Mengapa lambung bagian abomasum pada sapi disebut perut yang sebenarnya

Tyas Wening Jumat, 13 November 2020 | 10:30 WIB

Mengapa lambung bagian abomasum pada sapi disebut perut yang sebenarnya

Sapi merupakan contoh hewan ruminansia (Pixabay)

Bobo.id - Makanan yang sudah dikunyah, kemudian ditelan akan masuk ke sistem pencernaan.

Di dalam sistem pencernaan, makanan nantinya akan diolah untuk diambil sari-sari dan nutrisinya.

Melalui penyerapan nutrisi dari makanan yang dikonsumsi inilah, tubuh akan mendapatkan asupan gizi yang membantu pertumbuhan, perkembangan, bahkan memberikan energi.

Hal ini tidak hanya terjadi pada manusia saja, lo, tapi juga pada hewan.

Baca Juga: 3 Kelompok Jenis Hewan Berdasarkan Makanan, Pengertian dan Contohnya

Namun ada beberapa jenis hewan yang memiliki sistem atau mekanisme pencernaan yang berbeda dengan hewan lainnya.

Salah satunya adalah hewan dalam kelompok hewan ruminansia atau pemamah biak.

Kelompok hewan ini disebut ruminansia karena memiliki cara mencerna makanan yang berbeda dengan hewan lainnya.

Hewan ruminansia akan mencerna makanannya dalam dua langkah dan bukannya satu langkah seperti hewan lainnya. Seperti apa mekanisme pencernaan makanan pada hewan ruminansia?


Page 2


Page 3

Mengapa lambung bagian abomasum pada sapi disebut perut yang sebenarnya

Pixabay

Sapi merupakan contoh hewan ruminansia

Bobo.id - Makanan yang sudah dikunyah, kemudian ditelan akan masuk ke sistem pencernaan.

Di dalam sistem pencernaan, makanan nantinya akan diolah untuk diambil sari-sari dan nutrisinya.

Melalui penyerapan nutrisi dari makanan yang dikonsumsi inilah, tubuh akan mendapatkan asupan gizi yang membantu pertumbuhan, perkembangan, bahkan memberikan energi.

Hal ini tidak hanya terjadi pada manusia saja, lo, tapi juga pada hewan.

Baca Juga: 3 Kelompok Jenis Hewan Berdasarkan Makanan, Pengertian dan Contohnya

Namun ada beberapa jenis hewan yang memiliki sistem atau mekanisme pencernaan yang berbeda dengan hewan lainnya.

Salah satunya adalah hewan dalam kelompok hewan ruminansia atau pemamah biak.

Kelompok hewan ini disebut ruminansia karena memiliki cara mencerna makanan yang berbeda dengan hewan lainnya.

Hewan ruminansia akan mencerna makanannya dalam dua langkah dan bukannya satu langkah seperti hewan lainnya. Seperti apa mekanisme pencernaan makanan pada hewan ruminansia?

Mengapa lambung bagian abomasum pada sapi disebut perut yang sebenarnya

Mengapa lambung bagian abomasum pada sapi disebut perut yang sebenarnya
Lihat Foto

THINKSTOCKPHOTOS

Ilustrasi sapi.

KOMPAS.com – Hewan ruminansia, seperti sapi dan kerbau, memiliki sistem pencernaan yang berbeda dengan hewan lain.

Misalnya, proses pencernaan makanan pada sapi sebagai hewan ruminansia memiliki beberapa tahapan, yakni pencernaan secara mekanis, pencernaan pada rumen, retikulum, omasum, usus halus, dan usus besar.

Dilansir dari Dinas Peternakan Pemerintah Kabupaten Lebak, berikut adalah penjelasan mengenai proses pencernaan pada hewan ruminansia.

1. Pencernaan secara mekanis

Pencernaan secara mekanis dilakukan di dalam mulut. Makanan yang sudah dikunyah di dalam mulut, setelah istirahat, akan dikeluarkan kembali, dan dikunyah lebih halus.

Proses pencernaan ini dibantu oleh air liur atau saliva untuk membuat proses pengunyahan lebih mudah.

Baca juga: Tips Memasak Daging Sapi agar Lebih Sehat, Perhatikan Suhunya

Selain itu, air liur juga membantu menetralkan asam dari pakan ternak saat masuk ke dalam rumen.

2. Pencernaan pada rumen

Rumen adalah perut besar dan merupakan bagian lambung paling besar dalam pencernaan hewan ruminansia.

Fungsi rumen adalah sebagai tempat fermentasi oleh mikroba, tempat absorbsi VFA, dan tempat pencampuran makanan.

Abomasum merupakan organ yang ditemukan pada hewan ruminasia seperti sapi.[1] Abomasum merupakan salah satu dari bagian sistem pencernaan yang terdiri dari rumen, retikulum, gastric groove, omasum, dan abomasum.[1] Pada area abomasum memiliki ciri berdinding tipis, serta mampu menampung hingga 28 liter.[1] Pada permukaan parietal dan pada bagian greater curvature terletak pada bagian ventral dari dinding abdominal.[1] Bagian kaudal dari greater curvature dipisahkan dari usus oleh greater omantum. Lalu, pada permukaan viseral memiliki kontak dengan bagian rumen.[1] Lesser curvature membelok pada area sekitar omasum.[1] Bagian fundus dari abomasum merupakan kelanjutan dari badan abomasum, dan keduanya memiliki keserongan internal yang permanen, tidak berbentuk spiral.[1] Lipatan abomasal dari abu-abu kemerahan mengandung kelenjar gastrik.[1] Lipatan tersebut dimulai dari omasoabomasal, dan dari tepi samping lekukan abomasal dan mencapai ukuran terbesar di badan abomasum.[1] Pada area abomasum, banyak ditemukan mikoorganisme yang dapat mencerna makanan yang tidak dapat dicerna oleh enzim dari sapi itu sendiri seperti selulosa.[2]

Mengapa lambung bagian abomasum pada sapi disebut perut yang sebenarnya

Sapi merupakan hewan yang memiliki abomasum

  1. ^ a b c d e f g h i (Inggris) Budras KD, Habel RE, Wünsche A, Buda S. 2003. Bovine Anatomy. Hannover: Schlütersche.
  2. ^ (Inggris) Reece JB, Urry LA, Cain ML, Wasserman SA, Minorsky PV, Jackson RB. 2012. Campbell Biology. Ed ke-9. New York: Springer.

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Abomasum&oldid=18616811"

Hewan mempunyai 4 aktivitas makanan, yaitu : prehensi (mengambil makanan), mastikasi (mengunyah), salivasi (mensekresikan air ludah), dan deglutisi (menelan). Dalam hal ini deglutisi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : peristaltik (peristaltik esophagus mendorong bolus ke arah lambung), tekanan buccopharyngeal (mendorong bolus ke sofagus), dan gravitasi (membantu memudahkan jalannya bolus).Lambung sapi sangat besar, diperkirakan sekitar 3/4 dari isi rongga perut. Lambung mempunyai peranan penting untuk menyimpan makanan sementara yang akan dimamah kembali (ruminansi) Selain itu, pada lambung juga terjadi proses pembusukan dan peragian. Lambung ruminansia terdiri atas 4 bagian, yaitu rumen, retikulum, omasum, dan abomasum dengan ukuran yang bervariasi sesuai dengan umur dan makanan alamiahnya. Kapasitas rumen 80%, retikulum 5%, omasum 7-8%, dan abomasum 7-8%. Pembagian ini terlihat dari bentuk gentingan pada saat otot sfinkter berkontraksi. Makanan dari kerongkongan akan masuk rumen yang berfungsi sebagai gudang sementara bagi makanan yang tertelan. Di rumen terjadi pencernaan protein, polisakarida, dan fermentasi selulosa oleh enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri dan jenis protozoa tertentu. Dari rumen, makanan akan diteruskan ke retikulum dan di tempat ini makanan akan dibentuk menjadi gumpalan-gumpalan yang masih kasar (disebut bolus). Bolus akan dimuntahkan kembali ke mulut untuk dimamah kedua kali. Dari mulut makanan akan ditelan kembali untuk diteruskan ke omasum. Pada omasum terdapat kelenjar yang memproduksi enzim yang akan bercampur dengan bolus. Akhirnya bolus akan diteruskan ke abomasum, yaitu perut yang sebenarnya dan di tempat ini masih terjadi proses pencernaan bolus secara kimiawi oleh enzim. Pencernaan pada ruminansia terjadi didalam mulut dengan proses mastikasi, kemudian makanan ditelan kedalam lambung (rumen, reticulum, omasum, dan abomasum). Didalam rumen terjadi fermentasi oleh mikroba secra intensif. Mikroba pada rumen terdapat bakteri (anaerob-patogen, misalnya : streptofokus, laktobasilus, bukinvibrio, bakterioides ruminikola). Selain bakteri juga terdapta protozoa (siliata entodinium, diplodinium, epidinium dan aphry colex dan flagelata).Bahan makanan seperti amilum, rumput, gula, urea, dan lemak difermentasi oleh mikroba menjadi VFA dan gas (CH4, CO2, NH3, H25) lalu diserap oleh tubuh. VFA (volatile fatty alid) adalah asam lemak yang mudah menguap (asam asetat = 60-70%; asam butirat = 10-15%; asam propionate = 15-20%). Pada rumput tinggi = asam asetat meningkat dan propionate menurun, pada gula dan karbohidrat = asam asetat menurun dan propionate meningkat, pada tetes (molasses) = asam asetat menurun dan butirat meningkat. Kecepatan fermentasi pada gula halus, pada karbohidrat lobus dan muda pada selulosa tua.HCl dari abomasum masuk ke rumen, mikroba yang masuk mati (protein sebagai sumber protein hewan). Dirumen makanan sebagai sumber protein mikroba akan berubah menjadi vitamin B komplek dengan bantuan Mo dan Co. Berbeda dengan protein, lemak makanan di dalam rumen diubah menjadi asam-asam lemak atau gliserol dengan bantuan hidrolisis mikroba, kemudian diubah menjadi asam propionat dengan difermentasi, lalu sisa lemaknya masuk kedalam usus.Selulase yang dihasilkan oleh mikroba (bakteri dan protozoa) akan merombak selulosa menjadi asam lemak. Akan tetapi, bakteri tidak tahan hidup di abomasum karena pH yang sangat rendah, akibatnya bakteri ini akan mati, namun dapat dicernakan untuk menjadi sumber protein bagi hewan pemamah biak. Dengan demikian, hewan ini tidak memerlukan asam amino esensial seperti pada manusia.

Hewan seperti kuda, kelinci, dan marmut tidak mempunyai struktur lambung seperti pada sapi untuk fermentasi seluIosa. Proses fermentasi atau pembusukan yang dilaksanakan oleh bakteri terjadi pada sekum yang banyak mengandung bakteri.

Sumber: DISNAK JATIM