Jelaskan Tahapan pada pengelolaan sampah dengan metode pengomposan

Apa itu composting atau pengomposan? Composting adalah proses alami mendaur ulang bahan organik, seperti daun dan sisa makanan, menjadi pupuk berharga yang dapat menyuburkan tanah dan tanaman.

Berdasarkan data dari KLHK (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan), sampah yang tertimbun di TPA 60% nya adalah sampah organik.

Di Indonesia, tiap orang dapat menghasilkan 1,3 juta ton limbah makanan per tahun.

Berdasarkan data yang dilansir dari ayobandung.com, 50% dari limbah adalah sisa makanan, Economic Intelligence Unit (EIU) pada tahun 2016 juga melaporkan, Indonesia menempati posisi kedua sebagai negara dengan sampah makanan terbanyak di dunia setelah Arab Saudi.

Jelaskan Tahapan pada pengelolaan sampah dengan metode pengomposan
Contoh sampah sisa makanan yang seharusnya bisa dijadikan kompos. Kredit foto: iStock

Tumpukan sampah organik di TPA dapat menghasilkan gas metana yang akan menyebabkan gas efek rumah kaca serta memiliki kemungkinan akan meledak jika terkena percikan api.

Bahkan, riset dari Princeton University, menyebutkan gas metana (CH4) memiliki bahaya 30 kali lipat lebih tinggi sebagai penyebab pemanasan global dibanding dengan gas karbon dioksida (CO2). Lalu apa solusinya?

Solusi Pengurangan Sampah Organik

Jelaskan Tahapan pada pengelolaan sampah dengan metode pengomposan
Mengelola sampah orgaik dengan mengompos. Sumber: https://www.yogajournal.com/lifestyle/back-to-earth

Upaya dalam mengurangi sampah organik  yang masuk ke TPA dapat dimulai dari diri sendiri, beberapa upaya tersebut di antaranya dengan berbelanja kebutuhan makanan secukupnya, hal ini bisa dibantu dengan membuat daftar belanja bahan apa saja yang akan dibeli.

Selain itu, sampah makanan juga bisa dikurangi dengan beternak black soldier fly (BSF) yang dapat mengubah sampah makanan menjadi pupuk yang bernilai jual tinggi.

Selanjutnya, sampah organik yang sampai ke TPA juga dapat diturunkan angkanya dengan memisahkan sampah organik dan anorganik di rumah dan mengompos sampah organik untuk dijadikan pupuk.

Kompos adalah hasil penguraian segala sisa organik yang kita hasilkan. Ketika diuraikan dengan baik, kompos akan berfungsi menyuburkan tanah.

Jelaskan Tahapan pada pengelolaan sampah dengan metode pengomposan
Contoh sampah dan material yang bisa dijadikan kompos. Sumber: goodhousekeeping.com

Proses pengomposan dikerjakan oleh berbagai macam organisme, dimulai dari berbagai jenis bakteri, jamur, actinomycetes dan lain-lain.

Namun selain berbagai mikroba tersebut ternyata bahwa proses tersebut juga turut melibatkan hewan makro seperti cacing tanah dan berbagai hewan makro lainnya yang bekerja sama dengan mikroba dalam proses penguraian. 

 Sebelum memulai proses mengompos, ada beberapa hal yang harus diketahui agar proses dan hasil mengompos menjadi lebih baik dan efisien. 

Bahan dan Jenis Komposter

Ada empat komponen yang dibutuhkan, diantaranya: Karbon (sampah coklat), Nitrogen (sampah hijau), Air, dan Oksigen.

Sampah coklat dengan sampah hijau memerlukan perbandingan 3:1 untuk menghasilkan kompos yang bagus.

Jika sampah coklat dipisahkan dengan sampah hijau, maka proses pengomposan akan jauh lebih lama karena jenis sampah yang cenderung kering dan mikroba yang dihasilkan sangat sedikit dan tidak efektif.

Sampah organik sering disebut dengan sampah basah, namun nyatanya tidak semua sampah yang basah dapat dijadikan bahan untuk mengompos. Berikut bahan-bahan yang harus diketahui apa saja yang dapat dijadikan kompos dan yang tidak bisa dijadikan kompos.

Jelaskan Tahapan pada pengelolaan sampah dengan metode pengomposan
Jenis-jenis sampah untuk keperluan membuat kompos

Bahan-bahan yang tidak boleh dimasukan ke komposter seperti daging, lemak, susu, dan keju dapat menghalangi  reaksi penguraian di dalam komposter.

Selain itu, bahan-bahan ini akan menarik hewan-hewan seperti lalat yang akan menyebabkan munculnya belatung pada proses pengomposan. untuk bahan-bahan organik basah ini bisa dimasukkan ke dalam biopori.

Adapun kotoran anjing dan kucing disinyalir dapat membawa penyakit dan mencemari kompos.

Jelaskan Tahapan pada pengelolaan sampah dengan metode pengomposan
Sampah hijau dan sampah cokela. Sumber: swachhindia.ndtv.com

Setelah mengetahui jenis-jenis sampah yang bisa dikompos, mulailah membuat komposmu sendiri dengan cara menyusun sampah cokelat dan sampah hijau secara selang-seling layaknya membuat roti lapis.

Misalnya taruh terlebih dahulu lapisan sampah cokelat, kemudian letakkan sampah hijau di atasnya, kemudian tumpuk kembali dengan sampah cokelat, dan begitu seterusnya hingga wadah kompos penuh.

Jelaskan Tahapan pada pengelolaan sampah dengan metode pengomposan
Sampah cokelat dan sampah hijau yang ditumpuk secar bergantian untuk menghasilkan kompos. Sumber: crowwingswcd.org

Adapun solusi penanganan pengolahan sampah yang tidak bisa dijadikan kompos juga bisa dilakukan dari diri sendiri, dimulai dari hal sederhana seperti menghabiskan makanan sampai tidak ada sisa.

Untuk tulang belulang bisa dijadikan untuk makanan hewan, seperti kucing, anjing, lele, dan lain-lain, atau jika tidak ada hewan-hewan tersebut di sekitar rumah, tulang-belulang atau sampah organik lainnya bisa dikubur di dalam tanah. 

Cara lain yang dapat membantu mengurangi sampah organik yang tidak dapat masuk ke komposter adalah dengan bantuan larva BSF. Biasanya, BSF dan maggot akan mengolah sampah organik berupa daging-dagingan menjadi pupuk.

 Setelah mengenal jenis-jenis sampah organik serta apa saja yang bisa dan tidak bisa masuk ke komposter, ada juga syarat atau anjuran yang harus diketahui dan dilakukan selama proses pengomposan. 

Anjuran yang Dapat dilakukan Saat Mengompos

Untuk mempercepat proses penguraian, dapat dibantu dengan mencacah terlebih dahulu bahan-bahan yang akan digunakan untuk mengompos, menambahkan air dan memastikan terciptanya aerasi (oksigen) yang sesuai dengan cara membalik – balik campuran bahan tersebut.

Cacing dan jamur lebih lanjut akan menghancurkan bahan-bahan tersebut. 

Pada proses pengomposan tidak dianjurkan untuk memberi air terlalu banyak, karena air akan memenuhi seluruh ruang sehingga kemungkinan terjadi anaerob sangat besar.

Jika demikian, maka kompos akan menghasilkan bau yang tidak sedap.

Beberapa faktor lainnya yang juga dapat mempengaruhi proses pengomposan selain ke-empat hal di atas antara lain: 

  • Ukuran bahan: Bahan dengan ukuran yang semakin kecil akan lebih cepat proses pengomposannya karena semakin luas tersentuh bakteri pengurai. 
  • Komposisi bahan: Pengomposan bahan organik berupa tanaman akan lebih cepat jika ditambahkan kotoran hewan ternak (ayam, kambing, itik, dll). 
  • Organisme yang berperan: Penambahan mikroorganisme lain dipercaya akan mempercepat proses pengomposan, dalam hal ini bakteri, fungi dan actinomycetes.
  • Temperatur: temperatur optimal 30-50°C  (hangat). 

Dalam proses pengomposan, kompos dikatakan sudah jadi apabila warna menjadi kehitaman dan tidak ada bau sampah, prosesnya memakan waktu sekitar 4-6 minggu.

Kompos yang baik tidak mengeluarkan aroma yang menyengat, tetapi mengeluarkan aroma lemah seperti bau tanah atau bau humus hutan dan jika dipegang dan dikepal, kompos akan menggumpal.

Apabila ditekan dengan lunak, gumpalan kompos akan hancur dengan mudah.

Masalah dan Cara Penanganan Saat Mengompos

Mengompos dapat dikatakan “gampang-gampang susah”, dalam proses pengomposan akan ada kemungkinan masalah terjadi. Berikut beberapa masalah atau kendala umum yang sering terjadi saat membuat kompos dan cara menanganinya.

Jelaskan Tahapan pada pengelolaan sampah dengan metode pengomposan
Sumber gambar: Sustanation.id

Composting Tools Waste4Change

Jelaskan Tahapan pada pengelolaan sampah dengan metode pengomposan
Composting Bag Waste4Change

Untuk kamu yang tertarik dan ingin mencoba mengompos di rumah, Waste4Change menyediakan peralatan pengomposan untuk Anda yang ingin bantu optimalkan pengelolaan sampah organik dengan memprosesnya menjadi kompos.

Peralatan kompos Waste4Change dapat membantu Anda menghasilkan kompos secara aerobic (dengan bantuan oksigen) menggunakan Composting Bag Waste4Change.

Atau Anda pun dapat memulai dengan menggunakan Black Soldier Flies (BSF) jika Anda memiliki area yang lebih luas.

Anda juga dapat belajar untuk mengoptimalkan hasil proses kompos menggunakan BSF dengan mendaftar pada pelatihan di BSF Learning Center.

Anda akan mendapatkan 2 Composting bag dan 2 pack pupuk kompos. Dari setiap compost bag yang didapat akan mendapatkan panduan mengompos yang efisien.

Untuk masa pakai Compost Bag kurang lebih bisa dipakai selama 5 tahun, tetapi tergantung cara pemakaiannya. Ukuran composting bag berdiameter 38 x tinggi 70 cm dan diproduksi dengan material UV resistant. Instruksi penggunaan compost bag lebih lanjut dapat dilihat pada: http://w4c.id/brosurCB

Referensi:

https://sustaination.id/mengenal-jenis-komposter-dan-cara-membuat-kompos-di-rumah/

https://zerowaste.id/manajemen-sampah/mengompos-itu-mudah-banget/

http://compostingcouncil.org/index.cfm; 20 Januari 2014. The Composting Council of Canada; THE COMPOSTING PROCESS:Fundamental Principles