Proses penciptaan alam semesta beserta isinya disebut dengan masa

Teuku Khairul Hadi, 341002883 (2017) Masa Penciptaan Alam Semesta dalam Al-Quran (Kajian Surat Al-A`Raf Ayat 54 dan Surat Yasin Ayat 82). ["eprint_fieldopt_thesis_type_skripsi" not defined] thesis, UIN Ar- Raniry Banda Aceh.

Official URL: http://library.ar-raniry.ac.id

Pembicaraan tentang alam semesta nampaknya tidak akan pernah berakhir dan akan selalu menarik untuk didiskusikan, karena ia adalah sumber pengetahuan maka ia pun akan selalu menarik untuk diteliti. Al-Quran juga membicarakan tentang alam semesta, baik dari segala fenomenanya, maupun awal mula kejadiannya. Dalam al-Quran ditegaskan bahwa Allah menciptakan alam semesta selama enam masa (sittatu ayyam, dalam surah al-A’raf ayat 54) yang mana dalam perjalanannya penciptaan alam memakan waktu yang sangat lama. Tetapi dalam ayat yang lain, tepatnya dalam surah yasin ayat 82 Allah mampu menciptakan segala sesuatu tanpa adanya proses, cukup hanya dengan mengatakan jadi! Maka jadilah ia (kun fayakun). Dalam hal ini antara kedua ayat tersebut seolah adanya pertentangan, yakni ketika dalam ayat yang lain Allah menjelaskan bahwa alam semesta diciptakan selama enam masa (sittatu ayyam), tetapi dalam ayat yang lain Allah mampu menciptakan segala sesuatu tanpa adanya proses penciptaan (kun fayakun). Fokus penelitianm ini adalah untuk mengkaji sejauh mana keterkaitan antara kedua ayat yang seolah bertentangan tersebut dan bagaimana mufassir memaknai kedua ayat tersebut.Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research) yakni penelitian yang dilakukan dengan menelaah bahan-bahan kepustakaan, buku-buku, ensiklopedi, serta sumber-sumber lain yang relevan dengan topik yang dikaji. Sumber data premier adalah al-Quran, sedangkan sumber data sekunder adalah kitab-kitab tafsir yang memberikan informasi terhadap penafsiran ayat-ayat yang terkait dan buku-buku yang berkaitan dengan alam. Metode yang digunakan adalah metode muqarran atau komparatif yakni metode perbandingan antara pendapat satu mufassir dengan mufassir lainnya dan metode tahlili atau analitis yakni memaparkan segala bentuk penafsiran terhadap ayat yang terkait.Hasil penelitian menunjukkan bahwa makna sittatu ayyam tidak hanya menunjukkan waktu kepada hari-hari di bumi, tetapi ia juga menunjukkan waktu yang sangat panjang, sedangkan kaitan kedua ayat tersebut yakni sama-sama membahas tentang kekuasaan Allah. Pada surat al-A’raf menunjukkan Allah dapat menciptakan seuatu yang penciptaanya lebih besar daripada penciptaan manusia, sedangkan pada surat Yasin Allah menunjukan kekuasaannya melalui segala seuatu yang bisa Ia ciptakan tanpa adanya berbagai proses penciptaan serta alat-alat penciptaan.

Proses penciptaan alam semesta beserta isinya disebut dengan masa
View Item

Ilustrasi Penciptaan Alam Semesta. (Foto: qimono by https://pixabay.com)

Tuhan Allah menciptakan bumi beserta segala isinya. Dalam agama Kristen, proses penciptaan alam semesta menurut Alkitab diawali pada Kejadian 1: 1, sebagai penjelasan dasar bahwa alam semesta itu diciptakan oleh Tuhan. Kemudian, rincian atau urutan waktu penciptaan dijelaskan pada Kejadian 1: 2–31. Pada hari pertama, Tuhan menciptakan terang dan gelap. Hari ke dua Tuhan menciptakan cakrawala. Proses penciptaan berlangsung selama enam hari, lalu Tuhan beristirahat pada hari yang ketujuh. Setelah selesai menciptakan bumi dan segala isinya, Allah melihat semuanya baik. Nah, artikel kali ini akan merangkum lebih lanjut urutan penciptaan alam semesta oleh Tuhan menurut Alkitab.

Urutan Penciptaan Alam Semesta

Ilustrasi Penciptaan Alam Semesta. (Foto: photoshopper24 by https://pixabay.com)

Semesta alam telah diciptakan oleh Allah, itulah yang disebut Kejadian (penciptaan) pada mulanya. Kemudian, dalam “minggu penciptaan” yang keenam hari lamanya itu, Tuhan menciptakan alam semesta dan seisinya. Dikutip dari buku Pengantar Hidup Sehat Siram Zaman yang ditulis oleh Gun Gun Gunarsah (2021: 351), berikut adalah urutan penciptaan alam semesta oleh Tuhan menurut Alkitab:

  • Hari pertama, Tuhan menciptakan bumi di mana bumi masih dalam keadaan kosong dan belum ada kehidupan di dalamnya (Kejadian 1: 1–5).

  • Hari ke dua Tuhan menciptakan cakrawala yang juga masih dalam keadaan kosong dan belum ada benda-benda langit di dalamnya (Kejadian 1: 6–8).

  • Hari ketiga, Tuhan menciptakan daratan yang meliputi benua, pulau, dan gunung-gunung. Di hari yang sama, Tuhan menciptakan lautan dan tumbuhan pula (Kejadian 1: 9–13).

  • Hari keempat, Tuhan menciptakan benda-benda langit, yaitu matahari, bulan, dan bintang-bintang (Kejadian 1: 14–19).

  • Hari kelima, Tuhan menciptakan segala binatang yang hidup di bumi, baik di darat, air, maupun udara (Kejadian 1: 20–23).

  • Hari keenam, Tuhan menciptakan manusia untuk tinggal dan beranak-cucu di bumi dan mengusahakan apa yang ada di bumi (Kejadian 1: 34–31).

Pada hari pertama, Tuhan menciptakan terang dan gelap. Hari ke dua Tuhan menciptakan cakrawala. Proses penciptaan bumi berlangsung selama enam hari, lalu Tuhan beristirahat pada hari yang ketujuh. Allah melihat semuanya baik, semua itu diberikan kepada manusia agar manusia hidup bahagia, Amin! (CHL)

PENCIPTAAN ALAM SEMESTA MENURUT AL QUR’AN

Oleh:

Juhji, M.Pd*[1]

”Apakah kamu lebih sulit penciptaanya ataukah langit? Allah telah membinanya {27} Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya {28} dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita, dan menjadikan siangnya terang benderang {29} Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya {30} Ia memancarkan daripadanya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya {31} Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh {32} (semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu {33}”(Q.S. An-Nazi’at: 27-33)

Allahu ‘Alamu Bishowab

Pembentukan alam semesta dalam enam masa, sebagaimana disebutkan Al-Qur’an atau kitab lainnya, sering menimbulkan permasalahan. Sebab, enam masa tersebut ditafsirkan berbeda-beda, mulai dari enam hari, enam periode, hingga enam tahapan. Oleh karena itu, pembahasan berikut mencoba menjelaskan maksud enam masa tersebut dari sudut pandang keilmuan, dengan mengacu pada beberapa ayat Al-Qur’an.

Dari sejumlah ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan enam masa, Surat An-Nazi’at ayat 27-33 di atas tampaknya dapat menjelaskan tahapan enam masa secara kronologis. Urutan masa tersebut sesuai dengan urutan ayatnya, sehingga kira-kira dapat diuraikan sebagai berikut:

Masa I (ayat 27): penciptaan langit pertama kali

Pada Masa I, alam semesta pertama kali terbentuk dari ledakan besar yang disebut ”big bang”, kira-kira 13.7 milyar tahun lalu. Bukti dari teori ini ialah gelombang mikrokosmik di angkasa dan juga dari meteorit.

Awan debu (dukhan) yang terbentuk dari ledakan tersebut , terdiri dari hidrogen. Hidrogen adalah unsur pertama yang terbentuk ketika dukhan berkondensasi sambil berputar dan memadat. Ketika temperatur dukhan mencapai 20 juta derajat celcius, terbentuklah helium dari reaksi inti sebagian atom hidrogen. Sebagian hidrogen yang lain berubah menjadi energi berupa pancaran sinar infra-red. Perubahan wujud hidrogen ini mengikuti persamaan E=mc2, besarnya energi yang dipancarkan sebanding dengan massa atom hidrogen yang berubah.

Selanjutnya, angin bintang menyembur dari kedua kutub dukhan, menyebar dan menghilangkan debu yang mengelilinginya. Sehingga, dukhan yang tersisa berupa piringan, yang kemudian membentuk galaksi . Bintang-bintang dan gas terbentuk dan mengisi bagian dalam galaksi, menghasilkan struktur filamen (lembaran) dan void (rongga). Jadi, alam semesta yang kita kenal sekarang bagaikan kapas, terdapat bagian yang kosong dan bagian yang terisi awan debu (dukhan) yang terbentuk akibat big bang hembusan angin bintang dari kedua kutubnya galaksi yang terbentuk dari piringan bintang-bintang dan gas-gas pembentuknya struktur filamen dari alam semesta yang bagaikan kapas.

Masa II (ayat 28): pengembangan dan penyempurnaan

Dalam ayat 28 di atas terdapat kata ”meninggikan bangunan” dan ”menyempurnakan”. Kata ”meninggikan bangunan” dianalogikan dengan alam semesta yang mengembang, sehingga galaksi-galaksi saling menjauh dan langit terlihat makin tinggi. Ibaratnya sebuah roti kismis yang semakin mengembang, dimana kismis tersebut dianggap sebagai galaksi. Jika roti tersebut mengembang maka kismis tersebut pun akan semakin menjauhi model roti kismis untuk menggambarkan mengembangnya alam semesta.

Mengembangnya alam semesta sebenarnya adalah kelanjutan big bang. Jadi, pada dasarnya big bang bukanlah ledakan dalam ruang, melainkan proses pengembangan alam semesta. Dengan menggunakan perhitungan efek doppler sederhana, dapat diperkirakan berapa lama alam ini telah mengembang, yaitu sekitar 13.7 miliar tahun.

Sedangkan kata ”menyempurnakan”, menunjukkan bahwa alam ini tidak serta merta terbentuk, melainkan dalam proses yang terus berlangsung. Misalnya kelahiran dan kematian bintang yang terus terjadi. Alam semesta ini dapat terus mengembang, atau kemungkinan lainnya akan mengerut.

Masa III (ayat 29): pembentukan tata surya termasuk Bumi reaksi nuklir yang menjadi sumber energi bintang seperti Matahari

Surat An-Nazi’ayat 29 menyebutkan bahwa Allah menjadikan malam yang gelap gulita dan siang yang terang benderang. Ayat tersebut dapat ditafsirkan sebagai penciptaan matahari sebagai sumber cahaya dan Bumi yang berotasi, sehingga terjadi siang dan malam. Pembentukan tata surya diperkirakan seperti pembentukan bintang yang relatif kecil, kira-kira sebesar orbit Neptunus. Prosesnya sama seperti pembentukan galaksi seperti di atas, hanya ukurannya lebih kecil.

Seperti halnya matahari, sumber panas dan semua unsur yang ada di Bumi berasal dari reaksi nuklir dalam inti besinya (gambar 3). Lain halnya dengan Bulan. Bulan tidak mempunyai inti besi. Unsur kimianya pun mirip dengan kerak bumi. Berdasarkan fakta-fakta tersebut, disimpulkan bahwa Bulan adalah bagian Bumi yang terlontar ketika Bumi masih lunak. Lontaran ini terjadi karena Bumi bertumbukan dengan suatu benda angkasa yang berukuran sangat besar (sekitar 1/3 ukuran Bumi). Jadi, unsur-unsur di Bulan berasal dari Bumi, bukan akibat reaksi nuklir pada Bulan itu sendiri.

Masa IV (ayat 30): awal mula daratan di Bumi

Penghamparan yang disebutkan dalam ayat 30, dapat diartikan sebagai pembentukan superkontinen Pangaea di permukaan Bumi. Masa III hingga Masa IV ini juga bersesuaian dengan Surat Fushshilat ayat 9 yang artinya,[i] “Katakanlah: ‘Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya?’ (Yang bersifat) demikian itu adalah Rabb semesta alam”. Daratan Pangaea yang merupakan asal mula semua daratan di Bumi.

Masa V (ayat 31): pengiriman air ke Bumi melalui komet ilustrasi komet yang membawa unsur hidrogen sebagai pembentuk air di Bumi

Dari ayat 31 di atas, dapat diartikan bahwa di Bumi belum terdapat air ketika mula-mula terbentuk. Jadi, ayat ini menunjukan evolusi Bumi dari tidak ada air menjadi ada air.

Jadi, darimana datangnya air? Air diperkirakan berasal dari komet yang menumbuk Bumi ketika atmosfer Bumi masih sangat tipis. Unsur hidrogen yang dibawa komet kemudian bereaksi dengan unsur-unsur di Bumi dan membentuk uap air. Uap air ini kemudian turun sebagai hujan yang pertama. Bukti bahwa air berasal dari komet, adalah rasio Deuterium dan Hidrogen pada air laut, yang sama dengan rasio pada komet. Deuterium adalah unsur Hidrogen yang massanya lebih berat daripada Hidrogen pada umumnya. Karena semua kehidupan berasal dari air, maka setelah air terbentuk, kehidupan pertama berupa tumbuhan bersel satu pun mulai muncul di dalam air.

Masa VI (ayat 32-33): proses geologis serta lahirnya hewan dan manusia gunung sebagai pasak Bumi

Dalam ayat 32 di atas, disebutkan ”…gunung-gunung dipancangkan dengan teguh.” Artinya, gunung-gunung terbentuk setelah penciptaan daratan, pembentukan air dan munculnya tumbuhan pertama. Gunung-gunung terbentuk dari interaksi antar lempeng ketika superkontinen Pangaea mulai terpecah.

Kemudian, setelah gunung mulai terbentuk, terciptalah hewan dan akhirnya manusia sebagaimana disebutkan dalam ayat 33 di atas. Jadi, usia manusia relatif masih sangat muda dalam skala waktu geologi.

Jika diurutkan dari Masa III hingga Masa VI, maka empat masa tersebut dapat dikorelasikan dengan empat masa dalam Surat Fushshilat ayat 10 yang berbunyi, ”Dan dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya”.

Demikianlah penafsiran enam masa penciptaan alam dalam Al-Qur’an, sejak kemunculan alam semesta hingga terciptanya manusia. Wallahu a’lam bisshowab.

Katakanlah, “Adakah di antara sekutumu yang dapat memulai penciptaan, kemudian mengulanginya kembali?”. Katakanlah, “Allah memulai penciptaan, kemudian Dia mengulanginya (mengembalikannya). Maka bagaimana kamu dipalingkan (menyembah selain Allah) ?”. (Q.S. Yunus [10] : 34)

Semoga Bermanfaat. Allah SWT lebih mengetahui sebenarnya.

[1] Dosen STAI Nida El Adabi Bogor