Oleh: Regi Anjani dan Rio Pratama Show Indonesia merupakan negara maritim terbesar di dunia. Indonesia diapit oleh dua benua dan dua samudra, yaitu benua Asia-Australia dan Samuda Pasifik-Hindia. Secara astronomis, Indonesia terletak pada 95° BT- 141° BT dan 6°LU – 11°LS. Indonesia disebut dengan negara kepulauan dikarenakan telah membentuk lebih dari 17.000 pulau dan memiliki pulau utama yaitu Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Sumatra, dan Papua. Tak heran jika Indonesia terkenal dengan wilayah yang memiliki keberagaman suku, budaya, ras, agama, dan golongan. Mengenal lebih dekat tentang keberagaman. Keberagaman adalah suatu kondisi dalam masyarakat yang terdapat banyak perbedaan dalam berbagai bidang. Keberagaman berarti memahami bahwa setiap individu memiliki keunikan masing-masing dan mengakui perbedaan individu lainnya Dengan banyaknya kenaekaragaman tersebut, timbul lah beberapa konflik-konflik yang ditemukan di kehidupan masyarakat lokal. Secara garis besar, penyebab konflik terjadi dibagi menjadi tiga. Pertama, perbedaan pendirian dan keyakinan. Pada konflik ini timbul lah bentrokan-bentrokan dan masing-masing pihak pun berusaha untuk membinasakan lawannya dengan bentuk memusnahkan hal-hal lawan yang tidak disetujui. Kedua, perbedaan kebudayaan. Pola-pola kebudayaan yang berbeda menimbulkan pola prilaku yang berbeda sehingga mengakibatkan adanya sikap etnosentrisme, dimana suatu kelompok merasa kebudayaan kelompoknya paling baik dari yang lain. Ketiga, perbedaan kepentingan. Setiap kelompok-kelompok akan bersaing dan berkonflik untuk memperebutkan kesempatan dan sarana. Sehingga secara tidak langsung dapat mengubah nilai-nilai yang ada di masyarakat dan memunculkan golongan yang memiliki pendirian berbeda. Baca Juga: Konflik Etnis Tidak Seharusnya Diselesaikan dengan Kerusuhan Sebagai sebuah negara yang besar, Indonesia sendiri pada dasarnya mempunya tiga kekuatan yang ampuh dalam mengatasi permasalahan perbedaan, yaitu meliputi Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia, Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan bangsa Indonesia, dan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan bangsa. Dengan banyaknya keanekaragaman suku dan budaya, maka tidak mudah untuk menjaga masyarakat Indonesia untuk tidak menimbulkan konflik. Kenyataannya, sekarang masih banyak ditemukan konflik-konflik yang ditimbulkan oleh masyarakat. Maka dari itu muncul lah upaya-upaya untuk mengatasi konflik di dalam keberagaman Indonesia. Adapun 3 upaya untuk mengatasi konflik dalam keberagaman Indonesia, yaitu: PreventifUpaya preventif merupakan upaya yang dapat mencegah masalah saat berlangsungnya atau sebelum terjadi masalah. Maka dari itu, hal ini dapat diaplikasikan melalui tenggang rasa, saling membantu, dan yang terpenting adalah rasa toleransi. Toleransi ini bisa diterapkan dalam semua aspek, dimulai dari toleransi antar suku, budaya, agama, ras, dan golongan. Dengan adanya toleransi ini menjadikan masyarakat agar lebih saling menghargai dan menghormati perbedaan antar sesama sehingga membangun rasa kepercayaan dan kesatuan. Cara preventif juga biasanya dilakukan oleh seseorang melalui sosialisasi mengenai norma-norma yang ada, pendidikan masyarakat sekitar, penyuluhan masyarakat, serta memberikan nasihat serta konsekuensi agar tidak terjadinya penyimpangan sosial. RepresifRepresif merupakan penyelesaian masalah yang dilakukan setelah masalah terjadi. Represif dapat dibagi menjadi dua, yaitu dengan cara persuasif dan koersif. Cara persuasif biasanya dilakukan dengan cara membujuk atau mengarahkan individu yang telah melakukan penyimpangan agar kembali mematuhi nilai dan kaidah norma yang berlaku. Umumnya hal ini dilakukan dengan cara memberikan sosialisasi, pendampingan dan pengarahan kepada individu yang sebelumnya melakukan pelanggaran. Cara kedua, yaitu koersif. Cara koersif umumnya bersifat keras dan tegas. Biasanya cara koersif ini dilakukan dengan cara kekerasan dan memberikan arti sanksi yang tegas bagi individu yang melakukan penyimpangan tersebut. KuratifUpaya kuratif merupakan tindak lanjut dalam masalah yang sedang berlangsung. Hal ini bertujuan untuk menanggulangi dan mengatasi dampak yang disebabkan oleh masalah tersebut dan juga membuat kondisi masyarakat dapat kembali seperti semula. Contoh tindakan kuratif adalah melakukan pengawasan dan dialog kepada orang-orang yang terlibat konflik dan memfasilitasi masyarakat yang ingin memperbaiki hubungan dengan masyarakat lain. Sehingga semua masyarakat yang terlibat konflik dapat rukun kembali. Dapat kita simpulkan bahwa Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar sehingga memiliki penduduk yang sangat banyak dan menempati di wilayah yang berbeda-beda secara berkelompok. Maka dari itu wajar saja jika masih ada ditemukan konflik-konflik yang ditimbulkan oleh masyarakat akibat adanya perbedaan dikarenakan setiap wilayah Indonesia pasti memiliki ciri khas suku dan budaya mereka masing-masing. Walaupun kita sendiri masyarakat Indonesia masih belum bisa mengatasi 100% untuk mencegah agar konflik tidak terjadi kembali, setidaknya kita tahu bagaimana upaya menyelesaikan konflik dalam keberagaman Indonesia. Tujuan upaya-upaya tersebut adalah yang pasti untuk menciptakan ketentraman serta keserasian dalam hidup berdampingan di lingkungan masyarakat, dengan adanya kesadaran dalam diri setiap individu masyarakat, resiko-resiko penyimpangan akan diminimalisir dengan begitu akan menciptakan ketentraman di sebuah lingkungan, dan juga membuat masyarakat memahami serta menanamkan dalam dirinya mengenai nilai dan norma yang ada baik secara kesadaran diri sendiri maupun paksaan atau dorongan dari berbagai faktor. Kolaborasi Penulis: Regi Anjani dan Rio Pratama
Preventif dan Represif – Pengertian, Contoh dan Tujuan – Untuk pembahasan kali ini kami akan memberikan ulasan mengenai Preventif dan Represif yang dimana dalam hal ini meliputi Pengertian Preventif dan Represif, contoh dan tujuan. Nah agar lebih dapat memahami dan mengerti simak ulasan selengkapnya dibawah ini. Pengertian PreventifPreventif adalah suatu tindakan pengendalian sosial yang dilakukan untuk mencegah atau mengurangi kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan di masa mendatang. Tindakan preventif “pencegahan” dilakukan manusia, baik secara pribadi maupun berkelompok untuk melindungi diri mereka dari hal buruk yang mungkin terjadi. Karena tujuannya mencegah dan mengurangi kemungkinan terjadinya hal yang tak diinginkan, maka umumnya tindakan preventif biayanya lebih murah ketimbang biaya penanggulangan atau mengurangi dampak dari suatu peristiwa buruk yang sudah terjadi.
Kata preventif banyak digunakan dalam banyak bidang, misalnya bidang sosial dan kesehatan. Namun pada dasarnya memiliki arti yang sama yaitu upaya atau tindakan pencegahan. Contoh Tindakan PreventifMengacu pada pengertian preventif ada banyak sekali contoh kasus tindakan preventif yang dilakukan manusia, baik secara individu maupun kelompok. Berikut ini ialah beberapa contoh usaha preventif tersebut:
Sadar atau tidak, umumnya manusia sering melakukan tindakan preventif untuk mencegah terjadinya hal-hal buruk di masa mendatang. Tindakan preventif dilakukan karena kita menyadari dan mengetahui akan adanya potensi terjadinya sesuatu bila tidak diantisipasi. Pengertian RepresifRepresif adalah suatu tindakan pengendalian sosial yang dilakukan setelah terjadinya suatu pelanggaran atau peristiwa buruk. Dengan kata lain tindakan dilakukan setelah peristiwa terjadi misalnya pelanggaran. Tindakan represif dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara:
PersuasifTindakan persuasif adalah bentuk pengendalian sosial yang dilakukan dengan cara membujuk atau mengarahkan individu atau masyarakat agar mematuhi nilai-nilai dan norma yang berlaku. Hal ini dilakukan dengan cara sosialisasi dan pengarahan. Berikut ini beberapa contoh tindakan persuasif:
KoersifKoersif ialah bentuk pengendalian sosial yang sifatnya keras dan tegas. Dengan kata lain, tindakan yang dilakukan untuk mengendalikan sosial ialah dengan cara kekerasan dan memberikan sanksi tegas. Nah berikut ialah beberapa contoh tindakan koersif:
Tujuan Preventif Dan RepresifDari penjelasan pengertian preventif dan represif di atas kita dapat mengetahui bahwa tujuan dari keduanya sedikit berbeda namun pada dasarnya tujuannya sama yakni untuk pengendalian sosial. Berikut ini ialah beberapa tujuan pengendalian sosial:
Perbedaan Pengendalian Preventif dan RepresifBerikut ini terdapat beberapa perbedaan pengendalian preventif dan resresif, terdiri atas: 1. TujuanPengendalian preventif memiliki tujuan untuk melakukan langkah pencegahan terhadap berbagai pelanggaran norma, sedangkan pengendalian represif miliki tujuan untuk penindakkan terhadap pelanggaran norma, agar menimbulkan efek jera buat para pelakunya. Dari keduanya dapat disimpulkan bahwa tujuan pengendalian sosial adalah untuk menciptakan sebuah kedamaian di masyarakat dan menciptakan kehidupan yang rukun di lingkungan masyarakat. Konflik sosial memang seringkali terjadi di lingkungan masyarakat dan konflik sosial membuat banyak sekali permasalahan, hal ini dapat dicegah serta ditindak dengan adanya pengendalian sosial. 2. PenerapanPengendalian preventif diterapkan untuk mencegah terjadinya pelanggaran norma sosial dan pengendalian represif diterapkan sebagai langkah penindakkan terhadap sebuah pelanggaran norma. Langkah pencegahan memang harus dilakukan, agar perilaku masyarakat menjadi lebih teratur dan memiliki kontrol dalam setiap tindakannya. Bagi masyarakat yang terlanjur melakukan pelanggaran norma, perlu ada penindakkan yang jelas pada setiap pelanggaran dan setiap masyarakat yang berulah akan merasakan efek jera. Kedua pengendalian sosial ini sangatlah tepat dan menjadi jenis pengendalian sosial yang banyak diterapkan di Indonesia. 3. Efek yang DitimbulkanPengendalian preventif akan memiliki efek pencegahan terhadap masyarakat, jadi masyarakat akan memiliki batasan dalam berperilaku dan memiliki aturan yang jelas dalam bertindak. Sedangkan pengendalian represif akan menimbulkan efek jera bagi para pelakunya dan akan mencoba menjauhkan diri dari perilaku yang sama. Ada banyak sekali sifat pengendalian sosial yang terjadi di lingkungan masyarakat dan berbagai efek pengendalian sosial bisa terjadi dengan berbagai macam kondisi. Setiap pengendalian sosial pasti memiliki sisi positif maupun negatifnya, namun pada dasarnya tujuan semua pengendalian sosial adalah untuk mengendalikan berbagai perilaku masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.
4. Sisi NegatifPengendalian preventif memiliki sisi negatif bagi masyarakat seperti hilangnya kebebasan masyarakat dalam berperilaku dan kebebasan masyarakat untuk berekspresi menjadi terhambat. Sedangkan pengendalian represif memiliki dampak negatif bagi masyarakat yaitu ketakutan dan dendam terhadap masyarakat yang memberikan sangsi. Salah satu ciri-ciri pengendalian sosial yang bersifat negatif adalah tidak menimbulkan efek jera, namun malah menimbulkan masalah baru yang lebih besar dan pengendalian yang dijalankan di masyarakat belum tentu tersampaikan dengan baik. Ada berbagai konflik yang bisa saja timbul di lingkungan, akibat dari penerapan pengendalian sosial yang kurang tepat. Demikianlah pembahasan mengenai Preventif dan Represif – Pengertian, Tujuan, Contoh & Perbedaan semoga dengan adanya ulasan tersebut dapat menambah wawasan dan pengetahuan kalian semua,, terima kasih banyak atas kunjungannya. |