Karya lukisan surealisme menggabarkan tentang karya yang menggambarkan

“A painting in a museum hears more ridiculous opinions than anything else in the world.” - Edmond de Goncourt. 

Jika sebuah lukisan bisa bicara, mungkin kita akan terhibur mendengar ceritanya tentang kelakuan orang-orang yang berdiri memandangnya dengan sejuta opini atau berpose di depannya demi menambah estetika Instagram feeds mereka. Lukisan, seperti halnya karya seni lainnya, berasal dari bagian paling personal si pembuat karya yang begitu dilempar ke publik harus merelakan diri untuk “ditelanjangi” oleh opini dan persepsi mereka yang melihatnya. Semua orang merasa berhak untuk beropini terhadap suatu karya lukis. Ada yang mengapresiasinya berlatar pengetahuan, tapi tak jarang pula terdengar celetukan “Ini maksudnya apa sih?”, “Seperti lukisan anak kecil”, “Aah, kalau cuma begini saya juga bisa bikin”, dan celetukan bernada merendahkan lainnya. 

Bukan bermaksud untuk nyinyir, Cosmo tentu senang melihat akses pameran seni sudah semakin terbuka dan tak terbatas di kalangan tertentu saja. Pameran seni sudah menjadi bagian gaya hidup saat ini, khususnya di kota-kota besar. Indikatornya adalah pameran seni yang semakin jamak dan jumlah pengunjung yang ramai mendatanginya. Ada yang memang ingin menikmati seni, ada pula yang mungkin baru sebatas mengapresiasinya dengan berfoto di depan karya. Apapun alasannya, seni seharusnya memang layak dinikmati siapa saja tanpa peduli latar belakangnya. Namun, hal itu tentu akan terasa lebih menyenangkan bila kamu setidaknya mengetahui basic knowledge tentang aliran seni lukis yang kamu lihat. Karena itu, dalam rangka menyambut digelarnya Art Jakarta 2018, Cosmo ingin memberikan semacam crash course tentang aliran seni lukis yang paling umum. Hitung-hitung bisa menjadi bekal pengetahuan baru bagi kamu sebelum datang ke pameran seni berikutnya, enjoy!

Realisme

Seni lukis pada awalnya adalah usaha manusia untuk mendokumentasikan apa yang ia lihat ke medium lain, jauh sebelum seni fotografi dikenal. Realisme atau sering disebut juga sebagai naturalisme adalah aliran seni lukis yang fokus utamanya adalah menggambarkan sebuah objek dengan apa adanya, sesuai kenyataan, tanpa tambahan elemen buatan atau eksplorasi artistik. Kecenderungan aliran ini adalah meniru bentuk objek semirip mungkin dengan aslinya. Dari luar negeri kita mengenal nama-nama seperti Gustave Courbet, Edouard Manet, dan Isaac Levitan, sedangkan dalam negeri pelukis realis yang terkenal adalah Raden Saleh dan Basuki Abdullah. Pada perkembangannya, muncul aliran fotorealisme yaitu aliran lukisan yang berusaha terlihat serealistis mungkin seperti sebuah foto yang kemudian berkembang menjadi pop art, serta hyperrealism.

Impresionisme

Seperti musik punk, aliran impresionisme lahir sebagai bentuk perlawanan terhadap pakem, khususnya pada aturan-aturan akademis dalam melukis yang terobsesi pada detail dan mementingkan kontur, volume, dan garis. Alih-alih melukis di dalam studio, para seniman impresionis akan membawa kanvas mereka ke luar ruangan dan melukis di alam terbuka (en plein air). Bagi mereka yang terpenting adalah impresi akan satu momen dan cahaya yang dipantulkan oleh objek dengan penekanan pada warna, bukan bentuk. Hasilnya adalah lukisan yang terlihat lebih dinamis, jujur, apa adanya, dan terasa lebih personal. Ciri khas karya impresionisme pada awalnya adalah lukisan yang menggambarkan pemandangan indah dan kehidupan sehari-hari dalam warna-warna yang cerah. Seperti hal apapun yang melawan pakem, aliran ini sempat dihujat dan bahkan ditolak mengikuti pameran lukis bergengsi di masa itu, Salon de Paris, yang masih kaku pada pakem melukis yang harus semirip mungkin dengan objeknya. Sebagai bentuk perlawanan, para pelukis impresionis menggelar pameran sendiri dengan nama Salon des Refuses yang direstui oleh Kaisar Napoleon III agar publik bisa menilai sendiri karya-karya tersebut. Dengan semangat perlawanan tersebut, impresionisme menjadi cikal bakal aliran lukis modern lainnya seperti Post-Impresionisme, Fauvisme, dan Kubisme. Beberapa pelukis impresionisme yang paling terkenal meliputi Monet, Auguste Rodin, Renoir, dan Zaini.

Surealisme

Mendengar kata “surreal” yang terlintas adalah hal-hal yang dianggap aneh, tidak biasa, unik, dan seperti mimpi. Begitu pun dengan lukisan bergaya surealisme. Contohnya adalah “The Persistence of Memory”, lukisan cat minyak karya Salvador Dali yang menampilkan gambar beberapa jam yang terlihat meleleh di sebuah gurun. Banyak pelukis surrealist yang berpendapat karya mereka adalah perwujudan materi dari pemikiran filosofis yang muncul di benak mereka. Jam yang meleleh di lukisan Dali dikaitkan dengan teori waktu dan ruang yang “cair”. Aliran surealisme sendiri bermula dari sebuah gerakan budaya di awal 1920-an dengan ciri khas visual yang aneh, mengejutkan, dan cenderung melawan realita atau memadukannya dengan unsur fantasi. Bagi beberapa seniman, surealisme yang berkembang di era Perang Dunia I juga merupakan bentuk perlawanan yang terpengaruh pada politik, teori sosial, dan filosofi. Selain Dali, seniman surealisme terkenal lainnya adalah Rene Magritte, Joan Miro, dan dari dalam negeri kita mengenal nama Roby Dwi Antono yang karyanya lekat dengan citra surealisme. 

Ekspresionisme

Menjadi bagian dari aliran lukis modern, ekspresionisme yang muncul di Jerman awal abad 20 adalah aliran lukis yang menitikberatkan efek emosional dari mata sang pelukis. Hal yang ingin diangkat dari aliran ini adalah ide, mood, dan pengalaman emosional yang tak jarang mengabaikan realita. Kata kuncinya adalah emosi, jadi kebanyakan karyanya memang cenderung angsty. Contoh yang paling terkenal adalah “The Scream” karya Edvard Munch, “Large Blue Horses” karya Franz Marc, dan karya-karya Affandi.

Abstraksionisme 

Mungkin ini adalah aliran lukis yang paling mudah dikenali namun paling sulit dimengerti. Dalam KBBI, abstrak didefinisikan sebagai adjektiva untuk hal yang tidak berwujud atau berbentuk. Aliran abstrak adalah bahasa visual dari bentuk, warna, dan garis yang tidak dibatasi oleh aturan apapun. Hasilnya sangat personal dan sebebas imajinasi sang pembuatnya. Bentuk objek sama sekali bukan menjadi perhatian dalam aliran ini, apalagi berusaha meniru objek secara mentah. Kekuatan aliran abstrak adalah spontanitas, improvisasi, dan metode-metode non-konvensional yang terbuka pada interpretasi siapa yang melihatnya. Seniman abstrak yang terkenal meliputi Mark Rothko, Jackson Pollock, dan Willem de Kooning. 

Pointilisme 

Dikembangkan oleh Georges Seurat dan Paul Signac di tahun 1886, pointilisme yang merupakan turunan dari impresionisme merupakan teknik melukis sebuah objek dengan menggunakan titik. Menggunakan variasi titik dengan berbagai skala dan warna, pelukis bermain dengan perspektif di mana objek lukisan akan terlihat jelas bila dilihat dari jauh dan semakin baur bila dilihat dari jarak dekat. Selain Seurat dan Signac, pelukis pointilisme terkenal lainnya adalah Georges Lemmen, Henri-Edmond Cross, serta Camille Pissarro. 

Kubisme

Aliran kubisme mudah dikenali karena ciri khasnya menampilkan bentuk-bentuk geometris seperti kubus, segitiga, lingkaran, dll dengan permainan warna yang sangat perspektif. Aliran ini dikembangkan oleh Pablo Picasso dan Georges Braque dan sering dianggap sebagai perpaduan impresionisme dan abstraksionisme. Selain seniman-seniman luar seperti Juan Gris, Gino Severini, dan Albert Gleizes, kita juga mengenal seniman aliran kubisme lokal seperti Mochtar Apin dan Fajar Sidik.

(Image: Andriy Bezuglov©123RF.com)

Karya lukisan surealisme menggabarkan tentang karya yang menggambarkan

Karya lukisan surealisme menggabarkan tentang karya yang menggambarkan
Lukisan karya Zen Relief

Oleh : Lukman Zen

Surealisme adalah suatu aliran seni yang menunjukkan kebebasan kreativitas sampai melampaui batas logika. Surealisme merupakan suatu karya seni yang menggambarkan suatu ketidak laziman, oleh karena itu surealisme dikatakan sebagai seni yang melampaui pikiran atau logika. Gerakan seni surealisme mula-mula tumbuh di Eropa dan kemudian meluas secara internasional. Gerakan Surealisme banyak menggali gagasan tentang mimpi, ilusi, dan fantasi yang didorong otomatisme dan asosiasi bebas. Prinsipnya terdiri atas paduan keganjilan dan metamorfosis bentuk.

Gerakan Surealisme dalam historiografi seni rupa modern berkaitan dengan kecenderungan metafisis para pelukis Italia dan praktik Dadaisme di masa sebelumnya beserta pemikiran psikoanalisis yang dikembangkan ilmuwan asal Freiberg, Sigmund Freud. Pada masa sesudahnya pun gerakan yang mengedepankan alam mimpi ini mempengaruhi Ekspresionisme Abstrak hingga Action Painting yang gejalanya menguat di Amerika Serikat.

Dalam surealisme yang dipentingkan adalah subject matter yang dapat menyampaikan cerita irasional yang mengejutkan, misterius, aneh, dan menteror penonton karyanya. Di antara kontribusi-kontribusi yang paling penting dari gerakan surealis adalah penemuan teknik artistik baru yang terhubung ke alam pikiran bawah sadar seniman. Seorang seniman Italia bernama Giorgio de Chirico memasukkan tema metafisika ke dalam lukisannya, sehingga lukisannya disebut Pittura Metafisicayang ditandai dengan bayangan yang kuat, perspektif yang didistorsi dan subject matter yang enigmatik.

Surelisme banyak di pengaruhi pemikiran Sigmud Frued, pendiri Psikoanalisis dari Austria. Frued menyimpulkan bahwa seseorang menekan hasrat aslinya ke dalam alam bawah sadarnya. Agar individu ini dapat menikmati kesenangan jiwa, meraka harus membawa hasrat-hasrat itu ke dalam pikiran sadar. Dalam pencarian untuk mendapatkan akses ke alam bawah sadar tersebut para surealis menciptakan teknik seni baru, yakni surealisme.

Menurut Frued, mimpi adalah jalan terbaik untuk mempelajari alam bawah sadar, karena dalam mimpilah pikiran bawah sadar dan hasrat utama menampilkan dirinya. Untuk mengungkapkan kualitas irasional dari alam mimpi dan untuk mengejutkan penikmatnya, pelukis surealis menggunakan representasi yang realistis, tetapi meletakkan secara berdampingan objek-objek dan gambarannya dengan cara irasional. Demikian pula dalam pemberian judul kadang terasa agak aneh dan tidak nyambung.

Sejarah Surealisme

Surealisme adalah gerakan sastra, seni dan ideologi yang muncul di Perancis sesudah Perang Dunia I dengan dipelopori oleh André Breton dan Philippe Soupault (1919). Istilah surealisme sendiri diciptakan pada tahun 1917 oleh Guillaume Apollinaire yang mengomentari tampilan balet parade, karena dianggap super-realisme (sur-realisme).

Sang pelopor, André Breton adalah mantan mahasiswa kedokteran yang terbiasa mempergunakan metode revolusioner Freud saat berhadapan dengan pasien neurosis. Sebagai seorang penyair, Breton ingin mencoba bahwa kajian Freud tidak semata demi kepentingan psikoanalisis tetapi dapat juga diterapkan dalam seni, terutama tentang gagasan “asosiasi bebas‟ dan teknik menganalisis mimpi.

Surealisme dinilai sebagai salah satu dari gerakan-gerakan seni yang paling penting dan berpengaruh di Eropa pada paruh pertama abad ke-20. Surealisme, dalam banyak karakteristik, merupakan kelanjutan dari gerakan seni pendahulunya yang dikenal sebagai Dadaisme, yang didirikan di tengah kecamuk Perang Dunia I (1914-1918). Terhentak oleh kenyataan kehancuran besar-besaran dan melayangnya begitu banyak nyawa yang diakibatkan perang, motivasi-motivasi para dadais secara kuat bersifat politis, yaitu untuk mengejek kebudayaan, pemikiran, teknologi bahkan seni. Program surealisme adalah pengembangan dari dadaisme, tetapi surealisme menaruh lebih banyak pandangan positif secara esensial daripada pesan negatif dadaisme. Tetapi sebagaimana dadaisme, surealisme tidak sekedar gerakan seni dan sastra semata melainkan “…also life-style and the expression of a philosophical out look.”

Selama lebih dari empat dekade, Surealisme bagaikan magnet yang menarik siapapun di kalangan seni dunia. New York pada akhirnya menggantikan Paris sebagai pusat seni modern. Serangkaian pameran bertajuk surealisme yang digelar di kota ini semenjak tahun 1931 turut mempengaruhi seniman-seniman Amerika Serikat. Lorser Feitelson, Arshile Gorky, Robert Motherwell, dan Jackson Pollock mengadopsi metode berkarya quasi-otomatis surealis dan teknik ini kelak melahirkan seni lukis yang khas Amerika, yakni Action Painting. Pengaruh prinsip dasar surealisme dapat dilihat pada karya-karya seniman generasi baru seperti Allan Kaprow, John Cage, Yves Klein, Jean Dubuffet, Piero Manzoni, Jean Tinguely, Richard Hamilton, hingga Andy Warhol.

Mimpi, Mitos dan Metamorfosis

Freud percaya, ketidakberaturan dalam mimpi adalah hasil dari pergulatan memperebutkan dominasi antara ego dan ide. Dalam usaha untuk mengakses kinerja pikiran yang sebenarnya, banyak surealis yang menggali untuk meraba kualitas mimpi yang tak masuk akal. Para pemimpin dari seniman-seniman tersebut antara lain Salvador Dali dari Spanyol, dan Rene Margrite serta Paul Delvaux dari Belgia.

Banyak pelukis surealis menggunakan representasi yang realistis, tapi meletakkan secara berdampingan objek-objek yang irasional. Dalam Magritte’s Pleasurekarya Rene Magritte sebagai contohnya, seorang gadis kecil mencabik-cabik seekor burung dengan giginya lalu menelannya hidup-hidup. Karya tersebut menggarisbawahi kejahatan umat manusia, sambil mempermainkan ketidakcocokan antara judul dan gambarannya. Dalam karya Dali, Apparition of Face and Fruit Dish on a Beach, buah-buahan pelengkap hidangan tampak menggentayang sebagai wajah, jembatan sebagai kalung kekang anjing dan pantai sebagai taplak meja, tergantung apa yang menjadi fokus penyimaknya.

Banyak surealis yang menjadi terpesona dengan mitos. Menurut Freud, mitos-mitos mengungkap belenggu kejiwaan yang tersembunyi dalam setiap manusia. Seperti halnya mimpi menampilkan gambaran-gambaran irasional yang mengungkap kejiwaan pemimpinya, mitos mengungkap kejiwaan semua umat manusia. Dalam lukisan Dali, Metamorphosis of Narcissus, sang seniman merujuk pada tokoh mitos Yunani kuno, Narcissus, yang mana adalah seorang anak muda yang jatuh cinta pada bayangannya sendiri dan dialih-bentukkan menjadi bunga yang cantik.

Mitos-mitos Yunani menarik para surealis karena metamorfosis (perubahan dari satu bentuk ke bentuk lain) adalah tema yang paling sering mereka ulang. Mitos-mitos juga menarik bagi surealis dikarenakan peran pentingnya bagi budaya-budaya non-barat. Dalam pandangan para pengikut Freud, peradaban barat berada dalam bahaya karena menceraikan kemanusiaan dari sifat alaminya. Secara luas dipercaya bahwa budaya-budaya non-barat lebih selaras dengan sifat dan dorongan-dorongan alami, yaitu dorongan yang diekspresikan melalui mitos-mitos dan seni kebudayaan tersebut. ***