Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi adalah PDB untuk skala

 

Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi adalah PDB untuk skala
 

Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi adalah PDB untuk skala

Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi adalah PDB untuk skala
Pertumbuhan ekonomi penting bagi setiap negara. Semakin tinggi dan positif pertumbuhan ekonomi suatu negara, mengindikasikan bahwa perekonomian di negara tersebut berjalan dengan baik dan stabil. Artinya, variabel-variabel ekonomi makro yang mencakup konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah, ekspor, dan impor secara sinergis bekerja sesuai dengan yang diharapkan sebagaimana ditetapkan dalam kebijakan ekonomi.


Bicara pertumbuhan ekonomi tentu tak lepas dari Gross Domestic Product (GDP) atau Produk Domestik Bruto (PDB). PDB merupakan nilai keseluruhan dari barang dan jasa yang diproduksi di wilayah suatu negara dalam jangka waktu tertentu, yang biasanya per tahun. Sebagai ukuran pertumbuhan ekonomi, PDB memperhitungkan total produksi dari suatu negara, tanpa membedakan apakah faktor produksi yang digunakan berasal dari dalam maupun luar negeri.
PDB menjadi indikator ukuran ekonomi suatu negara. Dalam mengukur ekonomi terdapat dua PDB yakni nominal dan riil. Jika dibandingkan dengan PDB nominal, PDB riil cenderung lebih akurat untuk mengukur pertumbuhan ekonomi.

Apa Itu PDB Riil?
PDB riil merupakan ukuran pertumbuhan ekonomi suatu negara yang telah disesuaikan dengan inflasi. Selain itu, PDB riil dapat pula dipahami sebagai keseluruhan nilai pasar dari barang dan jasa yang diproduksi dalam perekonomian, yang diukur dengan harga konstan atau harga dasar. Sebab menggunakan harga konstan, perubahan PDB riil dari tahun ke tahun mencerminkan perubahan dalam kuantitas output. Jika jumlah barang dan jasa yang diproduksi meningkat, maka nilai PDB riil akan naik. Demikian pula sebaliknya.


Sebagai ukuran pertumbuhan ekonomi suatu negara, PDB riil dinilai lebih akurat, sebab menjumlahkan seluruh nilai moneter dari barang dan jasa yang diproduksi dalam periode waktu tertentu, serta dikurangi dengan nilai barang dan jasa yang digunakan dalam produksi. Maka dari itu, PDB riil mampu memberikan gambaran yang lebih tepat tentang tingkat pertumbuhan ekonomi suatu negara.

Memahami PDB Riil


Sebagai salah satu metrik terpenting untuk mengevaluasi aktivitas ekonomi, stabilitas, serta pertumbuhan barang dan jasa dalam suatu perekonomian, PDB umumnya ditinjau dari dua sudut, yakni nominal dan riil. Lain dengan PDB riil yang menggunakan harga dasar, PDB nominal menghitung makroekonomi dari nilai pasar barang dan jasa menggunakan harga saat ini. Dalam perhitungannya, PDB nominal mengabaikan inflasi, sedangkan PDB riil mempertimbangkan penyesuaian untuk perubahan inflasi. Hal ini berarti bahwa jika inflasi positif, maka PDB riil akan lebih rendah dari nilai PDB nominal, dan berlaku sebaliknya.


Sederhananya, PDB riil menggunakan PDB nominal sebagai dasar perhitungan dan menyesuaikan inflasi atau deflasi dengan membandingkan dan mengubah harga menjadi harga tahun dasar. Adanya penyesuaian perubahan harga tersebut, angka akhir yang dihasilkan tidak akan mencerminkan kenaikan atau penurunan palsu dalam PDB akibat fluktuasi harga. Sebab itulah, PDB riil merepresentasikan tingkat pertumbuhan ekonomi yang lebih akurat.


Adanya pertimbangan perubahan inflasi, PDB riil dihitung dengan membagi PDB nominal dengan deflatornya. Deflator merupakan rasio antara PDB riil dengan PDB nominal, yang menunjukkan besarnya perubahan harga dari semua barang baru, barang produksi lokal, barang jadi, dan jasa. Ditinjau dari fungsinya, deflator PDB sering digunakan bersama dengan Indek Harga Konsumen (IHK) untuk mengukur tingkat inflasi yang terjadi di suatu negara.


Manfaat dan Pentingnya PDB Riil
PDB riil pada dasarnya mengukur nilai dari total output ekonomi suatu negara yang disesuaikan dengan perubahan harga. Nilai dari PDB riil bukan hanya sekadar angka tanpa makna, tetapi mencerminkan statistik perekonomian suatu negara secara makro.


Apa pentingnya menghitung dan mengetahui PDB riil? Tentu saja penting. PDB riil memberikan gambaran yang akurat mengenai pertumbuhan ekonomi suatu negara. Hal tersebut sekaligus mencerminkan baik tidaknya kondisi perekonomian suatu negara. Dengan demikian, PDB riil dibutuhkan oleh semua kalangan, utamanya yang berkecimpung di bidang ekonomi.


• Pemerintah
Pemerintah merupakan pemegang otoritas yang berkewajiban untuk memberikan informasi terkait dengan total nilai output yang diproduksi dalam skala nasional selama satu tahun kepada publik, yang diwujudkan dalam nilai PDB riil. Rilis nilai PDB riil secara resmi dari pemerintah menunjukkan bahwa pemerintah telah menjalankan fungsi stabilisasi. Bagi pemerintah sendiri, nilai PDB riil memberikan manfaat, sebab dapat digunakan sebagai dasar untuk menganalisis pertumbuhan ekonomi dan daya beli dari tahun ke tahun.


• Pelaku usaha
Pelaku usaha yang dimaksudkan bisa individu maupun korporasi atau perusahaan. Sebagai pelaku usaha, perusahaan mulai dari skala kecil hingga besar berhubungan langsung dengan proses produksi. Artinya, mereka inilah yang berkecimpung langsung dalam proses produksi barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan pasar. Sebab itu, para pelaku usaha juga membutuhkan informasi yang valid dan akurat mengenai nilai PDB riil. Hal ini digunakan sebagai dasar perencanaan bisnis di masa yang akan datang.


• Investor
Keberadaan investor dalam dunia bisnis memiliki peran yang sangat penting. Investor berperan menambah modal usaha melalui jual beli saham yang diterbitkan perusahaan. Dengan kepemilikan saham, artinya investor berhak untuk mendapatkan sebagian keuntungan dari kegiatan usaha yang dilakukan perusahaan. Berkenaan dengan hal itu, investor membutuhkan data PDB riil untuk membantu memperkirakan margin keuntungan dan membuat keputusan keuangan di masa depan.


• Ekonom
Ekonom adalah orang-orang yang memiliki keahlian di bidang ekonomi, seperti pengamat ekonomi, konsultan bisnis, dan lain sebagainya. Para ekonom ini jelas berkepentingan dengan nilai PDB riil. Mereka menggunakan PDB riil untuk membantu peramalan dan mendapatkan wawasan mengenai kondisi dan pertumbuhan ekonomi. Tak hanya itu, PDB riil juga digunakan oleh para ekonom untuk menganalisis makro ekonomi dan perencanaan bank sentral.


Sebagai ukuran pertumbuhan ekonomi secara nyata, PDB riil lebih mampu mencerminkan kinerja ekonomi nasional jangka panjang. PDB riil merepresentasikan PDB per kuantitas. Jika PDB riil tidak diketahui nilainya secara pasti, maka akan sulit untuk membedakan dan mengalisis, apakah produksi benar-benar berkembang atau hanya mengalami kenaikan harga per unit dalam perekonomian.

Cara menghitung PDB riil


Membahas tentang PDB riil tidak lepas dari PDB nominal. Sebab, PDB nominal menjadi variabel dalam penghitungan PDB riil. Oleh karenanya, untuk menghitung PDB riil, nilai PDB nominal harus diketahui terlebih dahulu. Selain PDB nominal, variabel lainnya adalah deflator, yang merupakan indeks harga untuk mengukur inflasi terhadap tahun dasar.

Dari variabel-variabel tersebut, PDB riil dapat dhitung dengan menggunakan formula sebagai berikut.
PDB riil = PDB nominal : Deflator
Dalam formula lain, deflator sering kali dinotasikan dengan R. Deflator merupakan angka yang dihasilkan dari tingkat inflasi. Contohnya, tingkat inflasi nasional adalah 3% lebih tinggi dari tahun sebelumnya, maka deflator PDB adalah 1,03.

Adapun perhitungan PDB riil dapat dicontohkan berikut ini.
Perekonomian Indonesia memiliki PDB nominal Rp 100 miliar sebagai total mentah semua barang dan jasa yang diukur dengan harganya. Jika diasumsikan bahwa perekonomian mengalami inflasi 3% sepanjang tahun, maka nilai PDB riil dapat dihitung seperti berikut.


PDB riil = PDB nominal : Deflator
= RP 100 miliar : 1,03
= Rp 97,09 miliar
Dari hasil perhitungan tersebut tampak bahwa nilai PDB riil adalah sebesar Rp 97,09 miliar. Artinya, perekonomian sebenarnya setelah memperhitungkan inflasi menghasilkan barang dan jasa senilai Rp 97,09 miliar. Meski nilainya lebih rendah dari PDB nominal, namun PDB riil tersebut lebih akurat dalam menggambarkan kondisi dan pertumbuhan ekonomi secara makro.


Faktor-faktor yang Mempengaruhi PDB Riil
PDB riil mengalami pertumbuhan atau bahkan penurunan tentu ada faktor penyebabnya. Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi PDB riil.
• Masyarakat dengan pendapatan lebih tinggi tentu memiliki pengeluaran yang lebih besar dibandingkan dengan masyarakat berpendapatan lebih rendah. Artinya, pendapatan yang lebih tinggi akan mendorong konsumsi akan barang dan jasa yang lebih banyak. Kondisi ini menguntungkan bagi produsen, karena merangsang bisnis untuk meningkatkan produksinya.


• Kebijakan fiskal. Tak bisa dipungkiri bahwa beban pajak mengurangi pendapatan masyarakat. Namun jika pungutan pajak lebih rendah, maka bagian dari pendapatan yang dialokasikan untuk belanja barang dan jasa menjadi lebih banyak.


• Kebijakan moneter. Untuk merangsang output dan harga agregat, bank sentral sering kali merangsang peningkatan jumlah uang beredar dengan menurunkan suku bunga. Dengan turunnya suku bunga, maka konsumsi meningkat demikian pula dengan investasi.


• Kepercayaan bisnis. Ketika bisnis berkembang dengan baik, iklim investasi juga akan semakin baik. Artinya, investor semakin loyal dalam mengeluarkan modalnya, karena optimis bisnis akan menguntungkan di masa depan. Hal ini akan menjadi stimulus yang mendorong bisnis untuk lebih produktif dalam menghasilkan barang dan jasa, sehingga dapat memicu pertumbuhan PDB riil.


• Harga input. Ketika harga bahan baku dan tenaga kerja rendah, maka keuntungan bisnis meningkat. Hal ini jelas akan mampu mendorong produsen untuk meningkatkan produksinya.


• Keberadaan teknologi harus diakui mampu membantu proses produksi berjalan lebih efektif dan efisien. Dengan dukungan teknologi, produktivitas tenaga kerja menjadi lebih baik sehingga produksi barang dan jasa akan mencapai volume maksimal dengan sumber daya yang sama.

PDB Riil Sebagai Ukuran Pertumbuhan Ekonomi dan Implikasinya


PDB merupakan salah satu indikator ekonomi yang sekaligus mampu mencerminkan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Setiap perubahan PDB menunjukkan tingkat pertumbuhannya, yang selalu dipantau oleh pembuat kebijakan, analis, dan peneliti karena dapat memberikan informasi berharga mengenai pertumbuhan dan perkembangan ekonomi secara riil.


PDB riil dapat digunakan untuk menentukan perekonomian suatu negara tumbuh lebih cepat atau justru lebih lambat. Umumnya, pertumbuhan PDB riil seiring dengan siklus bisnis. Pertumbuhan yang positif mengindikasikan bahwa ekonomi bertumbuh, sedangkan pertumbuhan yang negatif mengindikasikan bahwa ekonomi mengalami kontraksi.


Hal yang wajar jika siklus bisnis mengalami fase naik dan turun. Biasanya, siklus bisnis terjadi karena PDB riil menyimpang dari potensinya, yang bisa lebih rendah atau bahkan lebih tinggi. Ketika PDB riil lebih rendah dari potensinya, berarti kapasitas produksi kurang dimanfaatkan, sehingga ekonomi mengarah pada tekanan ke bawah di tingkat harga umum. Fenomena ini sering disebut dengan kesenjangan deflasi.


Sebaliknya, jika PDB riil lebih tinggi dari potensinya, tekanan ke atas pada harga umum muncul, sehingga ekonomi menjadi terlalu ‘panas’. Akibatnya, memicu terjadi defisit perdagangan, karena permintaan agregat lebih besar dari pasokan domestik, sehingga negara harus mengimpor dari luar negeri agar kebutuhan domestik terpenuhi.


Angka PDB riil tidak selalu menggembirakan, ada kalanya mengalami penurunan bahkan pertumbuhan negatif yang menunjukkan ekonomi sedang berkontraksi. Jika pertumbuhan ekonomi suatu negara menurun selama dua kuartal berturut-turut, maka terjadilah resesi. Kontraksi ekonomi menimbulkan dampak negatif di semua sektor, jumlah pengangguran meningkat dan tingkat inflasi rendah.


Untuk mengurangi dampak buruk resesi ekonomi, pemerintah dituntut untuk mampu mengadopsi kebijakan ekonomi yang dapat menjadi solusi, baik menggunakan alat fiskal maupun moneter. Misalnya seperti penurunan tingkat suku bunga, yang dapat meningkatkan jumlah uang beredar dan likuiditas perekonomian. Intinya, pemerintah harus mampu menciptakan kebijakan yang dapat mendorong ekonomi kembali tumbuh secara positif.

Sumber https://www.simulasikredit.com