Mengapa negara jepang sering mengalami bencana gempa bumi ?

Jepang dikenal sebagai negara yang sering mengalami bencana gempa bumi dan merupakan bagian dari wilayah cincin api (ring of fire). Hal ini dikarenakan letak geologis Jepang yang terletak pada daerah perbatasan antara lempeng Benua Asia dan Lempeng Samudra Pasifik. Lempeng Benua Asia terangkat karena berat jenisnya lebih ringan, sehingga membentuk Kepulauan Jepang. Pertemuan atau tumbukan kedua lempeng tersebut juga menimbulkan gejala gempa dan gunungapi.

Jawaban yang tepat adalah C. 

Mengapa negara jepang sering mengalami bencana gempa bumi ?

Faktor geografis penyebab sering terjadinya gempa bumi di Jepang adalah sebagai berikut :

  1. Jepang berada pada pertemuan 4 lempeng tektonik yaitu lempeng Eurasia, Pasifik, Amerika Urara, dan lempeng laut Filipina. Jadi, aktivitas keempat lempeng tektonik tersebut lah yang dapat menyebabkan terjadinya gempa bumi. Seperti terjadinya pergeseran atau tumbukan antarlempeng.
  2. Jepang berada di jalur cincin api (ring of fire) yang membentang di sepanjang cekungan Samudra Pasifik. Sehingga Jepang memiliki banyak gunung berapi yang aktif, dan aktivitas vulkanik dari gunung berapi seperti terjadinya erupsi dapat menyebabkan gempa bumi.

Jadi, jawaban yang benar adalah B.

tirto.id - Gempa kembali terjadi di Jepang, di beberapa kota sekaligus pada Minggu (6/10/2019) dan Senin (7/10/2019). Gempa terjadi di Sapporo dengan kekuatan 3,9, Kagoshima (4,9 m), Shinhidaka (3,9 m), Sugoshima (4,6 m), Amagi (4,9 m), Naha (3,9 m).

Sebelumnya, Earthquake USGS melansir, gempa juga terjadi di beberapa daerah di Jepang pada tanggal 2 dan 3 Oktober, seperti di Iwate (4,7 m), dan Hachijo-Tokyo (4,4 m).

Gempa sering terjadi di Jepang, karena Jepang berada di area yang disebut Cincin Api Pacific, wilayah dilalui oleh lempengan api bawah permukaan bumi.

Cincin api tersebut berbentuk seperti sepatu kuda, yang mengikuti pelek di Samudra Pasifik dan sering kali menjadi penyebab gempa bumi dan erupsi volkanis di wilayah di atasnya.

Lempeng tektonik di cincin api ini sering bertumbuk dan bertabrakan. Lapisan cadangan api di atasnya sering mencuat atau bergoncang ketika lempeng bergerak dan bertabrakan.

Mengapa negara jepang sering mengalami bencana gempa bumi ?

Lempeng-lempeng tersebut bergerak dan berinteraksi satu sama lain, entah bertubrukan, memisah, dan menumpuk. Hal-hal tersebut membuat lapisan tanah yang berada di atasnya juga ikut bergerak, pergerakan inilah yang disebut gempa.

Dilansir Livescience, Jepang berada di atas lempeng Pasifik dan lempeng Laut Filipina. Kedua lempeng ini sangat aktif dibandingkan dengan lempeng-lempeng lainnya di dunia. Jepang adalah negara kepulauan dan titik gempa di lepas pantai sehingga memicu timbulnya tsunami.

Rata-rata gempa yang terjadi di Jepang berkekuatan 7 magnitudo (kekuatan itensitas gempa). Pada kekuatan 0 m, getaran sama sekali tidak terasa. Kekuatan 1 M dapat dirasakan oleh beberapa orang dalam ruangan.

Kekuatan 3 M, orang di dalam ruangan dapat merasakan dan kemungkinan aliran listrik ikut terguncang. Pada kekuatan 4 M dapat mengejutkan orang karena guncangannya terasa, mampu mengguncang ringan benda-benda di atas ruangan.

Sementara itu 5 M menyebabkan guncangan, benda-benda terjatuh dari tempatnya, orang-orang sulit berpegangan pada benda, dan bangunan seperti tembok mulai tidak kuat menahan jaringan satu sama lain.

Kekuatan 6 M menyulitkan orang bergerak dengan kaki (berjalan, berlari), dan tembok dapat rubuh, serta benda-benda bergerak dari tempatnya dan kemungkinan akan pecah, hancur. Pada kekuatan 7, orang sudah sulit untuk bertindak seperti kemauan dan kesadarannya, dan benda-benda dalam ruangan berhamburan ke segala arah, dan beberapa bangunan rubuh.

Mengapa negara jepang sering mengalami bencana gempa bumi ?

Efek riil juga bergantung pada jarak wilayah dari pusat gempa, Real Estate Tokyo melansir. Karena gempa sering terjadi di wilayah ini, pemerintah dan penduduk Jepang memiliki persiapan sangat baik dalam menghadapi gempa dan tsunami untuk meminimalisir korban jiwa dan kerusakan.

Telegraph mewartakan, pendidikan menghadapi gempa, tsunami, dan banjir sudah diajarkan sejak sekolah dasar.

Setiap bulan mereka dilatih peka terhadap alarm peringatan bencana dan bersembunyi di bawah meja hingga gempa berakhir untuk dalam ruangan. Saat berada di luar ruangan, mereka akn berlari ke ruang terbuka yang tidak memiliki atap atau benda apapun yang dapat menimpa.

Pemerintah memfasilitasi sekolah-sekolah dengan alat simulasi gempa dan setiap sekolah memiliki ruang penyimpanan yang dapat digunakan siswa untuk mengamankan diri.

Mereka diajarkan untuk tetap diam di tempat dengan tenang hingga ada orang dewasa yang menghampiri mereka.

Selain pendidikan, sistem bangunan juga dibuat tahan gempa, yaitu dengan penanaman fondasi yang dalam dan teknologi peredam getar untuk keamanan bangunan.

Teknologi bangunan lainnya adalah dengan membuat fondasi sedikit fleksibel sehingga dapat bergerak mengikuti goncangan, sehingga meminimalisir kerusakan gedung.

Di bawah fondasi bangunan Jepang, biasanya tanah terlebih dahulu diencerkan sehingga meredam getaran dan sebagai penghalus gerakan agar tidak bertubruk.

Warga Jepang, kantor, dan sekolah-sekolah juga pada umumnya memiliki persediaan untuk keadaan darurat seperti air minum dalam botol, obat-obatan, makanan kering, perlengkapan tidur protabel untuk situasi genting yang mengharuskan mereka mengungsi.

Kembali melansir USGS, selain Jepang, Indonesia sebenarnya memiliki aktivitas gempa terbanyak di dunia, tetapi sering terjadi di laut sehingga penduduk tidak merasakan, dan atau terjadi dalam intensitas kecil sehingga tidak berdampak pada populasi manusia.

Baca juga:

  • Gelombang Panas dan Topan Faxai di Jepang, 2 Orang Meninggal
  • Di Balik Terpilihnya Jepang Garap Kereta Cepat Jakarta-Surabaya

Baca juga artikel terkait GEMPA BUMI atau tulisan menarik lainnya Anggit Setiani Dayana
(tirto.id - asd/dip)


Penulis: Anggit Setiani Dayana
Editor: Dipna Videlia Putsanra
Kontributor: Anggit Setiani Dayana

Subscribe for updates Unsubscribe from updates

Rumah di Jepang Foto: Shutter Stock

Mengapa di Jepang sering terjadi gempa bumi? Sebab, Jepang terletak di antara lempeng benua dan samudera bertemu.

Jika gempa bumi terjadi di bawah atau dekat laut, maka dapat memicu gelombang pasang (tsunami).

Mengutip dari Live Science, Jepang merupakan negara yang terletak di sepanjang daerah yang disebut Pacific Ring of Fire atau Cincin Api Pasifik.

Cincin tersebut sebenarnya merupakan zona imajiner berbentuk tapal kuda yang mengikuti tepi Samudra Pasifik sekaligus menjadi tempat paling banyak gempa bumi dan letusan gunung berapi di dunia.

Pagar rumah yang rusak akibat gempa di kota Kori, utara kota Fukushima, timur laut Jepang, Minggu (14/2). Foto: Kyodo News via AP

Beberapa daerah di Jepang telah mengalami gempa bumi dahsyat dan gelombang pasang di masa lalu. Gempa Besar Kanto merupakan yang terburuk dalam sejarah Jepang.

Gempa bumi tersebut melanda dataran Kanto di sekitar Tokyo pada 1923 yang mengakibatkan kematian lebih dari 100.000 orang.

Pada Januari 1995, gempa bumi kuat melanda kota Kobe dan sekitarnya. Bencana ini dikenal dengan Gempa Selatan Hyogo atau Gempa Besar Hanshin.

Gempa tersebut menewaskan 6.000 orang dan melukai 415.000 orang. Selain itu, 100.000 rumah hancur total dan 185.000 rusak parah.

Pada 11 Maret 2011, gempa bumi terkuat yang pernah tercatat di Jepang memicu tsunami besar di sepanjang Pantai Pasifik di timur laut Jepang.

Bencana itu dikenal sebagai Gempa Besar Jepang Timur, terutama tsunami yang kemudian menewaskan hampir 20.000 orang dan menyebabkan kecelakaan nuklir di pembangkit listrik di Prefektur Fukushima.

Pengukuran Gempa Bumi di Jepang

Ilustrasi seismograf gempa bumi. Foto: Getty Images

Negara Jepang mengukur gempa bukan dari skala richter, melainkan dari skala yang disebut Shindo.

Kemudian, Shindo diukur pada intensitas gempa di lokasi tertentu dan apa yang sebenarnya dirasakan orang di wilayah gempa tersebut.

Skala Shindo terdiri dari satu sampai tujuh. Gempa ringan yang membuat orang berhenti bergerak adalah Shindo satu.

Shindo dua sampai empat masih merupakan gempa kecil yang tidak menimbulkan kerusakan.

Sementara itu, benda mulai berjatuhan pada skala Shindo lima dan kerusakan yang lebih berat terjadi di Shindo enam dan Shindo tujuh.

Adaptasi Masyarakat Jepang Terhadap Gempa Bumi

Pejalan kaki yang mengenakan masker di tengah wabah virus corona, di Tokyo, Jepang. Foto: Kim Kyung-Hoon/REUTERS

Masyarakat Jepang memiliki hubungan erat dengan gempa bumi. Belajar dari bencana masa lalu, Jepang telah menjadi salah satu negara yang paling siap menghadapi gempa bumi.

Pelatihan menghadapi gempa sudah diajarkan sejak dini. Sekolah secara teratur mengikuti simulasi gempa, di mana saat alarm berbunyi, para siswa akan bersembunyi di bawah meja mereka.

Anak-anak juga dibiasakan dengan sensasi gempa, sehingga mereka tidak terlalu kaget saat gempa terjadi. Berbagai fasilitas pun juga telah dibangun untuk kegiatan simulasi gempa.

Simulasi gempa juga berlanjut di tempat kerja. Hal ini berlaku di pusat perbelanjaan, di mana para staf kemungkinan harus menangani kerumunan pelanggan selama keadaan darurat.

Sedangkan di kota Tokyo, gempa bumi bahkan dihubungkan oleh hari spesial. 19 November dirayakan sebagai "Hari Pencegahan Bencana", di mana masyarakat diingatkan mengenai langkah pencegahan bencana.

Kemudian, bagaimana menimbun barang-barang pencegahan bencana, mulai dari makanan kaleng hingga perlengkapan darurat.

Lalu, mengapa di Jepang sering terjadi bencana gempa bumi? Hal itu dikarenakan adanya tekanan yang disebabkan oleh pergerakan lempeng tektonik yang menyusun bumi.

Pada Cincin Api, beberapa lempeng tektonik termasuk Lempeng Pasifik di bawah Samudera Pasifik dan Lempeng Laut Filipina saling bertabrakan.

Selain itu, banyak bangunan Jepang yang dibangun dengan konstruksi tahan gempa. Di sana terdapat standar yang harus dipatuhi dalam pendirian sebuah bangunan.

Itulah penjelasan mengenai alasan mengapa di Jepang sering terjadi gempa bumi. Dengan begitu, pengetahuan semakin bertambah.