Jelaskan peranan Muhammadiyah dalam perkembangan Islam pada masa kemerdekaan Islam

MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA– Pada peringatan 76 tahun kemerdekaan Republik Indonesia, peran Muhammadiyah sebagai organisasi maupun kader-kadernya yang berbuat untuk kemerdekaan tidak bisa dikecilkan.

Demikian disampaikan oleh Prof. Dadang Kahmad, ketua PP Muhammadiyah dalam Catatan Akhir Pekan TVMU pada (19/8). Menurutnya, sejak awal berdirinya Muhammadiyah selalu ingin memperbaiki bangsa.

KH. Ahmad Dahlan mendirikan sekolah, beserta amal usaha lain tidak lain dan bukan adalah untuk kesejahteraan bangsa Indonesia. Prof. Dadang menyebut, keinginan Muhammadiyah mendirikan itu semua untuk perubahan dan perbaikan bangsa di tengah penjajahan.

“Apalagi waktu itu bangsa kita tidak diperhatikan oleh penjajah, bahkan diperas diambil sumber daya alam dan manusianya,” tuturnya

Usaha mencapai kemerdekaan bukan hanya dilakukan oleh Muhammadiyah secara organisasi, tapi juga melalui tokoh-tokohnya yang aktif bersinergi dan berjuang untuk kemerdekaan. Ia juga menegaskan bahwa, setelah kemerdekaan pun Muhammadiyah tetap berbuat yang terbaik untuk bangsa Indonesia.

Menurutnya, meski secara de jure Indonesia telah merdeka pada 17 Agustus 1945, namun keadilan belum dirasakan merata oleh seluruh bangsa Indonesia. Oleh karena itu, dirinya mengajak kepada seluruh warga – bangsa, termasuk yang tergabung dalam organisasi masyarakat supaya ikut serta mencapai keadilan yang dicita-citakan.

“Di sinilah kerja keras kita semua, singkirkanlah perbedaa-perbedaan yang melahirkan konflik dan permusuhan sehingga menghambat terhadap pembangunan, terhadap kemajuan bangsa ini,” ajaknya.

Prof. Dadang menyebut pesan persatuan yang ia serukan ini adalah sebuah usaha untuk menghadapi persoalan besar yang dihadapi banga ini. Berkaca dari sejarah, estafeta kepemimpinan di Indonesia sering terjadi melalui jalan yang terjal.

Dalam pembacaannya, pergantian kepemimpinan yang tidak ‘soft’ di tubuh bangsa Indonesia sejak zaman penjajahan sampai dengan era reformasi terus membekas di benak bangsa ini. Sehingga menciptakan watak atau karakter yang dilihat dan dirasakan pada medan politik Indonesia selama 10 tahun terakhir.

Kurniawati Alimi Sholihah (2009) Peranan Muhammadiyah dalam pergerakan nasional dan pendidikan nasional di Indonesia / Kurniawati Alimi Sholihah. Diploma thesis, Universitas Negeri Malang.

Full text not available from this repository.

Abstract

Muhammadiyah merupakan gerakan tajdid (pembaharuan). Organisasi ini didirikan tanggal 18 November 1912 di Yogyakarta yang kemudian dengan cepat menyebar keseluruh Indonesia. Muhammadiyah memiliki berbagai macam usaha diantaranya dalam bidang pendidikan kesehatan pembantu Kesehatan Oemat (PKO). Diantara semua bidang yang ada bidang pendidikanlah yang menjadi gerakan Muhammadiyah dari mulai berdirinya sampai sekarang. Salah satu dari kegiatan pendidikan ini adalah dengan mendirikan sekolah-sekolah Muhammadiyah di zaman Hindia Belanda dan Jepang yang memiliki dualisme sistem pendidikan pertama di Indonesia. Berdasarkan hal tersebut maka penulisan mengenai gerakan Muhammadiyah ini muncul beberapa permasalahan yaitu (1) Bagaimana Sejarah Berdirinya Muhammadiyah (2) Bagaimana Muhammadiyah dalam Pergerakan Nasional (3) Bagaimana Perkembangan Muhammadiyah Setelah Kemerdekaan (4) Bagaimana Pergerakan Muhammadiyah dalam Bidang Pendidikan . Penulisan mengenai Peranan Muhammadiyah dalam Pergerakan Nasional dan Pendidikan Nasional di Indonesia mengacu pada metode Historis metode induktif metode deduktif dan metode analisis komparatif. Setelah langkah tersebut dilakukan barulah peneliti melakukan penulisan sejarah pergerakan nasional Muhammadiyah. Muhammadiyah didirikan di tengah-tengah masyarakat Indonesia yang mayoritas memeluk agama Islam tapi masih banyak melakukan hal-hal syirik. Muhammadiyah didirikan tanggal 18 November 1912 oleh K.H Ahmad Dahlan. Ahmad Dahlan sebelum mendirikan organisasi Muhammadiyah mengajar di sekolah Budi Utomo sejak 1909. Beliau memberikan pelajran agama. Di zaman kolonial Belanda Muhammadiyah aktif dalam menjalankan kegiatan pembaharuan. Di bawah pimpinan K.H Ahmad Dahlan gerakan Muhammadiyah lebih mengutamakan jalan edukatif paedagogtis. Muhammadiyah di zaman pemerintahan kolonial Belanda mendirikan Panti Asuhan yatim dan Rumah Sakit dan juga Muhammadiyah mendirikan sekolah-sekolah Muhammadiyah. Pada zaman pendudukan Jepang Muhammadiyah melalui tokohnya K.H Mas Mansyur tergabung dalam empat serangkai. Dan juga banyak dari anggota Muhammadiyah yang ikut dalam tentara PETA salah satunya adalah Jenderal Sudirman. Di masa awal setelah kemerdekaan Muhammadiyah bersama para tokohnya ikut berperan dalam merumuskan Pancasila. dan pada era Orde lama Muhammadiyah aktif dalam partai politik Masyumi meski secara tegas Muhammadiyah mengatakan bahwa Muhammadiyah tidak berhubungan dengan partai politik tetap saja anggotanya aktif dalam partai politik. Dan pada akhirnya di era orde baru anggota-anggota Muhammadiyah ikut andil dalam mendirikan BKAM dan Parmusi. Muhammadiyah melalui Amien Rais telah mengantarkan bangsa Indonesia ke peradaban baru yaitu reformasi. Jauh sebelum bangsa Barat datang di Indonesia telah ada pendidikan yaitu pendidikan di pesantre. Setelah bangsa barat datang ke Indonesia mereka mendirikan sekolah-sekolah yang dikhususkan bagi golongan eropa aristokrat dan Timur Asing. Baru pada awal abad 20 bangsa Belanda mendirikan sekolah untuk pribumi dimana sekolah-sekolah tersebut dibentuk untuk dipekerjakan sebagai pegawai rendahan. Antara pendidikan Barat dan Pesantren ini saling menganggap rendah. hal inilah yang membuat K.H Ahmad Dahlan prihatin yang pada akhirnya beliau mendirikan sekolah yang kurikulumnya perpaduan antara pendidikan Barat dan pesantren. Berdasarkan hasil kajian dapat disarankan agar dilakukan kajian lebih lanjut mengenai masalah perkembangan amal usaha Muhammadiyah dari dulu sampai sekarang dan perkembangan organisasi Muhammadiyah dari daerah-daerah di Indonesia dari saat berdirinya sampai sekarang.

Actions (login required)

Jelaskan peranan Muhammadiyah dalam perkembangan Islam pada masa kemerdekaan Islam
View Item

Muhammadiyah merupakan salah satu organisasi Islam yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Muhammadiyah sangat berkontribusi besar dalam mencapai kemerdekaan Indonesia sehingga bangsa Indonesia dapat terlepas dari belenggu penjajahan. Hal tersebut disebabkan oleh terobosan-terobosan yang dilakukan oleh Muhammadiyah.

Dalam artikel ini akan membahas mengenai upaya yang dilakukan oleh Muhammadiyah sebagai ormas Islam dalam melakukan berbagai pembaharuan di segala bidang terutama bidang pendidikan. Seperti yang kita tahu bahwa pendidikan adalah salah satu “gudang” untuk menghasilkan orang-orang terpelajar yang dapat menentang dan berjuang memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan.

Latar Belakang Berdirinya Muhammadiyah

Muhammadiyah didirikan oleh Kiai Haji Ahmad Dahlan pada 18 November 1912. Organisasi ini didirikan di Yogyakarta tepatnya di kampung Kauman. Beliau mendirikan organisasi ini karena keprihatinannya terhadap agama Islam di Indonesia yang tidak sesuai dengan syariat Islam. Oleh karena itu, untuk meluruskan kembali ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW ini, Kiai Haji Ahmad Dahlan mendirikan organisasi ini sebagai aksi nyata beliau untuk umat Islam di Indonesia.

Faktor-faktor yang mendorong berdirinya Muhammadiyah sebagai berikut :

Hal ini didasarkan pada pemikiran subjektif Kiai Haji Ahmad Dahlan yang berkaitan dengan tuntutan seorang muslim untuk melakukan kebaikan dan mencegah keburukan sehingga didirikanlah Muhammadiyah sebagai wadah masyarakat untuk belajar agama, melakukan perkumpulan dengan orang-orang sholih serta dijadikan sebagai wadah untuk menyiarkan agama Islam di masyarakat.

Faktor ini didasarkan pada keadaan nyata yang terjadi di lingkungan masyarakat. pada faktor ini dibagi menjadi dua yaitu faktor internal dan eksternal.

Faktor internal disebabkan oleh keadaan di dalam masyarakat. Berdirinya Muhammadiyah ini disebabkan oleh keadaan umat Islam yang ada di Indonesia itu sendiri. Banyak umat Islam yang ada di Indonesia dalam melakukan kehidupan sehari-harinya jauh dari syariat Islam seperti melakukan bi’dah dan syirik. Hal tersebut jelas melanggar hukum Islam. Selain itu, banyak masyarakat khususnya muslim di Indonesia yang mengalami kemiskinan, kebodohan, dan kemunduran sehingga mendorong Kiai Haji Ahmad Dahlan melakukan pembaharuan umat Islam diIndonesia.

Faktor eksternal disebabkan oleh sesuatu hal yang terjadi di luar kehendak masyarakat. Berdirinya Muhammadiyah disebabkan oleh berbagai penyiksaan, penderitaan, dan kemunduran akibat penjajahan yang dilakukan oleh pihak kolonial Hindia-Belanda sehingga mendorong Kiai Haji Ahmad Dahlan untuk memerangi dan menentang hal tersebut melalui organisasi yang didirikannya. Selain itu, juga disebabkan oleh meluasnya penyebaran agama Nasrani di Indonesia dan kaum intelektual yang memandang bahwa ajaran agama Islam tidak dapat mengikuti perkembangan zaman.

Pendidikan sebagai Alat Muhammadiyah dalam Memperjuangkan Kemerdekaan

Muhammadiyah melakukan berbagai pembaharuan di bidang keagamaan, pendidikan, sosial, dan politik. Pada masa pergerakan nasional, pembaharuan-pembaharuan di segala bidang tersebut sangat membantu dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia. Salah satunya adalah upaya Muhammdiyah melakukan perjuangan melalui pendidikan.

Muhammdiyah sebagai organisasi yang fokus pada ajaran agama Islam dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dengan cara membangun pendidikan yang tidak jauh dari ciri khas agama Islam itu sendiri. Dalam membangun pendidikan, sekolah yang didirikan oleh Muhammdiyah berlandaskan pada ilmu pengetahuan yang akan membuat manusia mencapai kesempurnaan standar keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Selain itu, juga berlandaskan pada memerangi kebodohan sehingga menjadikan manusia yang berkualitas dan bermartabat.

Pembelajaran di sekolah yang didirikan oleh Muhammadiyah terdapat dua jenis yaitu pelajaran umum dan pelajaran agama. Hal tersebut merupakan perpaduan antara sistem pendidikan di sekolah Belanda dengan pesantren. Oleh karena itu, siswa yang menempuh pendidikan di Muhammdiyah tidak akan tertinggal dengan siswa yang menempuh pendidikan di sekolah Belanda maupun di pesantren. Bahkan, siswa yang menempuh pendidikan di Muhammdiyah mendapatkan ilmu pengetahuan yang sempurna karena tidak hanya ilmu pengetahuan umum saja, tetapi juga ilmu pengetahuan agama sehingga mampu mencetak generasi baru yang tidak hanya berilmu, tetapi juga berakhlak mulia. Alumni dari Muhammadiyah ini diharapkan mampu menjadi generasi terpelajar yang dapat menyumbangkan pemikiran-pemikiran untuk mengupayakan Indonesia lepas dari belenggu penjajahan.

Ilustrasi kaum priyayi dan bangsawan. Sumber: museumpendidikannasional.upi.edu/Ceppy Hasan Basri

Keberadaan Muhammadiyah telah membantu dan berkontribusi besar dalam memperjuangkan hak-hak kemanusiaan dan keadilan bagi pribumi. Hak-hak kemanusiaan dan keadilan tersebut terlihat dari pemerataan akses pendidikan bagi pribumi yang tidak mempunyai kesempatan belajar di sekolah yang didirikan oleh Belanda. Hal ini disebabkan oleh pendidikan di sekolah Belanda mayoritas merupakan golongan keturunan Eropa, bangsawan, dan priyayi. Untuk rakyat pribumi dari golongan bawah tidak mendapatkan akses pendidikan seluas golongan atas. Oleh karena itu, dari perjuangan tersebut Muhammadiyah mampu mencetak generasi terpelajar melalui pendidikan yang didirikannya. Selain itu, Muhammadiyah juga berani mengkritisi kebijakan-kebijakan pemerintah kolonial Hindia-Belanda dalam dunia pendidikan seperti menolak Lembaran Negara Nomer 550 Tahun 1905 tentang Ordonasi Pendidikan, Lembaran Negara Tahun Nomer 219 Tahun 1925 tentang Pengawasan Guru serta Lembaran Negara Nomer 494 dan 495 Tahun 1932 tentang Penutupan Sekolah Liar.

Pembaharuan dan tindakan tegas Muhammdiyah dalam dunia pendidikan di Indonesia memberi harapan besar untuk Indonesia melawan penjajahan melalui generasi terpelajar. Dan kehadiran pendidikan yang didirikan oleh Muhammadiyah ini mampu memberantas kebodohan karena pada masa penjajahan kolonial Hindia-Belanda tidak semua lapisan masyarakat dapat menimba ilmu di sekolah Belanda. Oleh karena itu, pendidikan yang didirikan oleh Muhammadiyah ini dapat menjadi salah satu “pedang” yang ampuh untuk memukul mundur penjajahan di Indonesia.

Anis, A. (2019). “Muhammadiyah dalam Penyebaran Islam”. Jurnal Mimbar: Media Intelektual Muslim dan Bimbingan Rohani, 5(2), 65-80.

Hanifah, A. (2020). “Peran Muhammadiyah dalam Menghadapi Kebijakan Pemerintah Hindia-Belanda Tahun 1912-1942 (Doctoral dissertation, UIN Raden Fatah Palembang).

Rusydi, R. (2016). “Peran Muhammadiyah (Konsep pendidikan, Usaha-usaha di Bidang Pendidikan, dan Tokoh)”. TARBAWI: Jurnal Pendidikan Agama Islam, 1(2), 139-148.