Apa saja yang termasuk dalam kebijakan sekolah ramah anak

6 komponen sekolah ramah anak menjadi bagian dari sekolah ramah anak akan berpengaruh pada kepercayaan orang tua terhadap sekolahan dalam menitipkan putra-putrinya untuk menempuh pendidikan.Sebagai orang tua pastinya mengharapkan yang terbaik baik anaknya, tidak menutup kemungkinan dalam memilih instansi pendidikan tempat sang buah hati menuntut ilmu.

Selain kualitas pendidikan yang bermutu, lingkungan sekolah juga menjadi salah satu pertimbangan orang tua dalam memilih sekolah bagi anaknya, karena tidak dipungkiri bahwa lingkungan turut membangun karakter dari sang buah hati.

Salah satu wujud untuk menciptakan lingkungan yang positif di sekolah, maka muncullah konsep Sekolah Ramah Anak (SRA). SRA sendiri merupakan program pendidikan yang berusaha untuk menjamin pemenuhan dan perlindungan hak anak dari kekerasan, diskriminasi, dan perlakuan yang salah.

Tentunya membutuhkan proses yang panjang dan juga memenuhi persyaratan untuk dapat menjadi bagian dari komponen sekolah ramah anak yang nondiskriminasi dan mengedepankan kepentingan terbaik bagi anak.

Berikut 6 komponen dari penerapan Sekolah Ramah Anak :

1. Kebijakan SRA

Komponen yang pertama yaitu sekolah harus memiliki komitmen tertulis terkait kebijakan SRA. Beberapa kebijakan yang perlu dimiliki oleh sekolah yaitu terkait kebijakan anti kekerasan terhadap peserta didik.Kebijakan tersebut berbentu SK internal sekolah yang disusun melibatkan seluruh warga dalam satuan pendidikan berupa larangan tindak kekerasan, hukuman badan, hukuman yang merendahkan martabat dan mekanisme pengaduan yang jelas.Selain itu sekolah juga harus melakukan upaya untuk melaksanakan kebijakan yang telah dibuat tersebut, berupaya mmencegah peserta didik sampai putus sekolah, menerapkan prinsip-prinsip SRA, dan memiliki proses untuk melakukan penyadaran serta dukungan terhadap hak anak.Sekolah juga harus memiliki komitmen untuk mewujudkan kawasan bebas rokok, napza dan menerapkan sistem yanh mendukung keamanan dari musibah struktural maupun nonstruktural dalam satuan pendidikanKriteria lain dalam kategori ini yaitu sekolah harus menjamin, melindungi dan memenuhi hak anak dalam beribadah sesuai agamanya masing-masing; mengutamakan Pengurangan Resiko Bencana dalam pembelajaran; mengintegrasikan materi kesehatan, kesehatan reproduksi, dan lingkungan hidup dalam pembelajaran; memiliki sistem rujukan, serta adanya pemantauan rutin terhadap perlindungan anak.

SRA juga diharapkan mampu menjadi sekolah rujukan bagi 10 sekolah di sekitarnya dimana memiliki SOP tindak lanjut bagi kasus kekerasan di sekolah, melakukan pengawasan terhadap ekstrakulikuler serta mewajibkan orang tua untuk melaporkan riwayat medis peserta didik dalam penerimaan peserta didik

2. Pelaksanaan Proses Pembelajaran yang Ramah Anak

Pada pelaksanaan belajar mengajar di sekolah, SRA harus menerapkan prinsip-prinsip yang tidak bias gender, nondiskriminatif, adil, akurat, informatif terkait budaya lokal, memperhatikan hak-hak anak dan pembelajaran juga dilakukan dengan cara yang menyenangkan.Sekolah ramah anak ini mengajarkan keberagaman melalui kesiapannya menjadi bagian dari sekolah inklusi yang mampu menerima perbedaan. Proses pembelajaran yang diterapkan juga harus mampu menjadi wadah bagi siswa untuk mengembangkan bakat, minat dan inovasinya baik dalam bidang akademik maupun non akademik (olahraga, budaya, dan lain sebagainya)Membicarakan terkait proses pembelajaran, salah satu proses yang tidak terpisahkan yaitu terkait dengan penilaian hasil belajar siswa.Prinsip yang dipegang dalam penilaian hasil belajar siswa yaitu mengedepankan pada proses dan penilaian yang otentik tanpa membanding-bandingkan dengan peserta didik lain.

Selain proses penilaian, dalam pembelajara juga SRA disarankan memiliki kelas ramah anak dan juga bahan ajar yang aman bagi anak, dimana bahan ajar tersebut telah dipastikan bebasa dari pornografi, radikalisme dan juga kekerasan.

Baca Juga:  Honorer Juga Dapat THR Tahun 2022, Berikut Ketentuannya

3. Pendidik dan Tenaga Kependidikan Terlatih Hak-Hak Anak dan SRA

Keberadaan sekolah tidak terlepas dari adanya tenaga pendidik di sekolah tersebut. Pendidik dan tenaga kependidikan di Sekolah Ramah Anak diharapkan telah mengikuti pelatihan hak-hak anak.Adapun warga sekolah yang wajib mengikuti pelatihan hak anak yaitu guru, guru BK, kepala sekolah atau pimpinan satuan pendidikan, tata usaha, petugas perpustakaan, penjaga kebersihan dan keamanan, komite satuan pendidikan, pembimbing ekstrakulikuler dan juga orang tua atau wali murid.Pendidik yang telah terlatih tersebut tidak berhenti disini, namun juga harus memiliki working grup berbasis SRA untuk penerapan dalam satuan pendidikan tersebut.

Untuk kelancaran serangkaian proses pelatihan beserta penerapan hasil pelatihan, maka diharapkan sekolah juga memiliki tenaga konseling yang terlatih terhadap isu gender, konvensi hak anak, dan anak berkebutuhan khusus.

4. Sarana dan Prasarana SRA

Salah satu komponen yang tidak kalah penting yaitu keberadaan sarana dan prasarana di sekolah. Keamanan fisik anak dalam beraktivitas di lingkungan satuan pendidikan dapat diwujudkan melalui sarana dan prasarana yang sesuai standar.Bangunan sekolah haruslah kokok dan kuat, memiliki sistem keamanan terhadap potensi kebakaran, memenuhi standar instalasi listrik, tidak berada di bawah jaringan listrik dengan tegangan tinggi dan juga memiliki sistem evakuasi yang memadai terhadap potensi bencana.Selain faktor keselamatan di atas, sarana prasarana di sekolah juga harus memenuhi persayaratan kesehatan seperti memiliki ventilasi alami, memiliki pencahayaan alami, memiliki sumber air bersih, memiliki sistem pembuangan yang memadai, tersedia tempat sampah yang sesuai standar, dan lain sebagainya.

Faktor lain yang harus terpenuhi yaitu kenyamaan, kemudahan akses, memiliki UKS, memiliki ruang konseling yang nyaman serta menghargai privasi, memiliki lapangan olah raga, memiliki ruang kerativitas, ruang bermain, perpustakaan, memiliki alat permainan edukatf, kantin yang bersih, rambu terkait SRA, media komunikasi yang memadai dan Kotak Curhat bagi peserta didik.

5. Partisipasi Anak

Keterlibatan peserta didik turut serta dalam pembentukan sekolah yang ramah anak, diman anak diberikan kesempatan untuk membentuk komunitas sebaya.Selain itu, peserta didik juga dapat terlibat dalam berbagai macam kegiatan positif di sekolah, diantaranya mengikuti kegiatan ekstrakulikuler, tim pelaksana SRA, memberikan penilaian terhadap pelaksanaan SRA dan juga keterlibatan dalam melakukan usul maupun pengaduan

Warga sekolah, khususnya pendidik dapat memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk menyuarakan isi hati dan pendapatnya, dimana hal tersebut juga merupakan salah satu hak anak yang perlu untuk dipenuhi di lingkungan satuan pendidikan.

6. Partisipasi Orang Tua, Lembaga Masyarakat, Dunia Usaha, Pemangku Penentingan Lainnya, dan Alumni

Sebagai wujud usaha memberikan hasil pembelajaran yang maksimal, maka dibutuhkan kerjasama dari berbagai pihak, baik pihak internal maupun eksternal satuan pendidikan.Orang tua atau wali dapat berperan dalam koordinasi penyelenggaraan SRA. Selain itu orang tua juga perlu menjalin komunikasi yang baik dengan pihak sekolah agar dapat tercipta hubungan yang selaras. Orang tua juga berperan secara psikologis untuk hadir sebagai pendengar bagi anak dan mengawasi keamanan serta perkembangannya.Berbeda dengan orang tua yang merupakan orang terdekat dari peserta didik. Lembaga masyarakat dan dunia usaha memiliki peranan yang selaras yaitu dalam memfasilitasi kegiatan, mengawasi keamanan, mendukung prinsip SRA serta memberi akses peserta didik untuk terlibat dalam karyawisata, praktik dan seni budaya.Sedangkan pemangku kepentingan memiliki peran dalam memfasilitasi kegiatan, menyediakan sarana prasarana serta bersikap proaktif dalam mendukung upaya terciptanya SRA. Selain itu, alumni juga turut berberan dalam memberikan dukungan dan turut serta dalam kepengurusan komite satuan pendidikan.Keenam komponen tersebut menjadi landasan berdirinya program Sekolah Ramah Anak yang diharapkan mampu menciptakan lingkungan berlajar di satuan pendidikan yang menjunjung tinggi hak anak.

Guna menambah pengetahuan pendidik, maka pendidik dapat membaca berbagai literasi, serta dapat mengikuti berbagai pelatihan, salah satunya DIKLAT “Pengembangan Modul Ajar Kurikulum Merdeka”. DAFTAR SEKARANG!

Hubungi:

http://wa.me/6283119726406 (Dea)

Apa saja yang termasuk dalam kebijakan sekolah ramah anak

Pengertian sekolah ramah anak adalah satuan pendidikan yang mampu memberikan pemenuhan hak dan perlindungan khusus bagi anak. Ciri-ciri jenis sekolah ini adalah adil terhadap murid, metode pembelajaran yang nyaman, hingga lingkungan sekolah dan kelas yang nyaman.

Ditinjau olehdr. Karlina Lestari

Seorang anak sedang belajar di sekolah ramah anak.

Setiap orangtua pasti punya alasan tersendiri dalam memilih sekolah untuk anak. Nah, salah satu aspek yang dapat Anda pertimbangkan terkait hal ini adalah memastikan sekolah yang dipilih termasuk sekolah ramah anak (SRA).Sebagian orangtua mungkin belum memahami apa itu sekolah ramah anak. Oleh karena itu, simak penjelasan mengenai definisi, ciri-ciri, tujuan, hingga prinsip dari jenis sekolah ini.

Pengertian sekolah ramah anak

Sekolah ramah anak merupakan istilah yang digunakan UNICEF (badan PBB yang membawahi urusan anak) untuk sekolah yang mendidik anak secara keseluruhan. Sekolah ini harus tidak membedakan anak berdasarkan gender, berperan aktif dalam pemenuhan hak dan perlindungan anak, mendukung partisipasi anak, serta menciptakan lingkungan yang positif secara psikologis dan emosional bagi anak.Di Indonesia, sekolah ramah anak diterapkan untuk memutus rantai kekerasan di lingkungan pendidikan sekaligus memastikan anak mendapat pendidikan yang berkualitas. Oleh karena itu, sekolah yang ramah anak juga wajib menjalankan UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak sekaligus UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional.Dalam Panduan Sekolah Ramah Anak yang dibuat oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak pada tahun 2015, pengertian sekolah ramah anak adalah pendidikan formal, nonformal, dan informal yang aman, bersih dan sehat, peduli dan berbudaya lingkungan hidup. Selain itu, sekolah mampu menjamin, memenuhi, menghargai hak-hak anak, serta melindunginya dari kekerasan, diskriminasi, maupun perlakuan salah lainnya. Program sekolah yang ramah anak juga harus mendukung anak berpartisipasi dalam pemenuhan hak dan perlindungan mereka di satuan pendidikan.

Seperti apa sekolah ramah anak itu?

UNICEF menyebut sekolah yang ramah anak memiliki dua karakteristik utama, yaitu:Sekolah yang ramah anak secara aktif menyeleksi muridnya dari anak-anak yang berada di lingkungan sekitar.Sekolah ini akan memantau perkembangan mereka selama berada di sekolah dan tidak lepas tangan ketika peserta didiknya kembali ke komunitas masing-masing.Sekolah ramah anak juga menjalankan program sesuai dengan minat anak dan menuntun anak memaksimalkan potensinya. Sekolah ini juga wajib memastikan peserta didik mendapatkan seluruh haknya, seperti berada dalam kondisi sehat, gizi terpenuhi, dan sehat secara jasmani serta rohani. Tidak hanya itu, perkembangan anak ketika berada di luar sekolah turut dipantau.UNICEF mengklaim sekolah yang ramah anak merupakan institusi yang sangat berpengaruh untuk memastikan anak mendapatkan kualitas pendidikan yang baik. Sedangkan bagi tenaga pengajar, orangtua, hingga lingkungan sekitar, sekolah ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran semua pihak guna mendukung hak anak untuk berkembang secara menyeluruh.

Ciri-ciri sekolah ramah anak

Dalam Jurnal Penelitian PAUDIA, volume I No.1 tahun 2011, terdapat ciri-ciri sekolah ramah anak ditinjau dari beberapa aspek, yakni:Indikator sekolah ramah anak yang pertama adalah adil terhadap seluruh muridnya.Murid-murid mendapat perlakuan yang adil, baik perempuan atau laki-laki, miskin atau kaya, normal atau cacat, cerdas atau lemah, bahkan anak pejabat atau anak buruh.Kasih sayang, perhatian, dan pembelajaran juga diberikan secara setara kepada seluruh peserta didik.

Metode pembelajaran harus nyaman untuk anak-anak

Anak merasa senang dan nyaman mengikuti pelajaran. Mereka tidak merasa takut, cemas, atau was-was, bahkan bisa menjadi lebih aktif dan kreatif.Proses belajar efektif dihasilkan oleh metode pembelajaran yang variatif dan inovatif. Kegiatan belajar mengajar dilakukan lewat berbagai media ajar. Selain buku, contoh kegiatan inovatif sekolah ramah anak adalah menggunakan alat peraga atau media video untuk meningkatkan ketertarikan dan kesenangan anak dalam belajar. Proses belajar yang berjalan juga harus partisipatif.Murid dilibatkan dalam berbagai aktivitas yang dapat mengembangkan kompetensinya dalam pembelajaran. Misalnya, melakukan pembelajaran praktik, demo, learning by doing, dan lainnya.Dalam menciptakan lingkungan kelas yang nyaman, seluruh murid dilibatkan dalam penataan bangku dan dekorasi kelas. Mereka dapat mengungkapkan gagasannya mengenai lingkungan sekolah yang nyaman. Ada pula fasilitas sanitasi, seperti toilet dan air bersih, untuk mendukung kesehatan anak.

Tujuan sekolah ramah anak

Dilansir dari buku Panduan Sekolah Ramah Anak milik Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia, terdapat beberapa tujuan sekolah yang ramah anak, di antaranya:

Baca Juga

12 Cara Mengajari Anak Menulis dengan BaikLakukan Ini Jika Panas Anak Tidak Turun Setelah Minum Obat

Prinsip dan konsep sekolah ramah anak

Beberapa prinsip dan konsep sekolah ramah anak, di antaranya:Sekolah yang ramah anak adalah sekolah yang menjamin kesempatan setiap peserta didik untuk menikmati hak mereka dalam pendidikan tanpa diskriminasi berdasarkan disabilitas, gender, suku bangsa, agama dan latar belakang orangtuanya.Program sekolah ramah anak yang berlandaskan pada kepentingan terbaik bagi anak, menjadi pertimbangan utama dalam semua keputusan dan tindakan yang diambil oleh pengelola dan penyelenggara pendidikan.Prinsip sekolah ramah anak juga meliputi komitmen untuk menciptakan lingkungan yang hormat terhadap martabat anak, serta menjamin pengembangan secara holistik dan terintegrasi.

Sekolah harus menghormati pandangan anak

Dalam program sekolah ramah anak, setiap peserta didik bebas untuk mengekspresikan pandangannya dalam segala hal yang mempengaruhi mereka di lingkungan sekolah.Sekolah ramah anak adalah sekolah yang menjamin transparansi, partisipasi, akuntabilitas, keterbukaan informasi, serta supremasi hukum di satuan pendidikan.

Komponen sekolah ramah anak

Penerapan sekolah ramah anak dilaksanakan dengan merujuk pada enam komponen. Berikut adalah beberapa komponen sekolah ramah anak yang memiliki peran penting.Kebijakan sekolah ramah anak adalah komitmen daerah dan sekolah untuk mewujudkan sekolah itu sendiri. Kebijakan ini ditunjukkan dalam bentuk deklarasi.Tidak hanya itu, komponen ini juga mengharuskan sekolah ramah anak menganut perspektif anak.Minimal terdapat dua orang pendidik atau tenaga kependidikan yang terlatih sekolah ramah anak dan konvensi hak anak (KHA).Menciptakan proses belajar dan mengajar yang menyenangkan bagi peserta didik. Selain itu, proses pendisiplinannya harus dilakukan tanpa merendahkan martabat anak dan tanpa unsur kekerasan.Memastikan bahwa sarana dan prasaranan di sekolah tetap nyaman, aman, dan tidak membahayakan anak, mulai dari pemasangan rambu-rambu di tempat berbahaya, penumpulan ujung meja, toilet bersih dengan air yang mengalir, pencgahayaan yang terjaga, dan sirkulasi udara yang baik.Komponen selanjutnya adalah partisipasi anak. Anak-anak perlu dilibatkan dalam kegiatan perencanaan program dan tata tertib, pelaksanaan, serta evaluasi sekolah ramah anak.Anak akan dijadikan sebagai pengawal dari sekolah ramah anak dan peer educator (pendidik sebaya).Komponen ini dilakukan agar anak dapat merasa diakui dan berperan aktif dalam mewujudkan sekolah yang ramah anak.Sekolah ramah anak perlu melibatkan orangtua, organisasi kemasyarakatan, dunia usaha, pemangku kepentingan, dan alumni dalam mendukung program sekolah yang ramah untuk anak.Dukungan ini dapat berupa memberikan sarana ataupun menuangkan ide-ide kegiatan demi mewujudkan sekolah yang ramah anak.

Memilih sekolah ramah anak

Sebelum memasukkan anak ke dalam institusi pendidikan yang menganut program sekolah ramah anak, Anda perlu memahami kondisi apa yang diharapkan dalam jenis sekolah ini.Sekolah yang ramah anak memiliki program BARIISAN, yang artinya adalah Bersih, Asri, Ramah, Indah, Inklusif, Sehat, Aman, dan Nyaman.Nantinya, pihak sekolah akan mewujudkan berbagai kondisi di atas untuk memastikan keamanan dan kenyamanan anak-anak di sekolah.Tidak semua sekolah dapat dikatakan sebagai sekolah ramah anak. Anda sebagai orangtua dapat mengenali sekolah ini dari implementasi kebijakannya dalam berbagai aspek sebagai berikut:
  • Mencantumkan pelaksanaan program sekolah ramah anak.
  • Mencantumkan UU Perlindungan Anak sebagai dasar hukum berdirinya sekolah.
  • Tidak pernah secara sengaja maupun tidak melakukan kekerasan kepada anak. Kekerasan yang dimaksud, misalnya kekerasan fisik (memukul, mencekik, dan lain-lain), seksual (meraba bagian tubuh anak atau meminta anak melakukan hal sebaliknya pada pendidik), dan emosional (menghina, mempermalukan, hingga menyebut anak bodoh, malas, atau nakal).
  • Tidak pernah secara sengaja atau tidak menelantarkan anak, misalnya tidak memberi makan atau tempat duduk pada anak.
  • Perencanaan kebijakan pembelajaran dilakukan secara aktif, kreatif, efektif, dan tidak ada diskriminasi. Tenaga pendidik bertugas menciptakan suasana belajar yang menyenangkan.
  • Sekolah ramah anak menyediakan kebutuhan siswa dalam proses belajar, misalnya seragam, sepatu, buku, hingga memberi makanan tambahan dan fasilitas kesehatan yang memadai.
  • Dalam penataan tempat duduk, murid dilibatkan dalam pemilihan tempat duduk sesuai kebutuhan dan merawat kebersihannya.
  • Di lingkungan sekolah, ada fasilitas seperti toilet, tempat cuci tangan, bebas asap rokok, dan terjaga kebersihannya.
  • Anak tidak dilibatkan dalam urusan keuangan yang terkait dengan kewajiban orangtua. Artinya, saat orangtua belum bisa melunasi uang SPP, bukan berarti anak tidak boleh sekolah.
  • Infaq bersifat sukarela, bukan menjadi ajang sekolah untuk mencari dana tambahan.
  • Bila ada program wisata, sekolah yang ramah anak akan mendiskusikannya secara transparan dan tidak ada paksaan bagi murid yang tidak ingin ikut karena berbagai alasan.
  • Ada sistem reward and punishment kepada anak, misalnya dengan menerapkan sistem poin.
  • Program sekolah disosialisasikan kepada orangtua dan masyarakat secara umum.
  • Memberi reward pada anak yang berprestasi secara akademis maupun nonakademis.
  • Membimbing dan memotivasi anak yang dinilai kurang berhasil.
  • Tidak mempermalukan anak di depan temannya bila prestasinya kurang baik.
Pada akhirnya, sekolah ramah anak akan memiliki lulusan yang lebih toleran di masyarakat. Ia akan memiliki sikap antikekerasan, peduli lingkungan, setia kawan, dan bangga terhadap sekolah maupun almamaternya.Sayangnya, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menilai hingga akhir 2019, dalam proses pendidikan di Indonesia baru 15 persen sekolah di Indonesia yang bisa dikategorikan sebagai sekolah ramah anak. Artinya, dari 400 ribu sekolah jenjang PAUD hingga SMA/sederajat, baru sekitar 15 ribu sekolah yang sudah menerapkan sistem ini.Jika Anda ingin berdiskusi seputar kesehatan anak,  tanyakan langsung pada dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ. Download sekarang di App Store dan Google Play.

sekolahanak sekolah

UNICEF. https://www.unicef.org/lifeskills/index_7260.html
Diakses pada 7 Februari 2020
Pemprov Jawa Barat. http://dp3akb.jabarprov.go.id/mengenal-dan-mengembangkan-sekolah-ramah-anak/
Diakses pada 7 Februari 2020
Medcom. https://www.medcom.id/pendidikan/news-pendidikan/GNlYrVXb-baru-15-persen-sekolah-ramah-anak
Diakses pada 7 Februari 2020
Research Gate. https://www.researchgate.net/publication/44788733_Quality_Education_through_Child-Friendly_Schools_Resource_Allocation_for_the_Protection_of_Children's_Rights
Diakses pada 7 Februari 2020
Media Neliti. https://media.neliti.com/media/publications/155265-ID-identifikasi-model-sekolah-ramah-anak-sr.pdf
Diakses pada 10 November 2021
Disdikbud Pati. https://disdikbud.patikab.go.id/download/file/Juknis-SEKOLAH_RAMAH_ANAK__SAFIN_PRESENTASI.pdf
Diakses pada 10 November 2021
Buku Pedoman Sekolah Ramah Anak. file:///C:/Users/user/Downloads/Pedoman_SRA_Update.pdf
Diakses pada 17 Mei 2022

Terdapat sejumlah tips memilih sekolah TK terbaik untuk si kecil, mulai dari mempertimbangkan lokasinya, memahami kurikulum pelajarannya, hingga mengetahui kualitas gurunya.

Kesulitan belajar adalah gangguan yang membuat anak kesulitan membaca hingga berhitung. Ada banyak jenis kesulitan belajar, seperti disleksia, dispraksia hingga disgrafia.

01 Jul 2021|Nina Hertiwi Putri

Mendampingi proses belajar membaca anak SD memang ‘gampang-gampang susah’. Namun, bukan berarti mustahil bagi Anda sebagai orangtua untuk mendampinginya.

Dijawab Oleh dr. Farahdissa

Dijawab Oleh dr. Sylvia V