Pemakaian huruf kapital yang tidak benar berikut ini adalah

tirto.id - Penggunaan huruf kapital sesuai aturan PUEBI terdapat satu ketentuan baru yang tidak tercantum di EYD.

Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) diganti dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) pada 2016 atas keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang menjabat kala itu, Anies Baswedan.

Penggunaan PUEBI sebelumnya telah diatur pada Peraturan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 50 tahun 2015.

Sebagian besar aturan dalam PUEBI kurang lebih sama seperti EYD, tetapi terdapat sejumlah perubahan dan tambahan. Salah satu perubahan dari EYD dan PUEBI adalah penggunaan huruf kapital. Melansir Kantor Bahasa Kemdikbud, dalam EYD penulisan huruf kapital harus digunakan pada huruf awal nama orang, nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan.

Namun, pada PUEBI aturan tersebut ditambah satu ketentuan, yaitu huruf kapital juga digunakan untuk huruf awal julukan. Berikut sejumlah aturan penggunaan huruf kapital dalam PUEBI berdasarkan buku elektronik Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia terbitan Kemdikbud pada 2016.

Pemakaian huruf kapital yang tidak benar berikut ini adalah

Huruf kapital pada nama orang dan julukan

Tambahan julukan merupakan aturan baru yang tidak ada dalam EYD, namun ditambahkan dalam PUEBI. Berikut contoh penulisannya:

Nama orang:

  • Tirto Adhi Soerjo
  • Dewi Sartika
  • Wage Rudolf Supratman
Nama julukan:

  • Jenderal Kancil
  • Bapak Koperasi
  • Ayam Jantan dari Timur
Nama orang disertai julukan:

  • Alessandro Volta
  • Ande-Marie Ampere
  • Rudolf Diesel
Huruf kapital di awal kalimat

Sama seperti EYD, huruf kapital juga digunakan dalam awal kalimat, contohnya:

  • Apa yang sedang kamu lakukan?
  • Saya sedang mengerjakan tugas.
  • Minum air sebanyak delapan gelas sehari.
Huruf kapital dalam petikan langsung

Huruf kapital digunakan pada awal kalimat dalam petikan langsung, contohnya:

  • Kancil bertanya, "Siapa yang kamu lihat di bawah sungai itu?"
  • "Kunci ini harus segera dikembalikan," katanya.
  • "Aku yang menemukannya," kata dia, "kutemukan saat perjalanan ke sini."
Huruf kapital dalam agama, kitab suci, dan Tuhan

Huruf kapital digunakan pada penyebutan nama agama, nama kitab suci, Tuhan, dan sebutan atau kata ganti Tuhan. Berikut contoh penulisannya:

Penulisan Agama:

  • Agung beragama Hindu, sementara Dewi beragama Islam.
  • Indonesia memiliki enam agama resmi, yaitu Hindu, Buddha, Islam, Kristen, Katholik, dan Konghucu.
  • Penduduk setempat mayoritas beragama Buddha.
Nama kitab suci:

  • Alquran
  • Alkitab
  • Weda
Penulisan Tuhan dan kata gantinya:

  • Allah akan menunjukkan jalan kepada hamba-Nya.
  • Ya, Tuhan, bimbinglah hamba-Mu ke jalan yang Engkau beri

    rahmat.

  • Mereka senantiasa beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Huruf kapital dalam gelar kehormatan, keturunan, keagamaan, atau akademik

Huruf kapital digunakan pada huruf pertama unsur nama gelar kehormatan, keturunan, keagamaan, atau akademik yang diikuti nama orang. Berikut contoh penulisannya:

  • Sultan Hasanuddin
  • Raden Ajeng Kartini
  • Nabi Muhammad
  • Doktor Mohammad Hatta
  • Dwi Satria, Sarjana Hukum
  • Ari Sastro, Magister Manajemen
Huruf kapital tidak dipakai untuk menuliskan kata yang bermakna keturunan atau 'anak dari', seperti bin, binti, boru, atau van. Berikut contoh penulisannya:

  • Siti Kuswandari binti Hakim
  • Ludwig van Beethoven
  • Jalaludin boru Sitanggang
Huruf kapital dalam sapaan gelar kehormatan, keturunan, keagamaan, profesi, dan nama jabatan

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan, keturunan, keagamaan, profesi, jabatan, maupun kepangkatan yang digunakan sebagai sapaan. Berikut contoh kalimatnya:

  • Selamat malam, Dokter.
  • Mohon bantuannya, Prof.
  • Terima kasih, Kiai.
  • Izin melapor, Jenderal.
  • Selamat datang, Yang Mulia.
Huruf kapital dalam nama jabatan dan pangkat

Huruf kapital dipakai dalam huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang sebagai pengganti nama tertentu. Bisa nama instansi atau nama tempat. Berikut contohnya:

  • Wakil Presiden Adam Malik
  • Gubernur Papua Barat
  • Professor Supomo
  • Perdana Menteri Winston Churchill
  • Sekertaris Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Huruf kapital dalam nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa

Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa. Berikut contohnya:

  • bangsa Indonesia
  • suku Bugis
  • bahasa Melayu
Huruf kapital tidak digunakan dalam bentuk dasar kata turunan nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa. Berikut contohnya:

  • keinggris-inggrisan
  • pengindonesiaaan kata asing
  • kejawa-jawaan
Huruf kapital dalam tahun, bulan, hari, dan hari besar

Huruf kapital digunakan dalam huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan hari besar atau hari raya. Berikut Contohnya:

  • tahun Hijriah
  • hari Natal
  • bulan Mei
  • tarikh Masehi
Huruf kapital dalam geografi

Huruf kapital digunakan dalam huruf pertama nama geografi. Berikut contohnya:

  • Daerah Istimewa Yogyakarta
  • Asia Tenggara
  • Danau Toba
  • Gunung Rinjani
  • Jalan Sumatera
  • Selat Sunda
  • Ngarai Sianok
  • Kecamatan Laweyan
  • Gang Tulip
  • Sungai Mahakam
Namun, huruf kapital tidak digunakan nama geografi yang bukan nama diri. Berikut contohnya:

  • berenang di sungai
  • mendaki gunung
  • memasuki gang
  • terdapat di dalam danau
Huruf kapital juga tidak digunakan dalam nama geografi yang dipakai sebagai nama jenis. Nama jenis adalah nama yang dapat dikontraskan atau disejajarkan dengan nama jenis lain dalam kelompoknya. Berikut contohnya:

  • gula jawa
  • jeruk bali (Citrus maxima)
  • kunci inggris
  • petai cina (Leucaena glauca)
Sementara yang bukan nama jenis antara lain:

  • batik Cirebon
  • bakpia Yogyakarta
  • film Korea
  • tarian Sumatera Selatan
Huruf kapital dalam judul buku, artikel, makalah, atau karangan

Huruf kapital digunakan dalam setiap kata huruf pertama dalam judul buku, artikel, karangan, makalah, atau nama majalah. Namun, khusus kata tugas seperti "di," "ke," "dari," "dan," "yang," dan "untuk" yang tidak terletak di posisi awal tidak menggunakan huruf kapital. Berikut contohnya:

  • Tulisan itu dimuat di majalah Bahasa dan Sastra.
  • Wanita itu adalah penulis buku Harry Potter dan Batu Bertuah.
  • Aku mengutipnya dari artikel Makanan Sehat untuk Si Kecil.

Baca juga:

  • Cara dan Panduan Penulisan Esai yang Rapi dan Terstruktur
  • Aturan Penulisan Laporan Penelitian Ilmiah dan Contoh Penyusunannya

------------

Adendum: Artikel ini telah mengalami perubahan judul pada Rabu, 25 Agustus 2021, pukul 21.30 WIB. Sebelumnya di judul tertulis Cara Penulisan Huruf Kapital Menurut PUEBI dan Contohnya.

Baca juga artikel terkait PENULISAN HURUF KAPITAL atau tulisan menarik lainnya Yonada Nancy
(tirto.id - ynd/wta)


Penulis: Yonada Nancy
Editor: Nur Hidayah Perwitasari
Kontributor: Yonada Nancy

Subscribe for updates Unsubscribe from updates

Dalam kegiatan menulis memang ada banyak hal sederhana namun wajib dipahami, salah satunya adalah paham penempatan huruf kapital atau huruf besar. Menulis dijamin akan sangat familiar dengan penulisan huruf besar tersebut. 

Hanya saja, penempatannya tentu tidak biasa asal-asalan seperti disesuaikan dengan kondisi mood saat menulis atau karena memang suka ditempatkan di situ. Alasan ini tentu keliru, karena penempatan huruf besar ada aturan khususnya. 

Lalu, bagaimana mengetahui kapan waktu yang tepat untuk menggunakan huruf kapital dan kapan waktu yang tepat untuk menggunakan huruf kecil? Simak penjelasan lengkapnya di bawah ini. 

Mengapa Penempatan Huruf Kapital Tidak Boleh Salah?

Kegiatan menulis tidak hanya berisi kegiatan menuangkan apa yang ada dalam pikiran ke dalam sebuah tulisan, baik di kertas maupun di aplikasi digital. Misalnya di Microsoft Word maupun aplikasi menulis lainnya. 

Melainkan juga melibatkan beberapa hal, salah satunya hal-hal teknis dalam kegiatan menulis tersebut. Berhubungan dengan penggunaan huruf kapital, spasi, tanda baca, dan lain sebagainya. 

Tujuannya tentu saja agar hasil tulisan bisa lebih mudah dipahami, mudah untuk dibaca, dan lain sebagainya. Kesalahan dalam tanda baca akan mempengaruhi intonasi seseorang saat membacanya. 

Sehingga kurang mampu memahami emosi dari penulis saat menuliskan suatu kalimat. Hal ini dapat memunculkan persepsi yang berbeda, hal-hal yang ditulis dengan tujuan bercanda bisa jadi terkesan serius yang tentu memunculkan masalah kompleks. 

Hal serupa juga berlaku untuk penempatan huruf kapital, jika keliru maka orang akan bingung suatu kata ditujukan sebagai awal kalimat atau bukan? Suatu kata merupakan nama tempat atau sekedar kata-kata biasa? Juga bisa karena alasan lainnya. Oleh sebab itu penulisan huruf besar dan kecil perlu disesuaikan dengan aturan. 

Baca juga : Tips Menulis Buku Hasil Penelitian
Baca juga : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Dosen Dalam Menulis Buku Monograf
Baca juga : Cara Menulis Jurnal Internasional Dengan Baik

Fungsi dan Penggunaan Huruf Kapital

Jika ingin aktif dan produktif menjadi penulis, masalah tanda baca, menyusun kalimat, dan juga penempatan huruf kapital harus paham dan hafal diluar kepala. Membantu memahami bagaimana penulisan huruf besar dalam sebuah tulisan. 

Pemakaian huruf kapital yang tidak benar berikut ini adalah
Pemakaian huruf kapital yang tidak benar berikut ini adalah

Maka, berikut adalah deretan waktu yang dikatakan tepat untuk menggunakan huruf besar atau kapital tersebut: 

Waktu tepat pertama untuk membubuhkan huruf kapital dan bukannya huruf kecil adalah di awal kalimat. Hal ini tentu diketahui oleh semua orang dan sudah dipelajari sejak masuk bangku Sekolah Dasar (SD). 

Setiap awal kalimat baik itu di paragraf pertama maupun kalimat kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya dalam paragraf akan memakai huruf besar. Jadi, setelah tanda titik maka untuk memulai kalimat baru akan digunakan huruf besar tadi. 

Contohnya adalah: 

Dia menulis sebuah catatan. Berharap bisa menulis sebuah buku. 

Apa maksudnya? Kuharap dia tidak mencoba melakukan hal buruk. 

Kita semua harus bekerja keras. Sebab kesuksesan tidak bisa hanya turun dari langit tanpa diusahakan.

2. Petikan Langsung

Selain digunakan untuk memulai suatu kalimat dan paragraf, huruf besar juga dipakai untuk memulai sebuah petikan. Petikan ini biasanya muncul untuk memulai perkataan seseorang, baik yang menjadis umber maupun objek tulisan tersebut. 

Khususnya untuk kalimat yang susunannya memang dibuat sama persis dengan yang diucapkan oleh yang mengatakannya. Mudah ditemui dalam novel, artikel di surat kabar, dan sebagainya. 

Contohnya adalah: Rini kemarin bertanya kepada Dika mengenai buku favoritnya, “Dika, kamu tahu judul buku favorit aku yang sering tak baca di depan rumah?”.

 Adik bertanya, “Kapan kita akan pulang?”

“Besok malam,” katanya, “Semua orang akan pergi naik kereta.”

3. Menulis Nama Seseorang

Penggunaan huruf kapital juga dilakukan saat menulis nama seseorang, hal ini juga berlaku untuk julukan. Jadi pada saat menuliskan nama orang, maka wajib memakai huruf besar di awal. 

Begitu pula jika ada julukan di depan nama tersebut, maka di julukan dan nama masing-masing menggunakan satu huruf besar.

Contohnya adalah: Jenderal Soedirman, Dokter Aji, dan lain sebagainya. 

Wage Rudolf Supratman adalah pencipta lagu kebangsaan di tanah air.

Salah satu pejuang emansipasi wanita di tanah air adalah Dewi Sartika.

Tokoh Hades dalam sebuah film digambarkan sebagai seorang Dewa Pedang.

4. Penulisan Gelar

Penulisan gelar yang dimiliki seseorang juga dimulai dengan huruf kapital dan ini berlaku untuk semua jenis gelar. Gelar ini bisa berupa gelar pendidikan, gelar profesi, gelar keagamaan, gelar akademik, dan lain sebagainya. 

Sehingga semua jenis gelar wajib ditulis dengan huruf besar tersebut, tujuannya untuk memberi tanda bahwa kata tersebut adalah gelar. Sekaligus sebagai penghormatan terhadap sosok yang gelar dan namanya disebut. 

Contohnya sendiri adalah: Adit Suharman, S.H (Sarjana Hukum), K.H (Kiai Haji) Ahmad Dahlan, Raden Roro Ningsih, dan lain sebagainya. 

Pahlawan wanita cukup banyak, dan salah satunya adalah Raden Ajeng Kartini (gelar keturunan)

Siapa yang menulisnya? Ternyata adalah Haji Agus Salim (gelar keagamaan)

Pak Irwan sekarang merupakan seorang Magister Humaniora (gelar akademik).

Selamat datang kepada Kyai Imron (sapaan gelar keagamaan).

5. Nama Tempat

Penggunaan berikutnya dari huruf kapital  adalah ditujukan untuk nama tempat dan geografi. Misalnya: Sungai Ciliwung, Jalan Diponegoro, Pulau Bali, dan lain sebagainya. 

Hanya saja untuk nama tempat dan geografi ini tidak berlaku lagi memakai huruf besar jika fungsinya sebagai pelengkap.

Misalnya adalah kata “jeruk bali”, dimana kata “Bali” tidak merujuk pada “Pulau Bali” melainkan hanya sebagai pelengkap saja. 

6. Penulisan Jabatan atau Pangkat

Penulisan terhadap jabatan, pangkat, dan nama instansi dimana jabatan tersebut dimiliki juga ditulis dengan huruf kapital  di masing-masing kata. Jadi, jika jabatan ini terdiri dari tiga kata maka di setiap kata akan memakai huruf besar. 

Contohnya seperti penulisan “Gubernur DKI Jakarta”, “Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan Indonesia”, dan lain sebagainya. 

S.H (Sarjana Hukum).

M.M (Magister Manajemen).

K.H (Kyai Haji)

7. Nama Lembaga, Badan, Negara, dan Organisasi

Huruf kapital juga digunakan untuk menulis nama lembaga, badan, negara, dan juga termasuk penulisan nama organisasi. Jika di dalam nama badan tersebut ada kata penghubung seperti ke, di, dari, dan semacamnya. 

Maka penulisan kata penghubung akan memakai huruf kecil, sebab fungsinya sebagai penghubung atau pelengkap. Sedangkan kata diluar kata penghubung nantinya memakai huruf besar.

Contohnya adalah: “Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa”, “Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan”, dan lain sebagainya. 

Beliau adalah anggota dari Ikatan Ahli Kesehatan Indonesia.

Negara Republik Indonesia.

8. Judul Sebuah Tulisan

Huruf besar atau huruf kapital juga dipakai ketika menyebut judul suatu tulisan di dalam sebuah karangan atau karya tulis. Sehingga ketika menyebutkan judul buku, surat kabar, majalah, karangan, dan sebagainya akan memakai huruf besar. 

Contohnya seperti “Surat Kecil untuk Tuhan”, “Perahu Kertas”, “Negeri 5 Menara”, dan lain sebagainya. Jadi, untuk kata penghubung di dalam judul nantinya memakai huruf kecil dan selain itu memakai huruf besar. 

Tulisan tersebut ternyata sudah dimuat di dalam majalah Horison.

Dia sendiri merupakan agen dari surat kabar Suara Merdeka.

Naskah tersebut berjudul Hari Kebangkitan Pancasila.

9. Nama Bangsa, Suku, dan Bahasa

Penulisan untuk bangsa, suku, dan juga jenis bahasa di dunia juga menggunakan huruf kapital. Sehingga saat menulis bahasa penting untuk memakai huruf besar di semua awal kata.

Misalnya “Bahasa Indonesia”, “Bahasa Inggris”, “Suku Dayak”, “Bangsa Melayu”, dan lain sebagainya. 

10. Nama untuk Tahun, Bulan, dan Hari

Huruf besar juga dipakai untuk menulis nama tahun, bulan, dan juga hari. Sehingga penulisan tanpa angka terhadap ketiganya nanti akan dimulai dari huruf besar.

Contohnya seperti: Bulan Muharram, Hijriyah, Hari Natal, Idul Fitri, dan lain sebagainya. 

Bulan Mei besok dirinya akan berulang tahun.

Momen hari lebaran besok perlu diisi dengan kegiatan yang bermanfaat.

Sekarang adalah 1445 tahun Hijriyah.

11. Nama untuk Agama, Kitab Suci, dan Tuhan

Huruf besar juga digunakan pada saat menyebut agama, kitab suci, dan juga Tuhan dalam sebuah tulisan.

Misalnya menuliskan Tuhan Yang Maha Esa, Islam, Katolik, Budha, Al-Qur’an, Injil, dan lain sebagainya. 

Terima kasih atas rahmat-Mu Ya Allah.

Setiap kali membaca Alkitab, perempuan tersebut menangis haru.

Dia merupakan penganut Islam yang terbilang taat.

Penggunaan huruf kapital memang tidak bisa asal-asalan, karena aktualnya ada sejumlah aturan yang menyertainya. Jadi, jika hendak menulis karya ilmiah maupun karya tulis non-ilmiah dalam bentuk buku. Sebaiknya paham aturan penggunaanya sesuai penjelasan di atas. 

Penulis : duniadosen.com/Pujiati
Editor : Wahyudha Wibisono