Apa saja jenis pekerjaan yang terlibat dalam proses pembuatan sarung samarinda

Sarung Samarinda atau Tajong Samarinda adalah jenis kain tenunan tradisional yang bisa didapatkan di Kota Samarinda, Kalimantan Timur. Sarung ini ditenun dengan menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) yang disebut Gedokan. Produk yang dihasilkan untuk satu buah sarung memakan waktu 15 hari.[1] Ciri khas Sarung Samarinda adalah bahan bakunya yang menggunakan sutera yang khusus didatangkan dari Cina.[2] Sebelum ditenun, bahan baku sutera masih harus menjalani beberapa proses agar kuat saat dipintal.[2]

Apa saja jenis pekerjaan yang terlibat dalam proses pembuatan sarung samarinda

Aktivitas penenunan Sarung Samarinda

Sehelai sarung yang dihasilkan pengrajin biasanya memiliki lebar 80 centimeter dan panjang 2 meter.[2] Dengan ukuran sarung sebesar itu pasti ada jahitan sambungan di bagian tengahnya yang dibuat dengan menggunakan tangan.[2] Sarung asli tidak pernah disambung dengan menggunakan mesin jahit. Inilah salah satu cara untuk membedakan kain yang asli dari yang palsu atau buatan mesin pabrik.[2]

Kerajinan tenun sarung ini pada mulanya dibawa oleh pendatang suku Bugis dari Sulawesi yang berdiam di kawasan Tanah Rendah (sekarang bernama Samarinda Seberang) pada tahun 1668.[3] Meskipun Samarinda berada di Kalimantan Timur, rupanya kebudayaan menenun sarung di Samarinda tersebut dibawa oleh masyarakat Bugis yang mencari suaka di Kerajaan Kutai Kartanegara akibat perjanjian Bungaja antara Kerajaan Gowa dan Belanda sekitar abad ke-16.[4] Orang Bugis pendatang inilah yang mengembangkan corak asli tenun Bugis menjadi tenun Samarinda.[4]

Alat tenun tradisional Sarung Samarinda secara keseluruhan terbuat dari kayu, tanpa ada yang bermesin.[5] Semua peralatan tersebut dibuat secara sederhana, dan seluruh proses menenun dikerjakan oleh tenaga manusia, dari memberi warna benang, memintal, menenun sampai mencuci, tidak ada yang dilakukan oleh mesin. secara keseluruhan peralatan tenun sarung samarinda terbagi atas 4 bagian:[5]

  1. Unuseng (alat pemintal)
  2. Saureng (alat penyusun corak)
  3. Apparising (alat tempat memasukkan benang)
  4. Pemalu (alat tempat penggulung benang)

Bahan yang digunakan untuk membuatan Sarung Tenun Samarinda adalah:[5]

  1. Benang Sutra alam atau Warm Silk
  2. Benang Sutra Import yang disebut Spoon silk
  3. Bahan pewarna yang bermacam-macam warna Import

pada umumnya bahan-bahan tersebut diimport dari Jerman dan Jepang.

Warna yang dominan adalah warna-warna tua dan kontras. warna-warna yang dominan adalah: hitam, putih, merah, ungu, biru laut, dan hijau. sedangkan warna lain hampir tidak pernah tampil.[5] Corak yang dibuat dalam Sarung Samarinda sangatlah beragam, serta memiliki makna dan nilai filosofi masing-masing, berikut beberapa corak sarung Samarinda yang umum di tenun:[5]

Lebba Suasa

Corak labba suasa adalah corak yang pertama kali dibuat oleh para pengerajin tenun Samarinda.[5] Namun kini corak lebba suasa tidak dikeluarkan lagi, hal tersebut dikarenakan corak lebba suasa jarang yang menggemari dipasaran, didaerah asalnyapun (Sulawesi Selatan) sorak ini jarang lagi terlihat. corak labba suasa terdiri dari 2 warna, yaitu warna hitam dan putih. pada tepi atau sisi sarung diberi corak warna merah.[5]

Kamummu (Hatta)

Corak Kamummu (Hatta) yaitu warna biru yang dikombinasikan dengan warna hitam.[5] corak kamummu disebut juga corak Hatta, penamaan corak Hatta ini tidak terlepas dari faktor sejarah. Dimana pada saat Dr. Mohammad Hatta menjabat sebagai Wakil Presiden Indonesia pada saat itu berkunjung ke Samarinda, dan oleh Koperasi RUWI (Rukun Wanita Indonesia) Cabang Samarinda menyerahkan sarung samarinda bercorak Kamummu kepada Moh. Hatta. sejak saat itulah corak Kamummu disebut juga corak Hatta.[5]

Anyaman Palupuh (Tabba)

Corak anyaman palupuh disebut juga corak tabba. corak ini terdiri dari 2 macam: yaitu tabba biasa dan tabba galak. disebut anyaman palupuh karena corak ini menyerupai bambu. Tabba atau palupuh artinya bambu.[5]

Assepulu Bolong

Pulu atau pulut artinya ketan. bolong artinya hitam. Assepulu bolong artinya Ketan Hitam. Disebut demikian karena corak ini warnanya hitam, sehitam beras pulut hitam. Warna hitam yang bersih dan bercahaya indah.[5]

Rawa-rawa Masak

Rawa-rawa yaitu nama sejenis buah jambu. Rawa-rawa yang masak berwarna merah muda atau lembayung. Dinamakan demikian karena corak ini berwarna lembayung seperti warna rawa-rawa masak.[5]

Coka Manippi

Corak ini mempunyai latar belakang cerita tentang putri bangsawan Kutai yang suatu hari bermimpi masuk kedalam surga loka.[5] di dalam mimpi tersebut sang putri melihat warna-wani yang sangat menawan hatinya, dan ketika terbangun dari mimpinya sang putri sangat gundah dan merindukan warna yang ada dalam mimpi tersebut. Kemudian sang putri memanggil penenun untuk menenun sarung dengan warna-wani yang ada dalam mimpinya.[5] Corak tersebut selanjutnya disebut Coka Manippi yang artinya ditaklukkan oleh mimpi. Menurut riwayatnya bahwa pada zamanya dulu corak Coka Manippi dilarang dipakai oleh masyarakat biasa. Corak ini khusus untuk dipakai oleh keluarga bangsawan Kutai.[5]

Billa Takkajo

Corak ini dalam bahasa Indonesia artinya cahaya kilat. Billa Takkajo artinya kilat memintas. Dengan dominan warna merah, biru dengan garis putih.[5]

Garanso

Corak ini hanya terdiri dari 2 warna yaitu warna hitam dan biru tua. Garanso artinya garang atau galak. Paduan warna hitam biru merupakan warna yang galak.[5]

Burica

Corak Burica artinya merica atau sahang. Corak ini seperti butir-butir sahang, bunga bulat-bulat kecil sebesar sahang, oleh sebab itu disebut corak burica.[5]

Siparape

Siparape artinya merapat yang artinya merapat. Corak ini sengaja dibuat untuk penganting baru. Kedua pengantin saling merapat dan berkasih mesra dalam masa-masa bulan madu mereka.[5]

Kudara

Sama dengan corak hatta, corak ini adalah corak yang awalnya adalah sebuah corak sarung yang dihadiahkan kepada Presiden Soekarno ketika berkunjung ke Samarinda. Kudara artinya negara. Dinamakan demikian karena corak ini adalah corak yang diberikan kepada Negara.[5]

Sabbi

Corak ini merupakan corak kreasi baru. corak sabbi dibuat untuk dipakai untuk wanita. Untuk kelengkapannya ditambahkan dengan selendang dengan corak yang sama.[5]

Pucuk

Sama dengan corak sabbi. corak pucuk adalah hasil kreasi baru dan dibuat khusus untuk wanita lengkap dengan selendangnya.[5]

  1. ^ Kaltim Post - Hidup dari Warisan Budaya. Diakses pada 13 Februari 2011
  2. ^ a b c d e IndonesiaKaya.com - Sarung Samarinda Diarsipkan 2015-04-02 di Wayback Machine.. Diakses pada 14 Maret 2015
  3. ^ "Bongkar - Pudarnya Sarung Samarinda Asli". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-03-02. Diakses tanggal 2011-02-13. 
  4. ^ a b Rappang.Com - Lipa Sa'bbe (Sarung Bugis). Diakses pada 14 Maret 2015
  5. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v Semibaru (1991-1992).Sarung Samarinda.Tenggarong:Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Hal.10

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sarung_Samarinda&oldid=18928799"

Sarung tenun Samarinda adalah salah satu kerajinan tangan khas di Samarinda. Sarung tersebut merupakan jenis kain tenun tradisional. Sarung ini dibuat dengan cara ditenun menggunakan ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) yang disebut dengan Gedokan sehingga proses pembuatannya masih tradisional atau manual. Dengan proses tradisional yang masih diterapkan untuk membuat sarung ini tentu membuat proses pembuatan sarung memakan waktu yang lama. Bahan baku sarung tenun adalah benang sutra yang langsung didatangkan dari Cina. Benang sutra ini diolah terlebih dulu supaya kuat. Benang harus direndam selama 3 x 24 jam di dalam air. Setelah itu, benang dimasak dalam air mendidih yang sudah dicampur dengan pewarna selama 2 jam. Selanjutnya benang dicuci sampai bersih kemudian diberi kanji. Setelah diperas, benang dijemur sampai kering dan siap dipintal menjadi benang tenun. Ribuan benang pintalan selanjutnya dilingkarkan dan dimasukkan satu per satu ke dalam sebuah alat yang terbuat dari kayu. Alat ini disebut dengan are dan sisir. Pemasangan benang sendiri bisa memakan waktu sekitar 2 jam. Sementara itu proses penenunan menjadi sebuah sarung tenun memerlukan waktu sekitar 2 atau 3 hari. Proses paling lama untuk membuat Sarung Samarinda ini adalah 2 minggu. Hal ini tergantung dari motif yang diinginkan. Jelaskan teknologi yang digunakan dalam proses pembuatan kain! Jenis teknologi sederhana. Jelaskan proses pembuatan baju, seperti gambar di atas!

  1. Kapas dipetik dari pohonya, kemudian diolah dengan cara menggiling kapas, yaitu memisahkan kapas dari bijinya
  2. Proses Spinning atau yang lebih dikenal dengan proses pemintalan adalah proses dimana kain kapas pertama kalinya melalui proses pemintalan dari kapas untuk menghasilkan benang.
  3. Benang kemudian ditenung dengan menggunakan alat tenun bernama gedokan hingga menjadi lembaran kain.
  4. Kain yang dihasilkan dibawa ke penjahit. Penjahit akan membuat pola baju sebelum mereka menjahit kain.
  5. Setelah pola dibuat dan kain dipotong sesuai ukuran, selanjutnya adalah proses menjahit menggunakan mesin jahit.
  6. Hasil jahitan berupa baju yang sudah siap digunakan.
Bagaimana kegiatan ekonomi pada proses pembuatan baju di atas? Penenun kain (produksi), Penjahit (Produksi). Ternyata untuk membuat kapas menjadi baju yang kita pakai, prosesnya sangat panjang. Bagaimana cara menghargai baju yang kita gunakan? Cara menghargai kain adalah dengan cara menggunakan kain sesuai kebutuhan dan tidak selalu membeli baju yang baru, namun kita juga dapat memakai baju yang lama. Paman Udin adalah seorang petani. Ia memiliki ladang yang ditanami dengan berbagai jenis tanaman. Salah satunya adalah jagung. Panjang kebun paman adalah 20 m dan lebar 15 m. Paman memagari ladang jagungnya menggunakan batang-batang bambu. Jika 1 m² membutuhkan 5 kantong biji jagung, berapa banyak kantong biji jagung yang diperlukan? Untuk menentukan banyaknya kantong biji jagung yang akan ditanam, kamu harus mengetahui luas ladangnya. Luas ladang paman Udin adalah Luas = p x l = 20 x 15 = 300 m² Banyak kantong biji jagung yang diperlukan adalah 300 x 5 = 1.500 kantong Untuk membuat pagar sebuah bidang area, kamu harus mengetahui keliling bidang tersebut. Keliling ladang paman Udin adalah: 2 (p+l) = 2 (20+15) = 2 x 35 = 70 m. Jika setiap 1 meter dari ukuran sisi memerlukan 8 batang bambu, berapakah jumlah bambu yang ia perlukan untuk memagari ladangnya? 70 x 8 = 560 batang banbu. Gambarlah 3 segitiga pada kertas berpetak berikut. Tentukan sendiri tinggi dan panjang sisi. Luas bangun 1 = 1/2 x 6 x 7 = 21 cm² Keliling bangun1 = 6+7+8 =23 cm Luas bangun2 = 1/2 x 6 x 8 = 24 cm² Keliling bangun2 = 6+8+10 = 24 cm Luas bangun3 = 1/2 x7 x 6 = 21 cm² Keliling bangun3 = 7+7+6=20 cm. Pada pembelajaran sebelumnya, kamu telah menggambar kapal nelayan. Pajang gambar yang telah kamu buat di sekeliling meja. Perhatikan setiap gambar dengan saksama. Tulislah komentar pada setiap gambar pada secarik kertas. Sekarang tukarkan hasil karyamu dengan salah seorang teman dan jawab pertanyaan berikut.

Bagaimana pendapatmu tentang hasil karya temanmu tersebut? Sangat bagus.