Fatahillah dengan gagah berani memimpin pasukannya untuk mengusir Portugis dari Sunda Kelapa

Mahmud Muhyidin

Warga menunggu perahu getek seusai melaksanakan Shalat Idul Adha di Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta Utara, Jumat (1/9).

Rep: Kamran Dikarma Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA --

Fatahillah menjadi tokoh Muslim yang memiliki peran penting dalam sejarah perjuangan Nusantara melawan bangsa penjajah. Ia adalah aktor yang berjasa mengusir Portugis dari pelabuhan perdagangan Sunda Kelapa, kemudian mengubah nama daerah tersebut menjadi Jayakarta, yang artinya kota kemenangan. Terdapat beberapa pendapat tentang riwayat atau asal usul Fatahillah. Beberapa kalangan mengatakan, ia berasal dari Pasai, Aceh Utara. Daerah yang akhirnya dikuasi Portugis tersebut membuat Fatahillah terpaksa meninggalkan Pasai, kemudian pergi ke Makkah. Setelah ke Makkah, ia pulang kembali ke  tanah Jawa, yakni Demak. Ada pula kalangan yang mengatakan, Fatahillah merupakan putra dari raja Makkah (Arab) yang menikah dengan putri raja Pajajaran. Pendapat hampir serupa menyebut Fatahillah dilahirkan pada 1448 dari pasangan Sultan Syarif Abdullah Maulana Huda, pembesar Mesir keturunan Bani Hasyim dari Palestina, dengan Nyai Rara Santang, putri dari raja Pajajaran, Raden Manah Rasa. Kendati cukup banyak pendapat tentang asal usulnya, Fatahillah diperkirakan menginjakkan kakinya di tanah Jawa pada 1525. Kala itu, ia juga telah menyadari adanya ancaman kehadiran Portugis yang telah difasilitasi oleh Kerajaan Pajajaran melalui perjanjian Padrao (1522). Menurut sejumlah sumber sejarah, raja Sunda menyambut hangat kedatangan bangsa Portugis. Saat itu Prabu Surawisesa telah naik takhta menggantikan ayahnya dan bangsa Portugis memanggilnya dengan sebutan "Raja Samio". Kala itu, raja Sunda menyepakati perjanjian persahabatan dengan raja Portugis dan memutuskan untuk memberikan tanah di mulut Ciliwung sebagai tempat berlabuh kapal-kapal mereka. Selain itu, raja Sunda berjanji jika pembangunan benteng sudah dimulai, maka dia akan menyumbangkan seribu karung lada kepada Portugis. Dengan kata lain, Sunda Kelapa memang berada di wilayah Kerajaan Pajajaran dan kerajaan tersebut bermaksud mengundang Portugis demi mengamankan eksistensinya atas apriori terhadap perkembangan Islam di pulau Jawa. Sedangkan, dalam sudut pandang Fatahillah, kehadiran Portugis di Sunda Kelapa adalah ancaman regional terhadap seluruh kerajaan di Nusantara, khususnya pulau Jawa. Hal tersebut yang menyebabkan Fatahillah mengerahkan armada perangnya untuk merebut Sunda Kelapa. Sebelum menuju Sunda Kelapa, Fatahillah yang berangkat dengan armada perang Demak, terlebih dulu menuju ke Kesultanan Cirebon guna menggabungkan kekuatan (aspek maritim). Setelah itu, armada Fatahillah menuju Banten, yang memang telah bergolak melawan Pajajaran. Tumbangnya Banten dari Pajajaran dan sebagian besar pemberontak di sana semakin menambah besar daya pukul kekuatan (fire power) armada Fatahillah. Pada 1526,  Alfonso d'Albuquerque mengirim enam kapal perang dibawah pimpinan Francisco de Sa menuju Sunda Kelapa. Kapal yang dikirim adalah jenis galleon yang berbobot hingga 800 ton dan memiliki 21-24 pucuk meriam. Armada itu diperkirakan membawa prajurit bersenjata lengkap sebanyak 600 orang. Pada tahun yang sama, Sultan Trenggono mengirimkan 20 kapal perang bersama 1.500 prajurit di bawah pimpinan Fatahillah menuju Sunda Kelapa. Armada perang Demak terdiri dari kapal tradisional jenis Lancaran dan Pangajawa yang ukurannya jauh lebih kecil dari galleon. Pada awal 1527, Fatahillah menggerakkan armadanya ke Sunda Kelapa. Sementara, pasukan Banten secara bertahap menduduki wilayah demi wilayah Pajajaran dari arah Barat. Pasukan Cirebon bergerak menguasai wilayah Pajajaran bagian Timur Jawa Barat. Dalam kondisi itu, Sunda Kelapa telah dipertahankan oleh Kerajaan Pajajaran secara kuat, baik di darat maupun laut.

Setelah melalui pertempuran sengit, pada 22 Juni 1527, armada perang yang dipimpin Fatahillah akhirnya berhasil menaklukkan pasukan Portugis. Pascakemenangan tersebut, Fatahillah didaulat menjadi gubernur di Sunda Kelapa. Fatahillah pun mengganti nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta, yang merupakan cikal bakal lahirnya kota Jakarta.

  • islam di indonesia
  • jejak islam indonesia

Fatahillah dengan gagah berani memimpin pasukannya untuk mengusir Portugis dari Sunda Kelapa

Senin, 31 Januari 2022 - 05:05 WIB

Suasana di Museum Fatahillah. Foto/Dok.SINDOphoto/Isra Triansyah

Jayakarta yang kini lebih dikenal dengan Jakarta, selalu melekat dengan kisah sejarah Fatahillah. Ulama besar penyebar Islam, dan panglima perang ini, dengan gagah berani memimpin penaklukkan Sunda Kelapa pada tahun 1527, dan mengganti namanya menjadi Jayakarta.

Baca juga: Sejarah Sunan Gunung Jati dan Jakarta, Beda Fatahillah dan Syarif Hidayatullah

Kisah keberanian dan kedigdayaan Fatahillah, atau dalam ejaan Portugis disebut Faletehan tersebut, tercatat dalam buku berjudul "Décadas da Ásia (Dekade-dekade dari Asia)" karya João de Barros.

Barros dalam laporan di bukunya tersebut, menyebutkan salah satu kapal brigantin armada Duarte Coelho yang terdampar di Sunda Kelapa, telah diserang oleh pasukan Islam yang dipimpin Fatahillah. Seluruh laskar Portugis di kapal tersebut tewas terbunuh.

Baca juga: Kisah Syekh Yusuf Al-Makassari, Pendakwah Besar yang Membuat Kompeni Belanda Tergetar

Fatahillah dengan gagah berani memimpin pasukannya untuk mengusir Portugis dari Sunda Kelapa

IJ Dhafi Quiz

Find Answers To Your Multiple Choice Questions (MCQ) Easily at ij.dhafi.link. with Accurate Answer. >>


Fatahillah dengan gagah berani memimpin pasukannya untuk mengusir Portugis dari Sunda Kelapa

Ini adalah Daftar Pilihan Jawaban yang Tersedia :

  1. Mataram
  2. Demak
  3. Sriwijaya
  4. Majapahit
Klik Untuk Melihat Jawaban

ij.dhafi.link Merupakan situs pendidikan pembelajaran online untuk memberikan bantuan dan wawasan kepada siswa yang sedang dalam tahap pembelajaran. mereka akan dapat dengan mudah menemukan jawaban atas pertanyaan di sekolah. Kami berusaha untuk menerbitkan kuis Ensiklopedia yang bermanfaat bagi siswa. Semua fasilitas di sini 100% Gratis untuk kamu. Semoga Situs Kami Bisa Bermanfaat Bagi kamu. Terima kasih telah berkunjung.

Ilustrasi Kunci Jawaban Kelas 4 Tema 5 Subtema 1 "Perjuangan Pahlawan Indonesia", Foto: Dok. biografiku.com

Kunci jawaban kelas 4 tema 5 buku tematik subtema 1 membahas tentang perjuangan para pahlawan di Indonesia. Setelah mempelajari materi ini, diharapkan para siswa dapat memahami perjuangan para pahlawan di masa lampau dan dapat meneladani perjuangan mereka.

Kunci jawaban ini diharapkan dapat digunakan secara bijak oleh orang tua dan guru yang ingin memeriksa jawaban siswa untuk kepentingan edukasi siswa. Berikut adalah kunci jawabannya yang akan dibahas secara jelas dan lengkap.

Kunci Jawaban Kelas 4 Tema 5 Subtema 1

1. Raja Purnawarman adalah raja dari kerajaan Tarumanegara. Contoh sikap kepahlawanan yang dimiliki Raja Purnawarman antara lain adalah ….

a. Berani menumpas para perompak yang meresahkan masyarakat

b. Tegas memberi pajak yang besar bagi semua rakyat kerajaannya

c. Membangun istana yang megah terbuat dari emas dan perak

d. Pantang menyerah menyerang kerajaan-kerajaan lain

2. Sultan Iskandar Muda merupakan sultan dari kesultanan Aceh. Berikut ini bentuk sikap kepahlawanan yang dimiliki beliau adalah …

a. Pantang menyerah menyatukan Nusantara

b. Memiliki paras gagah dan rupawan

c. Berjuang demi rakyat mengusir penjajah Portugis

d. Berperang demi memperluas kekuasaannya

3. Salah satu tokoh dari kerajaan Majapahit yang mempunyai tekad pantang menyerah untuk menyatukan Nusantara adalah ….

4. Salah satu pahlawan Indonesia yang berasal dari Yogyakarta yang memimpin perang Jawa melawan pemerintahan Hindia Belanda adalah ….

5. Fatahillah dengan gagah berani memimpin pasukannya untuk mengusir Portugis dari Sunda Kelapa. Dengan kemenangan itu nama Sunda Kelapa itu diganti dengan Jayakarta. Fatahillah adalah sosok pemberani yang berasal dari kerajaan ….

6. Pernyataan berikut ini yang merupakan sifat dari cahaya adalah ….

a. Dapat melewati semua benda padat

c. Terasa panas jika dipegang

7. Di rumah Bayu terdapat jendela kaca, saat siang hari sinar matahari mampu masuk ke ruangan melalui jendela kaca tersebut. Hal ini membuktikan bahwa cahaya dapat ….

c. Dipantulkan dengan mudah

8. Reni memasukkan sedotan ke dalam sebuah gelas. Ketika dilihat dari samping, sedotan itu nampak patah. Hal ini membuktikan bahwa cahaya mempunyai sifat ….

a. Bisa mematahkan benda padat

b. Dapat membuat sedotan menjadi patah

d. Dapat mengubah bentuk benda

9. Benda-benda di bawah ini yang dapat ditembus oleh cahaya adalah ….

a. Botol bening, kaca dan kertas tipis

b. Cermin, spion dan plastik tipis

d. Kain tipis, cermin dan genteng kaca

10. Sikap di bawah ini yang mencerminkan sila keempat Pancasila adalah ….

a. Berusaha menang sendiri ketika berpendapat

b. Mengutamakan kepentingan bersama daripada kepentingan pribadi

c. Tidak suka mendengarkan pendapat orang lain ketika musyawarah

d. Mengutamakan kepentingan keluarga daripada kepentingan masyarakat

11. Dika merupakan seorang ketua kelas. Pada kegiatan liburan nanti, Ia punya keinginan agar semua siswa berlibur ke pantai. Namun setelah diadakan musyawarah kelas, ternyata teman-temannya sepakat untuk pergi ke museum. Sikap yang sebaiknya diambil Dika adalah ….

a. Tetap mengajak semua siswa ke pantai karena ia adalah ketua kelas

b. Menghargai keputusan hasil musyawarah kelas

c. Mengancam teman-teman yang tidak setuju dengan pendapatnya

d. Membatalkan acara liburan karena tidak sesuai keinginannya

Bacalah cerita ini untuk mengisi soal nomor 12 dan 13!

Ani, Rina dan Ulfa tidak sengaja memecahkan pot bunga di depan kelas. Mereka berdua merasa takut jika dimarahi Bu Santi. Kemudian Bu Santi memanggil mereka dan menanyakan mengapa hal itu bisa terjadi. Mereka pun menjelaskan bahwa tadi mereka terpeleset ketika mau menyirami bunga.

Bu Santi pun tidak memarahi mereka, dan menyuruh mereka membersihkan pecahan potnya. Kemudian menasehati mereka agar lain kali lebih berhati-hati ketika menyirami bunga. Setelah kejadian itu, mereka bertiga berdiskusi tentang bagaimana cara mengganti pot yang telah rusak.

Kemudian mereka sepakat menyisihkan uang saku mereka untuk dikumpulkan membeli pot bunga yang baru. Mereka tidak ingin saling menyalahkan, siapa yang telah terpeleset lebih dahulu atau siapa yang menyenggol potnya hingga pecah. Setelah beberapa hari menyisihkan uang sakunya, akhirnya mereka berhasil membeli pot baru dan menyerahkannya kepada Bu Santi. Bu Santi pun senang melihat tanggung jawab para siswanya itu.

12. Sikap yang ditunjukan Bu Santi pada cerita di atas yang sesuai dengan sila keempat Pancasila adalah ….

a. Tegas memarahi siswa yang ceroboh

b. Bijak dalam menanggapi masalah siswanya

c. Mengutamakan kepentingan dirinya sendiri

d. Disiplin sehingga sangat ditakuti para siswa

13. Sikap Ani, Rina dan Ulfa di atas yang sesuai dengan sila keempat Pancasila adalah ….

a. Bersedia meminta maaf kepada Bu Santi

b. Menyembunyikan alasan yang sebenarnya

c. Berdiskusi menentukan siapa pelaku sebenarnya

d. Bermusyawarah untuk mengganti pot yang rusak

14. Menyelesaikan masalah dengan cara bermusyawarah bisa membuat keputusan yang diambil menjadi ….

a. Ditentang oleh banyak orang

b. Disepakati oleh semua pihak

c. Merugikan orang-orang yang diam saja

d. Menguntungkan ketua musyawarah

15. Lagu Maju Tak Gentar termasuk lagu yang bernada diatonis mayor, ciri-cirinya antara lain adalah ….

a. Mempunyai nada yang cepat

b. Bersifat riang gembira

c. Diawali dan juga diakhiri dengan nada La = A

d. Mempunyai pola interval 1, ½, 1, 1, ½, 1, 1

16. Lagu bertema kepahlawanan berikut ini yang bernada diatonis minor adalah ….

Rakyat adil makmur sentosa

Nilai baik yang terkandung dari lagu di atas antara lain adalah ….

a. Kita harus bisa membuat patung Garuda Pancasila

b. Rakyat akan adil dan makmur jika kita bisa membaca proklamasi

c. Setiap pemuda harus maju berperang

d. Kita harus rela berkorban demi membela negara

Demikianlah kunci jawaban kelas 4 tema 5 subtema 1 yang berisi mengenai perjuangan para pahlawan Indonesia. Semoga dapat digunakan secara baik dan bijak.