Jika pemerintah terlalu banyak mencetak uang maka apakah yang terjadi pada harga produk

WHO Sebut Pandemi COVID-19 Segera Berakhir, Tanda-Tandanya?

Show

Oleh Azwar Anas pada 28 Jan 2016, 16:30 WIB

Diperbarui 28 Jan 2016, 16:30 WIB

Jika pemerintah terlalu banyak mencetak uang maka apakah yang terjadi pada harga produk

Perbesar

Agar terbebas dari kemiskinan kenapa sebuah negara tidak mencetak uang sebanyak-banyaknya?

Citizen6 Jakarta Masalah perekonomian di Indonesia seringkali diberitakan memburuk. Indonesia pun dari dulu merdeka masih menjadi negara berkembang, belum beranjak menjadi negara maju.

Karena masalah ini, seringkali kita berfikir kenapa Indonesia tidak mencetak uang yang banyak agar bisa membayar semua hutang dan membiayai negara secara menyeluruh, juga agar Indonesia terbebas dari kemiskinan? Tapi ternyata, mencetak uang sebanyak-banyaknya bukanlah solusi untuk mengatasi perekonomian Indonesia.

  • 6 Hal Ini Diketahui oleh Pilot, tapi Tak Disadari Penumpang Pesawat

Pasalnya, jika uang dicetak terlalu banyak, maka otomatis penduduk akan memegang banyak uang. Dengan begitu, kemampuan membeli kita tinggi dan barang yang akan kita beli menjadi berkurang. Banyaknya uang yang beredar akan menyebabkan inflasi. Yaitu kenaikan harga barang dan penurunan nilai mata uang.

Banyaknya uang yang beredar akan menyebabkan harga menyesuaikan naik, sehingga uang menjadi kurang berharga dan semakin tidak berharga karena jumlahnya terlalu banyak.

Oleh karena itu, pemerintah mencetak uang disesuaikan dengan kebutuhan. Tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit, agar tidak terjadi inflasi.

Negara mana sajakah yang pernah mencetak uang terlalu banyak? Selengkapnya baca di sini

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini


**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6

  • Jika pemerintah terlalu banyak mencetak uang maka apakah yang terjadi pada harga produk
    Azwar AnasAuthor
  • Jika pemerintah terlalu banyak mencetak uang maka apakah yang terjadi pada harga produk
    Karmin WinartaEditor

TOPIK POPULER

POPULER

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4
  • 5
  • 6
  • 7
  • 8
  • 9
  • 10

Berita Terbaru

Berita Terkini Selengkapnya

Home Market Berita Market

Jika pemerintah terlalu banyak mencetak uang maka apakah yang terjadi pada harga produk

Foto: Pengunjung melihat Uang Rupiah Kertas Tahun Emisi 2022 (Uang TE 2022) dalam acara Festival Rupiah Berdaulat Bank Indonesia (FERBI) 2022 di Jakarta, Jumat (19/8/2022). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) melaporkan bahwa utang pemerintah Indonesia kepada negara-negara luar (ULN) mengalami penurunan. Penurunan ULN itu terjadi selama empat bulan beruntun.

Berdasarkan catatan BI ULN pada akhir Juni sebesar US$ 403 miliar atau sekitar Rp 5.919 triliun (kurs Rp 14.688/US$). Jumlah tersebut turun dari bulan sebelumnya yang lebih dari US$ 406 miliar.

Jika dilihat secara kuartalan, ULN pada kuartal II-2022 mengalami kontraksi sebesar 2,33% dari kuartal I-2022. Sementara jika dilihat dari kuartal II-2021, kontraksi tercatat sebesar 3,4% (year-on-year/yoy), lebih besar dari kuartal sebelumnya yang mengalami kontraksi 0,9% (yoy).

Pada pekan lalu pemerintah baru saja menerbitkan uang emisi tahun 2022. Lalu mengapa pemerintah tidak mencetak uang saja demi membayar utang? Berikut jawabannya, seperti yang dikutip dari detik.com:

Muncul Utang
Secara teknik, ketika pemerintah mencetak uang, maka dalam neraca pemerintah juga akan muncul 'kewajiban' berupa utang, seperti dikutip dari Rerangka Dasar Akuntansi Berdasarkan Syariah oleh Ihda Arifin Faiz.

Apabila uang yang dicetak tidak ditopang komoditas, maka pertambahan neraca pemerintah di sisi aset dengan bertambahnya uang menjadi ilusi semata. Sebab, faktanya, pemerintah tidak punya apa-apa untuk membayar utang tersebut.

Kondisi ini salah satunya terjadi di Argentina. Negara ini mencetak uang baru dengan nilai 54% dari pendapatannya, lalu naik jadi 86% pada tahun 1985-1990. Alhasil, nilai peso terus melemah dan tidak stabil. Masyarakat akhirnya tidak percaya peso dan mulai pindah ke mata uang dolar AS.

Nilai Uang Tidak Berarti
Jika makin banyak uang yang beredar tidak diikuti dengan makin banyak barang yang ada di pasar, maka harga barang tersebut naik lebih tinggi karena jadi lebih langka dan dicari. Alhasil, nilai uang yang sudah dicetak banyak malah jadi tidak berarti.

Inflasi
Inflasi muncul saat penggunaan uang tidak ditopang komoditas. Contoh, Inggris dan Jerman merasakan inflasi ini saat negaranya tidak ditopang emas sekitar awal 1900-an, namun mencetak uang demi membiayai perang.

Pada 1914, Bank of England menerbitkan uang kertas dengan pertumbuhan 41,2% untuk membiayai kebutuhan perang. Alhasil, inflasi naik jadi 13,5%.

Kondisi inflasi juga terjadi di Jerman saat masa Perang Dunia I. Kebutuhan dana yang besar untuk perang membuat Jerman meninggalkan emas sebagai mata uang Mark. Alhasil, harga komoditas naik pada 1923.

Harga sepotong roti saat perang di Jerman bahkan mencapai 200 miliar Mark. Ibu-ibu Jerman saat itu menjadikan uang kertas Mark sebagai bahan bakar karena nilainya lebih rendah dari kayu bakar.

Nah, itu dia penyebab kenapa negara tidak mencetak uang sebanyak-banyaknya agar bebas utang. Alih-alih bebas, pencetakan uang yang tidak terkendali justru membuat utang negara bertambah dan harga barang naik di mana-mana. 


(vap/vap)

TAG: cetak uang bayar utang