Jelaskan pesan-pesan yang terdapat pada ayat dan hadis yang berhubungan dengan toleransi

Jelaskan pesan-pesan yang terdapat pada ayat dan hadis yang berhubungan dengan toleransi
Hari Toleransi Internasional diperingati setiap 16 November. Pesan bijak untuk saling menghargai dan menghormati pun bergaung. (Foto: Istimewa).

Kastolani Selasa, 17 November 2020 - 12:15:00 WIB

JAKARTA, iNews.id - Tanggal 16 November 2020 diperingati sebagai Hari Toleransi Internasional. Jauh sebelum ditetapkan hari toleransi, Islam sudah mengajarkan pentingnya menjaga perbedaan. Sebab, manusia diciptakan bebeda-beda baik suku, agama, ras maupun budaya.

Allah SWT berfirman:

BACA JUGA:
Hari Toleransi Internasional, Ini Pesan Bijak Polri hingga BI

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. Al Hujurat: 13)

BACA JUGA:
BPIP: Penguatan Literasi, Kunci Hadapi Intoleransi

Ibnu Katsir menerangkan Allah SWT menceritakan kepada manusia bahwa Dia telah menciptakan mereka dari diri yang satu dan darinya Allah menciptakan istrinya, yaitu Adam dan Hawa, kemudian Dia menjadikan mereka berbangsa-bangsa. Pengertian bangsa dalam bahasa Arab adalah sya bun yang artinya lebih besar daripada kabilah, sesudah kabilah terdapat tingkatan-tingkatan lainnya yang lebih kecil seperti fasa-il (puak), asya-ir (Bani), ama-ir, Afkhad, dan lain sebagainya.

Menurut suatu pendapat, yang dimaksud dengan syuub ialah kabilah-kabilah yang non-Arab. Sedangkan yang dimaksud dengan kabilah-kabilah ialah khusus untuk bangsa Arab, seperti halnya kabilah Bani Israil disebut Asbat. Keterangan mengenai hal ini telah kami jabarkan dalam mukadimah terpisah yang sengaja kami himpun di dalam kitab Al-Asybah karya Abu Umar ibnu Abdul Bar, juga dalam mukadimah kitab yang berjudul Al-Qasdu wal Umam fi Marifati Ansabil Arab wal Ajam. Pada garis besarnya semua manusia bila ditinjau dari unsur kejadiannya —yaitu tanah liat— sampai dengan Adam dan Hawa a.s. sama saja. Sesungguhnya perbedaan keutamaan di antara mereka karena perkara agama, yaitu ketaatannya kepada Allah dan Rasul-Nya. Karena itulah sesudah melarang perbuatan menggunjing dan menghina orang lain.

BACA JUGA:
BPIP : Toleransi dan Inovasi Kata Kunci Indonesia Maju

Dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Pelajarilah nasab-nasab kalian untuk mempererat silaturahmi (hubungan keluarga) kalian, karena sesungguhnya silaturahmi itu menanamkan rasa cinta kepada kekeluargaan, memperbanyak harta, dan memperpanjang usia".

Hadis lain tentang toleransi yakni:

قَالَ مُسْلِمٌ، رَحِمَهُ اللَّهُ: حَدَّثَنَا عَمْرٌو النَّاقِدُ، حَدَّثَنَا كَثِير بْنُ هِشَامٍ، حَدَّثَنَا جَعْفَرِ بْنِ بُرْقَانَ، عَنْ يَزِيدَ بْنِ الْأَصَمِّ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ اللَّهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ، وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ".

Imam Muslim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Amr An-Naqid, telah menceritakan kepada kami Kasir ibnu Hisyam, telah menceritakan kepada kami Jafar ibnu Barqan, dari Yazid ibnul Asam, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada rupa kalian dan harta kalian, tetapi Dia memandang kepada hati dan amal perbuatan kalian. Ibnu Majah meriwayatkan hadis ini dari Ahmad ibnu Sinan, dari Kasir ibnu Hisyam dengan sanad yang sama. Dalam hadis lain disebutkan

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا وَكِيعٌ، عَنْ أَبِي هِلَالٍ، عَنْ بَكْرٍ، عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ: أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَهُ: "انْظُرْ، فَإِنَّكَ لَسْتَ بِخَيْرٍ مِنْ أَحْمَرَ وَلَا أَسْوَدَ إِلَّا أَنْ تَفْضُلَهُ بِتَقْوَى

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Waki, dari Abu Hilal, dari Bakar, dari Abu Zarr.a. yang mengatakan bahwa sesungguhnya Nabi Saw. pernah bersabda kepadanya: Perhatikanlah, sesungguhnya kebaikanmu bukan karena kamu dari kulit merah dan tidak pula dari kulit hitam, melainkan kamu beroleh keutamaan karena takwa kepada Allah.
Imam Ahmad meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda:

"النَّاسُ لِآدَمَ وَحَوَّاءَ، طَفَّ الصَّاعُ لَمْ يَمْلَئُوه، إِنَّ اللَّهَ لَا يَسْأَلُكُمْ عَنْ أَحِسَابِكُمْ وَلَا عَنْ أَنْسَابِكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عند الله أتقاكم".

Artinya: Manusia itu berasal dari Adam dan Hawa mempunyai martabat yang sama. Sesungguhnya Allah tidak menanyai kedudukan kalian dan tidak pula nasab kalian di hari kiamat nanti. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa."

Islam pun mengajarkan umatnya untuk berlaku lurus dan toleran karena perbuatan itu sangat disukai Allah.
Rasulullah SAW bersabda:

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قِيلَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الْأَدْيَانِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ قَالَ الْحَنِيفِيَّةُ السَّمْحَةُ

Dari Ibnu Abbas, ia berkata; Ditanyakan kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam; "Agama manakah yang paling dicintai oleh Allah?" maka beliau bersabda: "Al Hanifiyyah As Samhah (yang lurus lagi toleran) " (HR. Ahmad) [No. 2003 Al Alamiah]

Selain menghormati perbedaan warna kulit, bahasa dan budaya, Islam juga menghargai perbedaan dalam soal akidah atau keyakinan. Sebagaimana Firman Allah SWT:
لَكُمْ دِيْنُكُمْ وَلِيَ دِيْنِ

Untukmulah agamamu, dan untukkulah agamaku (QS. AL Kaafirun: 6)

Rasulullah SAW berlepas diri dari mereka dalam semua yang mereka kerjakan; karena sesungguhnya seorang hamba itu harus mempunyai Tuhan yang disembahnya dan cara ibadah yang ditempuhnya. Rasul dan para pengikutnya menyembah Allah sesuai dengan apa yang telah diperintahkan oleh-Nya. Untuk itulah maka kalimah Islam ialah Tidak ada Tuhan selain Allah, Muhammad adalah utusan Allah.

Dengan kata lain, tiada yang berhak disembah selain Allah, dan tiada jalan yang menuju kepada-Nya selain dari apa yang disampaikan oleh Rasulullah Saw. Sedangkan orang-orang musyrik menyembah selain Allah dengan cara penyembahan yang tidak diizinkan oleh Allah.

Karena itulah maka Rasulullah Saw. berkata kepada mereka, sesuai dengan perintah Allah Swt.: {لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ} Untuk kalianlah agama kalian dan untukkulah agamaku. (Al-Kafirun: 6)

Ayat tersebut semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: وَإِنْ كَذَّبُوكَ فَقُلْ لِي عَمَلِي وَلَكُمْ عَمَلُكُمْ أَنْتُمْ بَرِيئُونَ مِمَّا أَعْمَلُ وَأَنَا بَرِيءٌ مِمَّا تَعْمَلُونَ
Jika mereka mendustakan kamu, maka katakanlah, "Bagiku pekerjaanku dan bagi kalian pekerjaan kalian. Kalian berlepas diri terhadap apa yang aku kerjakan dan akupun berlepas diri terhadap apa yang kalian kerjakan.” (Yunus: 41)

Dan firman Allah Swt.: لَنا أَعْمالُنا وَلَكُمْ أَعْمالُكُمْ bagi kami amalan kami dan bagi kalian amalan kalian. (Al-Baqarah: 139)

Wallahu A'lam Bishowab.

Sumber: Tafsir Ibnu Katsir Surat Al Ahzaab dan Al Kaafirun


Editor : Kastolani Marzuki

TAG : Hari Toleransi Sedunia toleransi toleransi beragama

Jelaskan pesan-pesan yang terdapat pada ayat dan hadis yang berhubungan dengan toleransi

tirto.id - Hadis tentang toleransi antar umat beragama disampaikan Nabi Muhammad SAW untuk memelihara kerukunan masyarakat. Tidak diragukan lagi, Islam menjunjung tinggi prinsip toleransi selama tidak tercampur dalam perkara iman dan akidah terhadap Allah SWT.

Perbedaan dan keberagaman ras, agama, budaya, suku, bahasa, dan warna kulit adalah fitrah umat manusia. Sebagai ajaran moderat (ummatan wasatha), Islam memegang erat nilai toleransi dan menghargai perbedaan-perbedaan tersebut.

Keragaman atribut manusia itu tergambar dalam surah Al-Hujurat ayat 13:

"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal," (QS. Al-Hujurat [49]: 13).

Dalam Islam, toleransi dikenal dengan istilah tasamuh atau tenggang rasa. Pengertiannya adalah sikap menghargai dan menghormati perbedaan antarsesama manusia, sebagaimana dilansir Kemdikbud.

Baca juga:

  • Khutbah Jumat Singkat Hari Ini: Indahnya Toleransi dalam Islam
  • Ayat-Ayat Al Quran Tentang Toleransi dan Dalil Tasamu dalam Islam

Islam adalah agama yang diridai Allah SWT karena berada di posisi tengah, moderat, lurus, dan toleran terhadap sesama manusia. Hal itu tergambar dalam hadis riwayat Abdullah bin Abbas berikut:

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قِيلَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الْأَدْيَانِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ قَالَ الْحَنِيفِيَّةُ السَّمْحَةُ

"Dari Ibnu Abbas, ia berkata: 'Ditanyakan kepada Rasulullah SAW, 'Agama manakah yang paling dicintai oleh Allah?', maka beliau bersabda: 'Al-hanifiyyah as-samhah atau agama yang lurus lagi toleran [maksudnya agama Islam]," (HR. Ahmad).

Toleransi Islam menitikberatkan pada kualitas diri individu, alih-alih pada tampilan eksternal, mulai dari ciri fisik, warna kulit, hingga kekayaan seseorang. Yang paling penting dalam Islam adalah iman dan takwa muslim tersebut:

حَدَّثَنَا وَكِيعٌ، عَنْ أَبِي هِلَالٍ، عَنْ بَكْرٍ، عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ: أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَهُ: "انْظُرْ، فَإِنَّكَ لَسْتَ بِخَيْرٍ مِنْ أَحْمَرَ وَلَا أَسْوَدَ إِلَّا أَنْ تَفْضُلَهُ بِتَقْوَى

"Telah menceritakan kepada kami Waki, dari Abu Hilal, dari Bakar, dari Abu Zar [Al-Ghifari] yang mengatakan bahwa sesungguhnya Nabi SAW pernah bersabda kepadanya: 'Perhatikanlah, sesungguhnya kebaikanmu bukan karena kamu dari kulit merah dan tidak pula dari kulit hitam, melainkan kamu beroleh keutamaan karena takwa kepada Allah SWT," (H.R. Ahmad).

Meskipun Islam menjunjung tinggi toleransi, penghargaan yang diberikan Islam hanya sebatas urusan muamalah atau hubungan sesama manusia. Toleransi Islam tidak sampai ke batas akidah dan keimanan yang dianut umat agama lain.

Artinya, selama itu tidak mengotori atau mencemari kemurnian keyakinan terhadap Allah SWT, pintu toleransi dibuka seluas-luasnya. Batasan toleransi itu tergambar dalam Al-Quran surah Al-Kafirun.

Dalam hal ini, penurunan atau asbabun nuzul surah Al-Kafirun berkaitan dengan kokohnya tekad Nabi Muhammad SAW untuk berdakwah di Makkah. Tindakan itu mengganggu kaum kafir Quraisy sehingga mereka bermaksud menggagalkan dakwah beliau.

Sebagaimana dikutip dari buku Menyelami Makna Kewahyuan Kitab Suci (2009) yang ditulis Mahmud Arif, dinyatakan bahwa pemuka Quraisy, Umayyah bin Khalaf, Al-Walid bin Mughirah, dan Aswad bin Abdul Muthalib menegosiasi Nabi Muhammad SAW untuk saling menyembah Tuhan mereka.

Mereka berkata bahwa jika Rasulullah SAW berkenan menyembah Tuhan mereka (berhala) selama setahun, mereka pun akan menyembah Allah SWT setahun berikutnya.

Berkenaan atas hal itu, turunlah surah Al-Kafirun yang menyatakan لَكُمْ دِيْنُكُمْ وَلِيَ دِيْنِ "Lakum diinukum waliyadiin" atau "Untukmu agamamu, dan untukku agamaku," (QS. Al-Kafirun [109]: 6). Ayat tersebut menjelaskan bahwa toleransi tidak diizinkan jika menyangkut ritual peribadatan umat lain.

Islam menghargai agama-agama lain, namun toleransi itu jangan sampai menjadikan umat Islam ikut beribadah seperti orang-orang non-muslim.

Dalam perkara duniawi, toleransi merupakan prinsip muamalah yang sangat penting dalam Islam. Rasulullah SAW bahkan mengajak kaum muslimin untuk memudahkan urusan duniawi tanpa memandang perbedaan antarmanusia.

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ رَحِمَ اللَّهُ رَجُلًا سَمْحًا إِذَا بَاعَ وَإِذَا اشْتَرَى وَإِذَا اقْتَضَى.

Bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: “Allah merahmati orang yang memudahkan ketika menjual dan ketika membeli, dan ketika memutuskan perkara," (H.R. Bukhari).

Baca juga:

  • Arti Tasamuh dalam Islam, Dalil, Makna & Contohnya dalam Kehidupan
  • 9 Faktor Pendorong Perubahan Sosial: Budaya Lain hingga Toleransi

Baca juga artikel terkait TOLERANSI DALAM ISLAM atau tulisan menarik lainnya Abdul Hadi
(tirto.id - hdi/hdi)


Penulis: Abdul Hadi
Editor: Iswara N Raditya

Subscribe for updates Unsubscribe from updates