Perbedaan keong mas dan keong sawah

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Keong sawah
Pila ampullacea
Perbedaan keong mas dan keong sawah


Perbedaan keong mas dan keong sawah

Status konservasi
Perbedaan keong mas dan keong sawah
Risiko rendah
IUCN184900
Perbedaan keong mas dan keong sawah
Taksonomi
Kerajaan Animalia
Filum Mollusca
Kelas Gastropoda
Ordo Architaenioglossa
Famili Ampullariidae
Genus Pila
Spesies Pila ampullacea
Perbedaan keong mas dan keong sawah

Linnaeus, 1758

Keong sawah atau tutut (Pila ampullacea) adalah sejenis siput air yang dapat dijumpai di perairan tawar Asia tropis, seperti di sawah, aliran parit, serta danau. Hewan bercangkang ini dikenal pula sebagai Keong gondang, siput sawah, siput air, atau tutut. Bentuk keong sawah agak menyerupai Keong mas, masih berkerabat, tetapi keong sawah memiliki warna cangkang hijau pekat sampai hitam.[1]

Penyebaran[sunting | sunting sumber]

Keong sawah atau Keong gondang termasuk dalam kelompok Operculata yang hidup di perairan dangkal yang berdasar lumpur serta ditumbuhi rerumputan air, dengan aliran air yang lamban, misalnya sawah, rawa-rawa, pinggir danau dan pinggir sungai kecil.

Ada dua jenis dari marga Pila yang hidup di sawah, yaitu Pila scutata dengan sebaran di Thailand, Kamboja, Malaysia, Indonesia (kecuali Irian Jaya) dan Filipina, dan Pila polita yang sebarannya mencakup Thailand, Vietnam Kamboja, Malaysia, Indonesia (Sumatra dan Jawa).

Budi daya[sunting | sunting sumber]

Pertumbuhan keong sawah ini dipengaruhi oleh berbagai hal diantaranya bahan organik yang terkandung di dalam perairan karena bahan organik yang ada di dalam perairan akan menumbuhkan plankton yang akan menjadi makanan untuk keong sawah. Dengan pemberian pupuk pada tanah sawah maupun pada kolam ikan akan meningkatkan pertumbuhan keong sawah.

Ciri-ciri[sunting | sunting sumber]

Keong sawah ini bisa memiliki tinggi cangkang sampai 85-100 mm dengan diameter 85–90 mm; bentuknya seperti kerucut membulat dengan warna hijau-kecoklatan atau kuning kehijauan. Puncak cangkang agak runcing, tepi cangkang menyiku tumpul pada yang muda, jumlah seluk 6-7, agak cembung, seluk akhir besar.

Mulut membundar, tepinya bersambung, tidak melebar, umumnya hitam. Operculum agak bundar telur, tipis, agak cekung, coklat kehitaman. Sebagaimana anggota Ampullariidae lainnya, ia memiliki operculum, semacam penutup/pelindung tubuhnya yang lunak ketika menyembunyikan diri di dalam cangkangnya.[2]

Kandungan gizi[sunting | sunting sumber]

Keong sawah atau tutut ternyata menyimpan kandungan gizi tinggi, menurut Positive Deviance Resource Centre khasiatnya ini karena keong sawah mengandung kandungan protein 12%, kalsium 217 mg, rendah kolesterol, 81 gram air dalam 100 gram keong sawah, dan sisanya mengandung energi, protein, kalsium, karbohidrat, dan phosfor.

Kandungan vitamin pada keong sawah cukup tinggi, dengan dominasi vitamin A, E, niacin dan folat. Keong sawah juga mengandung zat gizi makronutrien berupa protein dalam kadar yang cukup tinggi pada tubuhnya. Berat daging satu ekor keong sawah dewasa dapat mencapai 4-5 gram.[3]

Selain makronutrien, tubuh keong sawah juga mengandung mikronutrien berupa mineral, terutama kalsium yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Dengan pengelolaan yang tepat, tutut dapat dijadikan sumber protein hewani yang bermutu dengan harga yang jauh lebih murah daripada daging sapi, kambing atau ayam.

Keong sawah banyak dikonsumsi secara luas di berbagai wilayah Asia Tenggara dan memiliki nilai gizi yang baik karena mengandung protein yang cukup tinggi. Meskipun demikian, kewaspadaan perlu diberikan karena keong sawah adalah inang dari beberapa penyakit parasit. Selain itu, hewan yang diambil dari dekat persawahan dapat menyimpan sisa pestisida di dalam tubuhnya.[4]

Hidangan[sunting | sunting sumber]

Perbedaan keong mas dan keong sawah

Bagian ini memerlukan pengembangan. Anda dapat membantu dengan mengembangkannya.

Perbedaan keong mas dan keong sawah

olahan tutut dengan bumbu rempah

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

  • Siput
  • Kijing
  • Kerang hijau

Galeri[sunting | sunting sumber]

  • Cangkang

  • Sisi bawah

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Kepadatan Keong Pila Ampullacea di Area Persawahan id.scribd.com
  2. ^ Berkenalan Dengan Keong Diarsipkan 2014-06-16 di Wayback Machine. anneahira.com
  3. ^ Keong Sawah Yang Gurih dan Berkhasiat smallcrab.com
  4. ^ Awas, Jamur Melinjo Berbahaya ![pranala nonaktif permanen] community.gunadarma.ac.id

Pranala luar[sunting | sunting sumber]

  • Pila ampullacea

Kenapa keong mas tidak boleh dimakan?

Tetapi saat memasak Keong Mas tidak tepat, bukan menjadi sumber protein tetapi bisa sumber racun dan membuat mabuk yang mengkonsumsinya. Dalam tubuh Keong Mas tidak hanya protein yang layak konsumsi tetapi beberapa zat yang berbahaya, seperti asam oksalat, asam hidrosianat, dan asam tanin.

Apakah keong sawah itu beracun?

Salah mengolahnya, keong sawah, yang juga populer dengan sebutan tutut, malah akan beracun dan berakibat buruk bagi kesehatan. Melansir Tribunnews, sebelum diolah, rendam keong sawah yang Anda beli dengan air bersih selama kurang lebih 2 jam.

Apakah keong sawah enak dimakan?

Mulanya keong sawah dikonsumsi karena rasanya yang enak dan murah, tidak perlu mengeluarkan uang untuk membeli karena sudah tersedia di sekitar masyarakat.

Apa guna keong mas?

Biasanya keong mas dijadikan pakan pada sapi, kambing, ayam dan itik. Pada pengembangan ternak itik, keong mas merupakan pakan campuran sebagai sumber protein yang murah. Selain mengandung banyak protein, keong mas juga kaya akan kalsium.