Faktor yang Mempengaruhi Konsumsi. 1. Menghabiskan atau Mengurangi nilai Guna Suatu Barang Sekaligus. Top 1: faktor ekonomi yang mempengaruhi tingkat komsumsi - Brainly.co.id.
Top 1: faktor ekonomi yang mempengaruhi tingkat komsumsi - Brainly.co.id
Pengarang: brainly.co.id - Peringkat 100
Ringkasan: . kak bantu jawab no 3 4 dan 5 btw mksii . apa kata arti dari ASEAN . sebutkan pembagian kawasan dari masing-masing benua . bentuk sumber daya alam . nma presiden maleysia . tolong jawabnya soal nya mau dikumpul besok . tuliskan deskripsi tentan provinsi Nusa tenggara barat . uraikan luas benua asia dan benua benua lainnya . rumah adat 34 provinsi Sendi pelana terletak diantara...?.
Hasil pencarian yang cocok: Banyak faktor yang mempengaruhi besarnya pengeluaran konsumsi rumah tangga. Faktor-faktor tersebut dapat dikasifikasikan menjadi tiga besar :a. ...
Top 2: 8 Faktor yang Mempengaruhi Konsumsi - Akseleran Blog
Pengarang: akseleran.co.id - Peringkat 119
Ringkasan: Keadaan ekonomi yang sedang tidak stabil menjadi salah satu aspek paling utama yang berdampak kepada konsumsi yang juga belakang ini tidak stabil, karena kebutuhan yang banyak ditambah lagi adanya pandemi COVID-19. Padahal kita mengetahui bahwa konsumsi sendiri adalah salah satu kegiatan manusia untuk mengurangi atau menghabiskan nilai guna sebuah barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan.. Hal tersebut biasanya dilakukan oleh setiap orang dalam usaha untuk memenuhi kebutuhannya secara
Hasil pencarian yang cocok: 13 Apr 2020 — Keadaan ekonomi yang sedang tidak stabil menjadi salah satu aspek paling utama yang berdampak kepada konsumsi yang juga belakang ini tidak ... ...
Top 3: 6 Faktor Pengaruh Tingkat Konsumsi Masyarakat - Konsultanku
Pengarang: konsultanku.co.id - Peringkat 135
Ringkasan: Kegiatan konsumsi adalah upaya yang dilakukan oleh setiap manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya baik kebutuhan pangan ataupun non pangan sehingga terciptalah kepuasan dan kesejahteraan hidup. Konsumsi juga dapat diartikan sebagai pemakaian atau penggunaan barang dan jasa oleh suatu rumah tangga. Dapat disimpulkan bahwa, konsumsi adalah suatu kegiatan pemakaian manfaat atau nilai guna dari barang dan ataupun jasa yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Berikut merupakan pengertian kon
Hasil pencarian yang cocok: 11 Nov 2020 — Seperti yang kita ketahui bersama, bahwa konsumsi setiap individu berbeda meskipun individu tersebut dalam usia dan pendapatan yang sama, hal ... ...
Top 4: Pengertian Konsumsi: Fungsi, Ciri dan Faktor-faktor yang ... - Gramedia.com
Pengarang: gramedia.com - Peringkat 133
Ringkasan: Pengertian Konsumsi – Konsumsi merupakan suatu kegiatan yang bertujuan mengurangi atau menghabiskan barang dan jasa dalam rangka pemenuhan kebutuhan dan kepuasan secara langsung.Sementara Konsumen adalah setiap pemakai barang dan jasa yang tersedia. Siapapun bisa menjadi pelaku konsumsi, seperti rumah tangga dalam sebuah keluarga, pemerintah, serta industri atau perusahaan. Simak penjelasan lebih detail mengenai proses konsumsi berikut ini, Grameds: Pengertian KonsumsiKonsumsi dapat diartikan s
Hasil pencarian yang cocok: Adat Istiadat dan Kebiasaan – Kebiasaan dan adat istiadat di suatu daerah juga mempengaruhi tingkat konsumsi masyarakatnya. Tingkat bunga Ahli ekonomi klasik ... ...
Top 5: Top 10 di bawah ini faktor faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi ...
Pengarang: apayangkamu.com - Peringkat 189
Ringkasan: Faktor yang Mempengaruhi Konsumsi. 1. Menghabiskan atau Mengurangi nilai Guna Suatu Barang Sekaligus.Top 1: faktor ekonomi yang mempengaruhi tingkat komsumsi - Brainly.co.idPengarang: brainly.co.id - Peringkat100Ringkasan:. bahasa yang dipakai Asia timur, Asia Selatan, Asia barat, Asia tengah, dan Asia tenggara . Interasi antara ruang negara - negara ASEAN. 1.Struktur organisasi dan sekjen asean?. 2.latar belakang dibentuknya asean?. 3.tujuan dan prinsip - prinsi. … p asean?. 4.pendiri asean.
Hasil pencarian yang cocok: 3 jam yang lalu — Top 10: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI DI ... Top 1: faktor ekonomi yang mempengaruhi tingkat komsumsi - Brainly.co.id. ...
Top 6: Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi - Kompasiana.com
Pengarang: kompasiana.com - Peringkat 163
Ringkasan: Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp Keadaan ekonomi yang tidak konstan menjadi salah satu kendala di perekonomian yang berdampak pada konsumsi yang tidak stabil, karena kebutuhan yang banyak dan ekonomi yang minim. Konsumsi sendiri adalah suatu kegiaan manusia mengurangi atau menghabiskan nilai guna suatu barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan.Faktor-fakror yang mempengaruhi konsumsi, besar kecilnya konsumsi yang dilakukan seseorang dipengaruhi oleh:PendapatanPerkiraan harga dimasa mend
Hasil pencarian yang cocok: 12 Okt 2016 — Keadaan ekonomi yang tidak konstan menjadi salah satu kendala di perekonomian yang berdampak pada konsumsi yang tidak stabil, ... ...
Top 7: Sebutkan 5 faktor yang mempengaruhi konsumsi kelua...
Pengarang: roboguru.ruangguru.com - Peringkat 159
Ringkasan: Sebutkan 5 faktor yang mempengaruhi konsumsi keluarga! . Mau dijawab kurang dari 3 menit? Coba roboguru plus!
Hasil pencarian yang cocok: Sebutkan 5 faktor yang mempengaruhi konsumsi keluarga! ...
Top 8: Faktor yang memengaruhi tingkat konsumsi masyaraka... - Roboguru
Pengarang: roboguru.ruangguru.com - Peringkat 199
Ringkasan: Faktor-fakror yang mempengaruhi konsumsi, besar kecilnya konsumsi yang dilakukan seseorang dipengaruhi hal-hal berikut.Pendapatan. Perkiraan harga dimasa mendatang. Harga barang yang bersangkutan. Iklan. Ketersediaan barang dan jasa. Selera. Mode. Jumlah keluarga.. Menurut J. M Keynes, tingkat konsumsi seseorang atau rumah tangga ditentukan oleh pendapatannya, tapi ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi konsumsi yaitu faktor objektif dan subjektif. Faktor objektif terdiri atas ha
Hasil pencarian yang cocok: Faktor yang memengaruhi tingkat konsumsi masyarakat adalah sebagai berikut, kecuali … ...
Top 9: Buku Pintar SBM PTN IPS
Pengarang: books.google.com.au - Peringkat 306
Hasil pencarian yang cocok: Pendapatan Faktor Produksi Nasional yang diperoleh di luar negeri: Rp12,00. ... yang tidak tampak dalam neraca saldo adalah seperti di bawah ini, kecuali . ...
Top 10: Buku Pintar SBM PTN IPC
Pengarang: books.google.com.au - Peringkat 312
Hasil pencarian yang cocok: Pendapatan Faktor Produksi Nasional yang diperoleh di luar negeri: Rp12,00. ... yang tidak tampak dalam neraca saldo adalah seperti di bawah ini, kecuali . ...
Abstrak Makalah ini bertujuan untuk mengalisis suatu proses penentuan keputusan investasi dalam pemilihan suatu saham yang akan dibeli. Penilaian terhadap saham yang akan dibeli didasarkan atas analisis fundamental secara â€Âtop-downâ€Â. Analisis fundamental dimulai dengan menganalisis variabel-variabel makro-ekonomi lima tahun terakhir (1999-2003) dan prospek perekonomian kedepan. Sementara analisis industri dilakukan terhadap perkembangan dan prospek industri perbankan. Terakhir analisis perusahaan dilakukan terhadap indikator rasio keuangan perusahaan untuk menentukan harga pasar yang wajar (nilai intrinsik) terhadap saham Lippobank dibandingkan dengan harga yang berlaku di pasar saat ini (under-valued). Berdasarkan analisis fundamental secara “top-down†tersebut, maka dapat direkomendasikan untuk membeli (buy) saham lippobank.
I. PENDAHULUAN
II. ANALISIS MAKRO EKONOMI
2.1. Perkembangan Perekonomian Indonesia: Periode 1999-2003
Analisis fundamental harga saham dimulai dengan analisis terhadap kondisi lingkungan makro ekonomi. Lingkungan makro ekonomi adalah lingkungan yang mempengaruhi operasi perusahaan sehari-hari. Kemampuan investor dalam memahami dan meramalkan kondisi makro ekonomi di masa datang, akan sangat berguna dalam pembuatan keputusan investasi yang menguntungkan. Untuk itu, seorang investor harus memperhatikan beberapa indikator makro ekonomi yang bisa membantu mereka dalam memahami dan meramalkan kondisi ekonomi makro. Perkembangan perekonomian Indonesia lima tahun terakhir (periode1999-2003) menunjukkan kondisi yang relatif stabil dan semakin membaiknya indikator-indikator makroekonomi antara lain; pertumbuhan eknomi yang meningkat sebesar 4,1% dibandingkan 3,7% pada tahun 2002. Indikator lainnya adalah nilai tukar rupiah yang makin menguat, menurunnya laju inflai dan tingkat bunga serta meningkatnya cadangan devisa. Namum perkembangan sektor riil belum menunjukkan kemajuan yang berarti. Walaupun sektor perbankan sudah mulai sedikit demi sedikit mengucurkan dana kredit, tampaknya hal ini belum cukup untuk menggerakkan sektor riil. Sedangkan investasi asing menunjukkan perkembangan yang kurang menggembirakan. [u]2.1.1. Pertumbuhan Ekonomi (Produk Domestik Bruto)[/u] Produk domestik Bruto (PDB) adalah ukuran produksi barang dan jasa total suatu negara. Pertumbuhan PDB yang cepat merupakan indikasi terjadinya pertumbuhan ekonomi. Jika pertumbuhan ekonomi membaik, maka daya beli masyarakat pun akan meningkat, dan ini merupakan kesempatan bagi perusahaan-perusahaan untuk meningkatkan penjualannya. Dengan meningkatnya penjualan perusahaan, maka kesempatan perusahaan memperoleh keuntungan juga akan semakin meningkat. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2003 tumbuh 4,1% meningkat dibandingkan pertumbuhan tahun 2002 dan 2001 yaitu sebesar 3,7% dan 3,5%. Seluruh komponen permintaan aggregat tumbuh positif, sehingga kontribusi komponen-komponen tersebut dalam pertumbuhan ekonomi juga meningkat (tabel. 2). Pertumbuhan ekonomi masih dimotori oleh konsumsi. Sementara investasi dan ekspor, walaupun mulai menunjukkan pertumbuhan positif, namun perannya sebagai penggerak perkonomian relatif masih terbatas. [u]2.1.2. Tingkat Suku Bunga[/u] Tingkat bunga yang terlalu tinggi akan mempengaruhi nilai sekarang (present value) aliran kas perusahaan, sehingga kesempatan-kesempatan investasi yang ada tidak akan menarik lagi. Tingkat bunga yang tinggi juga akan meningkatkan biaya modal yang harus ditanggung perusahaan. Disamping itu tingkat bunga yang tinggi juga akan menyebabkan return yang diisyaratkan investor dari suatu investasi akan meningkat. Tingkat suku bunga selama periode 1999 sampai Maret 2004 terus mengalami penurunan baik untuk suku bunga SBI, deposito maupun KMK. Tingkat suku bunga SBI untuk 1 bulan dan 3 bulan telah turun mencapai 7,42% dan 8,34% pada Maret 2004. Penurunan suku bungan SBI, juga diikuti pula penurunan suku bunga deposito yang telah mencapai 6,11% untuk 1 bulan dan 6,14 % unuk 3 bulan pada Maret 2004. Dengan menurunnya tingkat suku bunga SBI dan deposito, suku bunga kredit juga terdorong ke bawah, dimana pada bulan Maret 2004 telah turun mencapai 14,61 persen. Tetapi spread antara suku bunga KMK dengan deposito 3 bulan masih tetap tinggi. [newpage] [html]
Tabel. 1 Perkembangan Indikator Ekonomi Indonesia, Periode 1999-2003 | |||||
Indikator | 1999 | 2000 | 2001 | 2002 | 2003 |
Pertumbuhan Ekonomi (%) | 0,79 | 4,92 | 3,46 | 3,68 | 4,1 |
Laju Inflasi (%) | 2.01 | 9,35 | 12,55 | 10,03 | 4,08 |
Suku Bunga SBI 3 bulan (%) | 12,64 | 14,31 | 17,63 | 13,11 | 8,34 |
Suku Bunga Deposito 3 bulan (%) | 25,31 | 12,54 | 15,5 | 13,63 | 6,78 |
Nilai Tukar (Rp/USD) | 7.100 | 9.595 | 10.400 | 8.940 | 8.465 |
Transaksi Berjalan (juta USD) | 5.783 | 7.991 | 6.900 | 7.450 | 7.255 |
Cadangan devisa bruto (juta USD) | 27.054 | 29.394 | 28.016 | 32.037 | 35.064 |
Pengangguran terbuka (juta) | 6,0 | 5,8 | 8,0 | 9,13 | 10,13 |
Utang Pemerintah (% PDB) | 99,26 | 101,27 | 92,98 | 80,52 | 71,31 |
Cadangan Devisa (miliar USD) | 24,35 | 29,39 | 28,02 | 31,57 | 36,25 |
Neraca Perdagangan (miliar USD) | 24,66 | 28,61 | 25,36 | 25,87 | 28,63 |
Sumber: data diolah, berbagai sumber |
[/html] Tabel. 2. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, periode 1989-97 s/d 2003 Komponen 1989-97 2000 2001 2002 2003 Pertumbuhan (%) Konsumsi Rumah Tangga Pemerintah Investasi Ekspor Barang dan Jasa Impor Barang dan Jasa Produk Domestik Bruto 8,2 8,9 3,6 11,7 9,1 14,0 7,8 2,0 1,6 6,5 16,7 26,5 25,9 4,9 3,9 3,4 9,0 6,5 2,9 8,2 3,5 4,7 3,8 12,8 0,2 -0,6 -5,0 3,7 4,6 4,0 9,8 1,4 4,0 2,0 4,1 Sumber: BPS, data diolah Tabel. 3. Perkembangan Tingkat Suku Bunga, 1999-2004 Tahun SBI 1 bln 3 bln Deposito 1 bln 3 bln KMK 1999 2000 2001 2002 2003 2004 Jan Feb Maret 11,93 12,64 14,53 14,31 17,62 17,63 12,93 13,12 8,31 8,34 7,86 8,15 7,70 7,70 7,42 8,34 13,08 13,17 13,22 14,03 17,88 18,04 14,43 14,44 6,76 6,78 6,44 6,47 6,11 6,14 6,11 6,14 28,89 18,43 19,19 18,25 15,07 14,99 14,79 14,61 Sumber: BI, Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia Catatan: SBI = Sertifikat Bank Indonesia KMK = Kredit Modal Kerja [u]2.1.3. Nilai Tukar[/u] Perkembangan nilai tukar nominal rupiah terhada dollar Amerika Serikat (USD) menunjukkan kecenderungan relatif menguat dan stabil terutama periode 2002 sampai Maret 2004. Penguatan nilai tukar rupiah antara lain disebabkan oleh membaiknya premi resiko jangka pendek dan jangka panjang, masih menariknya rupiah dari sisi perbedaan suku bunga dalam dan luar negeri, adanya beberapa program privatisasi yang akan dilaksanakan, serta kondisi neraca pembayaran Indonesia yang relatif membaik. Menguatnya kurs rupiah terhadap mata uang asing merupakan sinyal positif bagi perekonomian yang mengalami inflasi. [u]2.1.4. Inflasi[/u] Inflasi adalah kecenderungan terjadinya peningkatan harga produk-produk secara keseluruhan. Tingkat inflasi yang biasanya tinggi dikaitkan dengan kondisi ekonomi yang terlalu panas (overheated). Artinya, kondisi ekonomi mengalami permintaan atas produk yang melebihi kapasitas penawaran produknya, sehingga harga-harga cenderung mengalami kenaikan. Inflasi yang terlalu tinggi juga akan menyebabkan penurunan daya beli uang (purchasing power of money). Disamping itu, inflasi yang tinggi juga bisa mengurangi tingkat pendapatan riil yang diperoleh investor dari investasinya. Sebaliknya jika tingkat inflasi suatu negara mengalami penurunan, maka hal ini akan merupakan sinyal yang positif bagi investor seiring dengan turunnya resiko daya beli uang dan resiko penurunan pendapatan riil. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi Mei 2004 sebesar 0,88 persen dan inflasi tahun kelender 2,80 persen. Laju inflasi year on year tercatat sebesar 6,47 persen sehingga dapat dipastikan target inflasi dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun 2004 sebesar 6,5 persen bakal terlewati. Inflasi sampai akhir tahun 2004 diperkirakan berada diatas 6 persen karen apola inflasi akan mengikuti tren year on year pada tahun 2001 dibandingkan dengan tahun 2000. Tren inflasi year on year 2004 dibandingkan dengan tahun 2003 pada bulan Januari tercatat 4,82 persen,Februari 4,60 persen, Maret 5,11 persen, dan April 5,92 persen. [newpage] [center]Tabel. 4 Inflasi Indonesia “Year on Year, 2000-1999 s/d 2004-2003 (dalam persentase) [html]
Bulan | 2000-1999 | 2001-2000 | 2002-2001 | 2003-2002 | 2004-2003 |
Jan-Jan | 0,35 | 8,28 | 14,42 | 8,74 | 4,82 |
Feb-Feb | -0,84 | 9,14 | 15,13 | 7,34 | 4,60 |
Mar-Mar | -1,10 | 10,62 | 14,08 | 7,12 | 5,11 |
April-April | 0,15 | 10,51 | 13,30 | 7,54 | 5,92 |
Mei-Mei | 1,27 | 10,82 | 12,93 | 6,91 | 6,47 |
Juni-Juni | 2,14 | 12,11 | 11,48 | 6,62 | - |
Juli-Juli | 4,56 | 13,04 | 10,05 | 5,79 | - |
Agt-Agt | 6,11 | 12,23 | 10,60 | 6,38 | - |
Sept-Sept | 6,79 | 13,01 | 10,48 | 6,20 | - |
Okt-Okt | 7,97 | 12,47 | 10,33 | 6,22 | - |
Nov-Nov | 9,12 | 12,91 | 10,48 | 5,33 | - |
Des-Des | 9,35 | 12,56 | 10,03 | 5,06 | - |
Sumber: Badan Pusat Statistik |
2.2. Proyeksi Perekonomian Indonesia Kedepan
Diperkirakan mulai tahun 2005, perekonomian Indonesia mengalami kondisi yang lebih baik dan stabil. Tetapi hal ini sangat tergantung pada kualitas dan kinerja tim ekonomi yang akan dibentuk oleh Presiden RI terpilih dalam Pemilu 2004, serta dukungan masyarakat. Tahun 2005, pemerintah merekomendasikan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,4 persen, karena kemampuan dana pemerintah dan swasta untuk mengejar angka pertumbuhan tersebut hanya tersedia sebesar Rp. 440 triliun. Dana investasi Rp. 440 triliun itu berasal dari APBN sekitar Rp. 56 triliun, APBD sekitar Rp. 40 triliun, dan BUMN serta BUMD sekitar Rp. 135 triliun. Sedangkan sisanya sebesar Rp. 205 triliun berasal dari investasi swasta, yang terdiri dari penanaman modal asing (PMA), dan penanaman modal dalam negeri (PMDN).Perekonomian nasional dapat meningkat dengan lompatan yang besar jika dilakukan dengan pergeseran paradigma pendekatan, yaitu dari pendekatan pertumbuhan dengan strategi trickle down effect yang ternyata hanya memperlebar jurang kesenjangan ekonomi di masyarakat, serta growth with equity yang tak mampu mengangkat ekonomi masyarakat ke pelibatan masyarakat sebagai subjek pembangunan. Dalam konteks strategi ini, pemerintah hanya berperan sebagai fasilitator, regulator, motivator dan supervisor, sedangkan masyarakat adalah pelaku.
Berdasarkan prediksi yang dibuat Hong Kong Shanghai Bank (HSBC) pertumbuhan produk domestik bruto (GDP) Indonesia (bersama Filipina) untuk dua tahun kedepan masih paling rendah diantara negara-negara berkembang di Asia yaitu berkisar antara 4,2% sampai 4,4% . GDP secara teoritis menunjukkan kondisi investasi dan tabungan.Kondisi inflasi masih paling tinggi di antara negara-negara berkembang di Asia walaupun masih satu (single) digit. Inflasi dalam jangka panjang akan mempengaruhi nilai mata uang domestik terhadap mata uang asing berdasarkan teori purchasing power parity (PPP). Begitu pula pengaruhnya terhadap sukubunga berdasarkan Fisher effect.
Kedua kondisi ekonomi tersebut di atas akan mempengaruhi kinerja perbankan di Indonesia. Pertumbuhan GDP yang relatif kecil tidak akan meningkatkan tabungan secara signifikan. Akibatnya juga pada investasi yang tidak bertumbuh secara signifikan. Inflasi yang relatif stabil dalam dua tahun kedepan dengan tingkat yang paling tinggi di antara negara-negara berkembang di Asia dapat menekan nilai rupiah sehingga menjadi rentan terhadap gejolak ekonomi global. [center]Tabel. 8 Proyeksi Perekonomian Indonesia 2004-2009 [html]No. | Indikator | 2004 | 2005 | 2006-2009 |
1 | Pertumbuhan Ekonomi (%) | 4,8 | 5,4 | 6.8 |
2. | Inflasi (%) | 6,5 | 5,5 | 4,8 |
3. | Nilai Tukar | Rp. 8.600 | Rp. 8.600 | Rp. 9.500 |
4. | Tingkat Bunga SBI-3 bulan rata-rata (%) | 8,5 | 6,5 | 4-5 |
5. | Harga Minyak (USD/barel) | 22,0 | 24,0 | 18-20 |
6. | Produksi Minyak (MBCD) | 1.150 | 1.125 | 1.200-1.300 |
7. | PDB (miliar rupiah) | 1.999.663,9 | 2.190.796,7 | 2.500.000 |
Sumber: Panja DPR RI |
III. ANALISIS INDUSTRI PERBANKAN
Analisis industri merupakan salah satu bagian dalam analisis fundamental. Analisis industri biasanya dilakukan setelah kita melakukan analisis ekonomi. Dalam analisis industri, investor mencoba memperbandingkan kinerja dari berbagai industri, untuk bisa mengetahui jenis industri apa saja yang memberikan prospek paling menjanjikan ataupun sebaliknya. Setelah melakukan analisis industri, investor nantinya akan dapat menggunakan informasi tersebut sebagai masukan untuk mempertimbangkan saham-saham dari kelompok industri mana sajakah yang akan dimasukkan dalam portofolio yang akan dibentuknya.3.1. Perkembangan Kinerja Perbankan Indonesia
Krisis perbankan yang demikian parah pada kurun waktu 1997-1998 memaksa Pemerintah dan Bank Indonesia untuk melakukan pembenahan di sektor perbankan dalam rangka melakukan stabilisasi sistem keuangan dan mencegahnya terulangnya krisis. Langkah-langkah penting yang dilakukan sehubungan dengan hal tersebut antara lain:- Memperkuat kerangka pengaturan dengan menyusun rencana implementasi yang jelas untuk memenuhi 25 Basel Core Principles for Effective Banking Supervision yang menjadi standar internasional bagi pengawasan bank;
- Meningkatkan infrastruktur sistem pembayaran dengan mengembangkan Real Time Gross Settlements (RTGS);
- Menerapkan blanket guarantee scheme untuk melindungi simpanan masyarakat di bank;
- Merestrukturisasi kredit macet baik yang dilakukan melalui BPPN, Prakarsa Jakarta (JITF) maupun INDRA;
- Melaksanakan program privatisasi dan divestasi untuk bank-bank BUMN dan bank-bank yang direkap; serta
- Meningkatkan persyaratan modal bagi pendirian bank baru.
3.2. Arah Kebijakan Bank Indonesia di Bidang Perbankan Pada Waktu Yang Akan Datang
Kebijakan perbankan diarahkan untuk melanjutkan upaya-upaya untuk mempertahankan stabilitas sistem keuangan dan perbankan serta mendorong peningkatan fungsi intermediasi perbankan. Disamping itu, Bank Indonesia akan meneruskan pelaksanaan sebagian dari 19 inisiatif Arsitektur Perbankan Indonesia (API), yang meliputi pembentukan panel ahli perbankan, mekanisme pengaduan nasabah pendirian lembaga mediasi perbankan, transparansi informasi produk, edukasi konsumen, good corporate governance, credit bureau, sertifikasi manajer resiko, linkage program dan pelonggaran ketentuan pembukaan kantor cabang BPR. Sementara itu, dengan telah ditandatanganinya Nota Kesepakatan Fasilitas Pembiayaan Darurat (FPD) antara Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Indonesia yang merupakan bagian dari kerangka kerja Jaring Pengaman Sektor Keuangan, yang pedoman pelaksanaannya akan diatur dalam keputusan Menteri Keuangan dan Ketentuan BI, Bank Indonesia memulai penyusunan pedoman yang akan dituangkan dalam ketentuan BI tersebut. VISI BARU INDUSTRI PERBANKAN KEDEPAN Industri perbankan nasional memerlukan visi baru dalam jangka panjang khususnya untuk rentang waktu sepuluh tahun ke depan. Visi baru industri perbankan nasional untuk jangka panjang tersebut, diperlukan untuk menampung segala perubahan-perubahan yang sedang terjadi pada saat ini yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Oleh karena itu visi baru tersebut akan menentukan bentuk dan arah perjalanan industri perbankan nasional ke depan. Dengan dilandasi oleh visi baru perbankan nasional yang mencapai suatu sistem perbankan yang sehat, kuat dan efisien guna menciptakan kestabilan sistem keuangan dalam rangka membantu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional, maka dalam jangka panjang diharapkan perbankan nasional akan memiliki bank-bank yang lebih kuat dan efisien serta mampu memenuhi segala ketentuan prudensial yang dipersyaratkan. Dengan visi baru tersebut diharapkan dalam waktu sepuluh sampai limabelas tahun ke depan, industri perbankan nasional akan memiliki posisi yang lebih baik dari keadaan sekarang. Oleh karena itu, struktur perbankan nasional diharapkan akan mengalami suatu perubahan yang mendasar dalam jangka panjang di mana perubahan tersebut akan mengarah ke suatu tingkatan industri perbankan yang lebih baik. Dalam waktu sepuluh sampai limabelas tahun ke depan diharapkan industri perbankan nasional akan memiliki bank-bank internasional yang memiliki kegiatan usaha yang sangat luas didukung oleh kemampuan sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu beroperasi dipasar internasional. Bank-bank internasional tersebut diharapkan memiliki aset dan pemodalan yang cukup besar untuk mendukung kegiatan usahanya yang bersifat universal dan internasional. Bank-bank yang mampu beroperasi sebagai bank internasional akan memiliki aset sekitar Rp. 1.000 triliun dan modal di atas Rp. 50 triliun. Diharapkan akan terdapat 2 sampai 3 bank yang mampu mengemban tugas sebagai bank internasional sehingga dapat bersaing dengan bank-bank asing yang telah beroperasi di pasar global. Selain adanya bank-bank yang mampu beroperasi secara internasional, diharapkan dalam waktu sepuluh sampai limabelas tahun ke depan perbankan nasional juga memiliki 3 sampai 5 bank-bank nasional. Bank-bank nasional ini adalah bank-bank yang mampu bersaing secara nasional dalam semua aspek kegiatan perbankan yang bersifat universal dan memiliki aset sekitar Rp. 200 trliun serta modal antara Rp. 10 triliun sampai Rp. 50 triliun. Selanjutnya, dalam waktu sepuluh sampai limabelas tahun ke depan, di dalam industri perbankan nasional nantinya akan muncul sekitar 30 sampai 50 bank yang kegiatan usahanya terfokus pada segmen usaha tertentu. Bank-bank semacam ini diharapkan mempunyai spesialisasi pada segmen usaha tertentu seperti misalnya ritel, korporasi, pertanian, UMKM dan perunahan, atau bank-bank yang melayani target pasar tertentu yang didasarkan atas batasan geografis seperti BPD. Bank-bank tersebut diharapkan memiliki modal antara Rp. 100 miliar sampai Rp. 10 triliun. [newpage][left]IV. ANALISIS PERUSAHAAN: PENAMPILAN KEUANGAN (FINANCIAL OUTLOOK) LIPPOBANK[/left]
Tahap terakhir dalam analisis fundamental yaitu analisis perusahaan. Analisis ini bertujuan untuk menentukan harga pasar yang wajar (nilai intrinsik) terhadap saham lippobank. Harga pasar saham dibandingkan dengan nilai intrinsiknya, jika harga pasarnya lebih rendah dari nilai intrinsiknya (undervalued), maka saham lippobank layak dibeli, tetapi sebaliknya jika harga pasarnya lebih tinggi dari nilai intrinsiknya (overvalued), maka saham lippobank layak dijual. Dalam melakukan analisis perusahaan, investor harus mendasarkan kerangka pikirnya pada dua komponen utama dalam analisis fundamental yaitu: earning per share (EPS) dan price earning ratio (PER) perusahaan. Ada tiga alasan yang mendasari penggunaan dua komponen tersebut. Pertama, karena pada dasarnya kedua komponen tersebut bisa dipakai untuk mengestimasi nilai intrinsik suatu saham. Selanjutnya, nilai intrinsik saham yang telah dihitung tersebut, jika dibandingkan dengan harga pasar saham bersangkutan, akan berguna untuk menentukan keputusan membeli atau menjual saham. Kedua, dividen yang dibayarkan perusahaan pada dasarnya dibayarkan dari earning. Ketiga, adanya hubungan antara perubahan earning dengan perubahan harga saham. Berdasarkan laporan Laba-Rugi (income statement) kuartal pertama 2004 (unaudited), terjadi penurunan pendapatan bunga sebanyak 17,9% untuk periode yang sama tahun 2003. Penurunan pendapatan bunga diimbangi dengan kenaikan pendapatan operasional lainnya sebesar 23,98%. Peningkatan biaya non-operasional sebesar 6,42% tidak mengikuti penurunan pendapatan bunga. Peningkatan laba tahun berjalan cukup signifikan (164,06%) yang diperoleh dari kenaikan surat berharga, pendapatan provisi, komisi dan fee serta pendapatan non-operasional. PERHITUNGAN LABA-RUGI DAN LABA DITAHAN Periode 1 Januari s/d 31 Maret 2004 dan 2003 (Dalam Jutaan Rupiah. kecuali data per saham) No. POS - POS 2004 (Tidak Diaudit) 2003 (Tidak Diaudit) 1. PENDAPATAN DAN BEBAN OPERASIONAL Pendapatan Bunga 1.1. Hasil Bunga a. Rupiah 389.107 477.715 b. Valuta asing 36.799 42.503 1.2. Provisi dan Komisi a. Rupiah 5.957 6.468 b. Valuta asing 1.111 746 JUMLAH PENDAPATAN BUNGA 432.974 527.432 2. Beban Bunga 2.1. Beban Bunga a. Rupiah 210.228 292.247 b. Valuta asing 7.772 10.687 2.2. Provisi dan Komisi JUMLAH BEBAN BUNGA 218.000 302.934 PENDAPATAN BUNGA BERSIH 214.974 224.498 3. Pendapatan Operasional Lainnya 3.1. Pendapatan Provisi. Komisi dan Fee 102.443 89.115 3.2. Pendapatan Transaksi Valuta Asing 0 2.567 3.3. Pendapatan Kenaikan Nilai Surat Berharga Berharga 11.188 422 3.4. Pendapatan Lainnya 6.415 4.724 JUMLAH PENDAPATAN OPERASIONAL LAINNYA 120.046 96.828 4. Beban Penghapusan Aktiva Produktif 823 (45) 5. Beban Estimasi Kerugian Komitmen dan Kontinjensi 104 45 6. Beban Operasional Lainnya 6.1. Beban Administrasi dan umum 161.743 167.003 6.2. Beban Personalia 104.554 86.257 6.3. Beban Penurunan nilai surat berharga 6.4. Beban Transaksi valas 1.100 0 6.5. Beban Lainnya 24.001 20.552 JUMLAH BEBAN OPERASIONAL LAINNYA 291.398 273.812 LABA OPERASIONAL 42.695 47.514 7. PENDAPATAN DAN BEBAN NON OPERASIONAL Pendapatan Non Operasional 13.959 10.635 8. Beban Non Operasional 1.130 758 PENDAPATAN NON OPERASIONAL 12.829 9.877 9. Pendapatan (Beban) luar biasa 10. LABA SEBELUM PAJAK PENGHASILAN 55.524 57.391 11. Taksiran Pajak Penghasilan -/ 11.1. Periode Berjalan 11.2. Ditangguhkan 3.000 37.500 12. LABA TAHUN BERJALAN 52.524 19.891 Hak Minoritas -/- Saldo rugi awal tahun (9.747.881) (9.231.923) Dividen 16. SALDO RUGI AKHIR PERIODE (9.695.357) (9.212.032) 17. LABA BERSIH PER SAHAM 13 5 Sampai dengan akhir tahun 2003, Lippobank (perusahaan) masih mengakumulasi kerugian sebesar Rp 9,7 triliun. Tahun 2002 dan 2003 kerugian perusahaan masing-masing sebesar Rp. 515 milyar. Kondisi ini menunjukkan kinerja perusahaan yang memprihatinkan. Dari sisi neraca, ada peningkatan asset sebanyak 17% pada periode yang sama tahun sebelumnya. Komponen yang meningkatkan aset perusahaan antara lain tabungan berjangka yang meningkat sebanyak 162% dibanding dengan tahun sebelumnya. Deposito juga meningkat sebesar hampir 77%. Secara umum simpanan pihak ketiga meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya. Peningkatan ini tidak dapat diartikan sebagai peningkatan kinerja perusahaan secara umum atau meningkatnya kepercayaan masyarakat kepada perusahaan. Adanya jaminan pemerintah terhadap simpanan masyarakat dapat mempengaruhi peningkatan ini. Hal ini dapat menimbulkan resiko apabila suatu saat pemerintah mencabut ketentuan ini. Melihat kinerja perusahaan selama dua tahun terakhir dapat mengakibatkan kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan bisa berkurang. [newpage] Selanjutnya pada tabel rasio dapat dilihat kinerja perusahaan:- CAR menurun dari 22, 47% menjadi 18,37% walaupun masih jauh di atas batas yang ditetapkan BI (8%)
- Non-performing loan juga menurun walaupun jumlah dana pihak ketiga meningkat tetapi jauh di bawah rata-rata industri yaitu 2,70%
- Return on equity meningkat tajam dari 7% menjadi 27, 2%.
V. KESIMPULAN
Sebelum memutuskan melakukan investasi pada saham, terlebih dahulu perlu dilakukan analisis fundamental secara top-down. Analisis pertama kali dimulai dengan menganalisis terhadap faktor-faktor makroekonomi yang mempengaruhi kinerja seluruh perusahaan, kemudian dilanjutkan dengan analisis industri, dan pada akhirnya dilakukan analisis terhadap perusahaan yang mengeluarkan sekuritas bersangkutan untuk menilai apakah sekuritas yang dikeluarkannya menguntungkan atau merugikan bagi investor. Berdasarkan analisis terhadap indikator-indikator makroekonomi menunjukkan bahwa perkembangan perekonomian nasional lima tahun terakhir (1999-2004) pasca-krisis ekonomi menggambarkan kondisi yang mulai membaik dan relatif stabil. Kondisi ini antara lain ditunjukkan oleh; pertumbuhan eknomi yang meningkat sebesar 4,1% dibandingkan 3,7% pada tahun 2002. Indikator lainnya adalah nilai tukar rupiah yang makin menguat, menurunnya laju inflai dan tingkat bunga serta meningkatnya cadangan devisa. Perkembangan perkonomian yang positif ini merupakan sinyal yang baik bagi investor dalam memutuskan kebijakan investasinya. Perkembangan industri perbankan pasca krisis ekonomi juga menunjukkan kondisi yang membaik. Pemerintah dan Bank Indonesia telah melakukan berbagai pembenahan di sektor perbankan dalam rangka melakukan stabilisasi sistem keuangan dan mencegahnya terulangnya krisis. Stabilisasi dan efektif sektor perbankan sebagai lembaga intermediasi dana, perbankan makin dapat memberikan kontribusi yang besar bagi stabilitas ekonomi makro sehingga mampu mendorong pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Setidaknya ada tiga faktor yang berkaitan dengan peranan sektor perbankan ini. Pertama, makin stabil dan efektif sektor perbankan, akan semakin kuat pula kemampuannya untuk memobilisasi tabungan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi akan mantap bila mobilitas tabungan ini dialokasikan untuk membiayai investasi produktif. Kedua, stabilitas dan efektivitas sektor perbankan akan mampu memonitor kinerja pelaku dunia usaha dalam penggunaan dana publik untuk tujuan yang “semestinyaâ€Â. Ketiga, sektor perbankan yang stabil dan efisien akan mampu berfungsi sebagai intermediasi penyebaran resiko dalam dunia usaha. Analisis perusahaan bertujuan untuk menentukan harga pasar yang wajar (nilai intrinsik) terhadap saham lippobank. Harga pasar saham dibandingkan dengan nilai intrinsiknya, jika harga pasarnya lebih rendah dari nilai intrinsiknya (undervalued), maka saham lippobank layak dibeli, tetapi sebaliknya jika harga pasarnya lebih tinggi dari nilai intrinsiknya (overvalued), maka saham lippobank layak dijual. Berdasarkan analisis perusahaan, maka harga saham lippo bank yang wajar (nilai instrinsik) berdasarkan perhitungan adalah Rp 608 per lembar. Harga saham Lippobank per 31 Agusutus 2004 sebesar Rp. 500 dapat dikatakan harga saham lippobank undervalue. Oleh karena itu, berdasarkan analisis perusahaan, maka dapat direkomendasikan untuk membeli (buy) saham lippobank. [u]DAFTAR KEPUSTAKAAN[/u]- Bank Indonesia, Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia, Laporan bulanan, dalam berbagai edisi.
- Bank Indonesia, 2004, Perkembangan Pasar Keuangan Indonesia, Semester II 2003, Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter, BI
- Bilson, Chris, Tim Brailsford, and Vince Hooper, 2000, Selecting Macroeconomic Variables As Explanatory Factors of Emerging Stock Market Returns, Department of Commerce, Australian National University, 2000.
- Bodie, Z, A, Kane and A. Marcu, 2002, Investment. Richard Irwin, Homewood, Illinois.
- Chen, N.F., R. Roll., and S.A. Ross,1986, Economics Forces and the Stock Market, Journal of Business, 59, 383-403
- Eduardus Tandelilin., 2001, “Analisa Investasi Portofolio, Edisi Pertama. BPFE-Yogyakarta
- Elton, Edwin J., and Gruber, Martin J. 1995, Modern Portofolio Theory and Investment Analysis, 5th ed., John Wiley & Sons
- Fama, E.F., 1981, Stock Return, Real Activity, Inflation, and Money, American Economics Review,71, 545-565
- Hull, John, 2002, Fundamental of Futures, and Options Markets (4th ed). Prentice Hall, Upper Saddle River, New Jersey.
- Haugen, R.A., 1997. Modern Invesment Theory, 4th ed., Prentice-Hall, Inc., New Jersey
- Hayo, Bernd, and Ali M. Kutan, 2001, Investor Panic, IMF Actions, and Emerging Stock Market Returns and Volatility: A Panel Investigation, Zentrumfür Europäische Integrationsforschung Center for European Integration Studies Rheinische Friedrich-Wilhelms-Universität Bonn.
- JP Morgan, 2003, Indonesia: Strong Q1 GDP Growth, Asia Pacific Equity Research
- Lofthouse, Stephen, 1994, Equity Investment Management: How to Select Stocks and Markets, John Wiley & Sons.
- Manurung, Jonni, DR, S.E., M.Si., Adler Haymans Manurung, DR., M. Com., ME., Ferdinand D. Saragih, DR. M.A., Marusha Lumban Gaol, S.E., M.M., 2003, Pasar Keuangan & Lembaga Keuangan Bank & Bukan Bank, PT Adler Manurung Press.
- Suad Husnan., 1998, “Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas, Edisi Ketiga, UPP AMP YKPN, Yogyakarta
- Reilly F.K. and Brown, Keith C., 1997. “Investment Analysis and Portfolio Managementâ€Â, 5th ed., Th Dryden Press, Chicago
- Tjager, I Nyoman, SH., MA, F. Antonius Alijoyo, Drs., MM, MBA, Humprey Djemat, SH., LLM, Bambang Soembodo Dr., MM, MBA, 2003, Corporate Governance: Tantangan dan Kesempatan bagi Komunitas Bisnis Indonesia, Prentice Hall.