Naskah film Ada Apa dengan Cinta 2

A very huge dissapontment for this sequel for an #indonesianfilm that status is #cultfilm First, there's no Ladya Cherryl as Alya. Alya oh Alya, you're the second beautiful character after Cinta here. But why making the good character Is dead? We can wait for her to finish the film school, then filming this sequel. Maybe her talent as good filmmaker can join to write a good script for this movie, not only as an actor.

Second, the production less than a year but so hurry up for a long waited love story, makes the developing is leave a big plothole. Where story of nine years behind and logic things here doesn't play much. The comedy of Mamet & mIlly, are you going to make a stinky romance comedy, oh come on! The other actor like Ario Bayu is only sticker or red herring. You can cast another model with not big name for just a stick in cast. Maybe they choose him because he in Drupadi.

Third, the setting is only good frame for a painting. Not influence the story. This only nostalgic moments for a long parted couple in a long time. The wanderlustime traveling place remind me of 3 Hari Untuk Selamanya (that's a good road movie!). I hope the exposure of the local place in Magelang and Yogya doesn't give a load of garbage trash. Another part of setting here is the art scene. From music, poetry, arts, and coffee. In poetry I prefer the first movie, where the spirit of youth and independence is fires the generation. Eko Nugroho Art Installment is great but doesn't affect the plot. But Papermoon Puppet Theatre is the best part because they play a relevance love story just like Rangga & Cinta situation.

Fourth, Product Placement. Ada Apa dengan Client? Yes this is a great huge market and sales. All the sponsor want to advertise in this "GREAT COMMERCIAL EVER" But I feel like a chaos, can you make it more nicely? Fifth. The Title Focus. This title is about a girl named Cinta, where she has a confusion heart. This is her next story. So the scripwriter must be focus on her. But saddenly the good character she had in the first movie is lost in this sequel. You can compare another great example like Before Sunset (west side cinema) or In The Mood for Love (east side cinema). That's a great long waited sequel (10 years even more to make) where they focus on the character, the story, and the mood. Some might say, if you lost character, you lost everything.

Sixth. The Ending, fool rush in. Yeah you making a great fan service here but it's too rushy. In the end it's just like another Korean drama. I hope there's a spin off movie focus in "Genk Cinta" where Alya still alive, please Miles please.

Seventh. The Music. It's fairly not bad. But unfortunately Never as Good as the First Time. Maybe now it's get too commercial, not like when the first movie is get the late 90's sound and early noughties, Haha. But "Ratusan Purnama" is great as the first movie theme, the duo with orchestrated strings just sounds great. And the noted here is the "Bimbang" covers by the children of Titi DJ & Anto-Melly. The opening is cool, then music starts feel the 90s spirit where Potret lives.

Oh yeah in the end, maybe the goal of this movie is only for success in quantity, not quality.

Walaupun terbilang berhasil menjadi Cinta di film pertama AADC, Dian masih saja tidak bisa menutupi rasa gugupny saat menerima lembaran-lembaran skenario film sekuel AADC 2.

Dream - Setelah hampir 14 tahun kisah Cinta dan Rangga di film Ada Apa Dengan Cinta (AADC) meninggalkan kenangan indah di benak pecinta film Indonesia. Rencananya sekuel film ini mulai diproduksi akhir Oktober 2015 dan dapat disaksikan di 2016.

Menurut Produser Mira Lesmana tidak ada perubahan untuk pemeran utamanya, Dian Sastrowardoyo kembali didaulat memerankan karakter Cinta dan Nicholas Saputra sebagai Rangga.

Walaupun terbilang berhasil menjadi Cinta di film pertama AADC, Dian masih saja tidak bisa menutupi rasa gugupnya saat menerima lembaran-lembaran skenario film sekuel AADC 2.

" I'm all jittery inside...," tulis Dian di akun instagramnya, Jumat 28 Agustus 2015 melengkapi unggahan foto skenario film tersebut.

Saking gugupnya, ia sampai harus mengumpulkan keberanian untuk mulai membacanya. " Gathering my courage to open the first page. OMG OMG OMG this is really happening. Gilaaakkk penasaran paraaahhh!!! here it goes. Bismillah #AADC2," tulisnya. (Ism)

Baca Juga:

  1. Melly Goeslaw Cari Pasangan Duet di 'Ada Apa dengan Cinta 2'
  2. Ini Peran yang Hilang dalam Film 'Ada Apa Dengan Cinta 2'
  3. Sekuel Film 'Ada Apa dengan Cinta 2' Segera Diproduksi
  4. Melly Goeslow Dibuat Gemas Pada Anak Raffi Ahmad
  5. Aktor Ashton Kutcher Kepincut Wanita Berhijab
  6. Raline Shah: Fashion Tidak Melulu Ikut Tren
  7. Prisia Nasution Ingin Jelajahi Pelosok Negeri

ADA APA DENGAN

CINTA?

            Bertemakan cinta dimasa-masa SMA, Ada Apa dengan Cinta menceritakan sosok Cinta (Yuyun Frasiska) dalam menghadapi permasalahannya, baik itu kisah cintanya bersama Rangga (Hany Prayoga) ataupun kisah persahabatan dengan geng-nya yang beranggotakan Alya (Dwi Yana), Karmen (Maria Fransiska), Maura (Dwi Pernia), dan Milly (Febi Rumiya), juga dengan orang-orang yang menyukainya seperti, Mamet dan Borne (Ali Al-Junaidi).

            Cerita dibuka dengan adegan sedih, dilatari suasana sendu. Suatu hari, di kamar Cinta, sepulang sekolah, Alya memutuskan untuk mau menceritakan masalah keluarganya. Orang tuanya hampir setiap hari berantam, dan Alya serta ibunya sering menjadi korban kekerasan fisik oleh ayahnya.

ADEGAN 1 :

Setting : Rumah (Kamar Cinta).

Deskripsi Suasana : Alya sedang menceritakan masalahnya kepada keempat sahabatnya tentang ayahnya yang telah memukulinya.

Alya memperlihatkan luka di punggungnya.

1.        Cinta        : “ Ya ampun, Alya. (Menutup mulut)

2.        Alya         : “ (Berpindah posisi tempat duduk) Mending nggak usah dibahas ”

3.        Maura       : “ Kok nggak usah dibahas sih? ”

4.        Cinta        : “ (Mengambil buku curhat persahabatan, membuka dan membacanya)

 Lo inget nggak, kita pernah nulis apa dibuku ini? Masalah salah satu diantara kita adalah

 masalah kita semua. Musuh salah satu diantara kita adalah musuh kita semua ”

5.        Alya         : “ Tapi, bokap gue berantem sama nyokap, Cinta, bukan sama gue.(Menangis)

Maura, Cinta & Karmen menatap dan menangisi Alya. Milly memeluk Alya.

6.        Cinta        : “ Tapikan, lo dah sering banget jadi korban kek gini , Al ”

7.        Alya         : “ (Sambil menangis) Gimana sih, gue mesti ngejelasin ke elo semua? Terserah ya, sekarang

lo mau percaya atau nggak. Bokap gue, kalo dah, kalo dah ngamuk kek gitu, kek orang nggak sadar, tau nggak? Abis ngamuk, dia bisa nangis kek anak kecil. Nyesel abis, nyiumin kaki nyokap gue, melukin gue ”

Semua menangis (terharu) mendengar cerita Alya. Maura dan Milly memeluk Alya. Karmen dan Cinta menatap dengan penuh kesedihan.

8.        Cinta        : “ Ya, ya udah Al. Tapi asal lo tau, persahabatan kita juga nggak main-main. Ni buku jadi

 saksi kok. Lo tu kalo ada masalah dishare, jangan disimpen sendiri. Lo telfon ke rumah

 gue, jam berapa aja gue temenin, gue angkat, ngobrol ama gue. Lo datang ke rumah sini,

 jam berapa aja, gue bukain pintu, Al. Ya? Ya Alya? Gue tu sahabat elo. Bener nggak? ”

Maura mengambil tisu untuk dirinya dan juga untuk Alya.

9.        Karmen    : “ Mmm... (Menganggukkan kepala) Bener Al ”

10.    Milly         : “ (Memeluk Alya) Iya Alya ”

11.    Alya         : “ Udah ya, jangan bahas gue terus. (Menatap semuanya) Ngomongin yang lain. Pliisss!... ”

Cinta menarik nafas/ingus sambil mengetes suaranya. Karmen menarik nafas/ingus.

12.    Cinta        : “ Eii... iya, udah dengar puisi yang mau gue kirimin ke lomba? ”

13.    Semua      : “ Mana, mana, mana...? ”

14.    Cinta        : “ (Meminta Gitar kepada Milly) Coba, coba. Gitar!, gitar!, gitar!. Gitar!... ”

Semua menatap senang dan tersenyum kepada Cinta. Milly mengambilkan gitar untuk Cinta.

15.    Karmen    : “ Puisi lo yang baru? ”

16.    Cinta        : “ Iyaa... ”

17.    Milly         : “ (Milly memberikan gitar tersebut kepada Cinta sambil tersenyum senang) Niihh... ”

18.    Cinta        : “ Mudah-mudahan sih, elo semua suka. (Mulai memainkan gitar dan berpuisi)

 Soalnya, ini sebenarnya tentang kita berlima. Judunya : Aku Ingin Bersama Selamanya ”

Semua merapat dan menatapi Cinta sambil tersenyum senang kepadanya.

-(Cinta sedang berpuisi)-

Setelah Cinta selesai berpuisi yang diiringi gitar yang ia mainkan, semua tercengir senang menatapnya.

19.    Alya         : “ Bagus bangeett... ”

20.    Milly         : “ Iihh... ”

21.    Karmen    : “ Cintaa... ”

22.    Maura       : “ Lo pasti menang, gara-gara lo nggak ngalain Ta’ ”

Seraya semuanya sambil berpelukan satu sama lain.

23.    Cinta        : “ Suka tapi ya? ”

Semua tercengir senang dan menganggukkan kepala.

24.    Alya         : “ Bagus bangeett... ”

Berawal dari puisi berakhir pada kisah cinta. Kisah cinta Rangga dan Cinta dimulai pada pengumuman pemenang lomba puisi di sekolah, yang diadakan rutin setiap tahunnya. Cinta yang merupakan langganan juara lomba puisi dikejutkan oleh seseorang bernama Rangga, yang merupakan juara baru. Cinta yang terkejut pun mulai penasaran dengan karya ciptaan Rangga. Puisi yang ditulis Rangga dibacanya terus-menerus dan mencoba memahami makna kata-katanya. Cinta yang terkagum dengan puisi itu pun akhirnya menjadi heran, mengapa seseorang yang berbakat sepertinya baru muncul kali ini, kemana sajakah dia selama ini?

Berhubung Cinta dan sahabatnya adalah pengurus mading di sekolah, maka mereka berniat atau mencoba untuk mewawancarai sang pemenang lomba puisi tersebut (Rangga), karena agenda dari mading tersebut harus menyertakan profil sang pemenang untuk ditampilkan di mading.

ADEGAN 2 :

Setting : Perpustakaan.

Deskripsi Suasana : Cinta hendak mewawancarai pemenang lomba menulis puisi.

Cinta memasuki perpustakaan. Matanya menyapu ruangan, mencari sosok yang bernama Rangga. Setelah menemukannya, Cinta mendekatinya, namun Rangga terus serius membaca sebuah buku. Cinta terus dan terus mendekati Rangga dan berhenti kurang-lebih dua meter dari Rangga. Akhirnya Rangga merasa risih dan menoleh sejenak. Lagi-lagi keduanya berpandangan beberapa saat.

1.        Rangga     : “ (Melirik sebentar dengan cuek) Ada apa? ”

2.        Cinta        : “ Ehh... Rangga ya? Gue mau ngucapin selamat ya buat elo!? (Menawarkan salaman) ”

3.        Rangga     : “ Selamat kenapa? ”

4.        Cinta        : “ (Menurunkan kembali tangannya) Sebagai pemenang lomba puisi tahun ini!? ”

5.        Rangga     : “ (Melirik Cinta sebentar) Saya nggak pernah ikutan lomba puisi, apalagi jadi pemenang!?

 Maaf ya, saya lagi baca! (Jutek) ”

6.        Cinta        : “ Gue kan belum selesai ngomong!? (Menatap tajam Rangga dengan kesel) ”

7.        Rangga     : “ Barusan saya ngelempar pulpen ke orang, gara-gara ada yang berisik di ruang ini. Saya

 nggak mau itu pulpen balik ke muka saya, gara-gara saya berisik sama kamu! ”

8.        Cinta        : “ Gue cuma pengen ngomong sebentar kok!? ”

Rangga terdiam dan berfikir sejenak.

9.        Rangga     : “ Ya udah, ngomong di luar! (Beranjak dari tempat duduknya dan menuju keluar) ”

Cinta pun dengan wajah bete dan kesel, lalu mengikuti Rangga.

10.    Cinta        : “ Ngapain di luar sih, di sini aja deh! (Kesel) ”

11.    Rangga     : “ Ya udah deh, cepetan!, mau ngomong apa sih? (Gaya menunjukkan suatu buku) ”

Cinta melihat sejenak buku yang dipegang Rangga.

12.    Cinta        : “ Mading mau wawancara elo!? ”

13.    Rangga     : “ Buat apa? ”

14.    Cinta        : “ Kita perlu profil elo sebagai pemenang lomba puisi tahun ini ”

15.    Rangga     : “ Kan saya dah bilang, saya tuh nggak pernah ikut lomba puisi ”

16.    Cinta        : “ Terserah elo deh. Yaa.. menurut jurinya ya elo yang menang ”

17.    Rangga     : “ Ya kalau gitu, wawancara aja dewan jurinya! ”

18.    Cinta        : “ Hahh?... maksud lo? (Bingung) ”

19.    Rangga     : “ Iya. Jelaskan, kata-kata saya!? (Cuek) ”

20.    Cinta        : “ Jadi lo nggak mau diwawancara ni? (Marah) ”

21.    Rangga     : “ Nggak! (Dengan cueknya sambil pergi meninggalkan Cinta kembali masuk ke

 perpustakaan  dan sedikit menyenggol Cinta)

Cinta yang kesel dan menahan amarah pun, akhirnya kembali ke ruang mading.

Namun tidak disangka, Rangga menolak tawaran dari Cinta untuk diwawancarai, karena ia merasa tidak pernah mengikuti lomba puisi tersebut, dan dikarenakan sebenarnya yang mengirim puisi yang dibuat Rangga memanglah bukan dirinya, melainkan Pak Wardiman (Penjaga Sekolah) itu. Atas penolakannya itu, Cinta merasa tersinggung. Disinilah cerita cinta itu terjalin.

ADEGAN 3 :

Setting : Ruang Mading Sekolah.

Deskripsi Suasana : Cinta menceritakan kekecewaan dan kekesalannya kepada sahabatnya.

1.        Cinta        : “ (Marah) Reesekkk.... laga lagunyanya dah kayak superstar! Mendingan sekarang aja    

 gue wawancara duta-nya Sheila On Seven, kek!? mau tanya Dewa kek!? Gila ya!

 Nyebelin banget tau, nggak lo! (Sambil bolak-balik) ”

2.        Alya         : “ Kenapa Ta’? ”

3.        Cinta        : “ Tulis Mil...! (Pintanya pada Milly) Cowok yang namanya Rangga, adalah cowok

 yang..., yang..., sombong banget!, sengak nggak karuan!, belagu banget!. Pokoknya jenis

 cowok yang nyebelin, yang harus kita jauhin! Tulis dibuku curhat! ”

4.        Milly         : “ Oh, dibuku curhat ya Ta’? (Lemot) ”

5.        Cinta        : “ Dimana lagi, Mil!? ”

6.        Milly         : “ Iya, iya... ”

7.        Maura       : “ Ta’, emangnya... lo diapain sih? (Sambil kipas-kipas, duduk di atas meja) ”

8.        Karmen    : “ Lo dipegang-pegang Ta’, ama dia? (Sambil memegang bola basket) ”

9.        Cinta        : “ Giilaa... lo, jangan ampek lah gue dipegang-pegang ama dia (Nada tinggi) ”

10.    Alya         : “ Ta’, Ta’... tarik nafas dulu Ta’!. Biar bisa ngomong yang bener!? ”

11.    Cinta        : “ (Menarik nafas) Sebel banget gue, orangnya tuh sok bintang, tau nggak lo? ”

12.    Milly         : “ Kita lagi ngomongin siapa sih? (Wajah bingung) ”

13.    Cinta        : “ Dengerin ya, kalo gue bilang tuh, orangnya tuh dah mati rasa. Sok cuek, tau nggak lo?

 Udah kek sastrawan besarrr..., gitu! Belagu banget. Gue yakin banget, tu anak nggak ada

 temennya. Pasti nggak gaul sama sekali! ”

14.    Maura       : “ Emangnya dia bilang apa sih? ”

15.    Cinta        : “ Dia bilang, dia nggak mau diwawancara. Masa katanya bukan dia pemenangnya!. Gue...

 disuruh wawancara dewan juri!, kurang ajar nggak sih? ”

16.    Karmen    : “ Loh? (Bangkit dari tempat duduk dan melangkah beberapa dengan gaya sangar nan

 tomboy) Mana sih anaknya? Gue timpa... deh, sekarang! ”

17.    Cinta        : “ Nggak, nggak, nggak!... Nggak bisa gitu juga sih Men. Soalnya, nanti dia berasa penting

 lagi! ”

18.    Milly         : “ Ohh... gue tau, gue tau. Kita lagi ngomongin yang pemenang, lomba puisi itu kan? Siapa

 namanya? (Tanyanya dengan lugu sedikit longor) ”

19.    Ma, A, K  : “ Milly... siapa lagi Mil?! ”

20.    Alya         : “ Rangga, Mil!..., Rangga. Jadi bener ni, Ta’? Nggak ada wawancara sama pemenang? ”

Cinta menarik nafas dan menghembuskannya dengan wajah sebel.

Pintu diketuk, Mamet masuk.

21.    Mamet      : “ Anu... mau ngumpulin anu... (sedikit gaguk dan longor) ”

22.    Karmen    : “ Apa, sih Mettt...? (Menatap tajam Mamet, tangan disila dengan wajah bete dan garang) ”

Mamet bengong sejenak.

Maura tertawa sambil menyenggol Alya, Alya tersenyum.

23.    Mamet      : “ Ci..Cintaa? Dengerin nggak? Lagu... buat Cinta waktu itu, dari Mamet?! (Wajah longor) ”

24.    Cinta        : “ Iya, udah. Makasih ya...! (Senyum terpaksa) ”

25.    Mamet      : “ Ehh... iya. (Menatap ke Karmen) Iii..Ini anu, mau... ngasih apa... cerpen buat mading ”

Cinta langsung berpaling membelakangi semuanya. Maura dan Alya menatap heran pada Mamet.

26.    Karmen    : “ Mmm.. iya. Terus sekarang lo keluar dulu ya? ”

27.    Mamet      : “ Hah?... (Bingung) ”

28.    Karmen    : “ Kita lagi rapat penting. Ya? ”

29.    Mamet      : “ Tapi ntar tolong itu ya, dimuat ya?! ”

30.    Karmen    : “ Iya, iya, iya... haa’a... (Sambil mendorong dan membawa Mamet keluar) ”

31.    Mamet      : “ Bener ya...? ”

32.    Karmen    : “ Iya... Iya... ”

33.    Mamet      : “ Cinta?, ntar baca ya! ”

34.    Karmen    : “ Keluar!... keluar!... (Sambil keluar) ”

Karmen masuk kembali.

35.    Karmen    : “ Terus gimana? Kita samperin ya tu anak, rame-rame? ”

Pintu diketuk kembali, seseorang masuk.

36.    Karmen    : “ Lo tu bolak-balik aja ya, kayak... (Kesel) ”

37.    Borne       : “ Kayak apa? Ada apa sih? (Tatapnya heran) Sori deh, kalau gue ganggu!. Gue cuma mau

 nanya. Ntar sore jadi pergi kan, Ta’? ”

38.    Cinta        : “ Mmm... ya udah, nanti ditelfon deh sorean! (Pasang wajah jutek nan sebel) ”

Borne mengangguk, menatap semuanya dengan heran dan penasaran.

            Karena penolakan dari Rangga tersebut telah membuat Cinta marah dan tersinggung. Keesokannya Cinta memberinya surat dan membuat Rangga emosi.

ADEGAN 4 :

Setting : Ruang Mading Sekolah.

Deskripsi Suasana : Rangga mencari Cinta.

Cinta sedang latihan berpuisi dengan gitarnya, sambil berbincang-bincang dengan sahabatnya yang sedang baca-baca buku. Kemudian, tiba-tiba Rangga datang untuk menemui Cinta.

1.        Rangga     : “ Bisa ngomong sebentar? (Tanyanya pada Cinta dengan wajah kesel dan cuek)”

Cinta dan teman-temannya saling menatap bingung satu sama lain.

2.        Rangga     : “ Nggak bisa?! (pergi, hampir menuju pintu keluar) ”

3.        Cinta        : “ (Menatap heran ke Rangga) Masalahnya apa dulu ni? ”

Rangga kembali ke posisinya tadi sambil memperlihatkan/menunjukkan sebuah surat.

Sahabatnya semakin bingung dan heran dengan apa yang terjadi sebenarnya.

4.        Cinta        : “ (Beranjak dari tempat duduk, menitipkan gitarnya pada Karmen) Kita ngomong di luar! ”

Cinta dan Rangga menuju keluar ruangan. Tibanya di luar ruangan, mereka saling berhadapan dan Cinta pun langsung bertanya kepada Rangga.

5.        Cinta        : “ Ada apa? ”

6.        Rangga     : “ Maksudnya apa nih? (Sambil menunjukkan suatu surat dengan wajah marah) ”

7.        Cinta        : “ Surat gue dibaca juga? Kirain, cuma mau baca, bacaan yang penting aja. Karya.. Sastra.. ”

8.        Rangga     : “ Kamu ini kenapa sih? Tersinggung, gara-gara saya nggak mau diwawancara?! Ya udah,

 wawancara sekarang! Nggak usah manja!. (Nada tinggi dengan wajah marah) ”

9.        Cinta        : “ Enak aja lo ngatain gue manja. Elo... mau diwawancara sekarang? Basiii... Madingnya

 udah siap terbit (Nada tinggi nan kesel, menatap tajam ke Rangga) ”

Rangga terdiam sejenak dan membisu, menatap Cinta dengan marah, lalu pergi begitu saja. Dan ia pun langsung disengak-in oleh Cinta. Tanpa disadari buku yang ia milikipun jatuh, dan Cinta pun berusaha untuk mengambil buku tersebut, namun tiba-tiba sahabatnya keluar dari ruang mading menuju padanya. Jadi ia mengurukan niatnya itu nanti dan menyeret-menginjak buku itu dulu.

10.    Cinta        : “ Liat deh tuh cowok!? Nyebelin banget kan? Liat aja gayanya ”

Semuanya memperhatikan Rangga yang mulai  menjauh dari tempat itu.

11.    Alya         : “ Tapi Ta’, lo tetap harus wawancara dia kan? ”

12.    Cinta        : “ Males banget, tau nggak? Ya dah lah gampang, tinggal cari data-data doang aja di Tata

 Usaha kalo nggak wali kelasnya. Ya udah deh, gampang-gampang! Kita kerjain aja

 sekarang ”

Alya, Maura, Milly dan Karmen duluan masuk kembali ke ruang mading. Sedangkan Cinta langsung mengambil buku yang ia amaninnya tadi untuk dibawa pulang-dibaca dan menyusul sahabatnya masuk.

            Setelah itu, Cinta mengembalikan buku tersebut saat Rangga kebingungan mencarinya. Rangga pun berterima kasih pada Cinta. Semenjak itu, mereka menjadi semakin dekat.

Pada suatu malam, Rangga dan Cinta kencan di sebuah kafe. Namun sebelum Cinta berangkat, Alya menelfon untuk izin kerumahnya Cinta. Namun Cinta berbohong, bahwa ia akan pergi ke rumah sakit. Akhirnya Cinta pergi bersama Rangga. Saat Cinta pulang, Mama Cinta akan pergi menjenguk Alya di rumah sakit, karena mencoba bunuh diri. Cinta sangat terpukul, menyesal sekali karena telah lebih memilih bersenang-senang bersama Rangga, dibanding menemani Alya yang kala itu sedang membutuhkannya.

Cinta pun membenci Rangga. Ia pun berusaha keras menghindari Rangga. Akibat kejadian yang dialami Alya. Karmen, Milly dan Maura bertengkar. Cinta semakin merasa bersalah, ia pun memutuskan untuk mengakhiri kedekatannya dengan Rangga. Menurutnya, Rangga lah yang telah merubah sikap dan perilakunya. Dengan kesal, Rangga menanggapinya dengan tegas, permintaan Cinta untuk mengakhiri kedekatan dengannya. Rangga pun sepakat bahwa ia akan menjauh dari Cinta.

ADEGAN 5 :

Setting 1 : Ruang Mading Sekolah.

Deskripsi Suasana : Cinta mengurungkan niatnya untuk masuk ke ruang mading, karena ia merasa pertengkaran antara ketiga sahabatnya dan terbaringnya Alya di rumah sakit adalah karena dirinya.

Posisi semuanya saling membelakangi. Maura berdiri, Milly berdiri sambil membereskan peralatan mading dan Karmen duduk sambil menggambar-menulis.

1.        Maura       : “ Erghhh... kacau...semuanya, erghh... (Marah-marah sambil menekan-nekan tuts/keyboard

 laptop/komputer dengan keras, sesekali tangan di pinggang dan sambil menarik nafas)

Sontak Milly pun langsung menoleh sebentar ke arah Maura dan Karmen.

2.        Karmen    : “ Lo tuh kebanyakan ngomel, tau nggak?! Gimana nggak kacau! (Sambil menulis) ”

3.        Maura       : “ Udah deh, lo nggak usah banyak ngomong deh! (Nada tinggi, marah besar) ”

4.        Karmen    : “ Lo nggak usah marah-marah gitu, kenapa sih!? (Langsung berdiri, Ikut terbawa emosi) ”

5.        Maura       : “ Eh, Men,... Jangan mentang-mentang lo jago olahraga, bisa basket, sok preman, segala

 macem, gue jadi takut sama lo!.... (Sambil menghampiri ke hadapan Karmen, tangan di

 pinggang dan berbicara sambil teriak dengan amarah besar yang tampak di wajahnya)

Cinta diam-diam menghampiri ruang mading, Cinta mengurungkan niatnya untuk masuk ke ruang mading, dan hanya terdiam di depan pintu mading saja, karena mendengarkan pertengkaran sahabatnya itu, yang membuat ia semakin merasa bersalah dan menangis.

6.        Karmen    : “ Hehhh!... mendingan gue tau nggak, dari pada lo. Kerjanya nongkrong terus di kaca, tau

 nggak?! Keganjenan! Asal lo tau, (Sambil teriak dengan emosi memuncak) tau nggak?! ”

7.        Milly         : “ (Menangis) Hehhh... diem lo berdua! dan giliran gue ngomong sekarang! Gue tau gue

 paling tulalit. Lo... cuma nganggap gue badut. Terserah!... Tapi gue tau itu nggak bener,

 diantara kita tu nggak ada yang boleh berantem! ”

Mengambil dan menunjukkan foto kita ber-5

8.        Milly         : “ Liat nii..., emangnya kita pernah masalahin siapa yang lebih jago diantara yang laen?

 Nggak kan...? Karena apa? Karena kita tuh taunya kita cuma temenan...! (Sedikit

 berteriak, dengan menangis tersedu-sedu dibaluti emosi)

9.        Karmen    : “ Mil... Mil..., Nggak ada yang pernah nganggep elo nggak bisa apa-apa kok, Mil...! ”

Karmen dan Maura memeluk Milly.

10.    Maura       : “ Iya Mil... Lo tuh yang paling lucu diantara kita, dan elo tuh yang paling kita sayang,

 karena lo tuh nggak pernah marah, Mil. ”

Milly terus menangis.

11.    Maura       : “ Kita tuh, lagi begini... karena kita tuh lagi ngaco, gitu aja, Mil ”

Milly terus menangis menjadi-jadi dengan dipelukin Maura dan Karmen.

12.    Maura       : “ Tenang...Mil...! ”

Cinta terus menangis dan terharu dengan semuanya yang ia dengar di luar ruang mading, sambil menggigit bibir bawah sambil menutup mulutnya, lalu pergi menuju koridor kelas.

Tibanya di koridor kelas. Rangga melihat Cinta dan memanggilnya.

13.    Rangga     : “ Cinta!? (Memanggil Cinta dari kejauhan) ”

Cinta tidak menyautnya dan hanya terdiam menunduk saja. Rangga mengejar dan mendekati Cinta.

14.    Rangga     : “ Kamu, nggak papa? Kenapa sih? (Tanyanya heran sambil menatap wajah Cinta) ”

Cinta yang hanya tertunduk dengan wajah muram, tangan di belakang pun akhirnya merespon Rangga.

15.    Cinta        : “ (Melihat Rangga sebentar, lalu kembali menunduk) Rangga, kek-nya kita nggak usah

 ketemu-ketemu lagi! ”

16.    Rangga     : “ Maksud kamu? (Menatap bingung) ”

17.    Cinta        : “ (Melihat Rangga sebentar, lalu kembali menunduk) Pokoknya, berhenti deketin saya

 lagi!

18.    Rangga     : “ Ngedeketin kamu?! Kek-nya ada yang nggak jelas deh!? ”

19.    Cinta        : “ (Menatap tajam ke Rangga) Sejak gue ketemu elo, gue berubah jadi orang yang beda.

 (Terdiam sejenak sambil meluruskan tangannya) Orang yang nggak bener! ”

20.    Rangga     : “ Gini ya, Ta’! Salah satu diantara kita, itu pasti lebih punya hati! atau punya otak! Tapi kek

 kamu nggak punya dua-duanya deh! (Sambil pergi meninggalkan Cinta) ”

Lalu, Rangga kembali lagi.

21.    Rangga     : “ Asal kamu tau, Ta’!. Kalo diperlakukan nggak kek gini sih, saya udah biasa! Tapi satu

 (Mengacungkan tangan), nggak usah ada maaf-maafan lagi. Saya setuju!. Kita nggak usah

 berhubungan lagi! ”

Rangga pergi meninggalkan Cinta.

Cinta hanya menatap kepergian Rangga dengan wajah yang layu dan tidak rela nan terpaksa lantaran kebawa suasana. Memejamkan mata, menelan ludah, lalu menunduk saja sambil memainkan jari-jarinya ”

            Setelah Alya sadar dari sakitnya, Cinta pun langsung meminta maaf kepada Alya dan juga sahabatnya yang lain, yang pada akhirnya mereka pun memaafkan Cinta. Namun, Tak seberapa lama Cinta dan Rangga berjauh-jauhan, rupanya dua insan ini sama-sama saling memendam kerinduan dan perasaan. Cinta pun akhirnya mau mengungkapkan yang sebenarnya tentang perasaan sayangnya kepada Rangga, begitu sebaliknya. Namun, Rangga tetap harus pergi meninggalkan Indonesia dan mengakhiri petemuannya dengan Cinta dan ia memberi Cinta buku yang pada halaman akhirnya terdapat puisi Rangga yang berjudul “Ada Apa Dengan Cinta?” dimana ia berjanji akan kembali di saat bulan purnama tiba di New York, AS.

ADEGAN 6 :

Setting 1 : Gedung Olahraga.

Deskripsi Suasana : Menginterogasi atau Cinta mengakui perasaannya akan Rangga kepada sahabatnya.

1.        Maura       : “ Udah deh, Ta’!. Sekali ini, lupain sama yang namanya gengsi! (Merangkul Cinta) ”

2.        Karmen    : “ Sekarang lo harus jujur, sejujur-jujurnya sama kita semua! (Tegas) ”

3.        Cinta        : “ Ini lo pada ngomong apaan sih? (Bingung) ”

Wajah Cinta tampak sedih, dimana sedang menyimpan suatu perasaan yang amat dalam pada seseorang.

4.        Alya         : “ Gini deh, Ta’. (Memegang bahu Cinta) Lo jujur, sama kita semua ya!. Elo tolong jawab

 pertanyaan ini, sesimpel mungkin! (Melepas pegangannya) ”

Terdiam sejenak.

5.        Alya         : “ Ta’, bener, lo nggak punya perasaan apa-apa, sama Rangga? ”

Cinta tidak menjawabnya, namun hanya menggambarkan wajahnya yang sedang memikirkan sesuatu, dengan mata yang berkaca-kaca, yang membuatnya sedih ingin menangis.

Semua menatap Cinta.

6.        Alya         : “ Cinta...? (Mengambil tangan cinta dan memegangnya) Bener, Rangga nggak pernah,

 sekalipun terlintas di dalam pikiran elo?! ”

Cinta malah menangis dan menutup wajahnya dengan tangan.

7.        Maura       : “ Ya ampun, Ta’... ”

8.        Milly         : “ Ta’?... Ta’? Kok nangis sih, Ta’? (Ikut menangis) Jangan nangis dong, Ta’! ”

9.        Maura       : “ Ta’, lo jatuh cinta sama Rangga? ”

Cinta menangis semakin keras. Maura merangkulnya. Semua mengelusnya agar tenang.

10.    Cinta        : “ Gue sayang banget sama Rangga”

Cinta terus menangis sambil mengungkapkan semua isi hatinya.

11.    Maura       : “ Ya ampun, Cinta! ”

12.    Cinta        : “ Gue juga bingung. Gue nggak bisa ngelupain dia ”

Cinta terus menangis.

13.    Maura       : “ Udah sayang, udah... (Memeluk Cinta dari samping) ”

Alya dan Milly memegang tangan Cinta.

14.    Cinta        : “ Gue takut, lo semua bakal ninggalin gue, kalau gue sama dia ”

Maura memegang bahu Cinta, Alya dan Maura masih tetap memegang tangan Cinta.

15.    Maura       : “ Nggak sayang, nggak, kita nggak mungkin... ”

Karmen memegang kepalanya.

16.    Karmen    : “ Keterlaluan banget tau nggak, sih Ta’?! Emang lo pikir, kita temen yang kek gimana sih?

 Sekarang gini, emang bener, kita emang paling ati-ati kalo udah soal cowok. Tapikan,

 bukan berarti ngatur pacaran sama siapa. Buktinya, waktu tahun lalu, si Maura, dia suka

 kan yang namanya Dani, playboy banget itu. Ingetkan lo?! Waktu mereka jadian, apa kita

 mojokkin dia?!. Waktu dia kena batunya, apa kita musuhin Maura?! Nggak kan, Ta’?

 (Sedikit emosi) ”

17.    Alya         : “ Udah, udah... Karmen ”

18.    Karmen    : “ Aduh... sori, Ta’! Barusan gue kelepasan! (Pinta maafnya) ”

Cinta menangis dengan terisak-isak.

Maura memeluk erat Cinta dari samping, sedangkan yang lainnya memegang erat tangan Cinta.

19.    Maura       : “ Udah sayang, sekarang gini aja. Elo cepet bilang perasaan elo ke Rangga. Sebelum lo

 nyesel...! Ya? ”

20.    Cinta        : “ (Menarik ingus dan mengelapnya) Tapi..., Tapi nggak bisa. Dia benci banget ama gue.

 Gue udah nyakitin dia ”

Alya membuka kacamatanya.

21.    Alya         : “ Hahh... Justru itu, Ta’! Lo jelasin sama dia, kalau waktu itu, lo lagi emosi, dan kalau

 Rangga bener-bener sayang sama elo. Gue yakin, dia pasti bisa ngertiin. Percaya deh!? ”

22.    Cinta        : “ Ta... Ta... Tapi, gue belum siap. Gue perlu waktu yang lebih tepat, Al! ”

23.    Karmen    : “ Kalo menurut feeling gue, lo mau nemuin Rangga, harus secepatnya Ta’!. Pokoknya

 waktu itu, gue pernah liat Pak Wardiman sama Rangga tuh lagi pelukan. Kayak mau

 pisahan, gitu loh!? ”

Cinta berfikiran untuk menemui Rangga secepatnya.

Sesampainya di bandara. Cinta dan sahabatnya berusaha untuk menjumpai Rangga yang akan pergi jauh.

Cinta dan sahabatnya berlari-larian mengejar Rangga di depan ruang tunggu keberangkatan.

Rangga dan Ayahnya masuk ke lorong.

1.        Alya         : “ Ta’, Ta’! Itu Rangga, Ta’! ”

Semua berteriak memanggil Rangga dari luar ruang tunggu. Cinta kemudian, menarik Karmen untuk mencari pintu masuk ruang tunggu.

2.        Satpam     : “ Loh? Ini pada mau kemana, dek? ”

3.        Karmen    : “ Pak, pak... kita perlu banget ketemu sama calon penumpang yang di sana pak!? ”

Cinta dan Milly samaan berbicara.

4.        Cinta        : “ Iya itu, ada di sana...ada di sana... (Sambil menunjuk ke arah Rangga berada) ”

5.        Milly         : “ Iya pak, yang itu pak! (Sambil menunjuk juga) ”

Semuanya menjadi ngos-ngosan karena lari-lari.

6.        Satpam     : “ Iya, tapi tetap nggak boleh masuk! Ini khusus untuk para penumpang! ”

7.        Karmen    : “ Aduh pak, ini penting banget pak! ”

Karmen dan Cinta saling berpegangan tangan.

8.        Cinta        : “ Aduuhhh.. (Bingung) ”

9.        Satpam     : “ Iya, penting sekali untuk apa? ”

10.    Alya         : “ Pak, boleh bicara sebentar?! ”

Tampak Alya sedang mengajak sang Satpam berbicara dan menjelaskan situasinya.

11.    Satpam     : “ Iya, silahkan! Mbak ini aja! (Menunjuk Cinta) ”

12.    Cinta        : “ Saya? Iya, iya... Makasih ya pak ya! (Wajah bersyukur dan langsung lari) ”

13.    K, Ma       : “ Makasih ya pak! (Samaan) ”

Milly dan Alya berpelukan dengan tersenyum senang dan semuanya saling berpegangan tangan.

Cinta berlari dan terus berlari mengejar Rangga.

Sesampainya di lorong pemberangkatan, ia melihat Rangga dan langsung berteriak memanggilnya.

14.    Cinta        : “ Ranggaaa...! (Sambil berlari) ”

Rangga dan Ayahnya menoleh ke belakang, ke arah Cinta. Rangga berhenti sebentar untuk menemui Cinta, sedangkan Ayahnya melanjutkan perjalanannya.

15.    Rangga     : “ Ciintaaa...!? (Menatap heran) ”

Dengan ngos-ngosan Cinta menjelaskan semuanya kepada Rangga.

16.    Cinta        : “ Rangga... (Mengatur nafas sejenak) Rangga, waktu terakhir sekali saya ketemu kamu,

 saya nggak marah sama kamu, saya marah sama diri saya sendiri. Rangga maafin saya,

 saya nggak mau kamu ninggalin saya! ”

17.    Rangga     : “ Maksud kamu? ”

18.    Cinta        : “ Saya... saya sayang banget sama kamu ”

19.    Rangga     : “ Saya juga sayang sama kamu, Ta’. Sayang sekali ”

Saling menatap dengan senang dan penuh kebahagiaan.

20.    Cinta        : “ Kamu nggak jadi pergi kan? ”

Rangga tidak menjawab.

21.    Cinta        : “ Kamu nggak jadi pergi kan?! ”

22.    Rangga     : “ Saya harus pergi, Ta’ ”

23.    Cinta        : “ Nggak, ini nggak fair... Ini nggak fair!? (Menangis) ”

24.    Ayah Ra   : “ Rangga!.. (Sambil menunjukkan jam tangannya) ”

25.    Rangga     : “ Sebentar, yah! ”

Rangga mengambil buku hariannya yang ada di dalam tas, dan memberikannya kepada Cinta.

26.    Rangga     : “ Baca halaman terakhir! (Sambil memberikan buku tersebut kepada Cinta dan pergi) ”

Cinta menangis memandangi Rangga pergi.