Orang yang beriman kepada qada qadar apabila mendapat keberuntungan maka ia akan

Dengan beriman kepada qadha dan qadar, banyak hikmah yang amat berharga bagi kita dalam menjalani kehidupan dunia dan mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat. Hikmah tersebut antara lain:

1.Melatih diri untuk banyak bersyukur dan bersabar

Orang yang beriman kepada qadha dan qadar, apabila mendapat keberuntungan, maka ia akan bersyukur, karena keberuntungan itu merupakan nikmat Allah yang harus disyukuri. Sebaliknya apabila terkena musibah maka ia akan sabar, karena hal tersebut merupakan ujian

Artinya:”dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah( datangnya), dan bila ditimpa oleh kemudratan, maka hanya kepada-Nya lah kamu meminta pertolongan. ”( QS. An-Nahl ayat 53).

2.Menjauhkan diri dari sifat sombong dan putus asa

Orang yang tidak beriman kepada qadha dan qadar, apabila memperoleh keberhasilan, ia menganggap keberhasilan itu adalah semata-mata karena hasil usahanya sendiri. Ia pun merasa dirinya hebat. Apabila ia mengalami kegagalan, ia mudah berkeluh kesah dan berputus asa , karena ia menyadari bahwa kegagalan itu sebenarnya adalah ketentuan Allah.

Firman Allah SWT: lihat Al-Qur’an on line di google

Artinya: Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan

saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah.

Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum

yang kafr. (QS.Yusuf ayat 87)

Sabda Rasulullah: yang artinya” Tidak akan masuk sorga orang yang didalam hatinya ada sebiji sawi dari sifat kesombongan.”( HR. Muslim)

3.Memupuk sifat optimis dan giat bekerja

Manusia tidak mengetahui takdir apa yang terjadi pada dirinya. Semua orang tentu menginginkan bernasib baik dan beruntung. Keberuntungan itu tidak datang begitu saja, tetapi harus diusahakan. Oleh sebab itu, orang yang beriman kepada qadha dan qadar senantiasa optimis dan giat bekerja untuk meraih kebahagiaan dan keberhasilan itu.

Firaman Allah: lihat Al-Qur’an on line di google

Artinya : Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS Al- Qashas ayat 77)

4.Menenangkan jiwa

Orang yang beriman kepada qadha dan qadar senangtiasa mengalami ketenangan jiwa dalam hidupnya, sebab ia selalu merasa senang dengan apa yang ditentukan Allah kepadanya. Jika beruntung atau berhasil, ia bersyukur. Jika terkena musibah atau gagal, ia bersabar dan berusaha lagi. lihat Al-Qur’an on line di google

Artinya : Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang tenang lagi diridhai-Nya. Maka masuklah kedalam jamaah hamba- hamba-Ku, dan masuklah kedalam sorga-Ku.( QS. Al-Fajr ayat 27-30)

http://hbis.wordpress.com/2007/12/10/iman-kepada-qadha-dan-qadar/

PENGERTIAN AKIDAH SERTA IMAN KEPADA QADA DAN QADAR Akidah berasal dari kata ‘aqada-ya’qidu-‘aqdan yang berarti simpul, ikatan, dan perjanjian yang kokoh dan kuat. Selanjutnya akidah sering disebut sebagai ‘aqidatan yang berarti kepercayaan atau keyakinan. Oleh karena itu, kaitan antara ‘aqdan dan ‘aqidatan adalah bahwa keyakinan itu tersimpul dan tertambat dengan kokoh dalam hati, bersifat mengikat, dan mengandung perjanjian.

Sedangkan arti akidah secara etimologi adalah ikatan atau sangkutan. Disebut demikian, karena ia mengikat dan menjadi sangkutan atau tempat bergantung bagi segala sesuatu. Ikatan akidah tidak boleh dibandingkan dengan ikatan jasmani yang dilihat secara zahir karena akidah merupakan satu ikatan rohani yang kukuh dan abstrak antara Pencipta dan makhluk ciptaan-Nya. Sedangkan pengertian akidah menurut istilah adalah keyakinan hati dan pembenaran terhadap sesuatu.

Dalam pengertian teknis, akidah berarti iman atau keyakinan. Maka dari itu, akidah dikaitkan dengan rukun iman yang menjadi asas seluruh ajaran Islam sehingga kedudukan akidah dalam Islam adalah sangat sentral dan fundamental. Akidah juga berarti janji. Maksudnya ialah akidah merupakan janji kita pada Allah SWT. Jika akidah kita luntur, berarti luntur pula janji kita pada Allah SWT. Oleh karena itu, kita harus selalu memegang teguh akidah sebagai perwujudan janji kepada Allah SWT.

Di sisi lain, pengertian akidah juga dapat ditinjau secara terminologis, seperti diungkapkan oleh Hasan al-Banna dalam Majmu ‘ar-Rasaail, yakni :

“Aqaid (bentuk jamak dari ‘aqidah) adalah beberapa perkara yang wajib diyakini

kebenarannya oleh hati, mendatangkan ketenteraman jiwa, menjadi keyakinan yang tidak tercampur sedikitpun dengan keragu-raguan.”

Selain itu, Abu Bakar Al-jazairi dalam kitab ‘Aqidah al-Mukmin, menyatakan bahwa : “Aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara mudah oleh manusia berdasarkan akal, wahyu (yang didengar), dan fitrah. Kebenaran itu dipatrikan dalam hati dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu.”

Arti : Dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya Al-Quran itulah yang hak dari Rabbmu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya dan

sesungguhnya Allah adalah Pemberi Petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus.

Seperti yang telah disebutkan di atas, akidah ditautkan dengan Rukun Iman sebagai pokok- pokok ajaran Islam. Rukun Iman ada enam, yaitu :

1. Iman kepada Allah SWT 2. Iman kepada malaikat-malaikat 3. Iman kepada kitab-kitab Allah 4. Iman kepada para rasul

5. Iman kepada hari kiamat 6. Iman kepada qada dan qadar

Firman Allah yang menegaskan hal tersebut terdapat dalam Al Qur’an surat Al Kahfi ayat 29, yakni :

Arti : Dan katakanlah: Kebenaran itu datangnya dari Rabbmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir.

Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang-orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.

Allah juga berfirman dalam surat Al Baqarah ayat 285 sebagai berikut :

Arti : Rasul telah beriman kepada Al-Quran yang diturunkan kepadanya dari Rabbnya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat- malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya, dan mereka mengatakan: Kami dengar dan kami taat. (Mereka berdoa): Ampunilah kami ya Rabb kami dan kepada Engkaulah tempat kembali.

Dalam pembahasan kali ini, hanya akan dibahas mengenai iman kepada qada dan qadar. Beriman kepada qada dan qadar merupakan salah satu rukun iman di mana kita wajib mengimaninya agar iman kita menjadi sah dan sempurna. Ibnu Abbas pernah berkata, “Qadar adalah nidzam (aturan) tauhid. Barangsiapa yang mentauhidkan Allah dan beriman kepada qadar, maka tauhidnya sempurna. Dan barangsiapa yang mentauhidkan Allah dan mendustakan qadar, maka dustanya merusakkan tauhidnya” (Majmu’ Fataawa Syeikh Al- Islam).

Sebelum membahas lebih lanjut mengenai iman kepada qada dan qadar, terlebih dahulu akan dibahas mengenai qada dan qadar itu sendiri. Qada menurut bahasa berarti hukum, perintah, memberikan, menghendaki, dan menjadikan. Sedangkan qadar berarti batasan atau

menetapkan ukuran.

Secara etimologi, qada dapat diartikan sebagai pemutusan, perintah, dan pemberitaan. Imam az-Zuhri berkata, “Qadha secara etimologi memiliki arti yang banyak. Dan semua pengertian yang berkaitan dengan qadha kembali kepada makna kesempurnaan….” (An-Nihayat fii

Ghariib al-Hadits, Ibnu Al-Atsir). Sedangkan qadar berasal dari kata qaddara, yuqaddiru, taqdiiran yang berarti penentuan.

Dari sudut terminologi, qadha adalah pengetahuan yang lampau, yang telah ditetapkan oleh Allah SWT pada zaman azali. Adapun qadar adalah terjadinya suatu ciptaan yang sesuai dengan penetapan (qadha). Sedangkan arti terminologis qada dan qadar menurut Ar-Ragib ialah :

”Qadar ialah menentukan batas (ukuran) sebuah rancangan; seperti besar dan umur alam semesta, lamanya siang dan malam, anatomi dan fisiologi makhluk nabati dan hewani, dan lain-lain; sedang qada ialah menetapkan rancangan tersebut.”

Atau secara sederhana, qada dapat diartikan sebagai ketetapan Allah yang telah ditetapkan tetapi tidak kita ketahui. Sedangkan qadar ialah ketetapan Allah yang telah terbukti dan diketahui sudah terjadi. Dapat pula dikatakan bahwa qada adalah ketentuan atau ketetapan, sedangkan qadar adalah ukuran. Dengan demikian yang dimaksud dengan qada dan qadar atau takdir adalah ketentuan atau ketetapan Allah menurut ukuran atau norma tertentu. Firman Allah mengenai qada dan qadar terdapat dalam surat Al Ahzab ayat 36, yaitu : Arti : Dan tidakkah patut bagi laki-laki yang mumin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mumin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.

Selain itu, Allah juga berfirman dalam surat Al Qamar ayat 49, yakni : Arti : Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.

Beriman kepada qada dan qadar berarti mengimani rukun-rukunnya. Iman kepada qada dan qadar memiliki empat rukun, antara lain :

 Ilmu Allah SWT

Beriman kepada qada dan qadar berarti harus beriman kepada Ilmu Allah yang merupakan deretan sifat-sifat-Nya sejak azali. Allah mengetahui segala sesuatu. Tidak ada makhluk sekecil apa pun di langit dan di bumi ini yang tidak Dia ketahui. Dia mengetahui seluruh makhluk-Nya sebelum mereka diciptakan. Dia juga mengetahui kondisi dan hal-hal yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi di masa yang akan datang.

 Penulisan Takdir

Sebagai mukmin, kita harus percaya bahwa segala sesuatu yang terjadi, baik di masa lampau, masa kini, maupun masa yang akan datang, semuanya telah dicatat dalam Lauh Mahfuzh dan tidak ada sesuatu pun yang terlupakan oleh-Nya.

 Masyi’atullah (Kehendak Allah) dan Qudrat (Kekuasaan Allah)

Seorang mukmin yang telah mengimani qada dan qadar harus mengimani masyi`ah

terjadi meskipun manusia tidak menginginkannya. Begitu pula sebaliknya, apa pun yang tidak dikehendaki pasti tidak akan terjadi meskipun manusia memohon dan menghendakinya. Hal ini bukan dikarenakan Allah tidak mampu melainkan karena Allah tidak

menghendakinya.

 Penciptaan Allah

Ketika beriman terhadap qada dan qadar, seorang mukmin harus mengimani bahwa Allah-lah pencipta segala sesuatu, tidak ada Khaliq selain-Nya dan tidak ada Rabb semesta alam ini selain Dia.

Inilah empat rukun beriman kepada qada dan qadar yang harus diyakini setiap muslim. Maka, apabila salah satu di antara empat rukun ini diabaikan atau didustakan, niscaya kita tidak akan pernah sampai kepada gerbang keimanan yang sesungguhnya. Sebab, mendustakan rukun-rukun tersebut berarti merusak bangunan iman terhadap qada dan qadar dan ketika bangunan iman itu rusak, maka hal tersebut juga akan menimbulkan kerusakan pada bangunan tauhid itu sendiri.

Ada empat macam takdir, antara lain : 1. Takdir Umum (Takdir Azali)

Takdir mengenai segala sesuatu yang ditetapkan sebelum penciptaan langit, bumi, dan seluruh isinya.

1. Takdir Umuri

Takdir yang diberlakukan atas manusia pada masa awal penciptaannya dan bersifat umum. Meliputi rizki, ajal, kebahagiaan, dan kesengsaraan.

1. Takdir Samawi

Takdir yang dicatat pada malam Lailatul Qadar setiap tahun. 1. Takdir Yaumi

Takdir yang dikhususkan untuk semua peristiwa yang akan terjadi dalam satu hari, mulai dari penciptaan, rizki, menghidupkan, mematikan, mengampuni dosa, menghilangkan kesusahan, dan sebagainya.

Allah berfirman dalam surat Ar Rad ayat 11 :

Arti : Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.

Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa akidah Islam yang terangkum dalam Rukun Iman merupakan landasan bagi setiap umat Islam dalam mempelajari dan

mengimplementasikan agama Islam dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, penerapan akidah yang baik dan benar dapat mendatangkan manfaat bagi kita, misalnya memberikan ketenteraman jiwa, mewujudkan kehidupan yang baik, melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen serta dapat meningkatkan ketaqwaan kita terhadap Allah SWT.