh pada pelaksanaan hukum taurat tetapi tidak mengarah kepada kegenapan hukum taurat dan kitab para nabi.[7] Dalam hal ini Yesus mengatakan bahwa "jika hidup keagamaanmu tidak lebih sah daripada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam kerajaan surga" (Mat 5:20) sebab Kerajaan Allah sudah tidak jauh kepadamu (Luk 10:9.[7]

Selain itu, nasihat etik Yesus juga berkeinginan kepada manusia bagi menjadi seorang manusia yang bersifat ilahi.[8]. Kata ilahi ini memiliki manfaat menjadi seseorang yang lebih tidak sewenang-wenang dari yang lain.[8] Sbg contoh, Yesus mengajarkan "Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.[8] Dan kepada orang yang akan mengadukan engkau sebab mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu.[8] Dan siapa yang menyuruh engkau berlangsung berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama beliau sejauh dua mil. (Matius 5;39-41).[8]

Yesus dan Hukum Taurat

Pada zaman Yesus, terdapat orang Farisi yang menganggap inti taurat sbg sejumlah tuntutan dan larangan yang mesti dipatuhi.[5] Seluruh peraturan itu berjumlah 613.[5] Masing-masing peraturan ditambah dengan sejumlah petunjuk-petunjuk dan nasihat-nasihat yang memilihkan situasi dan waktu di mana peraturan tersebut mesti dilaksanakan.[5] Ajar dan nasihat yang ditambahkan berfungsi sbg pagar keliling taurat dan dikenali dengan sebutan halakha (=jalan).[5] Halakha merupakan penjelasan taurat tetapi sekaligus juga hukum hukum budaya yang berdasarkan taurat.[5] Oleh sebab tingkah laku yang dibuat yang dilakukan orang Farisi, maka mempunyai sebuah sikap etis yang dilakukan oleh Yesus yang terdapat dalam keempat Injil.[3] Sikap Yesus terhadap hukum Taurat juga berkomunikasi dengan pengajaran-pengajaran yang Beliau lakukan.[3] Salah satu sikap yang ditunjukkan Yesus tedapat dalam Matius 5:17, "Janganlah kamu menyangka, bahwa Diri sendiri datang bagi membubarkan hukum Taurat atau kitab para nabi.[3] Diri sendiri datang bukan bagi membubarkannya, melainkan bagi menggenapinya".[3]Maksud dari kata menggenapi yaitu memenuhi atau menyempurnakan.[3] Namun muncul pertanyaan bagaimana metode Yesus bagi menggenapi hukum Taurat itu?[3]

  1. Yesus mensyaratkan sesuatu yang lebih mendasar daripada hukum Taurat.[3] Yesus dengan segenap hatiNya tunduk kepada tuntutan-tuntutan Hukum Taurat, kerena menurutNya tiada kehendak yang berlangsung kecuali kehendak Bapa yang dinyatakan dalam Hukum Taurat.[3] Dengan kata lain Yesus tidak mengartikan kehendak Allah atas dasar hukum taurat melainkan hukum taurat atas dasar kehendak Allah.[3] Sbg contoh Markus 2:23-28, "Pada suatu kali, pada hari Sabat, Yesus berlangsung di ladang gandum, dan sementara berlangsung murid-murid-Nya memetik bulir gandum.[3] Maka kata orang-orang Farisi kepada-Nya: "Lihat! Mengapa mereka berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat?"[3] Jawab-Nya kepada mereka: "Belum pernahkah kamu baca apa yang dilakukan Daud, ketika beliau dan mereka yang mengikutinya kekurangan dan kelaparan, bagaimana beliau masuk ke dalam Rumah Allah waktu Abyatar menjabat sbg Imam Akbar lalu makan roti sajian itu yang tidak boleh dimakan kecuali oleh imam-imam dan memberinya juga kepada pengikut-pengikut.[3] Lalu kata Yesus kepada mereka: "Hari Sabat diadakan bagi manusia dan bukan manusia bagi hari Sabat, sah Anak Manusia yaitu juga Tuhan atas hari Sabat."[3]
  2. Yesus berperan dengan wibawa terhadap hukum taurat.[3] Sbg contoh, dalam hukum Taurat (Imamat 11-15) dituturkan mengenai peraturan tentang hal yang tahir dan hal yang najis, tentang konsumsi yang halal dan yang haram, tetapi Yesus mmengatakan bahwa apa yang masuk ke dalam tubuh seseorang tidak dapat menajiskannya tetapi apa yang keluar dari tubuh tersebut itulah yang menajiskannya.[3] Dengan demikian Yesus bersedia mengatakan bahwa seluruh konsumsi halal (Mark 7:15,19).[3]

Etika Gereja Mula-mula

Pada saat gereja mula-mula, perkembangan etika dipengaruhi oleh keadaan ekonomi dimana hak milik pribadi dan hak milik bersama selalu diperdebatkan dan menjadi masalah yang cukup akbar.[9] Oleh sebab permasalahan ini, muncul gagasan dari beberapa tokoh gereja mula-mula, yaitu Clement dari Roma, Ignatius dari Antiokhia, dan Agustinus.[9]

Clemens dari Roma

Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya

Santo Clemens, oleh Giovanni Battista Tiepolo

Clemens yaitu orang yang dikata oleh Paulus sbg sahabat yang setia dalam perjuangan pemberitaan Injil (Flp 4:3).[10] Clemens dikenali sebab beliau memiliki hubungan dengan surat Paulus kepada jemaat di Korintus.[10] Pada saat di Korintus, terjadi kericuhan yaitu presbiter yang tua dipecat oleh presbiter yang muda.[10] Clemens menasihatkan kepada jemaat supaya mereka hidup dalam persekutuan yang rukun, dalam kasih, rendah hati, dan hidup suci meniru teladan Kristus, terutama teladan Paulus dan Petrus.[10] Beliau berkeinginan supaya presbiter yang telah dipecat dipulihkan jabatannya serta jemaat menghormati pemimpin-pemimpinnya.[10] Clemens mencetuskan bahwa Tuhan Allah membenci kekacauan, Allah menghendaki ketertiban.[10] Dalam pandangan teologinya, Clemens mengikuti teologi Paulus terutama mengenai pembenaran oleh iman.[10] Beliau mengatakan bahwa seluruh orang akbar dan luhur bukan sebab diri mereka sendiri atau pun oleh pekerjaan mereka, tetapi sebab kehendak Allah.[10]

Dalam konsep Clemens tentang etika, beliau mencetuskan bahwa sikap hidup jemaat mula-mula seharusnya tidak terfokus pada materi.[9] Hal ini beliau katakan bagi menentang pengajaran kaum gnostik yang menganggap tingkat kekayaan dapat dibuat menjadi tolak ukur atau memilihkan tingkat kehidupan sesorang.[9] Permasalahan moral mengenai kekayaan, Clemens tuliskan dalam sebuah tulisannya yang berjudul Who Is The Rich Man That Shall Be Saved?[9] Tulisan Clemens ini mencoba bagi menyelidiki maksud dari tuturan mengenai orang kaya sukar masuk kerajaan Allah (Markus 10:17-27).[9] Menurut Clemens, tidak mempunyai masalah mengenai kekayaan, yang menjadi masalah sebenarnya yaitu sikap kita terhadap kekayaan.[9]

Ignatius dari Antiokhia

Ignatius yaitu seorang yang bermula dari Siria.[10] Beliau dilahirkan lebih kurang tahun 35.[10] Sebelum menjadi kristen, beliau yaitu seorang kafir yang diduga ikut menganiaya orang Kristen.[10] Menurut tradisi, Ignatius yaitu uskup dari Antiokhia yang merupakan murid dari rasul Yohanes.[10] Beliau hidup pada saat pemerintahan kaisar Trajanus.[10] Pada saat itu, kaisar sempat mengunjungi Antiokhia dan mengancam orang-orang disana bagi bersedia mempersembahkan kurban kepada dewa-dewa, namun apabila mempunyai yang tidak melakukan hal ini, maka beliau akan dihukum mati.[10] Perintah kaisar ini tidak didengarkan oleh Ignatius, beliau tetap mempertahankan imannya dan menolak mempersembahkan korban kepada dewa-dewa sebab beliau tidak bersedia menyangkal Yesus.[10] Oleh sebab tingkah laku yang dibuatnya ini, Ignatius dijatuhi hukuman mati dengan dibuang ke dalam Koloseum di Roma dengan tangan yang terantai.[10]

Menurut gagasan Ignatius, permaslahan etika yang muncul pada saat gereja mula-mula yaitu jumlahnya orang yang tidak memperhatikan tentang kasih.[9] Menurutnya, orang kaya tidak memperhatikan janda-janda, orang-orang yang mempunyai dipenjara, orang-orang yang lapar maupun orang-orang yang haus.[9]

Agustinus

Agustinus yaitu seorang murid Paulus.[10] Beliau dikenali sbg pelawan penyesat-penyesat yang gigih.[10] Dalam perlawanannya dengan Donatisme mengakibatkan beliau menguraikan pandangannya tentang gereja dan sakramen.[10] Konsep etis Agustinus terkhusus mengenai seksualitas dan materi.[9] Konsep etis Agustinus mengenai seksualitas diawali dengan pemahaman etika individu dan sosialnya mengenai pertikaian kegunaan (virtue).[11] Menurut Agustinus, kegunaan akan memimpin orang ke dalam hidup yang bahagia dan kehidupan bahagia ini didapatkan oleh tiap orang menempuh cinta kasih yang sempurna dari Allah.[11] Agustinus juga mencetuskan bahwa tidak sewenang-wenang atau buruknya moral seseorang diputuskan dari cintanya terhadap orang lain.[11] Permasalahan mengenai materi, bagi Agustinus kekayaan bukanlah hal yang salah.[9] Jika kekayaan itu dipergunakan bagi memuliakan Allah, maka hal itu yaitu hal yang tidak sewenang-wenang.[9] Namun, apabila motivasi kita menyembah Allah hanya bagi kekayaan, maka itulah yang salah.[9]

Etika Kristen zaman Pertengahan dan Reformasi

Dalam zaman pertengahan, hal-hal yang berkomunikasi dengan etika dijelaskan dalam kumpulan-kumpulan tulisan yang dikata kitab-kitab pengakuan dosa.[9] Tokoh-tokoh yang berperan pada saat itu ditengahnya Luther, Calvin, Zwingli, dan Beza.[9] Tokoh-tokoh ini seringkali menuliskan tulisan tentang permasalahan etika yang saat itu muncul seperti masalah kesusilaan, masalah perang, etika politik, etika posisi, serta tentang pengajaran iman yang terdapat dalam hukum taurat.[9]

Etika Kristen Zaman 20

Salah satu tokoh dalam perkembangan etika zaman 20 yaitu Reinhold Niebuhr.[9] Niebuhr memberikan sebuah nasihat etis mengenai dosa asal atau dosa warisan.[9] Beliau berpendapat bahwa dosa warisan itu yaitu sifat universal manusia yang cenderung memilih bagi berdosa.[9] Hal itu dikarenakan manusia kekurangan kebebasan dalam mengambil keputusan yang bermoral.[9] Selain itu, Karl Barth juga memberikan pandangannya mengenai etika, beliau mencetuskan etika bersumber dari kasih karunia Tuhan yang ditunjukkan menempuh Yesus Kristus.[9] Oleh sebab itu manusia tidak dapat menghindar dari keputusan bebas sama sekali dari kasih Allah yang menaruh Yesus Kristus ke dalam hubungan dengan manusia.[9]

Rujukan

  1. ^ a b c d e f g J. Verkuyl. 1993. Etika Kristen bag. Umum. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hlm.15-17.
  2. ^ (Indonesia)Norman L. Geisler. 2000. Etika Kristen. Malang: Seminari Alkitab Asia Tenggara. Hlm.17.
  3. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x Verne H. Fletcher. 1990. Lihatlah Sang Manusia. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.Hlm. 124-125, 160.
  4. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac ad ae af ag ah Karel Sosipater. 2010. Etika Akad Lama. Jakarta: Suara Hasrat Bangsa. Hlm. 9-21.
  5. ^ a b c d e f g Henk ten Napel. 1991. Jalan yang Lebih Utama Lagi: Etika Akad Baru. Jakarta: BPK Gunung Mulia. hlm. 5-7.
  6. ^ J.A.B. Jongeneel. 1980. Hukum Kemerdekaan: Buku Pegangan Etik Kristen, Jilid 1: Anggota Umum. Jakarta: BPK Gunung Mulia. hlm. 84.
  7. ^ a b (Inggris)Richard A. Burridge. 2007. Imitating Jesus: an Inclusive approach to New Testament Ethics. Grand Rapids: Wm. B. Eerdmans. hlm. 40.
  8. ^ a b c d e Bernhard Kieser. 1987. Moral Dasar: Kaitan Iman dan Perbuatan. Yogyakarta: Kanisius, hlm. 54.
  9. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v (Inggris)J. Philip Wogaman. 1993. Christian Ethics: A Historical Introduction. USA: Westminster/John Knox Press. hlm. 23-36, 218-221.
  10. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s F.D. Wellem. 1993. Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh Dalam Sejarah Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hlm. 82-83.
  11. ^ a b c (Inggris)George Wolfgang Forell. 1979. History of Christian Ethics. Minneapolis: Augsburg Publishing House. Hlm.165.


edunitas.com


Page 3

Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya

Lukisan detail St. Agustinus di sebuah jendela kaca hias karya Louis Comfort Tiffany di Museum Lightner, St. Agustine, Florida, Amerika Serikat.

Etika Kristen (Yunani: ethos, berfaedah adat, hukum budaya) yaitu suatu cabang pengetahuan teologi yang memajukan masalah tentang apa yang tidak sewenang-wenang dari sudut pandang kekristenan.[1] Apabila diamati dari sudut pandang Hukum Taurat dan Injil, maka etika Kristen yaitu segala sesuatu yang dikehendaki oleh Allah dan itulah yang tidak sewenang-wenang.[1] Dengan demikian, maka etika Kristen merupakan satu tingkah laku yang dibuat yang bila diukur secara moral tidak sewenang-wenang.[2] Saat ini, permasalahan yang dihadapi etika Kristen ialah kehendak Allah dari manusia yang diciptakan menurut gambarNya, serta sikap manusia terhadap kehendak Allah itu.[1]

Etika Akad Lama

Titik tolok etika Akad Lama yaitu anugerah Allah terhadap umatnya dan tuntutan perintahnya yang terikat pada tingkah laku yang dibuatnya demi keselamatan umat manusia.[3] Oleh sebab itu, wujud etika Akad Lama berkisar pada tingkah laku yang dibuat Allah dalam sejarah umatnya dan juga yang menuntut respon yang serasi.[3] Hal ini juga mengakibatkan konsep etika Akad Lama selaras dengan sebuah etika yang dinamakan etika teonom yang berdasarkan hubungan selang Allah dan umatnya.[3] Sesuai dengan konsep ini, maka dasar etika Akad Lama dapat disoroti dari empat sisi.[3] Pertama, menanggapi perbuatan Allah dimana bangsa Israel mesti memiliki sorongan bagi mengarah pada budi pekerti etis dalam wujud tanggapan akan tindakan-tindakan Allah dalam sejarah kehidupan mereka.[3] Kedua, mengikuti teladan Allah, dimana bangsa Israel mesti bagi memperlihatkan sifat Allah menempuh budi pekerti mereka.[3] Ketiga, hidup dibawah pemerintahan Allah, maksudnya yaitu kedaulatan dan kewibawaan Allah sbg Raja ilahi yang sebabnya manusia mesti tunduk sbg makhluk ciptaan dan orang bawahan.[3] Keempat yaitu menaati perintah Allah.[3]

Anugerah Allah Dalam Penciptaan

Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya

"Kejatuhan Manusia" oleh Lucas Cranach, cerminan Taman Eden oleh seorang Jerman dari zaman ke-16

Etika Akad Lama pada dasarnya tidak dapat terlepas dari moralitas manusia pertama.[4] Manusia diciptakan Allah sbg makhluk yang istimewa, yaitu sbg gambar Allah, dalam bahasa Ibrani dikata tselem dan dalam bahasa Latin dikata Imago Dei.[4] Tidak hanya itu saja, manusia yang diciptakan Allah juga memiliki kesamaan moral dengan Allah yang maha suci, hal itu terjadi pada waktu Adam dan Hawa belum jatuh ke dalam dosa.[4] Manusia yang telah diciptakan Allah yang belakang sekali merupakan makhluk moral yang diberi kemampuan memilih apa yang akan dilakukannya, apakah akan mematuhi perintah-perintah Allah atau malah menentangnya.[4] Hal ini terjadi sebab manusia yaitu pribadi bebas sama sekali yang juga memiliki kehendak bebas sama sekali.[4] Namun, kehendak bebas sama sekali haruslah diikuti dengan tanggung jawab.[4] Pada waktu Adam dan Hawa telah diciptakan, Allah memberikan sebuah perintah kepada Adam yaitu berupa larangan bagi memetik dan memakan buah dari pohon pengetahuan yang tidak sewenang-wenang dan yang jahat yang berada dalam taman Eden.[4] Namun, perintah dari Allah tidak dihiraukan oleh Adam dan Hawa dan mereka mengambil sebuah keputusan etis yaitu dengan memetik dan memakan buah tersebut.[4] Ketika Allah mengetahui perbuatan tersebut mempunyai sebuah tingkah laku yang dibuat yang dilakukan oleh Allah dan hal ini merupakan ethos Allah (ethos:sikap dasar dalam berbuat sesuatu).[4] Tingkah laku yang dibuat Allah ini merupakan inisiatif dari Allah sendiri yang mencerminkan sikap kasihNya pada manusia, terdapat dua hal yang dilakukan Allah:

  1. Ketika manusia pertama jatuh ke dalam dosa yang yang belakang sekali telanjang dan merasa noda dan bersembunyi di selang pohon-pohon dalam taman, Allah mencarinya dan lebih dulu menyapanya, dimanakah engkau?(Kej 3:9).[4]
  2. Bagi menutupi ketelanjangan manusia, Allah membuatkan pakaian dari kulit hewan, lalu mengenakannya pada kedua manusia berdosa,Adam dan istrinya Hawa (Kej 3:21).[4]

Ethos yang ditunjukkan Allah telah menunjukkan bahwa Allah bersedia merendahkan diriNya dan memperlihatkan sikap kasihnya kepada manusia berdosa.[4] Namun, sikap dan respon manusia terhadap kegunaan Allah justru lebih meningkatkan perbuatan dosanya.[4] Hal ini dapat terlihat pada anak Adam yaitu Kain yang begitu tega dan kejam membunuh adindanya Habel, hanya sebab iri terhadap soal persembahan.[4] Tidak hanya itu saja, ketika manusia lebih jumlah, perbuatannya lebih dipenuhi kejahatan, sampai Tuhan menyesal telah menciptakan manusia (Kej 6:5-6).[4]

Etika dan Moral Abraham

Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya

"Malaikat Tuhan mencegah pengorbanan Ishak", oleh Rembrandt, 1634

.

Etika dan moral Abraham dapat terlihat ketika beliau dipanggil Allah dalam usianya yang ke 75.[4] Pada saat itu, beliau bersama dengan istrinya Sarai beserta keponakannya Lot menuju Kanaan menempuh Sikhem dan Betel lebih kurang tahun 2091 SM (Kej 12:1-5).[4] Abraham yang pada waktu itu bernama Abram berkunjung hanya dengan berbekal iman kepada Tuhan dan beliau sendiri tidak mengetahui bagaimana sebetulnya daerah Kanaan tersebut.[4] Ketika beliau sampai di Kanaan, ternyata negri itu sedang mengalami bencana kelaparan, oleh sebab itu beliau bersama dengan keluarganya berkunjung ke Mesir menempuh Negep.[4] Kejadian Abraham yang menuruti perintah Allah memperlihatkan beberapa sikap iman dan moralnya, selang lain:

  1. Berani melangkah mentaati perintah Tuhan bagi menuju ke negeri yang belum dikenali keadaannya.[4]
  2. Bersiap meninggalkan rumahnya dan berkunjung mengembara yang penuh suka duka serta ancaman bahaya.[4]
  3. Ketika Abraham mencapai tempat yang beliau tuju, mempunyai bencana kelaparan disana, namun Abraham tidak meninggalkan tempat itu melainkan tetap percaya dan setia pada Tuhan.[4]
  4. Percaya bahwa Tuhan pasti akan memberikan yang terbaik dan hal itu terjadi sampai Abraham menjadi Bapa orang beriman bagi segala bangsa.[4]

Selain dari sikap iman dan moral yang ditunjukkan Abraham, mempunyai juga moral buruk yang beliau tunjukkan ketika menghadapi permasalahan hidupnya, yaitu:

  1. Ketika beliau berada di Mesir dimana beliau kuatir dirinya akan dibunuh supaya orang bisa mengambil istrinya.[4]
  2. Abraham berbohong demi menyelamatkan dirinya dengan mengakui istrinya sbg adinda.[4]
  3. Sikap egois dan tidak mengasihi istri dimana Abraham tidak melindungi istrinya dan membiarkan istrinya rela diambil orang.[4]
  4. Abraham tidak menyerahkan perlindungannya pada Allah tetapi beliau tenggelam pada perasaan takutnya yang bisa mengancam nyawanya.[4]

Hukum Taurat

Istilah Taurat bermula dari bahasa Ibrani yaitu torah yang manfaatnya nasihat.[4][1] Asal kata torah mempunyai hubungannya dengan kata kerja hora yang memiliki manfaat memimpin, mengajar, mendidik, dan juga sering diterjemahkan dengan istilah pengajaran.[4][1] Istilah torah diterjemahkan pengajaran tetapi bisa juga diterjemahkan hukum yang bermula dari kata yarah yang manfaatnya mengarahkan atau mengajar.[4][1] Kata tora yang belakang sekali juga dipakai bagi menyebutkan Pentateuch (yakni kelima kitab pertama yang mempunyai dalam Alkitab).[4][1]

Hukum Taurat Musa yang tertulis dalam kelima kitabnya, dapat dibagi dalam tiga golongan, yaitu:

  1. Hukum Moral yang membicarakan peraturan-peraturan Allah bagi umat Israel bagi hidup kudus, mengasihi Allah dan mengasihi sesama yang prinsip dasarnya tertulis dalam sepuluh perintah Tuhan (Kel 20:1-17).[4]
  2. Hukum Perdata atau Hukum Sosial yang membicarakan serta membahas kehidupan hukum dan sosial kemasyarakatan bangsa Israel (Kel 21:1-23:33).[4]
  3. Hukum Peribadatan yang membicarakan wujud dan upacara penyembahan umat Israel kepada Tuhan, juga mengenai sistem pesembahan korban dan kehidupan keagamaan (Kel 24:12-31:18).[4]

Etika Akad Baru

Etika Akad Baru yaitu sebuah petunjuk-petunjuk sikap dan budi pekerti orang-orang Kristen.[5] Oleh sebab itu, etika Akad Baru saling terkait dengan budi pekerti orang-orang Kristen yang pertama dan dengan kehidupan mereka sehari-hari.[5]

Nasihat etik Yesus

Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya

"Kotbah di Bukit", karya Gustave Doré.

Nasihat etik Yesus Kristus di selangnya terdapat dalam Injil-injil sinoptis (Matius, Markus, Lukas), salah satu nasihat tersebut yaitu khotbah di bukit (Mat 5-7; Luk 6:20-49).[6] Dalam khotbah di bukit, Yesus mempermasalahkan etik orang farisi yang paling berpegang teguh pada pelaksanaan hukum taurat tetapi tidak mengarah kepada kegenapan hukum taurat dan kitab para nabi.[7] Dalam hal ini Yesus mengatakan bahwa "jika hidup keagamaanmu tidak lebih sah daripada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam kerajaan surga" (Mat 5:20) sebab Kerajaan Allah sudah tidak jauh kepadamu (Luk 10:9.[7]

Selain itu, nasihat etik Yesus juga berkeinginan kepada manusia bagi menjadi seorang manusia yang bersifat ilahi.[8]. Kata ilahi ini memiliki manfaat menjadi seseorang yang lebih tidak sewenang-wenang dari yang lain.[8] Sbg contoh, Yesus mengajarkan "Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.[8] Dan kepada orang yang akan mengadukan engkau sebab mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu.[8] Dan siapa yang menyuruh engkau berlangsung berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama beliau sejauh dua mil. (Matius 5;39-41).[8]

Yesus dan Hukum Taurat

Pada zaman Yesus, terdapat orang Farisi yang menganggap inti taurat sbg sejumlah tuntutan dan larangan yang mesti dipatuhi.[5] Seluruh peraturan itu berjumlah 613.[5] Masing-masing peraturan ditambah dengan sejumlah petunjuk-petunjuk dan nasihat-nasihat yang memilihkan situasi dan waktu di mana peraturan tersebut mesti dilaksanakan.[5] Ajar dan nasihat yang ditambahkan berfungsi sbg pagar keliling taurat dan dikenali dengan sebutan halakha (=jalan).[5] Halakha merupakan penjelasan taurat tetapi sekaligus juga hukum hukum budaya yang berdasarkan taurat.[5] Oleh sebab tingkah laku yang dibuat yang dilakukan orang Farisi, maka mempunyai sebuah sikap etis yang dilakukan oleh Yesus yang terdapat dalam keempat Injil.[3] Sikap Yesus terhadap hukum Taurat juga berkomunikasi dengan pengajaran-pengajaran yang Beliau lakukan.[3] Salah satu sikap yang ditunjukkan Yesus tedapat dalam Matius 5:17, "Janganlah kamu menyangka, bahwa Diri sendiri datang bagi membubarkan hukum Taurat atau kitab para nabi.[3] Diri sendiri datang bukan bagi membubarkannya, melainkan bagi menggenapinya".[3]Maksud dari kata menggenapi yaitu memenuhi atau menyempurnakan.[3] Namun muncul pertanyaan bagaimana metode Yesus bagi menggenapi hukum Taurat itu?[3]

  1. Yesus mensyaratkan sesuatu yang lebih mendasar daripada hukum Taurat.[3] Yesus dengan segenap hatiNya tunduk kepada tuntutan-tuntutan Hukum Taurat, kerena menurutNya tiada kehendak yang berlangsung kecuali kehendak Bapa yang dinyatakan dalam Hukum Taurat.[3] Dengan kata lain Yesus tidak mengartikan kehendak Allah atas dasar hukum taurat melainkan hukum taurat atas dasar kehendak Allah.[3] Sbg contoh Markus 2:23-28, "Pada suatu kali, pada hari Sabat, Yesus berlangsung di ladang gandum, dan sementara berlangsung murid-murid-Nya memetik bulir gandum.[3] Maka kata orang-orang Farisi kepada-Nya: "Lihat! Mengapa mereka berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat?"[3] Jawab-Nya kepada mereka: "Belum pernahkah kamu baca apa yang dilakukan Daud, ketika beliau dan mereka yang mengikutinya kekurangan dan kelaparan, bagaimana beliau masuk ke dalam Rumah Allah waktu Abyatar menjabat sbg Imam Akbar lalu makan roti sajian itu yang tidak boleh dimakan kecuali oleh imam-imam dan memberinya juga kepada pengikut-pengikut.[3] Lalu kata Yesus kepada mereka: "Hari Sabat diadakan bagi manusia dan bukan manusia bagi hari Sabat, sah Anak Manusia yaitu juga Tuhan atas hari Sabat."[3]
  2. Yesus berperan dengan wibawa terhadap hukum taurat.[3] Sbg contoh, dalam hukum Taurat (Imamat 11-15) dituturkan mengenai peraturan tentang hal yang tahir dan hal yang najis, tentang konsumsi yang halal dan yang haram, tetapi Yesus mmengatakan bahwa apa yang masuk ke dalam tubuh seseorang tidak dapat menajiskannya tetapi apa yang keluar dari tubuh tersebut itulah yang menajiskannya.[3] Dengan demikian Yesus bersedia mengatakan bahwa seluruh konsumsi halal (Mark 7:15,19).[3]

Etika Gereja Mula-mula

Pada saat gereja mula-mula, perkembangan etika dipengaruhi oleh keadaan ekonomi dimana hak milik pribadi dan hak milik bersama selalu diperdebatkan dan menjadi masalah yang cukup akbar.[9] Oleh sebab permasalahan ini, muncul gagasan dari beberapa tokoh gereja mula-mula, yaitu Clement dari Roma, Ignatius dari Antiokhia, dan Agustinus.[9]

Clemens dari Roma

Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya

Santo Clemens, oleh Giovanni Battista Tiepolo

Clemens yaitu orang yang dikata oleh Paulus sbg sahabat yang setia dalam perjuangan pemberitaan Injil (Flp 4:3).[10] Clemens dikenali sebab beliau memiliki hubungan dengan surat Paulus kepada jemaat di Korintus.[10] Pada saat di Korintus, terjadi kericuhan yaitu presbiter yang tua dipecat oleh presbiter yang muda.[10] Clemens menasihatkan kepada jemaat supaya mereka hidup dalam persekutuan yang rukun, dalam kasih, rendah hati, dan hidup suci meniru teladan Kristus, terutama teladan Paulus dan Petrus.[10] Beliau berkeinginan supaya presbiter yang telah dipecat dipulihkan jabatannya serta jemaat menghormati pemimpin-pemimpinnya.[10] Clemens mencetuskan bahwa Tuhan Allah membenci kekacauan, Allah menghendaki ketertiban.[10] Dalam pandangan teologinya, Clemens mengikuti teologi Paulus terutama mengenai pembenaran oleh iman.[10] Beliau mengatakan bahwa seluruh orang akbar dan luhur bukan sebab diri mereka sendiri atau pun oleh pekerjaan mereka, tetapi sebab kehendak Allah.[10]

Dalam konsep Clemens tentang etika, beliau mencetuskan bahwa sikap hidup jemaat mula-mula seharusnya tidak terfokus pada materi.[9] Hal ini beliau katakan bagi menentang pengajaran kaum gnostik yang menganggap tingkat kekayaan dapat dibuat menjadi tolak ukur atau memilihkan tingkat kehidupan sesorang.[9] Permasalahan moral mengenai kekayaan, Clemens tuliskan dalam sebuah tulisannya yang berjudul Who Is The Rich Man That Shall Be Saved?[9] Tulisan Clemens ini mencoba bagi menyelidiki maksud dari tuturan mengenai orang kaya sukar masuk kerajaan Allah (Markus 10:17-27).[9] Menurut Clemens, tidak mempunyai masalah mengenai kekayaan, yang menjadi masalah sebenarnya yaitu sikap kita terhadap kekayaan.[9]

Ignatius dari Antiokhia

Ignatius yaitu seorang yang bermula dari Siria.[10] Beliau dilahirkan lebih kurang tahun 35.[10] Sebelum menjadi kristen, beliau yaitu seorang kafir yang diduga ikut menganiaya orang Kristen.[10] Menurut tradisi, Ignatius yaitu uskup dari Antiokhia yang merupakan murid dari rasul Yohanes.[10] Beliau hidup pada saat pemerintahan kaisar Trajanus.[10] Pada saat itu, kaisar sempat mengunjungi Antiokhia dan mengancam orang-orang disana bagi bersedia mempersembahkan kurban kepada dewa-dewa, namun apabila mempunyai yang tidak melakukan hal ini, maka beliau akan dihukum mati.[10] Perintah kaisar ini tidak didengarkan oleh Ignatius, beliau tetap mempertahankan imannya dan menolak mempersembahkan korban kepada dewa-dewa sebab beliau tidak bersedia menyangkal Yesus.[10] Oleh sebab tingkah laku yang dibuatnya ini, Ignatius dijatuhi hukuman mati dengan dibuang ke dalam Koloseum di Roma dengan tangan yang terantai.[10]

Menurut gagasan Ignatius, permaslahan etika yang muncul pada saat gereja mula-mula yaitu jumlahnya orang yang tidak memperhatikan tentang kasih.[9] Menurutnya, orang kaya tidak memperhatikan janda-janda, orang-orang yang mempunyai dipenjara, orang-orang yang lapar maupun orang-orang yang haus.[9]

Agustinus

Agustinus yaitu seorang murid Paulus.[10] Beliau dikenali sbg pelawan penyesat-penyesat yang gigih.[10] Dalam perlawanannya dengan Donatisme mengakibatkan beliau menguraikan pandangannya tentang gereja dan sakramen.[10] Konsep etis Agustinus terkhusus mengenai seksualitas dan materi.[9] Konsep etis Agustinus mengenai seksualitas diawali dengan pemahaman etika individu dan sosialnya mengenai pertikaian kegunaan (virtue).[11] Menurut Agustinus, kegunaan akan memimpin orang ke dalam hidup yang bahagia dan kehidupan bahagia ini didapatkan oleh tiap orang menempuh cinta kasih yang sempurna dari Allah.[11] Agustinus juga mencetuskan bahwa tidak sewenang-wenang atau buruknya moral seseorang diputuskan dari cintanya terhadap orang lain.[11] Permasalahan mengenai materi, bagi Agustinus kekayaan bukanlah hal yang salah.[9] Jika kekayaan itu dipergunakan bagi memuliakan Allah, maka hal itu yaitu hal yang tidak sewenang-wenang.[9] Namun, apabila motivasi kita menyembah Allah hanya bagi kekayaan, maka itulah yang salah.[9]

Etika Kristen zaman Pertengahan dan Reformasi

Dalam zaman pertengahan, hal-hal yang berkomunikasi dengan etika dijelaskan dalam kumpulan-kumpulan tulisan yang dikata kitab-kitab pengakuan dosa.[9] Tokoh-tokoh yang berperan pada saat itu ditengahnya Luther, Calvin, Zwingli, dan Beza.[9] Tokoh-tokoh ini seringkali menuliskan tulisan tentang permasalahan etika yang saat itu muncul seperti masalah kesusilaan, masalah perang, etika politik, etika posisi, serta tentang pengajaran iman yang terdapat dalam hukum taurat.[9]

Etika Kristen Zaman 20

Salah satu tokoh dalam perkembangan etika zaman 20 yaitu Reinhold Niebuhr.[9] Niebuhr memberikan sebuah nasihat etis mengenai dosa asal atau dosa warisan.[9] Beliau berpendapat bahwa dosa warisan itu yaitu sifat universal manusia yang cenderung memilih bagi berdosa.[9] Hal itu dikarenakan manusia kekurangan kebebasan dalam mengambil keputusan yang bermoral.[9] Selain itu, Karl Barth juga memberikan pandangannya mengenai etika, beliau mencetuskan etika bersumber dari kasih karunia Tuhan yang ditunjukkan menempuh Yesus Kristus.[9] Oleh sebab itu manusia tidak dapat menghindar dari keputusan bebas sama sekali dari kasih Allah yang menaruh Yesus Kristus ke dalam hubungan dengan manusia.[9]

Rujukan

  1. ^ a b c d e f g J. Verkuyl. 1993. Etika Kristen bag. Umum. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hlm.15-17.
  2. ^ (Indonesia)Norman L. Geisler. 2000. Etika Kristen. Malang: Seminari Alkitab Asia Tenggara. Hlm.17.
  3. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x Verne H. Fletcher. 1990. Lihatlah Sang Manusia. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.Hlm. 124-125, 160.
  4. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac ad ae af ag ah Karel Sosipater. 2010. Etika Akad Lama. Jakarta: Suara Hasrat Bangsa. Hlm. 9-21.
  5. ^ a b c d e f g Henk ten Napel. 1991. Jalan yang Lebih Utama Lagi: Etika Akad Baru. Jakarta: BPK Gunung Mulia. hlm. 5-7.
  6. ^ J.A.B. Jongeneel. 1980. Hukum Kemerdekaan: Buku Pegangan Etik Kristen, Jilid 1: Anggota Umum. Jakarta: BPK Gunung Mulia. hlm. 84.
  7. ^ a b (Inggris)Richard A. Burridge. 2007. Imitating Jesus: an Inclusive approach to New Testament Ethics. Grand Rapids: Wm. B. Eerdmans. hlm. 40.
  8. ^ a b c d e Bernhard Kieser. 1987. Moral Dasar: Kaitan Iman dan Perbuatan. Yogyakarta: Kanisius, hlm. 54.
  9. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v (Inggris)J. Philip Wogaman. 1993. Christian Ethics: A Historical Introduction. USA: Westminster/John Knox Press. hlm. 23-36, 218-221.
  10. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s F.D. Wellem. 1993. Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh Dalam Sejarah Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hlm. 82-83.
  11. ^ a b c (Inggris)George Wolfgang Forell. 1979. History of Christian Ethics. Minneapolis: Augsburg Publishing House. Hlm.165.


edunitas.com


Page 4

Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya

Lukisan detail St. Agustinus di sebuah jendela kaca hias karya Louis Comfort Tiffany di Museum Lightner, St. Agustine, Florida, Amerika Serikat.

Etika Kristen (Yunani: ethos, berfaedah adat, hukum budaya) yaitu suatu cabang pengetahuan teologi yang memajukan masalah tentang apa yang tidak sewenang-wenang dari sudut pandang kekristenan.[1] Apabila diamati dari sudut pandang Hukum Taurat dan Injil, maka etika Kristen yaitu segala sesuatu yang dikehendaki oleh Allah dan itulah yang tidak sewenang-wenang.[1] Dengan demikian, maka etika Kristen merupakan satu tingkah laku yang dibuat yang bila diukur secara moral tidak sewenang-wenang.[2] Saat ini, permasalahan yang dihadapi etika Kristen ialah kehendak Allah dari manusia yang diciptakan menurut gambarNya, serta sikap manusia terhadap kehendak Allah itu.[1]

Etika Akad Lama

Titik tolok etika Akad Lama yaitu anugerah Allah terhadap umatnya dan tuntutan perintahnya yang terikat pada tingkah laku yang dibuatnya demi keselamatan umat manusia.[3] Oleh sebab itu, wujud etika Akad Lama berkisar pada tingkah laku yang dibuat Allah dalam sejarah umatnya dan juga yang menuntut respon yang serasi.[3] Hal ini juga mengakibatkan konsep etika Akad Lama selaras dengan sebuah etika yang dinamakan etika teonom yang berdasarkan hubungan selang Allah dan umatnya.[3] Sesuai dengan konsep ini, maka dasar etika Akad Lama dapat disoroti dari empat sisi.[3] Pertama, menanggapi perbuatan Allah dimana bangsa Israel mesti memiliki sorongan bagi mengarah pada budi pekerti etis dalam wujud tanggapan akan tindakan-tindakan Allah dalam sejarah kehidupan mereka.[3] Kedua, mengikuti teladan Allah, dimana bangsa Israel mesti bagi memperlihatkan sifat Allah menempuh budi pekerti mereka.[3] Ketiga, hidup dibawah pemerintahan Allah, maksudnya yaitu kedaulatan dan kewibawaan Allah sbg Raja ilahi yang sebabnya manusia mesti tunduk sbg makhluk ciptaan dan orang bawahan.[3] Keempat yaitu menaati perintah Allah.[3]

Anugerah Allah Dalam Penciptaan

Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya

"Kejatuhan Manusia" oleh Lucas Cranach, cerminan Taman Eden oleh seorang Jerman dari zaman ke-16

Etika Akad Lama pada dasarnya tidak dapat terlepas dari moralitas manusia pertama.[4] Manusia diciptakan Allah sbg makhluk yang istimewa, yaitu sbg gambar Allah, dalam bahasa Ibrani dikata tselem dan dalam bahasa Latin dikata Imago Dei.[4] Tidak hanya itu saja, manusia yang diciptakan Allah juga memiliki kesamaan moral dengan Allah yang maha suci, hal itu terjadi pada waktu Adam dan Hawa belum jatuh ke dalam dosa.[4] Manusia yang telah diciptakan Allah yang belakang sekali merupakan makhluk moral yang diberi kemampuan memilih apa yang akan dilakukannya, apakah akan mematuhi perintah-perintah Allah atau malah menentangnya.[4] Hal ini terjadi sebab manusia yaitu pribadi bebas sama sekali yang juga memiliki kehendak bebas sama sekali.[4] Namun, kehendak bebas sama sekali haruslah diikuti dengan tanggung jawab.[4] Pada waktu Adam dan Hawa telah diciptakan, Allah memberikan sebuah perintah kepada Adam yaitu berupa larangan bagi memetik dan memakan buah dari pohon pengetahuan yang tidak sewenang-wenang dan yang jahat yang berada dalam taman Eden.[4] Namun, perintah dari Allah tidak dihiraukan oleh Adam dan Hawa dan mereka mengambil sebuah keputusan etis yaitu dengan memetik dan memakan buah tersebut.[4] Ketika Allah mengetahui perbuatan tersebut mempunyai sebuah tingkah laku yang dibuat yang dilakukan oleh Allah dan hal ini merupakan ethos Allah (ethos:sikap dasar dalam berbuat sesuatu).[4] Tingkah laku yang dibuat Allah ini merupakan inisiatif dari Allah sendiri yang mencerminkan sikap kasihNya pada manusia, terdapat dua hal yang dilakukan Allah:

  1. Ketika manusia pertama jatuh ke dalam dosa yang yang belakang sekali telanjang dan merasa noda dan bersembunyi di selang pohon-pohon dalam taman, Allah mencarinya dan lebih dulu menyapanya, dimanakah engkau?(Kej 3:9).[4]
  2. Bagi menutupi ketelanjangan manusia, Allah membuatkan pakaian dari kulit hewan, lalu mengenakannya pada kedua manusia berdosa,Adam dan istrinya Hawa (Kej 3:21).[4]

Ethos yang ditunjukkan Allah telah menunjukkan bahwa Allah bersedia merendahkan diriNya dan memperlihatkan sikap kasihnya kepada manusia berdosa.[4] Namun, sikap dan respon manusia terhadap kegunaan Allah justru lebih meningkatkan perbuatan dosanya.[4] Hal ini dapat terlihat pada anak Adam yaitu Kain yang begitu tega dan kejam membunuh adindanya Habel, hanya sebab iri terhadap soal persembahan.[4] Tidak hanya itu saja, ketika manusia lebih jumlah, perbuatannya lebih dipenuhi kejahatan, sampai Tuhan menyesal telah menciptakan manusia (Kej 6:5-6).[4]

Etika dan Moral Abraham

Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya

"Malaikat Tuhan mencegah pengorbanan Ishak", oleh Rembrandt, 1634

.

Etika dan moral Abraham dapat terlihat ketika beliau dipanggil Allah dalam usianya yang ke 75.[4] Pada saat itu, beliau bersama dengan istrinya Sarai beserta keponakannya Lot menuju Kanaan menempuh Sikhem dan Betel lebih kurang tahun 2091 SM (Kej 12:1-5).[4] Abraham yang pada waktu itu bernama Abram berkunjung hanya dengan berbekal iman kepada Tuhan dan beliau sendiri tidak mengetahui bagaimana sebetulnya daerah Kanaan tersebut.[4] Ketika beliau sampai di Kanaan, ternyata negri itu sedang mengalami bencana kelaparan, oleh sebab itu beliau bersama dengan keluarganya berkunjung ke Mesir menempuh Negep.[4] Kejadian Abraham yang menuruti perintah Allah memperlihatkan beberapa sikap iman dan moralnya, selang lain:

  1. Berani melangkah mentaati perintah Tuhan bagi menuju ke negeri yang belum dikenali keadaannya.[4]
  2. Bersiap meninggalkan rumahnya dan berkunjung mengembara yang penuh suka duka serta ancaman bahaya.[4]
  3. Ketika Abraham mencapai tempat yang beliau tuju, mempunyai bencana kelaparan disana, namun Abraham tidak meninggalkan tempat itu melainkan tetap percaya dan setia pada Tuhan.[4]
  4. Percaya bahwa Tuhan pasti akan memberikan yang terbaik dan hal itu terjadi sampai Abraham menjadi Bapa orang beriman bagi segala bangsa.[4]

Selain dari sikap iman dan moral yang ditunjukkan Abraham, mempunyai juga moral buruk yang beliau tunjukkan ketika menghadapi permasalahan hidupnya, yaitu:

  1. Ketika beliau berada di Mesir dimana beliau kuatir dirinya akan dibunuh supaya orang bisa mengambil istrinya.[4]
  2. Abraham berbohong demi menyelamatkan dirinya dengan mengakui istrinya sbg adinda.[4]
  3. Sikap egois dan tidak mengasihi istri dimana Abraham tidak melindungi istrinya dan membiarkan istrinya rela diambil orang.[4]
  4. Abraham tidak menyerahkan perlindungannya pada Allah tetapi beliau tenggelam pada perasaan takutnya yang bisa mengancam nyawanya.[4]

Hukum Taurat

Istilah Taurat bermula dari bahasa Ibrani yaitu torah yang manfaatnya nasihat.[4][1] Asal kata torah mempunyai hubungannya dengan kata kerja hora yang memiliki manfaat memimpin, mengajar, mendidik, dan juga sering diterjemahkan dengan istilah pengajaran.[4][1] Istilah torah diterjemahkan pengajaran tetapi bisa juga diterjemahkan hukum yang bermula dari kata yarah yang manfaatnya mengarahkan atau mengajar.[4][1] Kata tora yang belakang sekali juga dipakai bagi menyebutkan Pentateuch (yakni kelima kitab pertama yang mempunyai dalam Alkitab).[4][1]

Hukum Taurat Musa yang tertulis dalam kelima kitabnya, dapat dibagi dalam tiga golongan, yaitu:

  1. Hukum Moral yang membicarakan peraturan-peraturan Allah bagi umat Israel bagi hidup kudus, mengasihi Allah dan mengasihi sesama yang prinsip dasarnya tertulis dalam sepuluh perintah Tuhan (Kel 20:1-17).[4]
  2. Hukum Perdata atau Hukum Sosial yang membicarakan serta membahas kehidupan hukum dan sosial kemasyarakatan bangsa Israel (Kel 21:1-23:33).[4]
  3. Hukum Peribadatan yang membicarakan wujud dan upacara penyembahan umat Israel kepada Tuhan, juga mengenai sistem pesembahan korban dan kehidupan keagamaan (Kel 24:12-31:18).[4]

Etika Akad Baru

Etika Akad Baru yaitu sebuah petunjuk-petunjuk sikap dan budi pekerti orang-orang Kristen.[5] Oleh sebab itu, etika Akad Baru saling terkait dengan budi pekerti orang-orang Kristen yang pertama dan dengan kehidupan mereka sehari-hari.[5]

Nasihat etik Yesus

Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya

"Kotbah di Bukit", karya Gustave Doré.

Nasihat etik Yesus Kristus di selangnya terdapat dalam Injil-injil sinoptis (Matius, Markus, Lukas), salah satu nasihat tersebut yaitu khotbah di bukit (Mat 5-7; Luk 6:20-49).[6] Dalam khotbah di bukit, Yesus mempermasalahkan etik orang farisi yang paling berpegang teguh pada pelaksanaan hukum taurat tetapi tidak mengarah kepada kegenapan hukum taurat dan kitab para nabi.[7] Dalam hal ini Yesus mengatakan bahwa "jika hidup keagamaanmu tidak lebih sah daripada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam kerajaan surga" (Mat 5:20) sebab Kerajaan Allah sudah tidak jauh kepadamu (Luk 10:9.[7]

Selain itu, nasihat etik Yesus juga berkeinginan kepada manusia bagi menjadi seorang manusia yang bersifat ilahi.[8]. Kata ilahi ini memiliki manfaat menjadi seseorang yang lebih tidak sewenang-wenang dari yang lain.[8] Sbg contoh, Yesus mengajarkan "Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.[8] Dan kepada orang yang akan mengadukan engkau sebab mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu.[8] Dan siapa yang menyuruh engkau berlangsung berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama beliau sejauh dua mil. (Matius 5;39-41).[8]

Yesus dan Hukum Taurat

Pada zaman Yesus, terdapat orang Farisi yang menganggap inti taurat sbg sejumlah tuntutan dan larangan yang mesti dipatuhi.[5] Seluruh peraturan itu berjumlah 613.[5] Masing-masing peraturan ditambah dengan sejumlah petunjuk-petunjuk dan nasihat-nasihat yang memilihkan situasi dan waktu di mana peraturan tersebut mesti dilaksanakan.[5] Ajar dan nasihat yang ditambahkan berfungsi sbg pagar keliling taurat dan dikenali dengan sebutan halakha (=jalan).[5] Halakha merupakan penjelasan taurat tetapi sekaligus juga hukum hukum budaya yang berdasarkan taurat.[5] Oleh sebab tingkah laku yang dibuat yang dilakukan orang Farisi, maka mempunyai sebuah sikap etis yang dilakukan oleh Yesus yang terdapat dalam keempat Injil.[3] Sikap Yesus terhadap hukum Taurat juga berkomunikasi dengan pengajaran-pengajaran yang Beliau lakukan.[3] Salah satu sikap yang ditunjukkan Yesus tedapat dalam Matius 5:17, "Janganlah kamu menyangka, bahwa Diri sendiri datang bagi membubarkan hukum Taurat atau kitab para nabi.[3] Diri sendiri datang bukan bagi membubarkannya, melainkan bagi menggenapinya".[3]Maksud dari kata menggenapi yaitu memenuhi atau menyempurnakan.[3] Namun muncul pertanyaan bagaimana metode Yesus bagi menggenapi hukum Taurat itu?[3]

  1. Yesus mensyaratkan sesuatu yang lebih mendasar daripada hukum Taurat.[3] Yesus dengan segenap hatiNya tunduk kepada tuntutan-tuntutan Hukum Taurat, kerena menurutNya tiada kehendak yang berlangsung kecuali kehendak Bapa yang dinyatakan dalam Hukum Taurat.[3] Dengan kata lain Yesus tidak mengartikan kehendak Allah atas dasar hukum taurat melainkan hukum taurat atas dasar kehendak Allah.[3] Sbg contoh Markus 2:23-28, "Pada suatu kali, pada hari Sabat, Yesus berlangsung di ladang gandum, dan sementara berlangsung murid-murid-Nya memetik bulir gandum.[3] Maka kata orang-orang Farisi kepada-Nya: "Lihat! Mengapa mereka berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat?"[3] Jawab-Nya kepada mereka: "Belum pernahkah kamu baca apa yang dilakukan Daud, ketika beliau dan mereka yang mengikutinya kekurangan dan kelaparan, bagaimana beliau masuk ke dalam Rumah Allah waktu Abyatar menjabat sbg Imam Akbar lalu makan roti sajian itu yang tidak boleh dimakan kecuali oleh imam-imam dan memberinya juga kepada pengikut-pengikut.[3] Lalu kata Yesus kepada mereka: "Hari Sabat diadakan bagi manusia dan bukan manusia bagi hari Sabat, sah Anak Manusia yaitu juga Tuhan atas hari Sabat."[3]
  2. Yesus berperan dengan wibawa terhadap hukum taurat.[3] Sbg contoh, dalam hukum Taurat (Imamat 11-15) dituturkan mengenai peraturan tentang hal yang tahir dan hal yang najis, tentang konsumsi yang halal dan yang haram, tetapi Yesus mmengatakan bahwa apa yang masuk ke dalam tubuh seseorang tidak dapat menajiskannya tetapi apa yang keluar dari tubuh tersebut itulah yang menajiskannya.[3] Dengan demikian Yesus bersedia mengatakan bahwa seluruh konsumsi halal (Mark 7:15,19).[3]

Etika Gereja Mula-mula

Pada saat gereja mula-mula, perkembangan etika dipengaruhi oleh keadaan ekonomi dimana hak milik pribadi dan hak milik bersama selalu diperdebatkan dan menjadi masalah yang cukup akbar.[9] Oleh sebab permasalahan ini, muncul gagasan dari beberapa tokoh gereja mula-mula, yaitu Clement dari Roma, Ignatius dari Antiokhia, dan Agustinus.[9]

Clemens dari Roma

Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya

Santo Clemens, oleh Giovanni Battista Tiepolo

Clemens yaitu orang yang dikata oleh Paulus sbg sahabat yang setia dalam perjuangan pemberitaan Injil (Flp 4:3).[10] Clemens dikenali sebab beliau memiliki hubungan dengan surat Paulus kepada jemaat di Korintus.[10] Pada saat di Korintus, terjadi kericuhan yaitu presbiter yang tua dipecat oleh presbiter yang muda.[10] Clemens menasihatkan kepada jemaat supaya mereka hidup dalam persekutuan yang rukun, dalam kasih, rendah hati, dan hidup suci meniru teladan Kristus, terutama teladan Paulus dan Petrus.[10] Beliau berkeinginan supaya presbiter yang telah dipecat dipulihkan jabatannya serta jemaat menghormati pemimpin-pemimpinnya.[10] Clemens mencetuskan bahwa Tuhan Allah membenci kekacauan, Allah menghendaki ketertiban.[10] Dalam pandangan teologinya, Clemens mengikuti teologi Paulus terutama mengenai pembenaran oleh iman.[10] Beliau mengatakan bahwa seluruh orang akbar dan luhur bukan sebab diri mereka sendiri atau pun oleh pekerjaan mereka, tetapi sebab kehendak Allah.[10]

Dalam konsep Clemens tentang etika, beliau mencetuskan bahwa sikap hidup jemaat mula-mula seharusnya tidak terfokus pada materi.[9] Hal ini beliau katakan bagi menentang pengajaran kaum gnostik yang menganggap tingkat kekayaan dapat dibuat menjadi tolak ukur atau memilihkan tingkat kehidupan sesorang.[9] Permasalahan moral mengenai kekayaan, Clemens tuliskan dalam sebuah tulisannya yang berjudul Who Is The Rich Man That Shall Be Saved?[9] Tulisan Clemens ini mencoba bagi menyelidiki maksud dari tuturan mengenai orang kaya sukar masuk kerajaan Allah (Markus 10:17-27).[9] Menurut Clemens, tidak mempunyai masalah mengenai kekayaan, yang menjadi masalah sebenarnya yaitu sikap kita terhadap kekayaan.[9]

Ignatius dari Antiokhia

Ignatius yaitu seorang yang bermula dari Siria.[10] Beliau dilahirkan lebih kurang tahun 35.[10] Sebelum menjadi kristen, beliau yaitu seorang kafir yang diduga ikut menganiaya orang Kristen.[10] Menurut tradisi, Ignatius yaitu uskup dari Antiokhia yang merupakan murid dari rasul Yohanes.[10] Beliau hidup pada saat pemerintahan kaisar Trajanus.[10] Pada saat itu, kaisar sempat mengunjungi Antiokhia dan mengancam orang-orang disana bagi bersedia mempersembahkan kurban kepada dewa-dewa, namun apabila mempunyai yang tidak melakukan hal ini, maka beliau akan dihukum mati.[10] Perintah kaisar ini tidak didengarkan oleh Ignatius, beliau tetap mempertahankan imannya dan menolak mempersembahkan korban kepada dewa-dewa sebab beliau tidak bersedia menyangkal Yesus.[10] Oleh sebab tingkah laku yang dibuatnya ini, Ignatius dijatuhi hukuman mati dengan dibuang ke dalam Koloseum di Roma dengan tangan yang terantai.[10]

Menurut gagasan Ignatius, permaslahan etika yang muncul pada saat gereja mula-mula yaitu jumlahnya orang yang tidak memperhatikan tentang kasih.[9] Menurutnya, orang kaya tidak memperhatikan janda-janda, orang-orang yang mempunyai dipenjara, orang-orang yang lapar maupun orang-orang yang haus.[9]

Agustinus

Agustinus yaitu seorang murid Paulus.[10] Beliau dikenali sbg pelawan penyesat-penyesat yang gigih.[10] Dalam perlawanannya dengan Donatisme mengakibatkan beliau menguraikan pandangannya tentang gereja dan sakramen.[10] Konsep etis Agustinus terkhusus mengenai seksualitas dan materi.[9] Konsep etis Agustinus mengenai seksualitas diawali dengan pemahaman etika individu dan sosialnya mengenai pertikaian kegunaan (virtue).[11] Menurut Agustinus, kegunaan akan memimpin orang ke dalam hidup yang bahagia dan kehidupan bahagia ini didapatkan oleh tiap orang menempuh cinta kasih yang sempurna dari Allah.[11] Agustinus juga mencetuskan bahwa tidak sewenang-wenang atau buruknya moral seseorang diputuskan dari cintanya terhadap orang lain.[11] Permasalahan mengenai materi, bagi Agustinus kekayaan bukanlah hal yang salah.[9] Jika kekayaan itu dipergunakan bagi memuliakan Allah, maka hal itu yaitu hal yang tidak sewenang-wenang.[9] Namun, apabila motivasi kita menyembah Allah hanya bagi kekayaan, maka itulah yang salah.[9]

Etika Kristen zaman Pertengahan dan Reformasi

Dalam zaman pertengahan, hal-hal yang berkomunikasi dengan etika dijelaskan dalam kumpulan-kumpulan tulisan yang dikata kitab-kitab pengakuan dosa.[9] Tokoh-tokoh yang berperan pada saat itu ditengahnya Luther, Calvin, Zwingli, dan Beza.[9] Tokoh-tokoh ini seringkali menuliskan tulisan tentang permasalahan etika yang saat itu muncul seperti masalah kesusilaan, masalah perang, etika politik, etika posisi, serta tentang pengajaran iman yang terdapat dalam hukum taurat.[9]

Etika Kristen Zaman 20

Salah satu tokoh dalam perkembangan etika zaman 20 yaitu Reinhold Niebuhr.[9] Niebuhr memberikan sebuah nasihat etis mengenai dosa asal atau dosa warisan.[9] Beliau berpendapat bahwa dosa warisan itu yaitu sifat universal manusia yang cenderung memilih bagi berdosa.[9] Hal itu dikarenakan manusia kekurangan kebebasan dalam mengambil keputusan yang bermoral.[9] Selain itu, Karl Barth juga memberikan pandangannya mengenai etika, beliau mencetuskan etika bersumber dari kasih karunia Tuhan yang ditunjukkan menempuh Yesus Kristus.[9] Oleh sebab itu manusia tidak dapat menghindar dari keputusan bebas sama sekali dari kasih Allah yang menaruh Yesus Kristus ke dalam hubungan dengan manusia.[9]

Rujukan

  1. ^ a b c d e f g J. Verkuyl. 1993. Etika Kristen bag. Umum. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hlm.15-17.
  2. ^ (Indonesia)Norman L. Geisler. 2000. Etika Kristen. Malang: Seminari Alkitab Asia Tenggara. Hlm.17.
  3. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x Verne H. Fletcher. 1990. Lihatlah Sang Manusia. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.Hlm. 124-125, 160.
  4. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac ad ae af ag ah Karel Sosipater. 2010. Etika Akad Lama. Jakarta: Suara Hasrat Bangsa. Hlm. 9-21.
  5. ^ a b c d e f g Henk ten Napel. 1991. Jalan yang Lebih Utama Lagi: Etika Akad Baru. Jakarta: BPK Gunung Mulia. hlm. 5-7.
  6. ^ J.A.B. Jongeneel. 1980. Hukum Kemerdekaan: Buku Pegangan Etik Kristen, Jilid 1: Anggota Umum. Jakarta: BPK Gunung Mulia. hlm. 84.
  7. ^ a b (Inggris)Richard A. Burridge. 2007. Imitating Jesus: an Inclusive approach to New Testament Ethics. Grand Rapids: Wm. B. Eerdmans. hlm. 40.
  8. ^ a b c d e Bernhard Kieser. 1987. Moral Dasar: Kaitan Iman dan Perbuatan. Yogyakarta: Kanisius, hlm. 54.
  9. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v (Inggris)J. Philip Wogaman. 1993. Christian Ethics: A Historical Introduction. USA: Westminster/John Knox Press. hlm. 23-36, 218-221.
  10. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s F.D. Wellem. 1993. Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh Dalam Sejarah Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hlm. 82-83.
  11. ^ a b c (Inggris)George Wolfgang Forell. 1979. History of Christian Ethics. Minneapolis: Augsburg Publishing House. Hlm.165.


edunitas.com


Page 5

Badan Antariksa Eropa (Bahasa Inggris: European Space Agency disingkat ESA), adalah organisasi antar pemerintahan yang didedikasikan kepada eksplorasi luar angkasa, didirikan pada 1975, saat ini beranggota 18 negara. Berkantor pusat di Paris, ESA memiliki suatu dewan dengan nyaris 2.000 anggota, dan budget tahunan bertambah kurang €3,6 miliar pada 2009.

Pelabuhan angkasa utama ESA adalah Pusat Antariksa Guyana di Kourou, suatu tempat yang dimungkinkan oleh Perancis. Tempat tersebut dekat dengan khatulistiwa, sehingga orbit-orbit komersial penting mudah kepada diakses. ESA menjadi pimpinan pasar peluncuran antariksa komersial pada dekade 90-an. Tahun-tahun belakangan ini, ESA juga mebangun dirinya untuk pemain akbar dalam eksplorasi luar angkasa.

Misi-misi ilmiah ESA dipusatkan pada ESTEC di Noordwijk, Belanda, misi pengamatan Bumi pada ESRIN di Frascati, Italia, kontrol misi pada European Space Operations Centre (ESOC) di Darmstadt, Jerman, dan European Astronaut Centre (EAC), yang melatih astronot kepada misi-misi mendatang berlokasi di Cologne, Jerman.

 
Afrika
 
Amerika
 
Asia
 
Eropa

  • ASA
  • BSA1
  • BISA
  • SRTI
  • CSO
  • DTU Space
  • esa ECSS
  • ESA
  • CNES
  • DLR
  • Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya
    ISARS
  • Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya
    HSO
  • Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya
    SI
  • Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya
    ASI
  • Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya
    SSTI1
  • Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya
    Luxinnovation
  • Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya
    SRON
  • Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya
    NSC
  • Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya
    CBK
  • Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya
    CEP
  • Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya
    ROSA
  • Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya
  • Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya
    SSP
  • Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya
    INTA
  • Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya
    SNSB
  • Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya
    SSO
  • TÜBİTAK UZAY
  • Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya
    UKSA
  • Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya
    SSAU1

 
Oseania

  • Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya
    CSIRO

 
Dunia

  • APSCO
  • CCSDS
  • COSPAR
  • IAA
  • INTELSAT
  • Interkosmos
  • Intersputnik
  • Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya
    PASA
  • Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya
    UNCOPUOS
  • UNOOSA

 

edunitas.com


Page 6

Badan Antariksa Eropa (Bahasa Inggris: European Space Agency disingkat ESA), adalah organisasi antar pemerintahan yang didedikasikan kepada eksplorasi luar angkasa, didirikan pada 1975, saat ini beranggota 18 negara. Berkantor pusat di Paris, ESA memiliki sebuah dewan dengan nyaris 2.000 anggota, dan budget tahunan bertambah kurang €3,6 miliar pada 2009.

Pelabuhan angkasa utama ESA adalah Pusat Antariksa Guyana di Kourou, sebuah tempat yang dimungkinkan oleh Perancis. Tempat tersebut dekat dengan khatulistiwa, sehingga orbit-orbit komersial penting mudah kepada diakses. ESA menjadi pemimpin pasar peluncuran antariksa komersial pada dekade 90-an. Tahun-tahun belakangan ini, ESA juga mebangun dirinya bagi pemain akbar dalam eksplorasi luar angkasa.

Misi-misi ilmiah ESA dipusatkan pada ESTEC di Noordwijk, Belanda, misi pengamatan Bumi pada ESRIN di Frascati, Italia, kontrol misi pada European Space Operations Centre (ESOC) di Darmstadt, Jerman, dan European Astronaut Centre (EAC), yang melatih astronot kepada misi-misi mendatang berlokasi di Cologne, Jerman.


edunitas.com


Page 7

Badan Antariksa Eropa (Bahasa Inggris: European Space Agency disingkat ESA), adalah organisasi antar pemerintahan yang didedikasikan kepada eksplorasi luar angkasa, didirikan pada 1975, saat ini beranggota 18 negara. Berkantor pusat di Paris, ESA memiliki sebuah dewan dengan nyaris 2.000 anggota, dan budget tahunan bertambah kurang €3,6 miliar pada 2009.

Pelabuhan angkasa utama ESA adalah Pusat Antariksa Guyana di Kourou, sebuah tempat yang dimungkinkan oleh Perancis. Tempat tersebut dekat dengan khatulistiwa, sehingga orbit-orbit komersial penting mudah kepada diakses. ESA menjadi pemimpin pasar peluncuran antariksa komersial pada dekade 90-an. Tahun-tahun belakangan ini, ESA juga mebangun dirinya bagi pemain akbar dalam eksplorasi luar angkasa.

Misi-misi ilmiah ESA dipusatkan pada ESTEC di Noordwijk, Belanda, misi pengamatan Bumi pada ESRIN di Frascati, Italia, kontrol misi pada European Space Operations Centre (ESOC) di Darmstadt, Jerman, dan European Astronaut Centre (EAC), yang melatih astronot kepada misi-misi mendatang berlokasi di Cologne, Jerman.


edunitas.com


Page 8

Badan Antariksa Eropa (Bahasa Inggris: European Space Agency disingkat ESA), adalah organisasi antar pemerintahan yang didedikasikan kepada eksplorasi luar angkasa, didirikan pada 1975, saat ini beranggota 18 negara. Berkantor pusat di Paris, ESA memiliki suatu dewan dengan nyaris 2.000 anggota, dan budget tahunan bertambah kurang €3,6 miliar pada 2009.

Pelabuhan angkasa utama ESA adalah Pusat Antariksa Guyana di Kourou, suatu tempat yang dimungkinkan oleh Perancis. Tempat tersebut dekat dengan khatulistiwa, sehingga orbit-orbit komersial penting mudah kepada diakses. ESA menjadi pemimpin pasar peluncuran antariksa komersial pada dekade 90-an. Tahun-tahun belakangan ini, ESA juga mebangun dirinya untuk pemain akbar dalam eksplorasi luar angkasa.

Misi-misi ilmiah ESA dipusatkan pada ESTEC di Noordwijk, Belanda, misi pengamatan Bumi pada ESRIN di Frascati, Italia, kontrol misi pada European Space Operations Centre (ESOC) di Darmstadt, Jerman, dan European Astronaut Centre (EAC), yang melatih astronot kepada misi-misi mendatang berlokasi di Cologne, Jerman.

 
Afrika
 
Amerika
 
Asia
 
Eropa

  • ASA
  • BSA1
  • BISA
  • SRTI
  • CSO
  • DTU Space
  • esa ECSS
  • ESA
  • CNES
  • DLR
  • Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya
    ISARS
  • Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya
    HSO
  • Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya
    SI
  • Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya
    ASI
  • Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya
    SSTI1
  • Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya
    Luxinnovation
  • Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya
    SRON
  • Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya
    NSC
  • Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya
    CBK
  • Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya
    CEP
  • Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya
    ROSA
  • Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya
  • Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya
    SSP
  • Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya
    INTA
  • Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya
    SNSB
  • Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya
    SSO
  • TÜBİTAK UZAY
  • Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya
    UKSA
  • Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya
    SSAU1

 
Oseania

  • Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya
    CSIRO

 
Dunia

  • APSCO
  • CCSDS
  • COSPAR
  • IAA
  • INTELSAT
  • Interkosmos
  • Intersputnik
  • Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya
    PASA
  • Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya
    UNCOPUOS
  • UNOOSA

 

edunitas.com


Page 9

Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya

Lukisan detail St. Agustinus di suatu jendela kaca hias karya Louis Comfort Tiffany di Museum Lightner, St. Agustine, Florida, Amerika Serikat.

Etika Kristen (Yunani: ethos, berarti kebiasaan, adat) adalah suatu cabang ilmu teologi yang memajukan persoalan tentang apa yang elok dari sudut pandang kekristenan.[1] Apabila dilihat dari sudut pandang Hukum Taurat dan Injil, karenanya etika Kristen adalah segala sesuatu yang dikehendaki oleh Allah dan itulah yang elok.[1] Dengan demikian, karenanya etika Kristen adalah satu tindakan yang bila diukur secara moral elok.[2] Saat ini, permasalahan yang dihadapi etika Kristen ialah harapan Allah dari manusia yang dibuat menurut gambarNya, serta sikap manusia terhadap harapan Allah itu.[1]

Etika Akad Lama

Titik tolok etika Akad Lama adalah anugerah Allah terhadap umatnya dan tuntutan perintahnya yang terikat pada tindakannya demi keselamatan umat manusia.[3] Oleh sebab itu, bentuk etika Akad Lama berkisar pada tindakan Allah dalam sejarah umatnya dan juga yang menuntut respon yang serasi.[3] Hal ini juga menyebabkan konsep etika Akad Lama selaras dengan suatu etika yang dinamakan etika teonom yang berdasarkan hubungan selang Allah dan umatnya.[3] Sesuai dengan konsep ini, karenanya landasan etika Akad Lama dapat disoroti dari empat sisi.[3] Pertama, menanggapi perbuatan Allah dimana bangsa Israel harus memiliki desakan untuk mengarah pada kebaikan budi pekerti etis dalam bentuk tanggapan akan tindakan-tindakan Allah dalam sejarah kehidupan mereka.[3] Kedua, mengikuti teladan Allah, dimana bangsa Israel harus untuk memperlihatkan sifat Allah melalui kebaikan budi pekerti mereka.[3] Ketiga, hidup dibawah pemerintahan Allah, maksudnya adalah kedaulatan dan kewibawaan Allah sebagai Raja ilahi yang sebabnya manusia harus tunduk sebagai makhluk ciptaan dan hamba.[3] Keempat adalah menaati perintah Allah.[3]

Anugerah Allah Dalam Penciptaan

Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya

"Kejatuhan Manusia" oleh Lucas Cranach, bayangan Taman Eden oleh seorang Jerman dari masa zaman ke-16

Etika Akad Lama pada landasannya tidak dapat terlepas dari moralitas manusia pertama.[4] Manusia dibuat Allah sebagai makhluk yang istimewa, adalah sebagai gambar Allah, dalam bahasa Ibrani dikata tselem dan dalam bahasa Latin dikata Imago Dei.[4] Tidak hanya itu saja, manusia yang dibuat Allah juga memiliki kecocokan moral dengan Allah yang maha suci, hal itu terjadi pada waktu Adam dan Hawa belum jatuh ke dalam dosa.[4] Manusia yang telah dibuat Allah selanjutnya adalah makhluk moral yang diberi kemampuan memilih apa yang akan dipertontonkannya, apakah akan mematuhi perintah-perintah Allah atau malah menentangnya.[4] Hal ini terjadi sebab manusia adalah pribadi bebas sama sekali yang juga memiliki harapan bebas sama sekali.[4] Namun, harapan bebas sama sekali haruslah didampingi dengan tanggung jawab.[4] Pada waktu Adam dan Hawa telah dibuat, Allah memberikan suatu perintah kepada Adam adalah berupa larangan untuk memetik dan memakan buah dari pohon ilmu yang elok dan yang jahat yang berada dalam taman Eden.[4] Namun, perintah dari Allah tidak dihiraukan oleh Adam dan Hawa dan mereka mengambil suatu keputusan etis adalah dengan memetik dan memakan buah tersebut.[4] Saat Allah mengetahui perbuatan tersebut benar suatu tindakan yang dipertontonkan oleh Allah dan hal ini adalah ethos Allah (ethos:sikap landasan dalam berbuat sesuatu).[4] Tindakan Allah ini adalah inisiatif dari Allah sendiri yang mencerminkan sikap kasihNya pada manusia, terdapat dua hal yang dipertontonkan Allah:

  1. Saat manusia pertama jatuh ke dalam dosa yang kesudahan telanjang dan merasa aib dan bersembunyi di selang pohon-pohon dalam taman, Allah mencarinya dan semakin dahulu menyapanya, dimanakah engkau?(Kej 3:9).[4]
  2. Untuk menutupi ketelanjangan manusia, Allah membuatkan pakaian dari kulit binatang, lalu mengenakannya pada kedua manusia berdosa,Adam dan istrinya Hawa (Kej 3:21).[4]

Ethos yang diperlihatkan Allah telah menunjukkan bahwa Allah bersedia merendahkan diriNya dan memperlihatkan sikap kasihnya kepada manusia berdosa.[4] Namun, sikap dan respon manusia terhadap kebaikan Allah justru semakin meningkatkan perbuatan dosanya.[4] Hal ini dapat terlihat pada anak Adam adalah Kain yang begitu tega dan kejam membunuh saudara kandung yang lebih mudanya Habel, hanya sebab iri terhadap soal persembahan.[4] Tidak hanya itu saja, saat manusia bertambah jumlah, perbuatannya semakin dipenuhi kejahatan, mencapai Tuhan menyesal telah menciptakan manusia (Kej 6:5-6).[4]

Etika dan Moral Abraham

Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya

"Malaikat Tuhan mencegah pengorbanan Ishak", oleh Rembrandt, 1634

.

Etika dan moral Abraham dapat terlihat saat ia dipanggil Allah dalam usianya yang ke 75.[4] Pada saat itu, ia bersama dengan istrinya Sarai beserta keponakannya Lot menuju Kanaan melalui Sikhem dan Betel sekitar tahun 2091 SM (Kej 12:1-5).[4] Abraham yang pada waktu itu bernama Abram pergi hanya dengan berbekal iman kepada Tuhan dan ia sendiri tidak mengetahui bagaimana sebetulnya daerah Kanaan tersebut.[4] Saat ia mencapai di Kanaan, ternyata negri itu masih merasakan bencana kelaparan, oleh sebab itu ia bersama dengan keluarganya pergi ke Mesir melalui Negep.[4] Kejadian Abraham yang menuruti perintah Allah memperlihatkan beberapa sikap iman dan moralnya, selang lain:

  1. Berani melangkah mentaati perintah Tuhan untuk menuju ke negeri yang belum dikenal keadaannya.[4]
  2. Bersedia meninggalkan rumahnya dan pergi mengembara yang penuh suka duka serta ancaman bahaya.[4]
  3. Saat Abraham mencapai tempat yang ia tuju, benar bencana kelaparan disana, namun Abraham tidak meninggalkan tempat itu melainkan tetap percaya dan setia pada Tuhan.[4]
  4. Percaya bahwa Tuhan pasti akan memberikan yang terbaik dan hal itu terjadi hingga Abraham menjadi Bapa orang beriman untuk segala bangsa.[4]

Selain dari sikap iman dan moral yang diperlihatkan Abraham, benar juga moral buruk yang ia tunjukkan saat menghadapi permasalahan hidupnya, yaitu:

  1. Saat ia berada di Mesir dimana ia kuatir dirinya akan dibunuh supaya orang bisa mengambil istrinya.[4]
  2. Abraham berbohong demi menyelamatkan dirinya dengan mengakui istrinya adik-beradik kandung yang lebih muda.[4]
  3. Sikap egois dan tidak mengasihi istri dimana Abraham tidak melindungi istrinya dan membiarkan istrinya rela diambil orang.[4]
  4. Abraham tidak menyerahkan perlindungannya pada Allah tetapi ia tenggelam pada perasaan takutnya yang bisa mengancam nyawanya.[4]

Hukum Taurat

Istilah Taurat bersumber dari bahasa Ibrani adalah torah yang faedahnya nasihat.[4][1] Asal kata torah benar hubungannya dengan kata kerja hora yang memiliki faedah memimpin, mengajar, mendidik, dan juga sering diterjemahkan dengan istilah pengajaran.[4][1] Istilah torah diartikan pengajaran tetapi bisa juga diartikan hukum yang bersumber dari kata yarah yang faedahnya mengarahkan atau mengajar.[4][1] Kata tora kesudahan juga dipakai untuk menyebutkan Pentateuch (yakni kelima kitab pertama yang benar dalam Alkitab).[4][1]

Hukum Taurat Musa yang tertulis dalam kelima kitabnya, dapat dibagi dalam tiga himpunan, yaitu:

  1. Hukum Moral yang membicarakan peraturan-peraturan Allah untuk umat Israel untuk hidup kudus, mengasihi Allah dan mengasihi sesama yang prinsip landasannya tertulis dalam sepuluh perintah Tuhan (Kel 20:1-17).[4]
  2. Hukum Perdata atau Hukum Sosial yang membicarakan serta membahas kehidupan hukum dan sosial kemasyarakatan bangsa Israel (Kel 21:1-23:33).[4]
  3. Hukum Peribadatan yang membicarakan bentuk dan upacara penyembahan umat Israel kepada Tuhan, juga mengenai sistem pesembahan korban dan kehidupan keagamaan (Kel 24:12-31:18).[4]

Etika Akad Baru

Etika Akad Baru adalah suatu petunjuk-petunjuk sikap dan kebaikan budi pekerti orang-orang Kristen.[5] Oleh sebab itu, etika Akad Baru saling terkait dengan kebaikan budi pekerti orang-orang Kristen yang pertama dan dengan kehidupan mereka sehari-hari.[5]

Nasihat etik Yesus

Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya

"Kotbah di Bukit", karya Gustave Doré.

Nasihat etik Yesus Kristus di selangnya terdapat dalam Injil-injil sinoptis (Matius, Markus, Lukas), salah satu nasihat tersebut adalah khotbah di bukit (Mat 5-7; Luk 6:20-49).[6] Dalam khotbah di bukit, Yesus mempermasalahkan etik orang farisi yang sangat berpegang teguh pada pelaksanaan hukum taurat tetapi tidak mengarah kepada kegenapan hukum taurat dan kitab para nabi.[7] Dalam hal ini Yesus menyebut bahwa "jika hidup keagamaanmu tidak semakin berlaku daripada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam kerajaan surga" (Mat 5:20) sebab Kerajaan Allah sudah tidak jauh kepadamu (Luk 10:9.[7]

Selain itu, nasihat etik Yesus juga menanti kepada manusia untuk menjadi seorang manusia yang bersifat ilahi.[8]. Kata ilahi ini memiliki faedah menjadi seseorang yang semakin elok dari lainnya.[8] Sebagai contoh, Yesus mengajarkan "Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.[8] Dan kepada orang yang akan mengadukan engkau sebab mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu.[8] Dan siapa yang menyuruh engkau berlanjut berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil. (Matius 5;39-41).[8]

Yesus dan Hukum Taurat

Pada zaman Yesus, terdapat orang Farisi yang menganggap isi taurat sebagai sejumlah tuntutan dan larangan yang harus dipatuhi.[5] Semua peraturan itu berjumlah 613.[5] Masing-masing peraturan ditambah dengan sejumlah petunjuk-petunjuk dan nasihat-nasihat yang memilihkan situasi dan waktu di mana peraturan tersebut harus diterapkan.[5] Segala sesuatu yang diajarkan dan nasihat yang ditambahkan berfungsi sebagai pagar keliling taurat dan dikenal dengan sebutan halakha (=jalan).[5] Halakha adalah penjelasan taurat tetapi sekaligus juga hukum adat yang sesuai taurat.[5] Oleh sebab tindakan yang dipertontonkan orang Farisi, karenanya benar suatu sikap etis yang dipertontonkan oleh Yesus yang terdapat dalam keempat Injil.[3] Sikap Yesus terhadap hukum Taurat juga mengadakan komunikasi dengan pengajaran-pengajaran yang Ia lakukan.[3] Salah satu sikap yang diperlihatkan Yesus tedapat dalam Matius 5:17, "Janganlah kamu menyangka, bahwa Diri sendiri datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi.[3] Diri sendiri datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya".[3]Maksud dari kata menggenapi adalah memenuhi atau menyempurnakan.[3] Namun muncul pertanyaan bagaimana metode Yesus untuk menggenapi hukum Taurat itu?[3]

  1. Yesus mensyaratkan sesuatu yang semakin mendasar daripada hukum Taurat.[3] Yesus dengan segenap hatiNya tunduk kepada tuntutan-tuntutan Hukum Taurat, kerena menurutNya tiada harapan yang berjalan kecuali harapan Bapa yang diberitahukan dalam Hukum Taurat.[3] Dengan kata lain Yesus tidak mendefinisikan harapan Allah atas landasan hukum taurat melainkan hukum taurat atas landasan harapan Allah.[3] Sebagai contoh Markus 2:23-28, "Pada suatu kali, pada hari Sabat, Yesus berlanjut di ladang gandum, dan sementara berlanjut murid-murid-Nya memetik bulir gandum.[3] Karenanya kata orang-orang Farisi kepada-Nya: "Lihat! Mengapa mereka berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat?"[3] Jawab-Nya kepada mereka: "Belum pernahkah kamu baca apa yang dipertontonkan Daud, saat ia dan mereka yang mengikutinya kekurangan dan kelaparan, bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah waktu Abyatar menjabat sebagai Imam Akbar lalu makan roti sajian itu yang tidak boleh dimakan kecuali oleh imam-imam dan memberinya juga kepada pengikut-pengikut.[3] Lalu kata Yesus kepada mereka: "Hari Sabat disediakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat, sah Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat."[3]
  2. Yesus berperan dengan wibawa terhadap hukum taurat.[3] Sebagai contoh, dalam hukum Taurat (Imamat 11-15) diistilahkan mengenai peraturan tentang hal yang tahir dan hal yang najis, tentang makanan yang halal dan yang haram, tetapi Yesus mmengatakan bahwa apa yang masuk ke dalam tubuh seseorang tidak dapat menajiskannya tetapi apa yang keluar dari tubuh tersebut itulah yang menajiskannya.[3] Dengan demikian Yesus akan menyebut bahwa semua makanan halal (Mark 7:15,19).[3]

Etika Gereja Mula-mula

Pada masa gereja mula-mula, perkembangan etika dipengaruhi oleh keadaan ekonomi dimana hak milik pribadi dan hak milik bersama selalu diperdebatkan dan menjadi persoalan yang cukup akbar.[9] Oleh sebab permasalahan ini, muncul argumen dari beberapa tokoh gereja mula-mula, adalah Clement dari Roma, Ignatius dari Antiokhia, dan Agustinus.[9]

Clemens dari Roma

Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya

Santo Clemens, oleh Giovanni Battista Tiepolo

Clemens adalah orang yang dikata oleh Paulus sebagai kenalan yang setia dalam perjuangan pemberitaan Injil (Flp 4:3).[10] Clemens dikenal sebab ia memiliki hubungan dengan surat Paulus kepada jemaat di Korintus.[10] Pada saat di Korintus, terjadi kericuhan adalah presbiter yang tua dipecat oleh presbiter yang muda.[10] Clemens menasihatkan kepada jemaat supaya mereka hidup dalam persekutuan yang rukun, dalam kasih, rendah hati, dan hidup suci meniru teladan Kristus, terutama teladan Paulus dan Petrus.[10] Ia menanti supaya presbiter yang telah dipecat dipulihkan letaknya serta jemaat menghormati pemimpin-pemimpinnya.[10] Clemens menyatakan bahwa Tuhan Allah membenci kekacauan, Allah menghendaki ketertiban.[10] Dalam pandangan teologinya, Clemens mengikuti teologi Paulus terutama mengenai pembenaran oleh iman.[10] Ia menyebut bahwa semua orang akbar dan agung bukan sebab diri mereka sendiri atau pun oleh pekerjaan mereka, tetapi sebab harapan Allah.[10]

Dalam konsep Clemens tentang etika, ia menyatakan bahwa sikap hidup jemaat mula-mula seharusnya tidak terfokus pada materi.[9] Hal ini ia beritahukan untuk menentang pengajaran kaum gnostik yang menganggap tingkat kekayaan dapat menjadi tolak ukur atau memilihkan tingkat kehidupan sesorang.[9] Permasalahan moral mengenai kekayaan, Clemens tuliskan dalam suatu tulisannya yang berjudul Who Is The Rich Man That Shall Be Saved?[9] Tulisan Clemens ini mencoba untuk menyelidiki maksud dari kisah mengenai orang kaya sukar masuk kerajaan Allah (Markus 10:17-27).[9] Menurut Clemens, tidak benar persoalan mengenai kekayaan, yang menjadi persoalan sebenarnya adalah sikap kita terhadap kekayaan.[9]

Ignatius dari Antiokhia

Ignatius adalah seorang yang bersumber dari Siria.[10] Ia dilahirkan sekitar tahun 35.[10] Sebelum menjadi kristen, ia adalah seorang kafir yang diduga turut menganiaya orang Kristen.[10] Menurut tradisi, Ignatius adalah uskup dari Antiokhia yang adalah murid dari rasul Yohanes.[10] Ia hidup pada masa pemerintahan kaisar Trajanus.[10] Pada masa itu, kaisar sempat mengunjungi Antiokhia dan mengancam orang-orang disana untuk bersedia mempersembahkan kurban kepada dewa-dewa, namun apabila benar yang tidak melaksanakan hal ini, karenanya ia akan dihukum mati.[10] Perintah kaisar ini tidak didengarkan oleh Ignatius, ia tetap mempertahankan imannya dan menolak mempersembahkan korban kepada dewa-dewa sebab ia tidak bersedia menyangkal Yesus.[10] Oleh sebab tindakannya ini, Ignatius dijatuhi hukuman mati dengan dibuang ke dalam Koloseum di Roma dengan tangan yang terantai.[10]

Menurut argumen Ignatius, permaslahan etika yang muncul pada masa gereja mula-mula adalah jumlahnya orang yang tidak memperhatikan tentang kasih.[9] Menurutnya, orang kaya tidak memperhatikan janda-janda, orang-orang yang benar dipenjara, orang-orang yang lapar maupun orang-orang yang haus.[9]

Agustinus

Agustinus adalah seorang murid Paulus.[10] Ia dikenal sebagai pelawan penyesat-penyesat yang gigih.[10] Dalam perlawanannya dengan Donatisme menyebabkan ia menguraikan pandangannya tentang gereja dan sakramen.[10] Konsep etis Agustinus terkhusus mengenai seksualitas dan materi.[9] Konsep etis Agustinus mengenai seksualitas diawali dengan pemahaman etika individu dan sosialnya mengenai pertikaian kebaikan (virtue).[11] Menurut Agustinus, kebaikan akan memimpin orang ke dalam hidup yang bahagia dan kehidupan bahagia ini didapatkan oleh tiap orang melalui cinta kasih yang sempurna dari Allah.[11] Agustinus juga menyatakan bahwa elok atau buruknya moral seseorang ditentukan dari cintanya terhadap orang lain.[11] Permasalahan mengenai materi, untuk Agustinus kekayaan bukanlah hal yang salah.[9] Jika kekayaan itu dipergunakan untuk memuliakan Allah, karenanya hal itu adalah hal yang elok.[9] Namun, apabila motivasi kita menyembah Allah hanya untuk kekayaan, karenanya itulah yang salah.[9]

Etika Kristen masa zaman Menengah dan Reformasi

Dalam masa zaman menengah, hal-hal yang mengadakan komunikasi dengan etika diterangkan dalam kumpulan-kumpulan tulisan yang dikata kitab-kitab pengakuan dosa.[9] Tokoh-tokoh yang berperan pada saat itu selang lain Luther, Calvin, Zwingli, dan Beza.[9] Tokoh-tokoh ini seringkali menuliskan tulisan tentang permasalahan etika yang saat itu muncul seperti persoalan kesusilaan, persoalan perang, etika politik, etika letak, serta tentang pengajaran iman yang terdapat dalam hukum taurat.[9]

Etika Kristen Masa zaman 20

Salah satu tokoh dalam perkembangan etika masa zaman 20 adalah Reinhold Niebuhr.[9] Niebuhr memberikan suatu nasihat etis mengenai dosa asal atau dosa warisan.[9] Ia berpendapat bahwa dosa warisan itu adalah sifat universal manusia yang cenderung memilih untuk berdosa.[9] Hal itu dikarenakan manusia kekurangan kebebasan dalam mengambil keputusan yang bermoral.[9] Selain itu, Karl Barth juga memberikan pandangannya mengenai etika, ia menyatakan etika bersumber dari kasih karunia Tuhan yang diperlihatkan melalui Yesus Kristus.[9] Oleh sebab itu manusia tidak dapat menghindar dari keputusan bebas sama sekali dari kasih Allah yang meletak Yesus Kristus ke dalam hubungan dengan manusia.[9]

Pustaka

  1. ^ a b c d e f g J. Verkuyl. 1993. Etika Kristen bag. Umum. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hlm.15-17.
  2. ^ (Indonesia)Norman L. Geisler. 2000. Etika Kristen. Malang: Seminari Alkitab Asia Tenggara. Hlm.17.
  3. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x Verne H. Fletcher. 1990. Lihatlah Sang Manusia. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.Hlm. 124-125, 160.
  4. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac ad ae af ag ah Karel Sosipater. 2010. Etika Akad Lama. Jakarta: Suara Harapan Bangsa. Hlm. 9-21.
  5. ^ a b c d e f g Henk ten Napel. 1991. Perlintasan yang Semakin Utama Lagi: Etika Akad Baru. Jakarta: BPK Gunung Mulia. hlm. 5-7.
  6. ^ J.A.B. Jongeneel. 1980. Hukum Kemerdekaan: Buku Pegangan Etik Kristen, Jilid 1: Bidang Umum. Jakarta: BPK Gunung Mulia. hlm. 84.
  7. ^ a b (Inggris)Richard A. Burridge. 2007. Imitating Jesus: an Inclusive approach to New Testament Ethics. Grand Rapids: Wm. B. Eerdmans. hlm. 40.
  8. ^ a b c d e Bernhard Kieser. 1987. Moral Dasar: Kaitan Iman dan Perbuatan. Yogyakarta: Kanisius, hlm. 54.
  9. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v (Inggris)J. Philip Wogaman. 1993. Christian Ethics: A Historical Introduction. USA: Westminster/John Knox Press. hlm. 23-36, 218-221.
  10. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s F.D. Wellem. 1993. Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh Dalam Sejarah Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hlm. 82-83.
  11. ^ a b c (Inggris)George Wolfgang Forell. 1979. History of Christian Ethics. Minneapolis: Augsburg Publishing House. Hlm.165.


edunitas.com


Page 10

Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya

Lukisan detail St. Agustinus di suatu jendela kaca hias karya Louis Comfort Tiffany di Museum Lightner, St. Agustine, Florida, Amerika Serikat.

Etika Kristen (Yunani: ethos, berarti kebiasaan, adat) adalah suatu cabang ilmu teologi yang memajukan persoalan tentang apa yang elok dari sudut pandang kekristenan.[1] Apabila dilihat dari sudut pandang Hukum Taurat dan Injil, karenanya etika Kristen adalah segala sesuatu yang dikehendaki oleh Allah dan itulah yang elok.[1] Dengan demikian, karenanya etika Kristen adalah satu tindakan yang bila diukur secara moral elok.[2] Saat ini, permasalahan yang dihadapi etika Kristen ialah harapan Allah dari manusia yang dibuat menurut gambarNya, serta sikap manusia terhadap harapan Allah itu.[1]

Etika Akad Lama

Titik tolok etika Akad Lama adalah anugerah Allah terhadap umatnya dan tuntutan perintahnya yang terikat pada tindakannya demi keselamatan umat manusia.[3] Oleh sebab itu, bentuk etika Akad Lama berkisar pada tindakan Allah dalam sejarah umatnya dan juga yang menuntut respon yang serasi.[3] Hal ini juga menyebabkan konsep etika Akad Lama selaras dengan suatu etika yang dinamakan etika teonom yang berdasarkan hubungan selang Allah dan umatnya.[3] Sesuai dengan konsep ini, karenanya landasan etika Akad Lama dapat disoroti dari empat sisi.[3] Pertama, menanggapi perbuatan Allah dimana bangsa Israel harus memiliki desakan untuk mengarah pada kebaikan budi pekerti etis dalam bentuk tanggapan akan tindakan-tindakan Allah dalam sejarah kehidupan mereka.[3] Kedua, mengikuti teladan Allah, dimana bangsa Israel harus untuk memperlihatkan sifat Allah melalui kebaikan budi pekerti mereka.[3] Ketiga, hidup dibawah pemerintahan Allah, maksudnya adalah kedaulatan dan kewibawaan Allah sebagai Raja ilahi yang sebabnya manusia harus tunduk sebagai makhluk ciptaan dan hamba.[3] Keempat adalah menaati perintah Allah.[3]

Anugerah Allah Dalam Penciptaan

Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya

"Kejatuhan Manusia" oleh Lucas Cranach, bayangan Taman Eden oleh seorang Jerman dari masa zaman ke-16

Etika Akad Lama pada landasannya tidak dapat terlepas dari moralitas manusia pertama.[4] Manusia dibuat Allah sebagai makhluk yang istimewa, adalah sebagai gambar Allah, dalam bahasa Ibrani dikata tselem dan dalam bahasa Latin dikata Imago Dei.[4] Tidak hanya itu saja, manusia yang dibuat Allah juga memiliki kecocokan moral dengan Allah yang maha suci, hal itu terjadi pada waktu Adam dan Hawa belum jatuh ke dalam dosa.[4] Manusia yang telah dibuat Allah selanjutnya adalah makhluk moral yang diberi kemampuan memilih apa yang akan dipertontonkannya, apakah akan mematuhi perintah-perintah Allah atau malah menentangnya.[4] Hal ini terjadi sebab manusia adalah pribadi bebas sama sekali yang juga memiliki harapan bebas sama sekali.[4] Namun, harapan bebas sama sekali haruslah didampingi dengan tanggung jawab.[4] Pada waktu Adam dan Hawa telah dibuat, Allah memberikan suatu perintah kepada Adam adalah berupa larangan untuk memetik dan memakan buah dari pohon ilmu yang elok dan yang jahat yang berada dalam taman Eden.[4] Namun, perintah dari Allah tidak dihiraukan oleh Adam dan Hawa dan mereka mengambil suatu keputusan etis adalah dengan memetik dan memakan buah tersebut.[4] Saat Allah mengetahui perbuatan tersebut benar suatu tindakan yang dipertontonkan oleh Allah dan hal ini adalah ethos Allah (ethos:sikap landasan dalam berbuat sesuatu).[4] Tindakan Allah ini adalah inisiatif dari Allah sendiri yang mencerminkan sikap kasihNya pada manusia, terdapat dua hal yang dipertontonkan Allah:

  1. Saat manusia pertama jatuh ke dalam dosa yang kesudahan telanjang dan merasa aib dan bersembunyi di selang pohon-pohon dalam taman, Allah mencarinya dan semakin dahulu menyapanya, dimanakah engkau?(Kej 3:9).[4]
  2. Untuk menutupi ketelanjangan manusia, Allah membuatkan pakaian dari kulit binatang, lalu mengenakannya pada kedua manusia berdosa,Adam dan istrinya Hawa (Kej 3:21).[4]

Ethos yang diperlihatkan Allah telah menunjukkan bahwa Allah bersedia merendahkan diriNya dan memperlihatkan sikap kasihnya kepada manusia berdosa.[4] Namun, sikap dan respon manusia terhadap kebaikan Allah justru semakin meningkatkan perbuatan dosanya.[4] Hal ini dapat terlihat pada anak Adam adalah Kain yang begitu tega dan kejam membunuh saudara kandung yang lebih mudanya Habel, hanya sebab iri terhadap soal persembahan.[4] Tidak hanya itu saja, saat manusia bertambah jumlah, perbuatannya semakin dipenuhi kejahatan, mencapai Tuhan menyesal telah menciptakan manusia (Kej 6:5-6).[4]

Etika dan Moral Abraham

Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya

"Malaikat Tuhan mencegah pengorbanan Ishak", oleh Rembrandt, 1634

.

Etika dan moral Abraham dapat terlihat saat ia dipanggil Allah dalam usianya yang ke 75.[4] Pada saat itu, ia bersama dengan istrinya Sarai beserta keponakannya Lot menuju Kanaan melalui Sikhem dan Betel sekitar tahun 2091 SM (Kej 12:1-5).[4] Abraham yang pada waktu itu bernama Abram pergi hanya dengan berbekal iman kepada Tuhan dan ia sendiri tidak mengetahui bagaimana sebetulnya daerah Kanaan tersebut.[4] Saat ia mencapai di Kanaan, ternyata negri itu masih merasakan bencana kelaparan, oleh sebab itu ia bersama dengan keluarganya pergi ke Mesir melalui Negep.[4] Kejadian Abraham yang menuruti perintah Allah memperlihatkan beberapa sikap iman dan moralnya, selang lain:

  1. Berani melangkah mentaati perintah Tuhan untuk menuju ke negeri yang belum dikenal keadaannya.[4]
  2. Bersedia meninggalkan rumahnya dan pergi mengembara yang penuh suka duka serta ancaman bahaya.[4]
  3. Saat Abraham mencapai tempat yang ia tuju, benar bencana kelaparan disana, namun Abraham tidak meninggalkan tempat itu melainkan tetap percaya dan setia pada Tuhan.[4]
  4. Percaya bahwa Tuhan pasti akan memberikan yang terbaik dan hal itu terjadi hingga Abraham menjadi Bapa orang beriman untuk segala bangsa.[4]

Selain dari sikap iman dan moral yang diperlihatkan Abraham, benar juga moral buruk yang ia tunjukkan saat menghadapi permasalahan hidupnya, yaitu:

  1. Saat ia berada di Mesir dimana ia kuatir dirinya akan dibunuh supaya orang bisa mengambil istrinya.[4]
  2. Abraham berbohong demi menyelamatkan dirinya dengan mengakui istrinya adik-beradik kandung yang lebih muda.[4]
  3. Sikap egois dan tidak mengasihi istri dimana Abraham tidak melindungi istrinya dan membiarkan istrinya rela diambil orang.[4]
  4. Abraham tidak menyerahkan perlindungannya pada Allah tetapi ia tenggelam pada perasaan takutnya yang bisa mengancam nyawanya.[4]

Hukum Taurat

Istilah Taurat bersumber dari bahasa Ibrani adalah torah yang faedahnya nasihat.[4][1] Asal kata torah benar hubungannya dengan kata kerja hora yang memiliki faedah memimpin, mengajar, mendidik, dan juga sering diterjemahkan dengan istilah pengajaran.[4][1] Istilah torah diartikan pengajaran tetapi bisa juga diartikan hukum yang bersumber dari kata yarah yang faedahnya mengarahkan atau mengajar.[4][1] Kata tora kesudahan juga dipakai untuk menyebutkan Pentateuch (yakni kelima kitab pertama yang benar dalam Alkitab).[4][1]

Hukum Taurat Musa yang tertulis dalam kelima kitabnya, dapat dibagi dalam tiga himpunan, yaitu:

  1. Hukum Moral yang membicarakan peraturan-peraturan Allah untuk umat Israel untuk hidup kudus, mengasihi Allah dan mengasihi sesama yang prinsip landasannya tertulis dalam sepuluh perintah Tuhan (Kel 20:1-17).[4]
  2. Hukum Perdata atau Hukum Sosial yang membicarakan serta membahas kehidupan hukum dan sosial kemasyarakatan bangsa Israel (Kel 21:1-23:33).[4]
  3. Hukum Peribadatan yang membicarakan bentuk dan upacara penyembahan umat Israel kepada Tuhan, juga mengenai sistem pesembahan korban dan kehidupan keagamaan (Kel 24:12-31:18).[4]

Etika Akad Baru

Etika Akad Baru adalah suatu petunjuk-petunjuk sikap dan kebaikan budi pekerti orang-orang Kristen.[5] Oleh sebab itu, etika Akad Baru saling terkait dengan kebaikan budi pekerti orang-orang Kristen yang pertama dan dengan kehidupan mereka sehari-hari.[5]

Nasihat etik Yesus

Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya

"Kotbah di Bukit", karya Gustave Doré.

Nasihat etik Yesus Kristus di selangnya terdapat dalam Injil-injil sinoptis (Matius, Markus, Lukas), salah satu nasihat tersebut adalah khotbah di bukit (Mat 5-7; Luk 6:20-49).[6] Dalam khotbah di bukit, Yesus mempermasalahkan etik orang farisi yang sangat berpegang teguh pada pelaksanaan hukum taurat tetapi tidak mengarah kepada kegenapan hukum taurat dan kitab para nabi.[7] Dalam hal ini Yesus menyebut bahwa "jika hidup keagamaanmu tidak semakin berlaku daripada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam kerajaan surga" (Mat 5:20) sebab Kerajaan Allah sudah tidak jauh kepadamu (Luk 10:9.[7]

Selain itu, nasihat etik Yesus juga menanti kepada manusia untuk menjadi seorang manusia yang bersifat ilahi.[8]. Kata ilahi ini memiliki faedah menjadi seseorang yang semakin elok dari lainnya.[8] Sebagai contoh, Yesus mengajarkan "Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.[8] Dan kepada orang yang akan mengadukan engkau sebab mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu.[8] Dan siapa yang menyuruh engkau berlanjut berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil. (Matius 5;39-41).[8]

Yesus dan Hukum Taurat

Pada zaman Yesus, terdapat orang Farisi yang menganggap isi taurat sebagai sejumlah tuntutan dan larangan yang harus dipatuhi.[5] Semua peraturan itu berjumlah 613.[5] Masing-masing peraturan ditambah dengan sejumlah petunjuk-petunjuk dan nasihat-nasihat yang memilihkan situasi dan waktu di mana peraturan tersebut harus diterapkan.[5] Segala sesuatu yang diajarkan dan nasihat yang ditambahkan berfungsi sebagai pagar keliling taurat dan dikenal dengan sebutan halakha (=jalan).[5] Halakha adalah penjelasan taurat tetapi sekaligus juga hukum adat yang sesuai taurat.[5] Oleh sebab tindakan yang dipertontonkan orang Farisi, karenanya benar suatu sikap etis yang dipertontonkan oleh Yesus yang terdapat dalam keempat Injil.[3] Sikap Yesus terhadap hukum Taurat juga mengadakan komunikasi dengan pengajaran-pengajaran yang Ia lakukan.[3] Salah satu sikap yang diperlihatkan Yesus tedapat dalam Matius 5:17, "Janganlah kamu menyangka, bahwa Diri sendiri datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi.[3] Diri sendiri datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya".[3]Maksud dari kata menggenapi adalah memenuhi atau menyempurnakan.[3] Namun muncul pertanyaan bagaimana metode Yesus untuk menggenapi hukum Taurat itu?[3]

  1. Yesus mensyaratkan sesuatu yang semakin mendasar daripada hukum Taurat.[3] Yesus dengan segenap hatiNya tunduk kepada tuntutan-tuntutan Hukum Taurat, kerena menurutNya tiada harapan yang berjalan kecuali harapan Bapa yang diberitahukan dalam Hukum Taurat.[3] Dengan kata lain Yesus tidak mendefinisikan harapan Allah atas landasan hukum taurat melainkan hukum taurat atas landasan harapan Allah.[3] Sebagai contoh Markus 2:23-28, "Pada suatu kali, pada hari Sabat, Yesus berlanjut di ladang gandum, dan sementara berlanjut murid-murid-Nya memetik bulir gandum.[3] Karenanya kata orang-orang Farisi kepada-Nya: "Lihat! Mengapa mereka berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat?"[3] Jawab-Nya kepada mereka: "Belum pernahkah kamu baca apa yang dipertontonkan Daud, saat ia dan mereka yang mengikutinya kekurangan dan kelaparan, bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah waktu Abyatar menjabat sebagai Imam Akbar lalu makan roti sajian itu yang tidak boleh dimakan kecuali oleh imam-imam dan memberinya juga kepada pengikut-pengikut.[3] Lalu kata Yesus kepada mereka: "Hari Sabat disediakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat, sah Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat."[3]
  2. Yesus berperan dengan wibawa terhadap hukum taurat.[3] Sebagai contoh, dalam hukum Taurat (Imamat 11-15) diistilahkan mengenai peraturan tentang hal yang tahir dan hal yang najis, tentang makanan yang halal dan yang haram, tetapi Yesus mmengatakan bahwa apa yang masuk ke dalam tubuh seseorang tidak dapat menajiskannya tetapi apa yang keluar dari tubuh tersebut itulah yang menajiskannya.[3] Dengan demikian Yesus akan menyebut bahwa semua makanan halal (Mark 7:15,19).[3]

Etika Gereja Mula-mula

Pada masa gereja mula-mula, perkembangan etika dipengaruhi oleh keadaan ekonomi dimana hak milik pribadi dan hak milik bersama selalu diperdebatkan dan menjadi persoalan yang cukup akbar.[9] Oleh sebab permasalahan ini, muncul argumen dari beberapa tokoh gereja mula-mula, adalah Clement dari Roma, Ignatius dari Antiokhia, dan Agustinus.[9]

Clemens dari Roma

Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya

Santo Clemens, oleh Giovanni Battista Tiepolo

Clemens adalah orang yang dikata oleh Paulus sebagai kenalan yang setia dalam perjuangan pemberitaan Injil (Flp 4:3).[10] Clemens dikenal sebab ia memiliki hubungan dengan surat Paulus kepada jemaat di Korintus.[10] Pada saat di Korintus, terjadi kericuhan adalah presbiter yang tua dipecat oleh presbiter yang muda.[10] Clemens menasihatkan kepada jemaat supaya mereka hidup dalam persekutuan yang rukun, dalam kasih, rendah hati, dan hidup suci meniru teladan Kristus, terutama teladan Paulus dan Petrus.[10] Ia menanti supaya presbiter yang telah dipecat dipulihkan letaknya serta jemaat menghormati pemimpin-pemimpinnya.[10] Clemens menyatakan bahwa Tuhan Allah membenci kekacauan, Allah menghendaki ketertiban.[10] Dalam pandangan teologinya, Clemens mengikuti teologi Paulus terutama mengenai pembenaran oleh iman.[10] Ia menyebut bahwa semua orang akbar dan agung bukan sebab diri mereka sendiri atau pun oleh pekerjaan mereka, tetapi sebab harapan Allah.[10]

Dalam konsep Clemens tentang etika, ia menyatakan bahwa sikap hidup jemaat mula-mula seharusnya tidak terfokus pada materi.[9] Hal ini ia beritahukan untuk menentang pengajaran kaum gnostik yang menganggap tingkat kekayaan dapat menjadi tolak ukur atau memilihkan tingkat kehidupan sesorang.[9] Permasalahan moral mengenai kekayaan, Clemens tuliskan dalam suatu tulisannya yang berjudul Who Is The Rich Man That Shall Be Saved?[9] Tulisan Clemens ini mencoba untuk menyelidiki maksud dari kisah mengenai orang kaya sukar masuk kerajaan Allah (Markus 10:17-27).[9] Menurut Clemens, tidak benar persoalan mengenai kekayaan, yang menjadi persoalan sebenarnya adalah sikap kita terhadap kekayaan.[9]

Ignatius dari Antiokhia

Ignatius adalah seorang yang bersumber dari Siria.[10] Ia dilahirkan sekitar tahun 35.[10] Sebelum menjadi kristen, ia adalah seorang kafir yang diduga turut menganiaya orang Kristen.[10] Menurut tradisi, Ignatius adalah uskup dari Antiokhia yang adalah murid dari rasul Yohanes.[10] Ia hidup pada masa pemerintahan kaisar Trajanus.[10] Pada masa itu, kaisar sempat mengunjungi Antiokhia dan mengancam orang-orang disana untuk bersedia mempersembahkan kurban kepada dewa-dewa, namun apabila benar yang tidak melaksanakan hal ini, karenanya ia akan dihukum mati.[10] Perintah kaisar ini tidak didengarkan oleh Ignatius, ia tetap mempertahankan imannya dan menolak mempersembahkan korban kepada dewa-dewa sebab ia tidak bersedia menyangkal Yesus.[10] Oleh sebab tindakannya ini, Ignatius dijatuhi hukuman mati dengan dibuang ke dalam Koloseum di Roma dengan tangan yang terantai.[10]

Menurut argumen Ignatius, permaslahan etika yang muncul pada masa gereja mula-mula adalah jumlahnya orang yang tidak memperhatikan tentang kasih.[9] Menurutnya, orang kaya tidak memperhatikan janda-janda, orang-orang yang benar dipenjara, orang-orang yang lapar maupun orang-orang yang haus.[9]

Agustinus

Agustinus adalah seorang murid Paulus.[10] Ia dikenal sebagai pelawan penyesat-penyesat yang gigih.[10] Dalam perlawanannya dengan Donatisme menyebabkan ia menguraikan pandangannya tentang gereja dan sakramen.[10] Konsep etis Agustinus terkhusus mengenai seksualitas dan materi.[9] Konsep etis Agustinus mengenai seksualitas diawali dengan pemahaman etika individu dan sosialnya mengenai pertikaian kebaikan (virtue).[11] Menurut Agustinus, kebaikan akan memimpin orang ke dalam hidup yang bahagia dan kehidupan bahagia ini didapatkan oleh tiap orang melalui cinta kasih yang sempurna dari Allah.[11] Agustinus juga menyatakan bahwa elok atau buruknya moral seseorang ditentukan dari cintanya terhadap orang lain.[11] Permasalahan mengenai materi, untuk Agustinus kekayaan bukanlah hal yang salah.[9] Jika kekayaan itu dipergunakan untuk memuliakan Allah, karenanya hal itu adalah hal yang elok.[9] Namun, apabila motivasi kita menyembah Allah hanya untuk kekayaan, karenanya itulah yang salah.[9]

Etika Kristen masa zaman Menengah dan Reformasi

Dalam masa zaman menengah, hal-hal yang mengadakan komunikasi dengan etika diterangkan dalam kumpulan-kumpulan tulisan yang dikata kitab-kitab pengakuan dosa.[9] Tokoh-tokoh yang berperan pada saat itu selang lain Luther, Calvin, Zwingli, dan Beza.[9] Tokoh-tokoh ini seringkali menuliskan tulisan tentang permasalahan etika yang saat itu muncul seperti persoalan kesusilaan, persoalan perang, etika politik, etika letak, serta tentang pengajaran iman yang terdapat dalam hukum taurat.[9]

Etika Kristen Masa zaman 20

Salah satu tokoh dalam perkembangan etika masa zaman 20 adalah Reinhold Niebuhr.[9] Niebuhr memberikan suatu nasihat etis mengenai dosa asal atau dosa warisan.[9] Ia berpendapat bahwa dosa warisan itu adalah sifat universal manusia yang cenderung memilih untuk berdosa.[9] Hal itu dikarenakan manusia kekurangan kebebasan dalam mengambil keputusan yang bermoral.[9] Selain itu, Karl Barth juga memberikan pandangannya mengenai etika, ia menyatakan etika bersumber dari kasih karunia Tuhan yang diperlihatkan melalui Yesus Kristus.[9] Oleh sebab itu manusia tidak dapat menghindar dari keputusan bebas sama sekali dari kasih Allah yang meletak Yesus Kristus ke dalam hubungan dengan manusia.[9]

Pustaka

  1. ^ a b c d e f g J. Verkuyl. 1993. Etika Kristen bag. Umum. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hlm.15-17.
  2. ^ (Indonesia)Norman L. Geisler. 2000. Etika Kristen. Malang: Seminari Alkitab Asia Tenggara. Hlm.17.
  3. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x Verne H. Fletcher. 1990. Lihatlah Sang Manusia. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.Hlm. 124-125, 160.
  4. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac ad ae af ag ah Karel Sosipater. 2010. Etika Akad Lama. Jakarta: Suara Harapan Bangsa. Hlm. 9-21.
  5. ^ a b c d e f g Henk ten Napel. 1991. Perlintasan yang Semakin Utama Lagi: Etika Akad Baru. Jakarta: BPK Gunung Mulia. hlm. 5-7.
  6. ^ J.A.B. Jongeneel. 1980. Hukum Kemerdekaan: Buku Pegangan Etik Kristen, Jilid 1: Bidang Umum. Jakarta: BPK Gunung Mulia. hlm. 84.
  7. ^ a b (Inggris)Richard A. Burridge. 2007. Imitating Jesus: an Inclusive approach to New Testament Ethics. Grand Rapids: Wm. B. Eerdmans. hlm. 40.
  8. ^ a b c d e Bernhard Kieser. 1987. Moral Dasar: Kaitan Iman dan Perbuatan. Yogyakarta: Kanisius, hlm. 54.
  9. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v (Inggris)J. Philip Wogaman. 1993. Christian Ethics: A Historical Introduction. USA: Westminster/John Knox Press. hlm. 23-36, 218-221.
  10. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s F.D. Wellem. 1993. Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh Dalam Sejarah Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hlm. 82-83.
  11. ^ a b c (Inggris)George Wolfgang Forell. 1979. History of Christian Ethics. Minneapolis: Augsburg Publishing House. Hlm.165.


edunitas.com


Page 11

Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya

Lukisan detail St. Agustinus di suatu jendela kaca hias karya Louis Comfort Tiffany di Museum Lightner, St. Agustine, Florida, Amerika Serikat.

Etika Kristen (Yunani: ethos, berarti kebiasaan, adat) adalah suatu cabang ilmu teologi yang memajukan persoalan tentang apa yang elok dari sudut pandang kekristenan.[1] Apabila dilihat dari sudut pandang Hukum Taurat dan Injil, karenanya etika Kristen adalah segala sesuatu yang dikehendaki oleh Allah dan itulah yang elok.[1] Dengan demikian, karenanya etika Kristen adalah satu tindakan yang bila diukur secara moral elok.[2] Saat ini, permasalahan yang dihadapi etika Kristen ialah harapan Allah dari manusia yang dibuat menurut gambarNya, serta sikap manusia terhadap harapan Allah itu.[1]

Etika Akad Lama

Titik tolok etika Akad Lama adalah anugerah Allah terhadap umatnya dan tuntutan perintahnya yang terikat pada tindakannya demi keselamatan umat manusia.[3] Oleh sebab itu, bentuk etika Akad Lama berkisar pada tindakan Allah dalam sejarah umatnya dan juga yang menuntut respon yang serasi.[3] Hal ini juga menyebabkan konsep etika Akad Lama selaras dengan suatu etika yang dinamakan etika teonom yang berdasarkan hubungan selang Allah dan umatnya.[3] Sesuai dengan konsep ini, karenanya landasan etika Akad Lama dapat disoroti dari empat sisi.[3] Pertama, menanggapi perbuatan Allah dimana bangsa Israel harus memiliki desakan untuk mengarah pada kebaikan budi pekerti etis dalam bentuk tanggapan akan tindakan-tindakan Allah dalam sejarah kehidupan mereka.[3] Kedua, mengikuti teladan Allah, dimana bangsa Israel harus untuk memperlihatkan sifat Allah melalui kebaikan budi pekerti mereka.[3] Ketiga, hidup dibawah pemerintahan Allah, maksudnya adalah kedaulatan dan kewibawaan Allah sebagai Raja ilahi yang sebabnya manusia harus tunduk sebagai makhluk ciptaan dan hamba.[3] Keempat adalah menaati perintah Allah.[3]

Anugerah Allah Dalam Penciptaan

Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya

"Kejatuhan Manusia" oleh Lucas Cranach, bayangan Taman Eden oleh seorang Jerman dari masa zaman ke-16

Etika Akad Lama pada landasannya tidak dapat terlepas dari moralitas manusia pertama.[4] Manusia dibuat Allah sebagai makhluk yang istimewa, adalah sebagai gambar Allah, dalam bahasa Ibrani dikata tselem dan dalam bahasa Latin dikata Imago Dei.[4] Tidak hanya itu saja, manusia yang dibuat Allah juga memiliki kecocokan moral dengan Allah yang maha suci, hal itu terjadi pada waktu Adam dan Hawa belum jatuh ke dalam dosa.[4] Manusia yang telah dibuat Allah selanjutnya adalah makhluk moral yang diberi kemampuan memilih apa yang akan dipertontonkannya, apakah akan mematuhi perintah-perintah Allah atau malah menentangnya.[4] Hal ini terjadi sebab manusia adalah pribadi bebas sama sekali yang juga memiliki harapan bebas sama sekali.[4] Namun, harapan bebas sama sekali haruslah didampingi dengan tanggung jawab.[4] Pada waktu Adam dan Hawa telah dibuat, Allah memberikan suatu perintah kepada Adam adalah berupa larangan untuk memetik dan memakan buah dari pohon ilmu yang elok dan yang jahat yang berada dalam taman Eden.[4] Namun, perintah dari Allah tidak dihiraukan oleh Adam dan Hawa dan mereka mengambil suatu keputusan etis adalah dengan memetik dan memakan buah tersebut.[4] Saat Allah mengetahui perbuatan tersebut benar suatu tindakan yang dipertontonkan oleh Allah dan hal ini adalah ethos Allah (ethos:sikap landasan dalam berbuat sesuatu).[4] Tindakan Allah ini adalah inisiatif dari Allah sendiri yang mencerminkan sikap kasihNya pada manusia, terdapat dua hal yang dipertontonkan Allah:

  1. Saat manusia pertama jatuh ke dalam dosa yang kesudahan telanjang dan merasa aib dan bersembunyi di selang pohon-pohon dalam taman, Allah mencarinya dan semakin dahulu menyapanya, dimanakah engkau?(Kej 3:9).[4]
  2. Untuk menutupi ketelanjangan manusia, Allah membuatkan pakaian dari kulit binatang, lalu mengenakannya pada kedua manusia berdosa,Adam dan istrinya Hawa (Kej 3:21).[4]

Ethos yang diperlihatkan Allah telah menunjukkan bahwa Allah bersedia merendahkan diriNya dan memperlihatkan sikap kasihnya kepada manusia berdosa.[4] Namun, sikap dan respon manusia terhadap kebaikan Allah justru semakin meningkatkan perbuatan dosanya.[4] Hal ini dapat terlihat pada anak Adam adalah Kain yang begitu tega dan kejam membunuh saudara kandung yang lebih mudanya Habel, hanya sebab iri terhadap soal persembahan.[4] Tidak hanya itu saja, saat manusia bertambah jumlah, perbuatannya semakin dipenuhi kejahatan, mencapai Tuhan menyesal telah menciptakan manusia (Kej 6:5-6).[4]

Etika dan Moral Abraham

Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya

"Malaikat Tuhan mencegah pengorbanan Ishak", oleh Rembrandt, 1634

.

Etika dan moral Abraham dapat terlihat saat ia dipanggil Allah dalam usianya yang ke 75.[4] Pada saat itu, ia bersama dengan istrinya Sarai beserta keponakannya Lot menuju Kanaan melalui Sikhem dan Betel sekitar tahun 2091 SM (Kej 12:1-5).[4] Abraham yang pada waktu itu bernama Abram pergi hanya dengan berbekal iman kepada Tuhan dan ia sendiri tidak mengetahui bagaimana sebetulnya daerah Kanaan tersebut.[4] Saat ia mencapai di Kanaan, ternyata negri itu masih merasakan bencana kelaparan, oleh sebab itu ia bersama dengan keluarganya pergi ke Mesir melalui Negep.[4] Kejadian Abraham yang menuruti perintah Allah memperlihatkan beberapa sikap iman dan moralnya, selang lain:

  1. Berani melangkah mentaati perintah Tuhan untuk menuju ke negeri yang belum dikenal keadaannya.[4]
  2. Bersedia meninggalkan rumahnya dan pergi mengembara yang penuh suka duka serta ancaman bahaya.[4]
  3. Saat Abraham mencapai tempat yang ia tuju, benar bencana kelaparan disana, namun Abraham tidak meninggalkan tempat itu melainkan tetap percaya dan setia pada Tuhan.[4]
  4. Percaya bahwa Tuhan pasti akan memberikan yang terbaik dan hal itu terjadi hingga Abraham menjadi Bapa orang beriman untuk segala bangsa.[4]

Selain dari sikap iman dan moral yang diperlihatkan Abraham, benar juga moral buruk yang ia tunjukkan saat menghadapi permasalahan hidupnya, yaitu:

  1. Saat ia berada di Mesir dimana ia kuatir dirinya akan dibunuh supaya orang bisa mengambil istrinya.[4]
  2. Abraham berbohong demi menyelamatkan dirinya dengan mengakui istrinya adik-beradik kandung yang lebih muda.[4]
  3. Sikap egois dan tidak mengasihi istri dimana Abraham tidak melindungi istrinya dan membiarkan istrinya rela diambil orang.[4]
  4. Abraham tidak menyerahkan perlindungannya pada Allah tetapi ia tenggelam pada perasaan takutnya yang bisa mengancam nyawanya.[4]

Hukum Taurat

Istilah Taurat bersumber dari bahasa Ibrani adalah torah yang faedahnya nasihat.[4][1] Asal kata torah benar hubungannya dengan kata kerja hora yang memiliki faedah memimpin, mengajar, mendidik, dan juga sering diterjemahkan dengan istilah pengajaran.[4][1] Istilah torah diartikan pengajaran tetapi bisa juga diartikan hukum yang bersumber dari kata yarah yang faedahnya mengarahkan atau mengajar.[4][1] Kata tora kesudahan juga dipakai untuk menyebutkan Pentateuch (yakni kelima kitab pertama yang benar dalam Alkitab).[4][1]

Hukum Taurat Musa yang tertulis dalam kelima kitabnya, dapat dibagi dalam tiga himpunan, yaitu:

  1. Hukum Moral yang membicarakan peraturan-peraturan Allah untuk umat Israel untuk hidup kudus, mengasihi Allah dan mengasihi sesama yang prinsip landasannya tertulis dalam sepuluh perintah Tuhan (Kel 20:1-17).[4]
  2. Hukum Perdata atau Hukum Sosial yang membicarakan serta membahas kehidupan hukum dan sosial kemasyarakatan bangsa Israel (Kel 21:1-23:33).[4]
  3. Hukum Peribadatan yang membicarakan bentuk dan upacara penyembahan umat Israel kepada Tuhan, juga mengenai sistem pesembahan korban dan kehidupan keagamaan (Kel 24:12-31:18).[4]

Etika Akad Baru

Etika Akad Baru adalah suatu petunjuk-petunjuk sikap dan kebaikan budi pekerti orang-orang Kristen.[5] Oleh sebab itu, etika Akad Baru saling terkait dengan kebaikan budi pekerti orang-orang Kristen yang pertama dan dengan kehidupan mereka sehari-hari.[5]

Nasihat etik Yesus

Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya

"Kotbah di Bukit", karya Gustave Doré.

Nasihat etik Yesus Kristus di selangnya terdapat dalam Injil-injil sinoptis (Matius, Markus, Lukas), salah satu nasihat tersebut adalah khotbah di bukit (Mat 5-7; Luk 6:20-49).[6] Dalam khotbah di bukit, Yesus mempermasalahkan etik orang farisi yang sangat berpegang teguh pada pelaksanaan hukum taurat tetapi tidak mengarah kepada kegenapan hukum taurat dan kitab para nabi.[7] Dalam hal ini Yesus menyebut bahwa "jika hidup keagamaanmu tidak semakin berlaku daripada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam kerajaan surga" (Mat 5:20) sebab Kerajaan Allah sudah tidak jauh kepadamu (Luk 10:9.[7]

Selain itu, nasihat etik Yesus juga menanti kepada manusia untuk menjadi seorang manusia yang bersifat ilahi.[8]. Kata ilahi ini memiliki faedah menjadi seseorang yang semakin elok dari lainnya.[8] Sebagai contoh, Yesus mengajarkan "Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.[8] Dan kepada orang yang akan mengadukan engkau sebab mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu.[8] Dan siapa yang menyuruh engkau berlanjut berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil. (Matius 5;39-41).[8]

Yesus dan Hukum Taurat

Pada zaman Yesus, terdapat orang Farisi yang menganggap isi taurat sebagai sejumlah tuntutan dan larangan yang harus dipatuhi.[5] Semua peraturan itu berjumlah 613.[5] Masing-masing peraturan ditambah dengan sejumlah petunjuk-petunjuk dan nasihat-nasihat yang memilihkan situasi dan waktu di mana peraturan tersebut harus diterapkan.[5] Segala sesuatu yang diajarkan dan nasihat yang ditambahkan berfungsi sebagai pagar keliling taurat dan dikenal dengan sebutan halakha (=jalan).[5] Halakha adalah penjelasan taurat tetapi sekaligus juga hukum adat yang sesuai taurat.[5] Oleh sebab tindakan yang dipertontonkan orang Farisi, karenanya benar suatu sikap etis yang dipertontonkan oleh Yesus yang terdapat dalam keempat Injil.[3] Sikap Yesus terhadap hukum Taurat juga mengadakan komunikasi dengan pengajaran-pengajaran yang Ia lakukan.[3] Salah satu sikap yang diperlihatkan Yesus tedapat dalam Matius 5:17, "Janganlah kamu menyangka, bahwa Diri sendiri datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi.[3] Diri sendiri datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya".[3]Maksud dari kata menggenapi adalah memenuhi atau menyempurnakan.[3] Namun muncul pertanyaan bagaimana metode Yesus untuk menggenapi hukum Taurat itu?[3]

  1. Yesus mensyaratkan sesuatu yang semakin mendasar daripada hukum Taurat.[3] Yesus dengan segenap hatiNya tunduk kepada tuntutan-tuntutan Hukum Taurat, kerena menurutNya tiada harapan yang berjalan kecuali harapan Bapa yang diberitahukan dalam Hukum Taurat.[3] Dengan kata lain Yesus tidak mendefinisikan harapan Allah atas landasan hukum taurat melainkan hukum taurat atas landasan harapan Allah.[3] Sebagai contoh Markus 2:23-28, "Pada suatu kali, pada hari Sabat, Yesus berlanjut di ladang gandum, dan sementara berlanjut murid-murid-Nya memetik bulir gandum.[3] Karenanya kata orang-orang Farisi kepada-Nya: "Lihat! Mengapa mereka berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat?"[3] Jawab-Nya kepada mereka: "Belum pernahkah kamu baca apa yang dipertontonkan Daud, saat ia dan mereka yang mengikutinya kekurangan dan kelaparan, bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah waktu Abyatar menjabat sebagai Imam Akbar lalu makan roti sajian itu yang tidak boleh dimakan kecuali oleh imam-imam dan memberinya juga kepada pengikut-pengikut.[3] Lalu kata Yesus kepada mereka: "Hari Sabat disediakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat, sah Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat."[3]
  2. Yesus berperan dengan wibawa terhadap hukum taurat.[3] Sebagai contoh, dalam hukum Taurat (Imamat 11-15) diistilahkan mengenai peraturan tentang hal yang tahir dan hal yang najis, tentang makanan yang halal dan yang haram, tetapi Yesus mmengatakan bahwa apa yang masuk ke dalam tubuh seseorang tidak dapat menajiskannya tetapi apa yang keluar dari tubuh tersebut itulah yang menajiskannya.[3] Dengan demikian Yesus akan menyebut bahwa semua makanan halal (Mark 7:15,19).[3]

Etika Gereja Mula-mula

Pada masa gereja mula-mula, perkembangan etika dipengaruhi oleh keadaan ekonomi dimana hak milik pribadi dan hak milik bersama selalu diperdebatkan dan menjadi persoalan yang cukup akbar.[9] Oleh sebab permasalahan ini, muncul argumen dari beberapa tokoh gereja mula-mula, adalah Clement dari Roma, Ignatius dari Antiokhia, dan Agustinus.[9]

Clemens dari Roma

Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya

Santo Clemens, oleh Giovanni Battista Tiepolo

Clemens adalah orang yang dikata oleh Paulus sebagai kenalan yang setia dalam perjuangan pemberitaan Injil (Flp 4:3).[10] Clemens dikenal sebab ia memiliki hubungan dengan surat Paulus kepada jemaat di Korintus.[10] Pada saat di Korintus, terjadi kericuhan adalah presbiter yang tua dipecat oleh presbiter yang muda.[10] Clemens menasihatkan kepada jemaat supaya mereka hidup dalam persekutuan yang rukun, dalam kasih, rendah hati, dan hidup suci meniru teladan Kristus, terutama teladan Paulus dan Petrus.[10] Ia menanti supaya presbiter yang telah dipecat dipulihkan letaknya serta jemaat menghormati pemimpin-pemimpinnya.[10] Clemens menyatakan bahwa Tuhan Allah membenci kekacauan, Allah menghendaki ketertiban.[10] Dalam pandangan teologinya, Clemens mengikuti teologi Paulus terutama mengenai pembenaran oleh iman.[10] Ia menyebut bahwa semua orang akbar dan agung bukan sebab diri mereka sendiri atau pun oleh pekerjaan mereka, tetapi sebab harapan Allah.[10]

Dalam konsep Clemens tentang etika, ia menyatakan bahwa sikap hidup jemaat mula-mula seharusnya tidak terfokus pada materi.[9] Hal ini ia beritahukan untuk menentang pengajaran kaum gnostik yang menganggap tingkat kekayaan dapat menjadi tolak ukur atau memilihkan tingkat kehidupan sesorang.[9] Permasalahan moral mengenai kekayaan, Clemens tuliskan dalam suatu tulisannya yang berjudul Who Is The Rich Man That Shall Be Saved?[9] Tulisan Clemens ini mencoba untuk menyelidiki maksud dari kisah mengenai orang kaya sukar masuk kerajaan Allah (Markus 10:17-27).[9] Menurut Clemens, tidak benar persoalan mengenai kekayaan, yang menjadi persoalan sebenarnya adalah sikap kita terhadap kekayaan.[9]

Ignatius dari Antiokhia

Ignatius adalah seorang yang bersumber dari Siria.[10] Ia dilahirkan sekitar tahun 35.[10] Sebelum menjadi kristen, ia adalah seorang kafir yang diduga turut menganiaya orang Kristen.[10] Menurut tradisi, Ignatius adalah uskup dari Antiokhia yang adalah murid dari rasul Yohanes.[10] Ia hidup pada masa pemerintahan kaisar Trajanus.[10] Pada masa itu, kaisar sempat mengunjungi Antiokhia dan mengancam orang-orang disana untuk bersedia mempersembahkan kurban kepada dewa-dewa, namun apabila benar yang tidak melaksanakan hal ini, karenanya ia akan dihukum mati.[10] Perintah kaisar ini tidak didengarkan oleh Ignatius, ia tetap mempertahankan imannya dan menolak mempersembahkan korban kepada dewa-dewa sebab ia tidak bersedia menyangkal Yesus.[10] Oleh sebab tindakannya ini, Ignatius dijatuhi hukuman mati dengan dibuang ke dalam Koloseum di Roma dengan tangan yang terantai.[10]

Menurut argumen Ignatius, permaslahan etika yang muncul pada masa gereja mula-mula adalah jumlahnya orang yang tidak memperhatikan tentang kasih.[9] Menurutnya, orang kaya tidak memperhatikan janda-janda, orang-orang yang benar dipenjara, orang-orang yang lapar maupun orang-orang yang haus.[9]

Agustinus

Agustinus adalah seorang murid Paulus.[10] Ia dikenal sebagai pelawan penyesat-penyesat yang gigih.[10] Dalam perlawanannya dengan Donatisme menyebabkan ia menguraikan pandangannya tentang gereja dan sakramen.[10] Konsep etis Agustinus terkhusus mengenai seksualitas dan materi.[9] Konsep etis Agustinus mengenai seksualitas diawali dengan pemahaman etika individu dan sosialnya mengenai pertikaian kebaikan (virtue).[11] Menurut Agustinus, kebaikan akan memimpin orang ke dalam hidup yang bahagia dan kehidupan bahagia ini didapatkan oleh tiap orang melalui cinta kasih yang sempurna dari Allah.[11] Agustinus juga menyatakan bahwa elok atau buruknya moral seseorang ditentukan dari cintanya terhadap orang lain.[11] Permasalahan mengenai materi, untuk Agustinus kekayaan bukanlah hal yang salah.[9] Jika kekayaan itu dipergunakan untuk memuliakan Allah, karenanya hal itu adalah hal yang elok.[9] Namun, apabila motivasi kita menyembah Allah hanya untuk kekayaan, karenanya itulah yang salah.[9]

Etika Kristen masa zaman Menengah dan Reformasi

Dalam masa zaman menengah, hal-hal yang mengadakan komunikasi dengan etika diterangkan dalam kumpulan-kumpulan tulisan yang dikata kitab-kitab pengakuan dosa.[9] Tokoh-tokoh yang berperan pada saat itu selang lain Luther, Calvin, Zwingli, dan Beza.[9] Tokoh-tokoh ini seringkali menuliskan tulisan tentang permasalahan etika yang saat itu muncul seperti persoalan kesusilaan, persoalan perang, etika politik, etika letak, serta tentang pengajaran iman yang terdapat dalam hukum taurat.[9]

Etika Kristen Masa zaman 20

Salah satu tokoh dalam perkembangan etika masa zaman 20 adalah Reinhold Niebuhr.[9] Niebuhr memberikan suatu nasihat etis mengenai dosa asal atau dosa warisan.[9] Ia berpendapat bahwa dosa warisan itu adalah sifat universal manusia yang cenderung memilih untuk berdosa.[9] Hal itu dikarenakan manusia kekurangan kebebasan dalam mengambil keputusan yang bermoral.[9] Selain itu, Karl Barth juga memberikan pandangannya mengenai etika, ia menyatakan etika bersumber dari kasih karunia Tuhan yang diperlihatkan melalui Yesus Kristus.[9] Oleh sebab itu manusia tidak dapat menghindar dari keputusan bebas sama sekali dari kasih Allah yang meletak Yesus Kristus ke dalam hubungan dengan manusia.[9]

Pustaka

  1. ^ a b c d e f g J. Verkuyl. 1993. Etika Kristen bag. Umum. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hlm.15-17.
  2. ^ (Indonesia)Norman L. Geisler. 2000. Etika Kristen. Malang: Seminari Alkitab Asia Tenggara. Hlm.17.
  3. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x Verne H. Fletcher. 1990. Lihatlah Sang Manusia. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.Hlm. 124-125, 160.
  4. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac ad ae af ag ah Karel Sosipater. 2010. Etika Akad Lama. Jakarta: Suara Harapan Bangsa. Hlm. 9-21.
  5. ^ a b c d e f g Henk ten Napel. 1991. Perlintasan yang Semakin Utama Lagi: Etika Akad Baru. Jakarta: BPK Gunung Mulia. hlm. 5-7.
  6. ^ J.A.B. Jongeneel. 1980. Hukum Kemerdekaan: Buku Pegangan Etik Kristen, Jilid 1: Bidang Umum. Jakarta: BPK Gunung Mulia. hlm. 84.
  7. ^ a b (Inggris)Richard A. Burridge. 2007. Imitating Jesus: an Inclusive approach to New Testament Ethics. Grand Rapids: Wm. B. Eerdmans. hlm. 40.
  8. ^ a b c d e Bernhard Kieser. 1987. Moral Dasar: Kaitan Iman dan Perbuatan. Yogyakarta: Kanisius, hlm. 54.
  9. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v (Inggris)J. Philip Wogaman. 1993. Christian Ethics: A Historical Introduction. USA: Westminster/John Knox Press. hlm. 23-36, 218-221.
  10. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s F.D. Wellem. 1993. Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh Dalam Sejarah Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hlm. 82-83.
  11. ^ a b c (Inggris)George Wolfgang Forell. 1979. History of Christian Ethics. Minneapolis: Augsburg Publishing House. Hlm.165.


edunitas.com


Page 12

Badan Antariksa Eropa (Bahasa Inggris: European Space Agency disingkat ESA), adalah organisasi antar pemerintahan yang didedikasikan kepada eksplorasi luar angkasa, didirikan pada 1975, saat ini beranggota 18 negara. Berkantor pusat di Paris, ESA memiliki sebuah dewan dengan nyaris 2.000 anggota, dan budget tahunan bertambah kurang €3,6 miliar pada 2009.

Pelabuhan angkasa utama ESA adalah Pusat Antariksa Guyana di Kourou, sebuah tempat yang dimungkinkan oleh Perancis. Tempat tersebut dekat dengan khatulistiwa, sehingga orbit-orbit komersial penting mudah kepada diakses. ESA menjadi pemimpin pasar peluncuran antariksa komersial pada dekade 90-an. Tahun-tahun belakangan ini, ESA juga mebangun dirinya bagi pemain akbar dalam eksplorasi luar angkasa.

Misi-misi ilmiah ESA dipusatkan pada ESTEC di Noordwijk, Belanda, misi pengamatan Bumi pada ESRIN di Frascati, Italia, kontrol misi pada European Space Operations Centre (ESOC) di Darmstadt, Jerman, dan European Astronaut Centre (EAC), yang melatih astronot kepada misi-misi mendatang berlokasi di Cologne, Jerman.


edunitas.com


Page 13

Badan Antariksa Eropa (Bahasa Inggris: European Space Agency disingkat ESA), adalah organisasi antar pemerintahan yang didedikasikan kepada eksplorasi luar angkasa, didirikan pada 1975, saat ini beranggota 18 negara. Berkantor pusat di Paris, ESA memiliki sebuah dewan dengan hampir 2.000 anggota, dan budget tahunan sekitar €3,6 miliar pada 2009.

Pelabuhan angkasa utama ESA adalah Pusat Antariksa Guyana di Kourou, sebuah tempat yang dimungkinkan oleh Perancis. Tempat tersebut dekat dengan khatulistiwa, sehingga orbit-orbit komersial penting mudah kepada diakses. ESA menjadi pemimpin pasar peluncuran antariksa komersial pada dekade 90-an. Tahun-tahun belakangan ini, ESA juga mebangun dirinya bagi pemain akbar dalam eksplorasi luar angkasa.

Misi-misi ilmiah ESA dipusatkan pada ESTEC di Noordwijk, Belanda, misi pengamatan Bumi pada ESRIN di Frascati, Italia, kontrol misi pada European Space Operations Centre (ESOC) di Darmstadt, Jerman, dan European Astronaut Centre (EAC), yang melatih astronot kepada misi-misi mendatang berlokasi di Cologne, Jerman.

 
Afrika
 
Amerika
 
Asia
 
Eropa

  • ASA
  • BSA1
  • BISA
  • SRTI
  • CSO
  • DTU Space
  • esa ECSS
  • ESA
  • CNES
  • DLR
  • Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya
    ISARS
  • Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya
    HSO
  • Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya
    SI
  • Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya
    ASI
  • Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya
    SSTI1
  • Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya
    Luxinnovation
  • Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya
    SRON
  • Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya
    NSC
  • Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya
    CBK
  • Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya
    CEP
  • Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya
    ROSA
  • Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya
  • Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya
    SSP
  • Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya
    INTA
  • Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya
    SNSB
  • Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya
    SSO
  • TÜBİTAK UZAY
  • Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya
    UKSA
  • Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya
    SSAU1

 
Oseania

  • Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya
    CSIRO

 
Dunia

  • APSCO
  • CCSDS
  • COSPAR
  • IAA
  • INTELSAT
  • Interkosmos
  • Intersputnik
  • Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya
    PASA
  • Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya
    UNCOPUOS
  • UNOOSA

 

edunitas.com


Page 14

Badan Antariksa Eropa (Bahasa Inggris: European Space Agency disingkat ESA), adalah organisasi antar pemerintahan yang didedikasikan kepada eksplorasi luar angkasa, didirikan pada 1975, saat ini beranggota 18 negara. Berkantor pusat di Paris, ESA memiliki suatu dewan dengan nyaris 2.000 anggota, dan budget tahunan bertambah kurang €3,6 miliar pada 2009.

Pelabuhan angkasa utama ESA adalah Pusat Antariksa Guyana di Kourou, suatu tempat yang dimungkinkan oleh Perancis. Tempat tersebut dekat dengan khatulistiwa, sehingga orbit-orbit komersial penting mudah kepada diakses. ESA menjadi pimpinan pasar peluncuran antariksa komersial pada dekade 90-an. Tahun-tahun belakangan ini, ESA juga mebangun dirinya bagi pemain akbar dalam eksplorasi luar angkasa.

Misi-misi ilmiah ESA dipusatkan pada ESTEC di Noordwijk, Belanda, misi pengamatan Bumi pada ESRIN di Frascati, Italia, kontrol misi pada European Space Operations Centre (ESOC) di Darmstadt, Jerman, dan European Astronaut Centre (EAC), yang melatih astronot kepada misi-misi mendatang berlokasi di Cologne, Jerman.

 
Afrika
 
Amerika
 
Asia
 
Eropa

  • ASA
  • BSA1
  • BISA
  • SRTI
  • CSO
  • DTU Space
  • esa ECSS
  • ESA
  • CNES
  • DLR
  • Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya
    ISARS
  • Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya
    HSO
  • Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya
    SI
  • Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya
    ASI
  • Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya
    SSTI1
  • Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya
    Luxinnovation
  • Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya
    SRON
  • Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya
    NSC
  • Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya
    CBK
  • Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya
    CEP
  • Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya
    ROSA
  • Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya
  • Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya
    SSP
  • Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya
    INTA
  • Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya
    SNSB
  • Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya
    SSO
  • TÜBİTAK UZAY
  • Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya
    UKSA
  • Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya
    SSAU1

 
Oseania

  • Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya
    CSIRO

 
Dunia

  • APSCO
  • CCSDS
  • COSPAR
  • IAA
  • INTELSAT
  • Interkosmos
  • Intersputnik
  • Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya
    PASA
  • Jelaskan apa itu Etika Kristen dan prinsip utamanya
    UNCOPUOS
  • UNOOSA

 

edunitas.com


Page 15

Badan Antariksa Eropa (Bahasa Inggris: European Space Agency disingkat ESA), adalah organisasi antar pemerintahan yang didedikasikan kepada eksplorasi luar angkasa, didirikan pada 1975, saat ini beranggota 18 negara. Berkantor pusat di Paris, ESA memiliki sebuah dewan dengan nyaris 2.000 anggota, dan budget tahunan bertambah kurang €3,6 miliar pada 2009.

Pelabuhan angkasa utama ESA adalah Pusat Antariksa Guyana di Kourou, sebuah tempat yang dimungkinkan oleh Perancis. Tempat tersebut dekat dengan khatulistiwa, sehingga orbit-orbit komersial penting mudah kepada diakses. ESA menjadi pemimpin pasar peluncuran antariksa komersial pada dekade 90-an. Tahun-tahun belakangan ini, ESA juga mebangun dirinya bagi pemain akbar dalam eksplorasi luar angkasa.

Misi-misi ilmiah ESA dipusatkan pada ESTEC di Noordwijk, Belanda, misi pengamatan Bumi pada ESRIN di Frascati, Italia, kontrol misi pada European Space Operations Centre (ESOC) di Darmstadt, Jerman, dan European Astronaut Centre (EAC), yang melatih astronot kepada misi-misi mendatang berlokasi di Cologne, Jerman.


edunitas.com