Bolehkah kita mendoakan orang tua yang sudah meninggal brainly

Rasulullah SAW menganjurkan kita mendoakan mereka yang sudah wafat.

Rasulullah SAW menganjurkan kita mendoakan mereka yang sudah wafat. Ilustrasi mendoakan mereka yang wafat.

Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID,

Baca Juga

ما الْمَيّتُ في القَبْرِ إلاّ كالْغَرِيْق الْمُتَغَوِّثِ يَنتَظِرُ دَعْوَةً تَلحَقُه مِن أبٍ أوْ أُمٍّ أوْ أخٍ أوْ صَدِيقٍ فإذا لَحِقَتْه كانَتْ أحَبَّ إليه مِن الدُّنيا ومَا فيها وإنَّ اللهَ عزّ وجلّ لَيُدخِلُ على أهْلِ القُبُورِ مِن دُعاءِ أهْلِ الأَرْضِ أمْثَالَ الجِبالِ وإنَّ هَديَّةَ الأَحْيَاءِ إلى الأَمْوَاتِ الاِسْتِغفارُ لهم

Rasulullah bersabda: "Seorang mayat dalam kuburnya seperti orang tenggelam yang sedang meminta pertolongan. Dia menanti-nanti doa ayah, ibu, anak, dan kawan yang tepercaya. Apabila doa itu sampai kepadanya, maka itu lebih ia sukai daripada dunia berikut segala isinya. Dan sesungguhnya Allah menyampaikan doa penghuni dunia untuk ahli kubur sebesar gunung. Adapun hadiah orang-orang yang hidup kepada orang-orang mati ialah memohon istighfar kepada Allah SWT untuk mereka dan bersedekah atas nama mereka." (HR Ad-Dailami).

Jika manusia sudah mati, tak ada lagi amal saleh yang bisa dilakukan. Apakah dengan demikian ia benar-benar terputus dari pahala? 

Pada hadits di atas ditegaskan bahwa orang yang sudah mati sesungguhnya masih bisa menerima kiriman pahala berupa doa-doa kebaikan yang dilantunkan oleh sanak keluarga atau teman-teman yang khusus ditujukan untuknya. 

Digambarkan, ia begitu gembira dengan kiriman doa tersebut melebihi kegembiraan mendapatkan kekayaan sebesar dunia beserta isinya.

Dalam hadits lain ditegaskan bahwa orang yang telah mati, tetap bahkan terus-menerus mendapatkan pahala dari beberapa hal, yaitu dari amal jariah, ilmu yang bermanfaat, dan doa anak saleh. Rasulullah bersabda: 

إِذَا مَاتَ ابْنُ آدَمَ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلا مِنْ ثَلاثٍ : صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

 "Jika seorang manusia itu meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali dari tiga perkara, yaitu sedekah yang mengalir atau ilmu pengetahuan yang dapat diambil manfaatnya, atau anak saleh yang mendoakan padanya." (HR Muslim).

Seperti disebutkan pada hadis di awal pula, doa untuk orang mati yang sangat diharapkan adalah doa istighfar atau permohonan ampunan. Dalam hadis lain dikatakan, Utsman bin Affan menuturkan, apabila Rasulullah telah selesai menguburkan jenazah, beliau bersabda: 

 كانَ النَّبيُّ إذا فَرغَ مِن دفنِ الميِّتِ وقفَ عليهِ ، فَقالَ : استَغفِروا لأَخيكُم ، واسأَلوا لَهُ بالتَّثبيتِ ، فإنَّهُ الآنَ يسألُ

"Mintakanlah ampunan untuk saudara kalian ini, dan mohonkanlah keteguhan untuknya, karena sesungguhnya ia sekarang sedang ditanya." (HR Abu Dawud).

Tidak hanya menyuruh, beliau juga melakukannya langsung. Disebutkan, beliau berdoa untuk orang-orang yang mati lalu dikuburkan di permakaman Baqi Gharqad: اللهمَّ اغفرْ لأهلِ بقيعِ الغرقدِ

"Ya Allah, ampunilah orang-orang yang dikuburkan di Baqi Gharqad." (HR Muslim). 

Doa istighfar untuk mayat ini terutama penting disampaikan oleh sanak keluarganya karena merekalah yang paling dekat, baik secara nasab maupun hubungan sosial. Di samping itu, ini merupakan bentuk nyata kukuhnya ikatan kekeluargaan (silaturahim) di antara mereka. Jadi, ikatan itu tidak pernah terputus meskipun kematian telah memisahkan alam mereka. Ikatan itu akan tetap ada selamanya.

Bolehkah kita mendoakan orang tua yang sudah meninggal brainly

sumber : Harian Republika

Hukum Mendoakan yang Buruk untuk Orang Zalim

Republika

Mendoakan yang Buruk untuk Orang Zalim?. Foto: Berdoa (Ilustrasi)

Rep: Umar Mukhtar Red: Muhammad Hafil

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Suatu kali mungkin kita pernah atau sedang menjadi korban dari orang yang bertindak zalim melalui perbuatan atau lisannya. Dalam kondisi ini, apakah kita boleh mendoakan orang zalim tersebut? Apa bentuk doa yang pantas untuknya?

Baca Juga

Allah SWT berfirman, "Allah tidak menyukai perkataan buruk, (yang diucapkan) secara terus-terang kecuali oleh orang yang dizalimi. Dan Allah Mahamendengar, Mahamengetahui." (QS An Nisa: 148)

Dalam Tafsir Ibnu Katsir diriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa Allah SWT tidak suka dengan doa yang berisi ungkapan buruk kepada siapapun kecuali dia dizalimi. Karena itu, Allah SWT mengizinkan doa tersebut diucapkan tetapi hanya ditujukan kepada orang yang telah menzalimi dirinya.

Tafsir al-Sa'di juga menyebutkan, dibolehkan bagi hamba untuk berdoa terhadap orang yang telah menganiaya dirinya selama hamba tersebut tidak berbohong atau tidak melebih-lebihkan penganiayaan yang dialami dirinya.

Namun, memaafkan orang yang menzaliminya tentu jauh lebih baik. Lebih lanjut, ada beberapa bentuk doa dan hukumnya bagi orang yang dianiaya atau dizalimi kepada orang yang menzalimi sebagaimana dilansir dari laman Mawdoo.

Pertama, berdoa agar sikap zalim yang dilakukan si penzalim itu dihilangkan, dan ini sangat mulia. Kedua, berdoa untuk kematian anak-anak dari si penzalim, termasuk juga keluarganya dan orang-orang yang memiliki hubungan dengannya, meskipun mereka tidak ada kaitannya apapun dengan tindakan zalim si pelaku. Doa semacam ini tidak diperbolehkan.

Ketiga, berdoa agar orang berbuat zalim itu mengalami sakit yang luar biasa melebihi hukuman yang setimpal baginya. Ini juga tidak boleh. Keempat, berdoa agar pelaku zalim itu dikutuk untuk terus melakukan perbuatan dosa. Ini juga tidak boleh karena keinginan agar orang lain terjerembab dalam maksiat adalah juga bentuk dari maksiat itu sendiri.

Ketua Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI), Prof Dr Hasanuddin AF menyampaikan, meski ada redaksi pembolehan untuk menyampaikan doa yang buruk kepada orang yang berbuat zalim, lebih baik jika orang yang dizalimi itu menyerahkan semua persoalan yang dihadapinya kepada Allah SWT. Artinya, itu momentum bagi orang yang dizalimi untuk meningkatkan ketakwaannya kepada Allah dengan melaksanakan berbagai bentuk ibadah.

Hasanuddin menjelaskan, membalas kebaikan orang lain dengan kebaikan lagi itu sudah biasa. Sedangkan orang yang berbuat baik kepada orang yang tidak pernah berbuat baik kepada dirinya itu memiliki nilai yang lebih tinggi. Namun ada satu lagi yang lebih tinggi nilainya, yaitu membalas kejahatan orang lain dengan kebaikan.

"Ini nilainya jauh lebih tinggi dari dua yang pertama tadi. Dan tentu memaafkan orang yang telah menzalimi kita itu jauh lebih baik, ini termasuk membalas kejahatan dengan kebaikan," jelasnya.

Apalagi, Hasanuddin mengatakan, Allah SWT dalam Alquran mengingatkan bahwa salah satu ciri orang yang bertakwa adalah orang yang memaafkan orang lain. Karena itu, sudah semestinya orang yang beriman adalah memaafkan orang yang telah berbuat jahat kepada dirinya.

Allah SWT berfirman, "Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan." (QS. Ali Imran 133-134)

  • mendoakan orang zalim
  • doa orang zalim
  • berdoa

Bolehkah kita mendoakan orang tua yang sudah meninggal brainly

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...

Hubungan antara anak-orangtua itu sejatinya tidak bisa dipisahkan. Sekalipun, hingga ajal datang. Tidak ada dimana orang tua yang memiliki kewarganegaraan lain dari anaknya, memiliki warna rambut yang berbeda dengan anaknya, ataupun sang anak yang memiliki agama yang berbeda, yang akhirnya memutuskan hubungan tersebut. Hubungan anak dan orang tua akan tetap terikat satu sama lain. Baca juga tentang Hukum Chatting Dengan Lawan Jenis Bukan Mahram, Hukum Membuka Hijab di Hadapan Wanita Non Muslimah, Hukum Menagih Hutang Dalam Islam, dan Hukum Menerima Hadiah Natal dalam Islam

Oleh karena itu, Islam selalu memerintahkan anak berbuat baik kepada orang tua. Bahkan diwajibkan dalam Islam dan terdapat di Bab Birrul Walidain yang berarti berbakti kepada orang tua.

Seperti Firman Allah SWT :

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia, dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu-bapakmu dengan sebaik-baiknya.” (QS. Al-Israa` : 23).

Begitu pula dalam hadits yang diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud ra. Bahwa dia berkata:

“Aku pernah bertanya kepada Rasulullah saw.: ‘Amal apakah yang paling dicintai Allah?’ Rasulullah menjawab: ‘Shalat pada waktunya.’ ‘Lalu apa lagi?’ tanyaku. Beliau menjawab: ‘Berbakti kepada kedua orangtua.’ ‘Lalu apa lagi?’, tanyaku. Beliau menjawab: ‘Jihad fii sabilillaah (di jalan Allah).” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dan sebagaimana dalil – dalil diatas, seorang anak tidak memiliki alasan untuk tidak berbakti kepada orang tua. Namun, seperti yang dipaparkan diatas, bagaimana kita yang memiliki orang tua dengan agama yang berbeda? apakah tetap wajib berbakti kepada mereka? Simak selengkapnya dibawah ini

  1. Bila Orangtua Non-Muslim Masih Hidup.

Ada sebuah firman Allah SWT yang berbunyi begini:

“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: “Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang”. (QS. Al-Hasyr: 10).

Berdasrkan ayat ini, Prof. KH. Ali Yafie memaparkan,  prinsip utama memanjatkan doa semestinya diperuntukkan kepada orang-orang yang seiman dengan kita, sesama Muslim. Namun,  Rasulullah SAW saat menjalankan syiar Islam di zaman dimana penuh kedzaliman, pernah mendoakan orang yang tidak memiliki iman Islam saat beliau berdakwah di Thaif. Saat itu, Nabi Muhammd SAW mendapatkan sambutan yang kejam hingga dilempari batu, hingga malaikat menawarkan bantuan agar mereka diazab. Namun, Nabi Muhammad menolak dan mengatakan “Jangan!”.

Sebaliknya, Nabi Muhammad malah mendoakan mereka seperti ini: ” Ya Allah, berilah hidayah kepada orang-orang yang tidak senonoh menyakiti saya karena mereka tidak tahu.”

Berdasarkan, dalil naqli di atas, maka mendoakan orangtua non-Muslim yang masih hidup sangat dianjurkan. Namun dilakukan sebatas doanya agar keduanya mendapat hidayah dan Ramat Allah SWT, agar keduanya seiman dengan kita. Lalu, selain itu? Tidak diperbolehkan.

Baca juga tentang Hukum Menjawab Salam di Media Sosial, Hukum Memakai Rambut Sambung dalam Islam, Hukum Tidak Menikah dalam Islam, Hukum Memelihara Kucing Hitam Dalam Islam, dan Hukum Memajang Foto Di Dalam Rumah Menurut Islam

  1. Bila Orangtua Non-Muslim Sudah Meninggal

Dalam satu firman, Allah SWT berfirman:

“Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun kepada Allah bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabatnya, sesudah jelas bagi mereka bahwasannya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka Jahannam.” (QS. At-Taubah 9: 113).

Bersandarkan ayat diatas mendoakan orangtua non-Muslim sudah meninggal itu tidak diperbolehkan. Apalagi sampai mendoakan dengan membaca ayat Al quran dan lainnya.

Kemudian, bagaimana bila orangtua non-Muslim semasa hidupnya melakukan banyak hal baik, dan hidup sebagai orang yang baik, Menurut Prof KH. Ali Yafie, apabila terdapat  kebaikan dan kebajikan yang dilakukanya selama hidup maka itu akan diperhitungkan kelak di akhirat untuk meringankan azabnya.

Hal ini berdasarkan Quran Surah. Al-Zalzalah: 7-8 yang berbunyi:

“Sesiapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasanya). Dan sesiapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasanya).”

Wallahu Alam Bi Shawabb.