Kegiatan stimulasi seperti apa yang dapat diberikan pada anak usia 0-2 tahun!

Otak si Kecil berkembang sangat pesat pada usia 1-2 tahun. Perkembangan otak tersebut juga ditandai dengan meningkatnya kemampuan berbicara pada si Kecil. Kemampuan bicara merupakan kemampuan penting yang harus dimiliki si Kecil. Dengan kemampuan berbicara, si Kecil akan belajar berkomunikasi.

Kegiatan stimulasi seperti apa yang dapat diberikan pada anak usia 0-2 tahun!
Kegiatan stimulasi seperti apa yang dapat diberikan pada anak usia 0-2 tahun!

Melalui komunikasi, anak dapat memperbanyak kosa kata dan mengembangkan daya penerimaan dan juga daya ingatnya. Kelancaran berbicara anak pada usia 1-2 tahun juga menjadi tanda tumbuh kembang yang sehat, cerdas, dan pintar.

Bagi orangtua khususnya Ibu pastinya khawatir jika si Kecil mengalami keterlambatan dalam berkomunikasi atau berbicara. Penting bagi Ibu untuk mengetahui tahapan perkembangan bicara si Kecil mulai usia 0-24 bulan sebelum memberikan stimulasi perkembangan bicara. Tahapan perkembangan bicara tersebut antara lain:

Usia 0-3 bulan:

  • Si Kecil hanya mampu mengeluarkan suara seperti menangis ataupun tertawa.

Usia 4-6 bulan:

  • Si Kecil mulai bisa mengeluarkan kata pengulangan seperti “Ma..ma” dan “Pa..pa”.

Usia 7-8 bulan:

  • Si Kecil mulai mampu menggabungkan beberapa kata untuk diucapkan. Misalnya, “Mama makan”, “Minum susu”.

Usia 9-12 bulan:

  • Si Kecil mulai memiliki kemampuan berbicara aktif dengan menirukan apa yang Ibu ucapkan.

Usia 12-24 bulan:

  • Si Kecil sudah mampu berbicara dengan baik dengan perbendaharaan kata yang banyak dan telah bisa mengasah kemampuan berbicara sehingga Ibu mengerti apa yang si Kecil katakan.

Setelah mengetahui bagaimana tahapan perkembangan berbicara si Kecil, langkah yang harus orangtua khususnya Ibu lakukan adalah dengan memberikan stimulasi yang tepat bagi perkembangan berbicara si Kecil. Berikut 4 hal yang dapat memberikan stimulasi perkembangan berbicara anak usia 1-2 tahun:

  1. Berkomunikasi

    Mengajak si Kecil berkomunikasi akan membantu si Kecil menjadi anak yang komunikatif. Ibu perlu mengajak si Kecil berkomunikasi sejak dini kapanpun dan dimanapun. Perlu bagi Ibu untuk mengenalkan si Kecil dengan nama-nama benda yang sedang si Kecil pegang ataupun benda yang ada di sekitarnya. Ibu juga bisa mengajak si Kecil berkomunikasi dengan menceritakan semua kegiatan yang tengah Ibu lakukan. Terapis wicara di Chicago, Pam Quinn, mengatakan teruslah berbicara, walaupun tampak konyol karena bayi berusia di bawah 3 tahun belum pandai menjawab dan menanggapi. Dengan berbicara kepada si Kecil, Ibu telah mengajarkan si Kecil tidak hanya pada kemampuan berbicara namun juga pada aspek sosial si Kecil.

  2. Jadi “Role Model” Si Kecil

    Menjadi “role model” si Kecil dapat dilakukan dengan memperbaiki kesalahan kalimat yang mungkin saja salah diucapkan. Memperbaiki yang benar adalah dengan cara merespon ucapan si Kecil dengan penggunaan kalimat atau kata yang benar. Misalnya, saat si Kecil mengucapkan kata “cucu” untuk susu, Ibu bisa membenarkannya dengan merespon “iya, ini susumu”. Hindari untuk mengoreksi ucapannya dengan terang-terangan. Mengoreksi kata-kata si Kecil dengan terang-terangan dapat membuatnya tidak nyaman dan membuatnya berpikir apa yang si Kecil lakukan selalu salah di mata Ibu.

  3. Bernyanyi dan Bercerita

    Bernyanyi dan bercerita merupakan cara efektif yang dapat Ibu lakukan sebagai stimulasi perkembangan berbicara si Kecil. Pasalnya, tak hanya memberikan pelajaran pada perkembangan berbicara namun juga merupakan cara bermain si Kecil yang menyenangkan.

    Si Kecil pasti senang untuk diajak bernyanyi. Ibu dapat memilihkan lagu sederhana yang mudah untuk diingat dan dihafalkan si Kecil. Ibu juga bisa mengajarkan si Kecil bercerita tentang kesehariannya atau sekedar menceritakan cerita dongeng kepadanya.

    Bernyanyi dan bercerita mampu mengembangkan kosa kata berbahasanya serta melatih daya ingatnya pada suatu hal salah satunya melalui lagu.

  4. Instruksi dan Pertanyaan

    Penting bagi Ibu untuk memberikan instruksi dan pertanyaan untuk mengasah kemampuan berbicara si Kecil. Dengan memberikan instruksi kecil seperti “Dik, ambilkan Ibu sendok makan”, si Kecil akan mengetahui kosa kata benda dan belajar menanggapi seperti “Dimana?”, “Ini ya bu?”. Stimulasi lain juga dapat diberikan melalui pertanyaan. Tanyakan hal-hal sederhana yang sekiranya mampu untuk si Kecil tanggapi. Misalnya, “Adik tadi sore main dimana?”.“Adek mau makan?”, dan sebagainya.

Stimulasi yang Ibu berikan melalui perkataan, akan si Kecil simpan dalam memorinya dan suatu saat si Kecil akan meniru apa yang dia dengarkan, baik yang diajarkan orangtua maupun lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, penting juga bagi Ibu untuk selalu mengajarkan si Kecil berbicara dengan kata-kata yang positif dan tetap menjaga lingkungan si Kecil agar tetap kondusif.

Nah Bu, penting juga bagi Ibu untuk tidak membanding-bandingkan kemampuan si Kecil dengan anak lainnya. Perlu diketahui bahwa perkembangan dan pertumbuhan setiap anak berbeda-beda. Namun, tetap usahakan stimulasi yang maksimal agar tumbuh kembang si Kecil sesuai, cepat tangkap dan aktif bergerak.

SEBAGAI orangtua tentu harapan yang utama adalah melihat si kecil tumbuh besar dan sehat. Memastikan kebutuh nutrisi anak terpenuhi dengan baik memanglah penting, namun ada pula hal lain yang perlu diperhatikan oleh para orangtua demi tumbuh kembang anak, yakni stimulasi. 

Apakah itu stimulasi? Stimulasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk merangsang kemampuan kognitif anak baik dalam bentuk penglihatan, bicara, pendengaran, dan juga perabaan. 

Menurut penelitian, lebih dari satu juta koneksi saraf baru terbentuk setiap detiknya pada beberapa tahun awal kehidupan anak. Namun, koneksi pada otak tersebut bisa memudar kecuali digunakan. Stimulasi pada anak sejak dini dapat meningkatkan kemampuan sosial, emosional, dan kognitif yang tak hanya berguna untuk anak semasa kecilnya, namun mempunyai manfaat yang berkepanjangan di kemudian hari. 

Baca Juga: Kolostrum, Susu Emas Penuh Nutrisi dari Ibu Bagi Bayi

Kesehatan emosional dan fisik, keterampilan sosial, dan kapasitas kognitif-linguistik yang muncul di tahun-tahun awal semuanya penting untuk membantunya kelak. “Kurangnya stimulasi perkembangan anak pada tahun-tahun pertama kehidupan dapat memiliki konsekuensi seumur hidup dan dapat berdampak negatif pada kesiapan sekolah dan potensi belajar, kesehatan mental dan fisik sebagai orang dewasa, ketahanan terhadap stres dan penyelesaian konflik, serta rentan terhadap kemiskinan antar generasi. Kami menyadari pentingnya stimulasi perkembangan anak sejak dini, karena tidak hanya sehat, anak-anak memiliki hak untuk berkembang yang akan membantu mereka kelak saat berusia produktif,” papar Arnoldus Paut, ECED Program Specialist dari Tanoto Foundation.

Oleh karena itu, stimuli yang dapat merangsang kemampuan dasar perlu rutin dilakukan bersama anak pada setiap kesempatan. Kegiatan-kegiatan ini dapat dilakukan oleh orang-orang di sekitarnya seperti ibu, ayah, pengasuh, atau anggota keluarga lainnya. Namun perlu diperhatikan bahwa merangsang perkembangan anak berbeda-beda pada setiap tahapan usia mereka. 

Berikut beberapa jenis stimulasi yang sesuai dengan tahapan usia anak. 

Stimulasi anak usia 0-1 tahun 
Pada masa-masa ini, stimulasi yang dapat dilakukan kepada anak tak perlu dengan kegiatan yang rumit maupun mengeluarkan biaya. Secara rutin, peluk, elus dan gendonglah si kecil sembari menatap matanya dan berikan senyuman manis. Sesekali, ajak si kecil berbicara atau kenalkan dia pada suara-suara maupun musik. 

Seiring bertambahnya usia si kecil, stimulasi dapat berupa permainan sederhana dengan mengajarkannya untuk merangkak, duduk, dan berjalanan, maupun bertepuk tangan. Di tahap ini, orangtua dapat pula melatih refleks anak secara perlahan dengan memperkenalkannya pada benda di sekitar yang mudah untuk digenggam. 

Stimulasi anak usia 1-2 tahun 
Pada tahap ini, jenis stimulasi yang dapat dilakukan semakin beragam. Asah imajinasi anak dengan mengajaknya untuk mencoret-coret kertas dengan pensil warna, menyusun puzzle sederhana atau kubus dan balok-balok serta memasukkan dan mengeluarkan benda dari wadah. 

Selain itu, anak dapat mulai diajari untuk melakukan aktivitas sehari-hari, dengan tujuan untuk mengenalkannya pada kemampuan menolong diri sendiri. Selain dapat membantunya untuk tidak bergantung pada orang lain, stimulasi melatih kemampuan menolong diri sendiri dapat membuatnya lebih percaya diri dan memiliki keberanian. Hal yang dapat diajarkan yakni seperti melepas pakaian, mencuci tangan, makan dan mandi. 

Stimulasi anak usia 2-3 tahun 
Ketika anak menginjak usia 2 tahun, stimulasi yang dapat dilakukan oleh orangtua adalah dengan mengembangkan ketrampilan berbahasa dan kecerdasan. Ajak anak untuk berbicara menggunakan kata sifat (seperti jauh-dekat, panas-dingin, cepat-lambat) mengenal dan membedakan warna-warna, berhitung, dan menyebutkan nama anggota keluarga maupun teman. Anak-anak pun dapat mulai dilatih untuk melakukan kegiatan yang lebih kompleks seperti menyikat gigi, bermain masak-masakan, dan buang air di toilet. (RO/OL-10)

Kesehatan Anak

dr. Reza Fahlevi, 21 Jul 2022

Ditinjau oleh Tim Medis Klikdokter

Kegiatan stimulasi seperti apa yang dapat diberikan pada anak usia 0-2 tahun!
Kegiatan stimulasi seperti apa yang dapat diberikan pada anak usia 0-2 tahun!

Anak membutuhkan stimulasi yang sesuai dengan usianya untuk dapat bertumbuh dan berkembang secara optimal. Berikut penjelasan lengkap mengenai stimulasi untuk anak.

Kegiatan stimulasi seperti apa yang dapat diberikan pada anak usia 0-2 tahun!

Pertumbuhan dan perkembangan merupakan aspek yang sangat penting diperhatikan oleh orang tua kepada anaknya. Untuk itu, anak perlu mendapatkan stimulasi yang sesuai demi tumbuh kembang yang maksimal. 

Sebenarnya, apa pengertian dari stimulasi? Stimulasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk merangsang perkembangan anak dengan melibatkan panca indra dan motoriknya. 

Stimulasi dilakukan pada empat ranah utama perkembangan, yaitu motorik kasar, motorik halus, bicara/bahasa, dan personal sosial. Selain itu, stimulasi kognitif, keterampilan berpikir, serta kreativitas juga perlu dilakukan.   

Berikut ini contoh stimulasi perkembangan anak yang perlu diperhatikan oleh orang tua.

Tahapan Stimulasi Anak Usia 1-2 Tahun

Pada usia ini, anak tumbuh dan berubah dengan cepat. Dari belajar berjalan dan kemudian berlari. Dari belajar menumpuk kubus serta mengambil benda-benda kecil. Dari mulai dapat menyebut beberapa kata dan mengerti perintah sederhana.

Untuk memenuhi kemampuan tersebut, disarankan bagi orang tua untuk mengajak bayi berbicara sesering mungkin. Karena dengan mendengar suara orang tuanya, akan membantu kemampuan berkomunikasi anak. 

Orang tua juga dapat melatih bayi untuk tengkurap. Hal ini membantu memperkuat otot leher dan bahu si Kecil, serta membantunya mendapat kekuatan untuk berguling, duduk, merangkak, dan akhirnya berjalan.

Artikel Lainnya: Mana Lebih Bahaya untuk Bayi, Overstimulasi atau Kurang Stimulasi? 

Segera bertindak bila bayi menangis. Dengan menggendong dan membuat diam bayi yang menangis, akan membangun hubungan yang kuat antara bayi dengan orang tua dan ini sangat bagus untuk dilakukan apalagi untuk orang tua baru.

Untuk anak berusia 12 bulan hingga 2 tahun, mereka membutuhkan tidur yang cukup, nutrisi yang baik, dan hubungan yang dekat dan dicintai oleh orang tua. 

Bentuklah rutinitas untuk membuat anak merasa aman. Persiapkan lingkungan rumah yang aman untuk dijelajahi oleh anak.

Tahapan Stimulasi Anak Usia 2-3 Tahun

Kegiatan stimulasi seperti apa yang dapat diberikan pada anak usia 0-2 tahun!

Ketika memasuki usia 2-3 tahun, perkembangan anak akan semakin kompleks. Mereka biasanya sudah memiliki setidaknya 50 kosakata yang bisa mereka ingat serta berbicara kalimat-kalimat sederhana. 

Selain itu, mereka juga sudah bisa menaiki dan menuruni tangga, bahkan berlari menendang bola. Dari aspek motorik halus, anak sudah mulai dapat mencoret-coret dan menggambar garis. 

Pada usia ini, untuk menstimulasi perkembangan anak, orang tua dapat melatihnya untuk menyebutkan berbagai nama warna, teman, diajarkan untuk menyikat gigi, buang air besar atau kecil di toilet, serta menggambar sebuah bentuk. 

Berikan berbagai mainan, misal bola, untuk perkembangan motoriknya. Sering bacakan buku agar ia tertarik pada buku. 

Biasanya pada usia yang hampir menginjak 3 tahun, anak dapat mulai diberikan stimulasi dengan tujuan mempersiapkan diri pada dunia sekolah. 

Jadi, orang tua bisa mengenalkan bagaimana cara memegang pensil yang benar, mengajarkan berhitung, mengenal huruf dan angka, serta melakukan berbagai perintah secara mandiri.

Tahapan Stimulasi Anak Usia 3-5 Tahun

Kegiatan stimulasi seperti apa yang dapat diberikan pada anak usia 0-2 tahun!

Anak berusia 3 hingga 5 tahun adalah usia pra-sekolah. Mereka tumbuh menjadi lebih mandiri dan merasa ingin tahu karena dunia mereka menjadi lebih luas seperti mendapatkan teman baru, pengalaman baru, lingkungan yang baru seperti sekolah. 

Pada usia ini, untuk menstimulasi tumbuh kembang anak, ajarkan mereka untuk mengerjakan pekerjaan rumah sederhana. 

Dari aspek motorik kasar, anak sudah seimbang saat berlari bahkan sudah bisa menaiki sepeda roda tiga. Dari aspek motorik halus, anak sudah mulai dapat belajar menggambar bentuk bahkan menggambar huruf atau angka. 

Sementara dari aspek bicara dan bahasa, anak sudah lebih jelas dan teratur saat berbicara. 

Artikel Lainnya: Floor Time, Efektifkan Stimulasi Otak Anak

Tetap konsisten untuk menunjukkan perilaku apa yang orang tua ingin dari mereka. Bicaralah dengan menggunakan bahasa mereka. Bantu menyelesaikan masalah anak bila mereka sedang emosi. 

Di usia ini pula, teman-teman mereka akan lebih penting dan memberikan banyak pengaruh. Kepercayaan diri anak juga akan dipengaruhi oleh tantangan akademik dan sosial dari lingkungan sekolah.

Tahapan Stimulasi Anak Usia 5-6 Tahun

Pada usia ini, anak sudah lebih mandiri dalam melakukan aktivitas sehari-hari seperti makan, minum, mandi, berpakaian, dan toilet training. 

Dari aspek motorik kasar, anak sudah jauh lebih seimbang saat berjalan, berlari, menaiki tangga, dan melompat. Dari aspek motorik halus, anak sudah lebih mahir menggambar dan menulis serta sudah dapat belajar memainkan alat musik. 

Lalu dari aspek bicara dan bahasa, pemahaman anak juga sudah lebih kompleks dan daya analisisnya lebih tajam.

Sebagai orang tua, untuk menstimulasi perkembangan anak usia 5-6 tahun, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. 

Orang tua perlu mengatur keseimbangan antara menjaga mereka tetap aman, menaati peraturan, memperbolehkan mereka mengambil keputusan dan mendorong mereka untuk mengambil tanggung jawab lebih. 

Seimbangkan waktu antara bermain, belajar, dan beristirahat agar ia tetap bahagia dan tidak stres. 

Mereka tetap membutuhkan orang tua untuk menentukan batasan dan mendorong kebiasaan yang sehat. Jadi, pastikan orang tua selalu memberikan contoh yang baik sehingga stimulasi anak jadi positif.

Lihat minat dan bakat anak. Biasanya pada usia ini anak sudah menunjukkan bakat tertentu. Selanjutnya kembangkan bakat anak dengan latihan dan kursus agar ia lebih terlatih pada minat dan bakat tersebut. 

Itulah tahap-tahap perkembangan anak sesuai usia serta stimulasi yang perlu dilakukan. 

Periksakan perkembangan anak secara berkala setiap berkunjung ke dokter. Hal ini penting untuk mengetahui apakah perkembangan anak sesuai dengan usia mereka. 

Hubungan orang tua-anak yang kuat, nutrisi yang baik, cukup tidur, serta lingkungan rumah dan sekolah yang mendidik akan membantu anak berkembang dengan baik.

Bila punya pertanyaan seputar topik ini, gunakan fitur Live Chat di aplikasi KlikDokter untuk konsultasi dengan dokter. Orang tua juga dapat mengecek tumbuh kembang anak lewat Kalender Tumbuh Kembang.

[RS]