DOI: https://doi.org/10.51978/jlpp.v24i2.79 Keywords: kadar air, thermogravimetri, partikel, Suhu, Wadah
Kadar air adalah salah satu metode uji laboratorium kimia yang sangat penting dalam industri pangan untuk menentukan kualitas dan ketahanan pangan terhadap kerusakan yangmungkin terjadi . Pengukuran kadar air dalam bahan pangan dapat ditentukan dengan beberapa metode, yaitu: dengan metode pengeringan ( thermogravimeri ), metode destilasi ( thermovolumetri ), metode fisis dan metode kimiawi ( Karl Fischer Method ). Pada umumnya penentuan kadar air bahan pangan dilakukan dengan mengeringkan bahan dalam oven suhu 105-1100C selama 5 jam atau sampai diperoleh berat konstan. Metode ini dikenal dengan metode pengeringan atau metode thermogravimetri yang mengacu pada SNI 01-2354.2-2006. Pada metode penentuan kadar air secara Thermogravimetri ini terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi akurasi penentuan kadar air bahan, yaitu: Suhu dan kelembaban ( RH ) ruang kerja / laboratorium, Suhu dan tekanan udara pada ruang oven, Ukuran dan struktur partikel sampel, Ukuran wadah / botol timbang ( ratio diameter : tinggi ). Berdasarkan hal tersebut di atas, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengkaji faktor suhu dalam ruang oven, ukuran partikel sampel, serta bentuk wadah / botol timbang yang digunakan yang dapat mempengaruhi akurasi penentuan kadar air metode thermogravimetri. Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian iniadalah rancangan acak lengkap faktorial dengan beberapa faktor perlakuan : A = Suhu udara pada ruang oven (A1 = 100oC, A2 = 105oC, A3 = 110oC). B = Ukuran wadah / botol timbang (B1 = Cawan Porselin Diameter 5 cm : Tinggi 4,5 cm, Volume 50 ml, B2 = Cawan Porselin Diameter 4 cm : Tinggi 4 cm, Volume 30 ml, B3 = Cawan Porselin Diameter 4 cm : Tinggi 3,5 cm, Volume 25 ml. C = Ukuran partikel sampel (C1 = 50 mesh, C2 = 100 mesh,C3 = 120 mesh). Hasil Analisis menunjukkan perlakuan suhu dalam ruang oven, ukuran partikel sampel,ukuran wadah atau botol timbang berpengaruh nyata terhadap kadar air tepung ikan (p ˂ 0,05).
This Paper A short summary of this paper 37 Full PDFs related to this paper
Kadar air merupakan salah satu parameter
penentu mutu bahan. Dalam simplisia, menentukan tingkat keamanan untuk
disimpan. Dalam bahan makanan sangat mempengaruhi kualitas dan daya simpan. Selain
itu juga sebagai penentu dalam proses pengolahan maupun pendistribusian agar
ditangani secara tepat. Penentuan kadar air dalam suatu bahan dapat dilakukan
dengan beberapa metode yaitu metode pengeringan (dengan oven biasa), metode
destilasi, metode kimia dan metode khusus. Daya awet bahan pangan dapat
ditinjau dari kadar air, konsentrasi larutan, tekanan osmotik, kelembaban relatif
berimbang dan aktivitas air. Kandungan air dalam bahan pangan akan berubah-ubah
sesuai dengan lingkungannya, dan hal ini sangat erat hubungannya dengan daya
awet bahan pangan tersebut. Rincian metode penentuan kadar air sebagai berikut : Metode gravimetri Metode ini digunakan untuk penetapan kadar air dalam makanan dan minuman. Prinsipnya adalah kehilangan bobot pada pemanasan 105°C yang dianggap sebagai kadar air yang terdapat pada sampel. Prosedur penentuan kadar air secara gravimetri : sebanyak 1 – 2 g sampel dalam sebuah botol timbang bertutup yang sudah diketahui bobotnya ditimbang dengan seksama. Untuk sampel berupa cairan, botol timbang dilengkapi dengan pengaduk dan pasir kwarsa/kertas saring berlipat. Sampel dikeringkan dalam oven pada suhu 105°C selama 3 jam lalu didinginkan dalam desikator. Sampel ditimbang dan pekerjaan ini diulangi hingga diperoleh bobot tetap. w1 Kadar air (% v/b) = --------- x 100% w w = bobot sampel sebelum dikeringkan (dalam gram). w1 = kehilangan bobot setelah dikeringkan (dalam gram). Metode gravimetri ini mudah dan murah. Akan tetapi ada kelemahannya. Kelemahan metode gravimetri antara lain :
Solusi dari sebagian kelemahan metode ini agar proses penguapan air berjalan cepat serta menghindari terjadinya reaksi yang menyebabkan terbentuknya air maka pemanasan dapat dilakukan pada suhu yang lebih rendah dengan metode vakum. Cara ini akan diperoleh hasil yang lebih mencerminkan kadar air yang sebenarnya.
Destilasi kimia yang mempunyai titik didih lebih tinggi daripada air dan tidak campur dengan air serta mempunyai bobot jenis lebih rendah daripada air. Zat kimia yang dapat digunakan antara lain: toluen, xylen/xylol, benzen, tetrakloretilen.
sejumlah sampel yang telah dipotong-potong atau telah diserbuk dan mengandung kurang lebih 2-5 mL air ditimbang secara saksama lalu dimasukkan dalam labu destilasi dan ditambah dengan 75 mL toluen atau xilene. Labu destilasi dipasang pada alat destilasi khusus dengan penampung air menguap. Pemanasan destilasi diatur kira-kira ada 4 tetes toluen per detik yang jatuh dari pendingin. Destilasi dilanjutkan sampai semua air menguap dan air dalam penampung tidak bertambah lagi dalam waktu ± 1 jam. Volume air dibaca dan kadar air dihitung dengan rumus: volume air (ml) Kadar air (% v/b) = ------------------------- x 100% berat sampel (g) Cara destilasi ini baik untuk menentukan kadar air dalam zat yang mempunyai kandungan air kecil yang sulit ditentukan dengan cara gravimetri. Penentuan air dengan cara ini hanya memerlukan waktu ± 1 jam. Dengan cara destilasi, terjadinya oksidasi senyawa lipid maupun dekomposisi senyawa gula dapat dihindari sehingga penentuannya lebih tepat. Untuk sampel yang mengandung gula dan protein yang tinggi sering ditambah serbuk asbes ke dalam sampel dengan tujuan untuk menghindari terjadinya superheating yang dapat menyebabkan peruraian sampel. Untuk memperluas permukaan kontak dengan cairan kimia yang digunakan dan memperlancar terjadinya destilasi dapat ditambahkan tanah diatomae pada sampel yang telah digerus sebelum didestilasi. Metode Kimia Ada beberapa cara penentuan kadar air secara kimia, antara lain:
Rincian detail mengenai penentuan kadar air metode kimia akan saya sampaikan pada postingan berikutnya. Page 2 |