Mengapa menetapkan khalayak itu sangat penting bagi seorang humas

Strategi PR

[Crisis PR. Firsan Nova. 2009 & 2011. BAB 2. Hal 55 – 56]

Strategi Public Relations atau yang lebih dikenal dengan bauran Public Relations, adalah sebagai berikut : [ Ruslan : 2002 ]

  1. Publications : Setiap fungsi dan tugas PR adalah menyelenggarakan publikasi atau menyebarluaskan informasi melalui berbagai media tentang aktivitas atau kegiatan perusahaan atau organisasi yang pantas untuk diketahui oleh public.

  2. Event : Merancang sebuah event yang bertujuan untuk memperkenalkan produk & layanan perusahaan, mendekatkan diri ke public dan lebih jauh lagi dapat memengaruhi opini public. Contoh dari beberapa event itu adalah Calendar event, Special event dan Moment event.

  3. News : Berupaya menciptakan berita melalui press release, news letter, bulletin, dll. Untuk itulah seorang PR harus mempunyai kemampuan menulis untuk menciptakan publisitas.

  4. Community Involment : Keterlibatan tugas sehari-hari seorang PR adalah mengadakan kontak sosial dengan kelompok masyarakat tertentu guna menjaga hubungan baik dengan pihak organisasi / lembaga yang diwakilinya.

  5. Inform or Image : Ada 2 fungsi utama dari PR, yaitu memberikan informasi kepada public / menarik perhatian sehingga diharapkan dapat tercipta tanggapan citra yang positif.

  6. Lobbying and Negotiation : Keterampilan untuk melob melalui pendekatan pribadi dan kemampuan bernegosiasi sangat diperlukan bagi seorang PR.

  7. Social Responsibillity : Mmemiliki tanggung jawab sosial dalam aktivitas PR menunjukkan bahwa perusahaan memiliki keperdulian terhadap masyarakat. Hal ini meningkatkan citra perusahaan di mata public.

Sasaran PR

[Buku : Dasar-dasar PR. Dr. Soleh Soemirat. 2008. BAB 3. Hal 96]

  1. Memperkuat solidnya komitmen perusahaan kita terhadap pelanggan lokal

  2. Meyakinkan pelanggan potensial bahwa perusahaan kta menyediakan staf yang ahli di bidangnya, produk bersaing dan responsif terhadap kebutuhan pelanggan

  3. Posisi perusahaan kita sebagai pesaing hebat untuk dua market leader [ dominasi pasar ]

SASARAN KEGIATAN PR

[Firsan Nova 2011: 56-57 buku Manajemen Krisis]

Beberapa menurut Henry Fayol :

  1. Membangun identitas dan citra perusahaan.

  2. Menciptakan identitas perusahaan yang positif.

  3. Mendukung komunikasi timbal balik dengan berbagai pihak.

  4. Menghadapi krisis.

  5. Menangani keluhan dan menghadapi krisis dengan membentuk manajemen krisis dan public relations recovery image untuk memperbaiki lost of image and damage.

  6. Mempromosikan aspek kemasyarakatan.

  7. Promosi yang menyangkut kepentingan public.

  8. Mendukung kampanye sosial, seperti anti rokok.

Citra, Persepsi, Reputasi

Sumber : Paradigma Public Relations Teori, Strategi, dan Riset oleh Prof. Dr. Anwar Arifin AndiPate, cetakan pertama 2015.

  1. Joe Morconi dalam karyanya “Public Relations: The Complete Guide” [2004:81] menulis bahwa praktisi hubungan masyarakat sering dilukiskan sebagai pembuat citra. Citra memiliki kesamaan pengertian dengan persepsi dan opini orang banyak. Namun antara persepsi dan realitas biasanya ada kesenjangan yang signifikan.

  2. Arifin [1996] menyatakan bahwa humas sebagai organisasi sering disebut sebagai industri citra yang handal. Citra merupakan gambaran tentang sesuatu dalam benak seseorang yang terbentuk berdasarkan informasi yang menyentuh pancaindranya.

Istilah citra mulai banyak digunakan di Indonesia pada awal tahun 1970-an. Citra yang berarti gambar itu berasal dari bahasa Sansekerta. Kemudian dikembangkan menjadi gambaran sebagai padanan kata image dalam bahasa inggris. Sedangkan terminologi citra diartikan sebagai sesuatu yang abstrak dan kompleks serta melibatkan aspek emosi [afeksi] dan aspek penalaran [kognisi]. Citra memiliki sifat subjektif dan objektif.

  1. Bernays [1972] menyatakan bahwa citra adalah kesatuan mental atau interprestasi sensual [pengindraan], sebuah persepsi tentang seseorang atau sesuatu hal yang dikonstruksi secara deduktif, didasarkan kepada bukti yang tersedia secara nyata atau imajinasi, dikondisikan oleh adanyan kesan, kepercayaan, gagasan, dan emosi.

Lima Jenis Citra menurut Jefkins [2003,20-21] :

  1. Citra bayangan [mirror image] yaitu citra yang dianut oleh “orang dalam” mengenai “pandangan luar” terhadap organisasinya, meskipun hanya ilusi.

  2. Citra yang berlaku [current image] yaitu citra yang dianut oleh “pihak luar” mengenai suatu organisasi, meskipun citra itu jarang sesuai kenyataan, karena adanya keterbatasan pengetahuan dan pengalaman orang luar itu.

  3. Citra yang diharapkan [wish image] yaitu citra yang diinginkan oleh pihak manajemen.

  4. Citra Organisasi [corporate image] yaitu citra dari organisasi secara keseluruhan seperti sejarah gemilang dan reputasi pencipta lapangan kerja.

  5. Citra Majemuk [multiple image] yaitu citra sejumlah individu, cabang atau perwakilan lainnya yang mungkin berbeda dengan citra organisasi.

Persepsi dapat diartikan sebagai proses bagi seseorang mengenal lingkungan terdekat [the process by wich an individual is acquainted with his immediate surroundings]. Proses persepsi adalah proses untuk mengerti dan menyadari dunia luar diri sendiri [awareness of the external world]. Kekeliruan persepsi dapat terjadi karena persepsi itu banyak dipengaruhi oleh proses psikologis, yang dapat berbentuk stereotip yaitu citra yang melekat atas sekelompok orang. Stereotip dapat juga terjadi karena pmberitaan negatif media yang terus menerus tentang sebuah organisasi, sehingga menimbulkan gambaran umum yang “kuramng benar” terhadap organisasi. Stereotip itu diolah, diorganisasikan, dan disimpan sebagai informasi oleh khalayak, yang selanjutnya membentuk citra yang “tidak tepat” bagi organisasi. Stereotip dapat melahirkan “prasangka buruk” yang mudah diamati dan berpengaruh dalam melahirkan citra yang tidak benar [Arifin, 2014].

Reputasi dapat diartikan sebagai “rekam jejak” [track record], karena reputasi lahir berdasarkan prestasi, yang selanjutnya melahirkan prestise. Reputasi yang lahir dari prestasi itu melalui kinerja, pengalaman, kepercayaan, pengetahuan, dan kesan dalam rentang waktu tertentu.

Masyarakat, Publik, Khalayak

Sumber : Paradigma Public Relations Teori, Strategi, dan Riset oleh Prof. Dr. Anwar Arifin AndiPate, cetakan pertama 2015.

Istilah masyarakat yang digunakan dalam konsep “hubungan masyarakat” [Indonesia] sebagai terjemahan dari public relations [Inggris] dipahami sebagai public [Inggris] bukan sebagai society [Inggris]. Masyarakat yang diartikan oleh sosiolog Mayor Polak [1965:187] sebagai society, adalah wadah seluruh antarhubungan sosial dengan seluruh jaringan dalam arti umum tanpa menentukan suatu batas tertentu. Sedangkan perkataan public diartikan oleh sosiolog William Albig [1956:6] sebagai kelompok orang yang menaruh perhatian, minat, dan kepentingan yang sama.

Publik [public] dalam arti masyarakat adalah orang-orang yang memiliki perhatian, minat, dan kepentingan yang sama terhadap suatu masalah, dapat bersifat konkrit dan terlembagakan, seperti orang-orang yang terhimpun dalam suatu organisasi seperti karyawan, buruh, wartawan, dan pegawai negeri yang bersifat homogen. Publik juga bersifat abstrak dan sangat heterogen seperti pembaca surat kabar, penonton televisi, dan pendengar radio, yang tidak berada dalam suatu tempat tetapi memiliki minat, perhatian, dan kepentingan yang sama.

Berdasarkan perspektif humas, publik dapat dibedakan antara “publik khusus” [special public] dan publik umum [general public]. “Publik khusus” dikenal dengan istilah publiknya yaitu orang-orang yang memiliki kaitan dan kepentingan [stake] langsung dengan organisasi tempatnya berkiprah atau organisasi yang melayaninya, yang dikenal dengan sebutan “pemangku kepentingan” [stakeholders]. Misalnya dosen, mahasiswa, orangtua mahasiswa, pemerintah, dan orang-orang lain yang memiliki kepentingan terhadap sebuah universitas. “Publik khusus” merupakan juga “khalayak khusus” dalam proses komunikasi massa.

Sedangkan “publik umum” sering disebut juga sebagai “publik lainnya” adalah orang-orang yang bukan “pemangku kepentingan” tetapi merupakan khalayak yang terjangkau oleh publisitas humas melalui media massa atau media daring [online], yang juga diharapkan memberikan simpati dan dukungan.

Publik yang menjadi “pemangku kepentingan” sebuah lembaga pemerintah, atau lembaga swasta terdiri dari atas publik internal dan publik eksternal. Publik internal yang terdiri atas para pemangku kepentingan dalam organisasi atau lembaga mencakup pimpinan dan bawahan, manajer dan karyawan, pimpinan dan anggota, atau pimpinan dan sivitas akademika [dosen dan mahasiswa]. Sedangkan publik eksternal mencakup juga publik lainnya yang menjadi khalayak publisitas. Publik eksternal terdiri atas:

  1. Khalayak Khusus yaitu para “pemangku kepentingan” yang terdiri atas media massa, pelanggan atau pemasang iklan, pemerintah atau lembaga lainnya.

  2. Khalayak Massa atau Khalayak Ramai yang menjadi sasaran publisitas humas melalui media massa [surat kabar, film, radio, dan televisi].

DEFINISI KHALAYAK PR

[Frank Jefkins Hl. 80-89]

1. Khalayak atau Publik

Khalayak [public] adalah kelompok atau orang-orang yang berkomunikasi dengan suatu organisasi, baik secara internal maupun external. Istilah Khalayak bermakna majemuk, yakni publics, dikarenakan berbeda dari yang diindikasikan oleh definisi dari beberapa kamus tertentu kegiatan-kegiatan humas tidak diarahkan kepada khalayak dalam pengertian yang seluas-luasnya [masyarakat umum]. Setiap organisasi memiiki sendiri khalayak khususnya. Bahwa suatu organisasi atau perusahaan tidak hanya menyelenggarakan komunikasi dengan staf atau konsumennya saja.

2. Delapan Khalayak Utama

Delapan khalayak utama yang paling sering menjadi subyek khalayak dari berbagai macam organisasi secara umum. Kedelapan khalayak tersebut adalah:

a. Masyarakat luas;

b. Calon pegawai atau anggota;

c. Para pegawai atau anggota;

d. Pemasok jasa atau berbagai macam barang merupakan kebutuhan rutin dari organisasi atau perusahaan yang bersangkutan;

e. Para investor pasar uang;

f. Para distributor;

g. Konsumen dan pemakai produk organisasi; serta

h. Para pemimpin pendapat umum

Daftar tersebut kurang begitu relevan bagi organisasi-organisasi yang bersifat non komersial seperti pemerintah daerah, yayasan amal, atau angkatan kepolisian. Namun paling tidak, uraian tentang luasnya total khalayak humas memungkinkan kita bisa tahu bahwa penempatan unit humas di bawah divisi pemasaran atau personalia [hal ini sering sekali terjadi] merupakan tindakan yang tidak pada tempatnya.

3. Analisis terhadap kedelapan khalayak Utama

Berikut ini disajikan ulasan tentang masing-masing dari kedelapan khalayak utama humas:

a. Masyarakat luas

Segmen masyarakat yang menjadi khalayak bagi suatu organisasi jelas berbeda dengan khalayak organisasi yang lain. Khalayak pasar swalayan, Pemda, instalasi nuklir, pabrik, laboratorium riset, hotel, bandara udara, pelabuhan laut, lembaga pendidikan, rumah sakit, penjara umum, barak militer, dan markas besar polisi jelas berlainan satu sama lain.

b. Calon Pegawai atau anggota

Takkan tertarik untuk melamar menjadi anggota atau pegawai suatu organisasi apabila mereka tidak mengetahui apa yang dilakukan oleh organisasi itu, serta sejauh mana potensinya sebagai majikan yang baik

c. Pegawai atau anggota

Pegawai atau anggota suatu organisasi meliputi suatu orang yang bekerja pada atau menunjang suatu organisasi, yakni mulai dari pucuk pimpinan [pihak manajemen] dan para eksekutif, petugas gudang, pabrik dan laboratorium, staf kantor atau administrasi umum, staf divisi pelayanan dan penjualan, staf transportasi, dan sebagainya

d. Pemasuk

Ada dua jelis pemasok, yakni yang memasok jasa-jasa sepeti air bersih dan energi, serta pemasok berbagai macam bahan baku serta komponen produksi.

e. Masyarakat Keuangan

Kesediaan untuk membeli saham dari suatu perusahaan emiten didasarkan pada pengetahuan [calon] pembeli mengenai latar belakang, kinerja dan prospek ekonomis dari perusahaan emiten yang bersangkutan. Jika suatu perusaan gagal memberi informasi yang benar, harga sahamnya bisa merosot secara tajam. Kalau hal seperti ini terjadi dan dibiarkan berlarut-larut, maka kepemilikannya segera terancam akan diambil alih oleh pihak-pihak lain.

f. Distributor

Distributor adalah mereka yang menangani fungsi perantara antara produsen dan konsumen.

g. Konsumen dan Pemakai

Yang disebut konsumen dan pemakai produk bukan hanya rumah tangga, tetapi juga perusahaan pembeli dalam partai besar yang lazim disebut sebagai “pemasok sekunder”.

h. Pencipta atau Pimpinan Pendapat Umum

Mereka sangat berpengaruh karena merekalah para pencipta atau pemimpin pendapat umum. Jika mereka mengatakan sesuatu itu baik atau buruk, masyarakat luas akan mempercayai dan mengikutinya.

4. Alasan-alasan Penetapan Khalayak

Ada beberapa alasan pokok mengapa suatu organisasi atau perusahaan harus mengenali atau menetapkan unsur masyarakat luas yang menjadi khalayaknya. Yakni:

a. Untuk mengidentifikasikan segmen khalayak atau kelompok yang paling tepat untuk dijadikan sasaran suatu program kehumasan;

b. Untuk menciptakan skala prioritas, sehubungan dengan adanya keterbatasan anggaran dan sumber-sumber daya lainnya;

c. Untuk memilih media dan teknik humas yang sekiranya paling sesuai;

d. Untuk mempersiapkan pesan-pesan sedemikian rupanya agar cepat dan mudah diterima.

5. Akibat Tidak Ditetapkannya Khalayak

Akibat yang timbul sebagai akibat dari tidak ditetapkannya khalayak atas dilancarkannya suatu program humas.

a. Segenap usaha dan dana akan terpecah-belah oleh karena terlalu luasnya khalayak yang dituju

b. Pesan yang dikirimkan tidak ditangkap atau dimengerti sebagaimana mestinya, karena pesan itu tidak sesuai dengan karakteristik khalayak yang menerimanya

c. Total kegiatan tidak akan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan sehingga penggunaan jam kerja, materi serta peralatan menjadi tidak ekonomis

d. Tujuan yang hendak dicapai luput dari jangkauan

e. Pihak manajemen [untuk humas internal] atau perusahaan klien [untuk humaas eksternal] tidak akan merasa puas dengan hasil yang ada

Penetapan khalayak dari kegiatan-kegiatan hunas merupakan elemen yang penting dari rangkaian perencanaan suatu kampanye kehumasan. Tanpa adanya khalayak yang jelas [berikut skala prioritasnya, apabila dana dan sumber daya lain yang tersedia sangat terbatas], maka organisasi yang bersangkutan tidak mungkin menemukan media dan teknik-teknik yang tepat untuk melancarkan kampanye humasnya itu.

CONTOH-CONTOH PRAKTIS KHALAYAK

6. Tiga Buah Contoh

Ketiga buah contoh organisasi yang akan dibahas di sini adalah yayasan amal, badan pariwisata nasional, dan sebuah perusahaan pembuat makanan jadi.

Nasib suatu organisasi jelas berbeda di tangan khalayaknya. Untuk itu setiap organisasi harus mengetahui apa atau siapa saja khalayak utamanya serta menjalin komunikasi yang baik dengannya. Bobot seorang manajer humas pada dasarnya terletak pada kemampuannya untuk memberikan saran-saran serta masukan bagi segenap unsur pimpinan dari organisasinya mengenai cara-cara menjalin komunikasi yang positif dengan khalayak.

Video yang berhubungan