Khulafaur Rasyidin yang ditunjuk secara langsung oleh khalifah sebelumnya adalah

Khulafaur Rasyidin yang ditunjuk secara langsung oleh khalifah sebelumnya adalah

Khulafaur Rasyidin yang ditunjuk secara langsung oleh khalifah sebelumnya adalah
Lihat Foto

Flickr/Tibero Frascari

Masjid Al-Farooq Omar bin Al-Khattab di Dubai.

KOMPAS.com - Umar bin Khattab merupakan Khulafaur Rasyidin kedua, yang memimpin setelah Abu Bakar.

Pada masa kepemimpinannya, umat Islam muncul sebagai kekuatan baru di wilayah Timur Tengah.

Umar bin Khattab menjadi khalifah selama sepuluh tahun, yakni antara 634 hingga tahun 644.

Ia resmi menjadi Khulafaur Rasyidin kedua menggantikan Khalifah Abu Bakar, yang meninggal pada 634.

Berikut ini proses terpilihnya Umar bin Khattab menjadi Khalifah Khulafaur Rasyidin.

Baca juga: Umar bin Khattab, Sahabat yang Pernah Berniat Membunuh Rasulullah

Terpilih berdasarkan wasiat Abu Bakar

Setelah wafatnya Nabi Muhammad pada 632, Abu Bakar resmi menjadi khalifah umat Islam saat itu.

Ketika Abu Bakar menjadi Khulafaur Rasyidin pertama, Umar bin Khattab berperan sebagai penasihat kepala.

Begitu Abu Bakar meninggal, Umar ditunjuk untuk menggantikan posisinya menjadi Khulafaur Rasyidin kedua.

Ditunjuknya Umar sebagai khalifah kedua merupakan peristiwa yang sangat penting dalam sejarah Islam.

Dalam riwayat, disebutkan bahwa Umar diangkat menjadi khalifah pada Jumadilakhir (bulan keenam) tahun 13 Hijriah.

Umar menjadi Khulafaur Rasyidin melalui wasiat yang diberikan oleh Khalifah Abu Bakar sebelum meninggal pada 8 Jumadilakhir tahun 13 H.

Baca juga: Biografi Abu Bakar, Sahabat Rasulullah yang Paling Utama

Sebelum meninggal, Abu Bakar sempat terbaring sakit di kediamannya. Ia kemudian memanggil sejumlah sahabat untuk menentukan khalifah yang akan memimpin umat Islam selanjutnya.

Sebenarnya, Abu Bakar telah yakin akan memilih Umar sebagai penggantinya. Akan tetapi, ia tetap meminta pertimbangan kepada para sahabat, seperti Abdurrahman ibn Auf, Utsman ibn Affan, dan Thalhah ibn Ubaidillah.

Setelah musyawarah, semua sahabat sepakat bahwa Umar bin Khattab akan ditunjuk sebagai khalifah selanjutnya, menggantikan Abu Bakar.

Abu Bakar kemudian meminta Utsman bin Affan menulis surat wasiat tentang penunjukan Umar, lalu disegel dan disimpan sebagai dokumen negara.

Sebelum disegel dan disimpan sebagai dokumen negara, Khalifah Abu Bakar juga meminta untuk membacakan surat wasiat tersebut di hadapan kaum muslim.

Pembacaan wasiat tersebut sekaligus sebagai pembaiatan Umar sebagai khalifah pengganti Abu Bakar.

Abu Bakar juga berpesan Umar untuk senantiasa menegakkan agama Islam dan meneruskan perjuangannya.

Baca juga: Biografi Utsman bin Affan, Sang Pemilik Dua Cahaya

Masa pemerintahan

Di bawah kepemimpinan Umar bin Khattab, umat Islam mampu memperluas wilayahnya hingga ke Mesopotamia, Persia, Syam, Mesir, Afrika Utara, dan Armenia.

Umat Islam juga menguasai Yerusalem pada 637, setelah Khalifah Umar diberikan kunci kota oleh Pendeta Sophronius.

Selama menjadi khalifah, berikut adalah beberapa kebijakan yang diterapkan oleh Umar.

  • Mentapkan kalender Hijriah, dimulai saat Nabi SAW hijrah ke Madinah
  • Membebaskan Baitul Maqdis
  • Menyelenggarakan sensus di seluruh wilayah Islam
  • Merenovasi Masjidil Haram dan Masjid Nabawi
  • Menetapkan Jumat sebagai hari libur
  • Salat tarawih berjemaah
  • Menyelenggarakan pendidikan dan lembaga kajian Al Quran

Referensi:

  • Al-Azizi, Abdul Syukur. (2021). Umar bin Khattab Ra. Yogyakarta: DIVA Press.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

KOMPAS.com - Khulafaur Rasyidin adalah kekhalifahan pertama yang berdiri setelah wafatnya Nabi Muhammad pada 632 masehi.

Khulafaur Rasyidin berjumlah empat khalifah, yaitu Abu Bakar Ash Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib.

Pada masa kepemimpinannya, Khulafaur Rasyidin memberi kontribusi besar dalam peradaban Islam.

Para khalifah yang berkuasa selalu menerapkan nilai-nilai ajaran Islam dalam kepemimpinannya dan mereka dikenal mempunyai perilaku terpuji yang patut diteladani umatnya.

Pada masa kejayaannya, Kekhalifahan Rasyidin membentang dari Jazirah Arab, Levant, Kaukasus, sebagian Afrika Utara, dataran tinggi Iran, dan Asia Tengah.

Baca juga: Kekhalifahan Bani Umayyah: Masa Keemasan dan Akhir Kekuasaan

Pengertian Khulafaur Rasyidin

Khulafaur Rasyidin berasal dari dua kata, khulafah dan ar-rasyidin.

Khulafah adalah bentuk jamak dari khalifah, yang artinya pengganti, pemimpin, atau penguasa yang diangkat setelah Nabi Muhammad untuk melanjutkan tugas beliau sebagai pemimpin agama dan kepala pemerintahan, tetapi bukan sebagai nabi atau rasul.

Sedangkan ar-rasyidin adalah bentuk jamak dari ar-rasyid yang artinya orang yang mendapat petunjuk.

Jadi menurut bahasa, Khulafaur Rasyidin adalah orang yang ditunjuk sebagai pengganti, pemimpin, atau penguasa yang selalu mendapat petunjuk dari Allah.

Sejarah Khulafaur Rasyidin

Setelah Nabi Muhammad wafat, umat muslim sempat mengalami kebingungan karena beliau tidak meninggalkan wasiat tentang siapa yang akan menggantikanya sebagai pemimpin umat Islam.

Hal itu secara tidak langsung memberikan kebebasan kepada umat Islam untuk membuat model pemilihan khalifah.

Tidak lama kemudian, sejumlah tokoh Muhajirin dan Ansar berkumpul di balai kota Bani Sa'idah, Madinah.

Mereka memusyawarahkan siapa yang akan dipilih menjadi pemimpin selanjutnya.

Musyawarah tersebut berjalan cukup alot, karena masing-masing pihak sama-sama merasa berhak menjadi pemimpin umat Islam.

Abu Bakar kemudian menengahi dengan mengatakan bahwa umat Islam hendaknya memilih seseorang yang tidak pernah meminta kekuasaan, sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad.

Selain itu, kekhalifahan seharusnya dipegang oleh orang yang mampu memegang amanah, tidak gila akan kekuasaan, peka terhadap masyarakat, dan tidak silau harta.

Dengan kriteria tersebut, umat muslim sepakat memilih Umar bin Khattab.

Baca juga: Kekhalifahan Abbasiyah: Sejarah, Masa Keemasan, dan Akhir Kekuasaan

Akan tetapi, Umar bin Khattab menolak dan justru meminta Abu Bakar untuk menjadi pemimpin.

Penyataan Umar bin Khattab pun diamini oleh kaum Muhajirin dan Ansar serta seluruh umat Islam.

Dengan demikian, Abu Bakar resmi diangkat menjadi khalifah pertama yang mendapat amanah untuk melanjutkan kekhalifahan Islam.

Baca juga: Sejarah Berdirinya Kerajaan Mataram Islam

Khulafaur Rasyidin memegang kendali pemerintahan Islam selama kurang lebih 30 tahun, dari 632-661 masehi, dan setiap khalifah mempunyai kebijakan berbeda.

1. Abu Bakar As Siddiq (632-634 M)

Pada masa pemerintahan Abu Bakar As Siddiq (632-634 M), terjadi Perang Riddah atau perang melawan kemurtadan untuk mengatasi perpecahan yang terjadi setelah Nabi Muhammad wafat.

Di akhir kepemimpinannya, Abu Bakar memperluas daerah kekuasaan dengan mengirim tentara ke luar.

2. Umar bin Khattab (634-644 M)

Ketika Abu Bakar digantikan Umar bin Khattab (634-644 M), Islam mengalami kemajuan sangat pesat.

Pasukannya berhasil mengalahkan dua kekuatan besar saat itu, yakni Romawi di Barat dan Persia di Timur.

Selain itu, kekuasaan Islam pada masa pemerintahan Umar meliputi jazirah Arab, Palestina, Suriah, sebagian Persia, dan Mesir.

Umar juga mengesahkan ketentaraan, kepolisian, pekerja umum, sistem kehakiman, hisbah (pengawasan) terhadap pasar, membangun pusat pengawasan terhadap takaran atau timbangan, mencetak uang negara serta membangun Departemen Pajak dan Tanah (Diwan al Kharj) dan Departemen Keangan (Diwan al Mal).

Sedangkan kepada kelompok nonmuslim, Umar memberikan kemerdekaan beragama.

Baca juga: Masuknya Islam ke Nusantara

3. Usman bin Affan (644-655 M)

Di masa kepemimpinan Usman, umat Islam mengalami era paling makmur dan sejahtera.

Wilayah Islam diperluas hingga ke Tripoli, Armenia, Turkistan, dan Cyprus.

Namun di periode kedua, terjadi perpecahan dan pemberontakan karena jabatan-jabatan strategis di pemerintahan diberikan Usman kepada keluarganya dari Bani Umayyah.

Pada 655 M, sekitar 1.500 orang bahkan datang ke Madinah untuk memprotes kebijakan Usman.

4. Ali bin Abi Talib (655-660 M)

Ali bin Abi Talib berusaha mengatasi pemberontakan dengan menarik para amir yang sebelumnya diangkat oleh Usman.

Ia juga mengambil alih tanah yang dihadiahkan Usman kepada penduduk dengan menyerahkan hasil pendapatan kepada negara.

Ali bin Abi Talib juga menghadapi pemberontakan dari Talhah, Zubair, dan Aisyah karena tidak mau menghukum pembunuh Usman.

Mereka minta agar ada pembalasan dan meletuslah Perang Jamal (unta) karena Aisyah menunggang unta.

Di akhir pemerintahannya, umat terpecah menjadi tiga golongan dan Ali bin Abi Talib terbunuh oleh salah satunya.

Wafatnya Ali menandai berakhirnya Khulafaur Rasyidin.

Referensi:

  • Sohibi. (2019). Khulafaur Rasyidin. Semarang: Mutiara Aksara.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.