Ilustrasi bisnis. ©2014 Merdeka.com/shutterstock/violetkaipa
JATENG | 5 November 2020 19:15 Reporter : Ayu Isti Prabandari Merdeka.com - Dalam menjalankan sebuah bisnis, tentu terdapat berbagai macam tantangan dan risiko yang akan dihadapi. Terlebih lagi jika bisnis yang dijalankan dengan skala besar yang berbasis perusahaan. Dalam hal ini pemimpin perusahaan harus dapat mengelola dan mengatur setiap sumber daya yang dimiliki dengan baik sehingga dapat mencapai tujuan yang direncanakan. Untuk mengelola bisnis dengan baik, perlu menerapkan apa yang disebut dengan manajemen risiko. Manajemen risiko ini merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk melindungi perusahaan atau organisasi dari kemungkinan bahaya yang dapat terjadi di kemudian hari. Dalam hal ini meliputi perlindungan terhadap karyawan, properti, reputasi, dan berbagai hal penting yang dimiliki perusahaan. Terdapat beberapa cara manajemen risiko yang dapat diterapkan untuk mengatasi berbagai masalah yang akan terjadi. Bukan hanya itu, manajemen risiko juga dapat merencanakan upaya pencegahan sebagai antisipasi terhadap berbagai masalah. Jika manajemen risiko ini dapat diterapkan dengan baik, maka berbagai kemungkinan masalah atau hambatan dapat diminimalisir dan diatasi dengan lebih efektif. Cara manajemen risiko ini dapat dilakukan dengan beberapa tahap. Mulai dari identifikasi, assessment, respon, hingga evaluasi. Beberapa tahapan ini harus dilakukan secara berurutan untuk mempermudah antisipasi dan penanganan masalah. Dilansir dari situs Universitas Bina Nusantara, berikut beberapa cara manajemen risiko yang dapat dilakukan. 2 dari 6 halaman
© Rappler Cara manajemen risiko yang dilakukan pertama adalah identifikasi risiko. Tahap ini dilakukan untuk mengidentifikasi kemungkinan risiko yang akan terjadi atau dialami oleh perusahaan, organisasi, atau lembaga. Identifikasi kemungkinan risiko ini bisa meliputi berbagai aspek. Mulai dari aspek sosial, hukum, ekonomi, produk/jasa, pasar, hingga teknologi. Risiko dari berbagai aspek ini diidentifikasi dan dicatat berdasarkan kelompok atau kategori masing-masing. Dengan begitu, akan terlihat dengan jelas dan sistematis kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi dan dialami di kemudian hari. Identifikasi risiko ini menjadi salah satu upaya pencegahan untuk meminimalisir risiko yang akan dihadapi. 3 dari 6 halaman
Cara manajemen risiko berikutnya yaitu tahap asesmen risiko. Dalam tahap ini, perusahaan atau organisasi akan memberikan penilaian terhadap kemungkinan kerugian yang akan didapatkan. Bukan hanya pemimpin perusahaan atau organisasi, asesmen risiko ini juga harus dilakukan oleh individu di masing-masing bidangnya untuk turut menganalisis. Dengan menilai kerugian dari identifikasi masalah yang dapat terjadi, bisa memudahkan perusahaan dalam mengambil strategi penanganan yang baik dan efektif. Sehingga meskipun risiko kerugian tidak dapat dihindari, namun bisa lebih diminimalisir. Hal ini juga berguna untuk melakukan upaya bangkit dari masalah yang dihadapi. 4 dari 6 halaman ©2014 Merdeka.com/shutterstock/violetkaipa Cara manajemen risiko selanjutnya yaitu respon risiko. Sesuai dengan namanya, respon risiko dilakukan untuk memilih berbagai langkah atau cara yang dapat dilakukan dalam menangani masalah yang terjadi. Cara ini juga memudahkan pemimpin perusahaan dalam pengambilan kebijakan atau strategi untuk mengatasi situasi yang ada. Berikut adalah beberapa respon risiko yang dapat dilakukan :
5 dari 6 halaman
Cara manajemen risiko yang dapat dilakukan berikutnya yaitu tahap implementasi. Tahap ini tidak lain adalah melaksanakan seluruh metode yang telah direncanakan. Dengan melakukan setiap metode yang telah disusun dapat mengurangi dan menanggulangi pengaruh dari setiap risiko yang ada. Dalam penerapannya perlu dilakukan secara sistematis dan sesuai dengan rencana. Meskipun begitu, setiap tindakan yang dilakukan bisa disesuaikan dengan kondisi yang sedang terjadi. Sebab, tidak menutup kemungkinan terjadi berbagai situasi yang di luar dugaan. Dalam hal ini, pemimpin perusahaan harus peka dalam membaca keadaan sehingga dapat mengambil kebijakan yang tepat dan efektif. 6 dari 6 halaman ©2014 Merdeka.com/shutterstock/EDHAR Cara manajemen risiko yang terakhir adalah melakukan evaluasi dan review. Perencanaan yang telah disusun, bisa jadi dalam pelaksanaannya tidak berjalan sesuai target. Hal ini tentu saja mendapatkan pengaruh dari faktor lingkungan yang tidak dapat diprediksi sebelumnya. Tidak jarang, kondisi ini akan menyebabkan perubahan rencana manajemen risiko yang telah dibuat sebelumnya. Dengan begitu, meskipun telah dilakukan perencanaan manajemen risiko, hal ini tidak bersifat mutlak. Melainkan dapat berubah seiring waktu menyesuaikan dengan situasi yang terjadi. Maka dari itu, setiap pemimpin dan individu yang memiliki tanggung jawab dalam perusahaan perlu beradaptasi dengan cepat. Kemampuan beradaptasi ini menjadi syarat penting yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah yang ada dengan baik dan dinamis. (mdk/ayi)
24 Selasa Feb 2015
Posted in Tak Berkategori≈ Tinggalkan komentar
BAB I 1.1 Latar Belakang Ada dua aspek yang perlu dipertimbangkan oleh manajemen perusahaan dalam pengambilan keputusan keuangan, yaitu tingkat pengembalian (return) dan risiko (risk) keputusan keuangan tersebut. Tingkat pengembalian adalah imbalan yang diharapkan diperoleh di masa mendatang, sedangkan risiko diartikan sebagai ketidakpastian dari imbalan yang diharapkan. Risiko adalah kemungkinan terjadinya penyimpangan dari rata-rata dari tingkat pengembalian yang diharapkan yang dapat diukur dari standar deviasi dengan menggunakan statistika. Suatu keputusan keuangan yang lebih berisiko tentu diharapkan memberikan imbalan yang lebih besar, yang dalam keuangan dikenal dengan istilah “High Risk High Return”. Ada trade off antara risk dan return, sehingga dalam pemilihan berbagai alternatif keputusan keuangan yang mempunyai risiko dan tingkat pengembalian yang berbeda-beda, pengambilan keputusan keuangan perlu memperhtungkan risiko relatif keputusannya. Untuk mengukur risiko relatif digunakan koefisien variasi, yang menggambarkan risiko per unit imbalan yang diharapkan yang ditunjukkan oleh besarnya standar deviasi dibagi tingkat pengenbalian yang diharapkan. Risiko keuangan terjadi karena adanya penggunaan hutang dalam struktur keuangan perusahaan, yang mengakibatkan perusahaan harus menanggung beban tetap secara periodik berupa beban bunga. Hal ini akan mengurangi kepastian besarnya imbalan bagi pemegang saham, karena perusahaan harus membayar bunga sebelum memutuskan pembagian laba bagi pemegang saham. Dengan demikian, risiko keuangan menyebabkan variabilitas laba bersih (net income) lebih besar. Jika manajemen perusahaan dapat memanfaatkan dana yang berasal dari hutang untuk memperoleh laba operasi yang lebih besar dari beban bunga, maka penggunaan hutang dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan dan akan meningkatkan return bagi pemegang saham. Sebaliknya, jika manajemen tidak dapat memanfaatkan dana secara baik, perusahaan mengalami kerugian. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan resiko? 2. Macam-macam resiko apa saja? 3. Bagaimana cara menganalisis resiko? 4. Apa yang dimaksud denga visi dan misi kedepan? 1.3 Tujuan 1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan resiko 2. Mengetahui macam-macam resiko 3. Mengetahui cara menganalisis resiko 4. Mengetahui apa yang dimaksud dengan visi dan misi kedepan dalam berwirausaha BAB II 2.1 Pengertian Resiko Resiko adalah sesuatu yang selalu dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya sesuatu yang merugikan yang tidak terduga dan tidak diharapkan sedangkan karakterristik resiko itu secara umum ada dua,yaitu : 1. Resiko adalah sesuatu yang ketidakpastian atas terjadinya suatu peristiwa. 2. Resiko adalah ketidakpastian yang bila terjadi akan menimbulkan kerugian Hasil yang dicapai oleh suatu kegiatan jarang sekali dapat diramalkan dengan hasil yang sempurna, pada umumnya terjadi penyimpangan, biarpun kecil. resiko selalu terjadi bila keputusan yang diambil dengan memakai kriteria peluang (decision under risk) atau kriteria ketidakpastian (decision under uncertainly). Untuk menghitung resiko pada umumnya dipakai nilai yang diperkirakan (expected value) atau angka penyimpangan (variance) . Resiko perlu dianalisis, yaitu dengan memakai tolak ukur untuk mengukur besarnya resiko atas seatu alternatif dengan tujuan untuk memperoleh alternatif dengan resiko yang dapat ditanggung. Analisis ini sangat penting untuk menentukan modal yang dianggarkan dalam kegiatan usaha.pada dasarnya semua resiko dapat dicegah atau diperkecil, kecuali resiko alam yang probolitasnya sangat kecil dilakukan dan dapat diabaikan. Bagi seorang wirausaha mengahadapi resiko adalah tantangan karena mengambil resiko berkaitan dengan kreativitas dan inovasi serta merupakan bagian penting dalam mengubah ide menjadi kenyataan.pengambialn resiko adalah hal yang hakiki dan wajar dalam merealisasi potensi diri sebagai wirausaha.pengambilan ressiko dalam hidup melibatkan suatu kesadaran akan peristiwa–peristiwa yang terjadi,perhatian untuk masa depan dan keinginan hidup di masa sekarang. sebagai seorang wirausaha harus sadar bahwa pertumbuhan usaha di masa yang akan datang adalah dari adanya keuntungan peluang usaha masa sekarang dan dalam pengambilan resiko untuk mencapai tujuan usaha atau bisnisnya. Jika dalam berwirausaha tidak bersedian mengambil resiko, maka tidak akan pernah dapat mewujudkan bakat berwirausaha dan semangant kewirausahaan.hal ini juga mempengaruhi mental rasa percaya diri pada seseorang. contohnya bagi orang yang bukan wirausaha ( misalnya pegawai negri) kegiatan tersebut merupakan resiko, tapi bagi seorang wira usaha adalah tantangan dan peluang untuk memperoleh hasil . maka apabila suatu keadaan resiko suda jelas ada, maka keputusan untuk mengambil resiko menjadi sangat penting. 2.2 Pengertian Resiko Menurut Pada Ahli 1. Arthur Williams dan Richard, M H, Resiko adalah suatu variasi dari hasil-hasil yang dapat terjadi selama periode terentu. 2. Abas Salim, Resiko adalah ketidaktentuan yang mungkin melahirkan peristiwa kerugian 3. Soekarto, Resiko adalah ketidakpastian atas terjadinya suatu peristiwa 4. Herman Darmawi, Resiko adalah penyebaran penyimpangan hasil aktual dari hasil yang diharapkan Dapat disimpulkan bahwasanya, resiko adalah sesuatu yang selalu dikaitkan dengan kemungkinan terjadinya keadaan yang merugikan dan tidak diduga sebelumnya bahkan bagi kebanyakan orang tidak menginginkannya. 2.3 Macam-Macam Resiko 1. Resiko Menurut sifatnya dibedakan dalam : A. Resiko murni, yaitu resiko yang terjadi pasti akan menimbulkan kerugian dan terjadinya tanpa disengaja. Misal: kebakaran, kebanjiran, bencana alam, pencurian dsb. B. Resiko speculatif, yaitu resiko yng sengaja ditimbulkan oleh yang bersangkutan agar memberikan keuntungan bagi pihak tertantu. Contoh: utang-piutang, perdagangan berjangka, pembelian saham dsb. C. Resiko fundamental, yaitu resiko yang penyebabnya tidak bisa dilimpahkan kepada seseorang dan menderita cukup banyak. Misal: banjir, gempa bumi, gunung meletus dsb. D. Resiko Khusus, yaitu resiko yang bersumber pada peristiwa yang mandiri dan umumnya mudah diketahui penyebabnya, misal : kapal kandas, pesawat jatuh, dsb. E. Resiko dinamis, yaitu resiko yang timbul karen perkembangan dan kemajuan masyarakat dibidang ekonomi, ilmu pengetahuan,,teknologi, contoh: resiko penerbangan luar angkasa, nuklir dsb . 2. Menurut dapat tidaknya resiko dialihkan kepada pihak lain(diasuransikan). A. Resiko yang dapat dialihkan pada pihak lain, dengan mempertanggungkan suatu obyek yang akan terkena resiko pada perusahaan asuransi. B. Resiko yang tidak dapat dialihkan pada pihak lain, misal barang-barang purbakala, barang bersejarah. 3. Menurut sumber/penyebab timbulnya. A. Resiko intern, yaitu resiko yang berasal dari dalam perusahaan itu sendiri, contoh: keusakan aktiva karena kesalahan karyawan itu sendiri (kecelakaan kerja) B. Resiko ekstern, yaitu resiko yang berasal dari luar perusahaan itu, misal: pencurian, persaingan bisnis, fluktuasi harga dsb. Selain itu juga ada bermacam-macam resiko yang terjadi dalam suatu kegiatan usaha, yaitu: a) Resiko teknis (kerugian), resiko ini terjadi akibat kekurangmampuan manajer atau wirausaha dalam mengambil keputusan. resiko yang sering terjadi berhubungan dengan: 1) Biaya produksi yang tinggi (inefisien) 2) Resiko karena adanya pemogokan karyawannya, karena kesejahteraan kurang di perhatikan. 3) Pemakaian sumber daya yang tidak seimbang (tenaga kerja banyak) 4) Terjadi kebakaran, akibat keteledoran dan kurang kecermatan. 5) Terjadi pencurian atau penipuan, karena pengawasan yang kurang baik. 6) Terus menerus mengalami kerugian, karena biaya yang terus membengkak serta harga jual tidak berubah. 7) penempatan tenaga kerja yang kurang tepat sehingga produktivitas kerja menurun. 8) Perencanaan dan desain yang salah, sehingga sulit di laksanakan, serta hal-hal yang berhubungan dengan ketatalaksanaan perusahaan. 9) Resiko karena tidak percaya oleh perbankan, akibat dalam perusahaan terjadi kredit macet . b) Resiko pasar, resiko ini terjadi akibat produk yang dihasilkan kurang laku di pasar. produk telah menjadi kuno (absolensence) akibat penerimaan (revenue) yang diperoleh terus menurun dan terjadi kerugian. hal ini akan menjadi bencana usaha yang berakibat usahanya sampai atau gulung tikar. upaya yang dapat di tempuh untuk mengantisipasi resiko ini adalah sebagai berikut: 1) Mengadakan inovasi ( product innovation ) yaitu membuat desain baru dari produk yang di senangi calon pembeli. 2) Mengadakan penelitian pasar ( market research ) dan memperoleh informasi pasar secara berkesinambungan. biasanya cara ini memerlukan dana yang besar hanya layak perusahaan besar 3) Jangan memberikan pinjaman terlalu besar sambil mengevaluasi kredibilitas debitor. 4) Memperhatikan pengelolaan dana debitor bila bersangkutan memiliki perusahaan. yang perlu di perhatikan adalah lembaran neraca, laporan laba atau rugi tahunan, dan aliran dana setiap tahun. 5) Resiko kredit adalah resiko yang di tanggung oleh kreditur akibat debitur tidak membayar pinjaman sesuai waktu yang telah di setujui. sering terjadi produsen menaruh produknya lebih dulu dan di bayar kemudian, arau debitur meminjam uang untuk sebuah usaha, tetapi usahanya gagal, akibat timbulnya kredit macet. 6) jangan memberikan kredit pada sembarang orang akan tetapi berikan kredit pada orang yang tepat ( bonafit ) Upaya penanggulangan/meminimumkan resiko berdasar pada sifat dan obyek yang terkena resiko : 1. Dengan mengadakan pencegahan dan pengurangan kemungkinan terjadinya peristiwa yang menimbulkan kerugian. 2. Melakukan retensi, yakni mentolerir terjadinya kerugian. 3. Melakukan pengendalian terhadap resiko . 4. Mengalihkan resiko kepada pihak lain (untuk harta kekayaan kepada asuransi kerugian dan untuk kryawannya kepada asuransi jamsostek) c) Peningkatan kreatifitas, kreatifitas dan pengambilan risiko merupakan faktor yang penting dalam wirausaha. menjadi seorang wirausaha, berarti harus memiliki kemampuan dan mengevaluasi peluang-peluang usaha yang ada dan mendayagunakan sumber-sumber daya yang diperlukan untuk mengatasi atau memperkecil suatu risiko. wirausaha harus mau dan mampu mengatasi dan memperkecil risiko usahanya yang telah diperhitungkan secara matang dan menyukai tantangan dengan risiko yang masuk akal. Drucker mengatakan bahwa ketika wirausaha menetapkan sebuah keputusan, harus sudah memahami secara sadar bahwa risiko bakal dihadapinya. selanjutnya, wirausaha tersebut akan dapat mengatasinya dan memperkecil risiko-risiko itu. untuk itu, penerapan inovasi dalam usaha merupakan usaha yang kreatif untuk mengatasi kemungkinan terjadinya risiko atau untuk memperkecil risiko dan mendapat hasil yang maksimal, maka para wirausaha harus lebih kreatif dan produktif. Pengambilan risiko usaha merupakan hal yang hakiki dan wajar dalam merealisasikan potensi sendiri sebagai wirausaha. Sebagai seorang wirausaha, harus sadar bahwa pertumbuhan usaha pada masa yang akan datang ditentukan oleh adanya keuntungan peluang usaha pada masa sekarang dan pengambilan risiko untuk mencapai tujuan usaha atau bisnis. jika para wirausaha tidak berusaha mengambil risiko, maka mereka tidak akan pernah dapat mewujukan bakat berwirausaha dan semangat jiwa kewirausahawan . 2.4 Kemampuan Mengambil Resiko Usaha Para wirausaha mendapat kepuasan dalam melaksanakan tugas yang sulit dan penuh rintangan. Pengambilan resiko usaha merupakan hal yang hakiki dan wajar dalam merealisasi potensi sendiri sebagai wirausaha. Pengambilan resiko dalam hidup melibatkan suatu kesadaran akan peristiwa-peristiwa yang akan terjadi, perhatian untukk masa depan, dan keinginan hidup masa sekarang. Sebagai seorang wirausaha harus sadar akan pertumbuhan usaha pada masa yang akan datang ditentukan oleh adanya keuntungan peluang usaha masa sekarang dan pengambilan resiko untuk mencapai tujuan bisnis. Jika para wirausaha tidak bersedia mengambil resiko, maka mereka tidak akan pernah dapat mewujudkan bakat berwirausaha dan semangat jiwa kewirausahaan. Apabila suatu keadaan resikonya sudah jelas ada, maka keputusan untuk mengambil resiko sangatlah penting. Adapun kemampuan didalam memperkecil suatu resiko usaha ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu : 1. Keyakinan pada diri sendiri untuk sukses. 2. Kemampuan menghadapi situasi resiko menurut tujuan usaha atau bisnis. 3. Kemampuan untuk menilai resiko secara realistis. 4. Kesediaan untuk mengubah keadaan demi keuntungan usaha atau bisnisnya. Pengambilan dan kemampuan memperkecil resiko usaha itu adalah perilaku dengan penuh perhitungan dan merupakan suatu keterampilan seorang wirausaha yang dapat ditingkatkan dan dikembangkan. Ada beberapa evaluasi bagi para wirausaha sebelum mengambil keputusan yang mengandung resiko, antara lain : 1. Apakah resiko itu sepadan dengan hasil usaha atau bisnisnya? 2. Mengapa Risiko usaha atau bisnisnya itu sangat penting bagi seorang wirausaha ? 3. Apakah Resiko itu dapat dikurangi atau bahkan dihilangkan ? 4. Informasi usaha atau bisnis apa yang diperlukan seorang wirausaha sebelum pengambilan resiko ? 5. Persiapan-persiapan apa saja yang diperlukan sebelum seorang wirausaha mengambil resiko ? 6. Orang-orang dan sumber daya manakah yang dapat membantu mengurangi resiko dan untuk mencapai tujuan usaha atau bisnis ? 7. Apakah ada rasa takut di dalam mengambil resiko usaha tersebut ? 8. Apakah wirausaha itu bersedia berusaha sekuat tenaga untuk mencapai tujuan usaha atau bisnisnya ? 9. Apa yang akan dapat dicapai oleh seorang wirausaha di dalam mengambil resiko itu ? Faktor evaluasi yang paling penting dalam mengambil dan memperkecil resiko usaha atau bisnis, yaitu dengan adanya kesediaan menerima tanggungjawab pribadi atas akibat keputusannya, baik yang menguntungkan ataupun sebalik nya. 2.5 Prosedur Menganalisis Resiko Usaha Prosedur menganalisis resiko usaha itu merupakan suatu gaya perilaku seorang wirausaha. Ada beberapa prosedur untuk menganalisis sebuah situasi resiko di dalam usaha atau bisnis, yaitu : 1. Tujuan dan sasaran Resiko Usaha Tujuan dan sasaran resiko usaha dirumuskan untuk mencapai pertumbuhan yang pelan-pelan, pertumbuhan usaha mantap, atau tidak ada pertumbuhan sama sekali. seorang wirausaha harus memutuskan apakah resiko usaha yang muncul itu sesuai dengan asas tujuan dan sasaran usahanya? Jika sesuai proses pengambilan keputusan dapat diteruskan dan dapat melakukan penaksiran alternatif yang menguntungkan. 2. Meneliti Alternatif Usaha Dalam menganalisis pengambilan resiko dengan sasaran usaha langkahnya ialah mengadakan survey atas berbagai alternatif secara terperinci, apakah perlu adanya alternatif dari usaha atau bisnis yang sedang dijalankan. 3. Merencanakan dan melaksanakan sebuah alternatif Jika sebuah alternatif sudah dipilih, susunlah sebuah rencana untuk melaksanakannya. Mulai dari rencana usaha, memuat jadwal waktu, rumusan tujuan dan sasaran usaha. 4. Taksiran Resiko Usaha Taksiran ada tidaknya resiko usaha sangatlah penting. apakah dalam memilih sebuah alternatif ada potensi rugi ? Andaikan dihadapkan pada permasalahan kebutuhan peningkatan produksi untuk memenuhi tambahan permintaan konsumen. Tugas para wirausaha di dalam pengambilan resiko tersebut, bisa melalui cara : a. Menetapkan kebutuhan pada tingkat permintaan waktu sekarang. b. Membeli alat produksi yang cukup untuk memenuhi permintaan konsumen. c. Menyewa alat-alat produksi untuk memenuhi permintaan konsumen. d. Mensubkontrakkan kepada pembuat produk yang lebih kecil. 5. Mengumpulkan Informasi Resiko Usaha Kumpulkanlah informasi resiko usaha secara intensif, sehingga penaksiran dapat dibuat secara realistik. selanjutnya ramalan pasar perlu dilaksanakan untuk setiap permintaan dalam berbagai kemungkinan yang akan terjadi agar wirausaha lebih mengerti, berikut ini contoh beberapa pertanyaan : a) Apakah terdapat pasar-pasar baru jika kegiatan persaingan mengurangi bagian pasar yang ada sekarang ? b) Apakah modifikasi produk dapat mendorong adanya kenaikan jumlah konsumen ? c) Apakah ada kemungkinan para pembekal dan subkontraktor menaikan harganya jika permintaan produk bertambah ? d) Bisakah peralatan mesin produksi dimodifikasi dengan mudah untuk membuat produk-produk lainnya ? Dengan Usaha yang lebih berinovatif, kreatif, dan prestatif, maka wirausaha sebagai pemilik perusahaan harus lebih giat mengembangkan ide-ide atau gagasan baru dalam usahanya. Inovasi dalam usaha yg menghasilkan barang dan jasa yang berkualitas, akan menerima tantangan dan dapat memperkecil resiko yang sudah diperhitungkan sebelumnya. BAB III VISI KEDEPAN DALAM BERWIRAUSAHA 3.1 Pengetian visi dan misi Sebuah usaha tanpa visi dan misi tak ubahnya berjalan tanpa tujuan dan peta. Kita tidak tahu kemana akan melangkah. Setelah kita mengetahui tujuan perjalanan kita, hal yang kita btuhkan berikutnya adalah peta. Arah ini tidak ubahnya adalah visi. Dengan adanya arah yang jelas hendak kemana, kita akan mampu tiba di tempat tujuan. Sedangkan Peta Adalah gambaran bagaimana kita mencapai tujuan itu, atau “misi”. Pandangan atau wawasan ke depan menganai hal-hal yang ingin dicapai oleh suatu organisasi usaha. 1. Kemampuan untuk melihat pada inti persoalan. 2. Pandangan atau wawasan ke depan. 3. Kemampuan untuk merasakan sesuatu yang tidak tampak melalui kehalusan jiwa dan ketajaman penglihatan. 4. Apa yang tampak dalam khayalan. 5. Penglihatan dan Pengamatan. Dalam visi organisasi tersebut, kita mampu melihat gambaran masa depan yang akan dipilih dan diwujudkan oleh suatu Usaha. Bila sebuah usaha dibina dengan baik, maka usaha itu dapat tumbuh dan berkembang seperti yang diinginkan. Namun sebelum itu, seorang wirausaha harus mampu menata visi mengenai apa yang dia emban dalam membuka dan membangun usaha. Sebuah visi perlu dirumuskan. Rumusan itu antara lain Bertujuan Untuk: 1. Mencerminkan cita-cita yang akan dicapai, 2. Memiliki Orientasi masa depan perusahaan, 3. Menimbulkan komitmen tinggi dari seluruh jajaran dan lingkungan perusahaan, 4. Memberikan arah dan focus strategi perusahaan yang jelas, Dan 5. Menjaga kesinambungan kepemimpinan perusahaan. Visi adalah pendangan jauh ke depan/ arah ke mana usaha ini akan melangkah. Sedangkan misi adalah kegiatan untuk mencapai sasaran/ target yang dilakukan untuk mewujudkan visi dan mencapai tujuan. Dalam buku Entrepreneurship, karangan Peggy Lambing dan Charles R Kuehl, misi dijabarkan lebih lengkap lagi yaitu: “ Yaitu pernyataan ringkas dan jelas yang berisi penjelasan mengenai tujuan bisnis dan fisolofi yang dijalankan manajemen. Menurut para ahli, pernyataan misi sebaiknya tak lebih dari 50 kata. Agar wirausaha semakin focus” Visi dan Misi pribadi Visi dan misi sebuah organisasi usaha umumnya terkait erat dengan filsafat dan pandangan hidup sang wirausaha. Sehubungan dengan itu, seorang wirausahawan harus dapat merumuskan beberapa hal sebelum mampu memaparkan visi dan misi dengan utuh. Untuk merumuskan ini, Stephen R. Covey memiliki metode menarik. Ia meminta kita membayangkan hari kematian kita.Pada hari itu, semua orang berkumpul. Mereka msing-masing diberi giliran untuk mengenang kita. Pernyataan visi dan misi pribadi harus di fokuskan pada tiga hal, yakni gambaran manusia yang kau inginkan (karakter), cita-cita (kontribusi dan keberhasilan) serta nilai hdupmu. Visi pribadi menggambarkan lebih spesifik bagaimana kita akan menjalankan hidup. Menggunakan visi pribadi, kita bisa menciptakan tujuan-tujuan yang lebih jelas pada hidup kita. Hal ini berlanjut di tingkat oranisasi usaha. Karena usaha memerlukan bantuan banyak pihak, sebuah misi yang baik adalah misi yang merupakan gabungan dan kolaborasi seluruh anggota. Setiap pribadi yang terlibat dalam usaha harus memiliki bagian dari misi itu. Tidak hanya paraq pengembil keputusan, tetapi semua orang, termasuk satpam , penyapu, pembersih jendela, dsb. Setiap usaha akan jauh lebih kuat dan stabil apabila memiliki orang-orang dengan visi dan serupa, hal ini akan mengembangkan komitmen yang jauh lebih besar dari pada jika hanya kata-kaa belaka. Dalam membangun visi dan misi perusahaaan yang kokoh, pertama dibutuhkan visi dan misi pribadi dari tiap karyawan. Dari sinilah, akan dilahirkan komitmen Tanpa adanya keterlibatan, tidak ada komitmen. 3.2 Visi dan Misi organisasi usaha Visi dan misi organisasi yang baik berawal dari pribadi tiap individ. Aka lebih mudah mengikuti visi dan misi yang dibangun bersama karena adanya rasa memiliki yang tinggi. Visi organisasi usaha tidak hanya rangkaian kata indah. Visi organisasi memiliki mana lebih jau dari itu, yakni sebagai pandangan yang dimiliki seluruh anggota organisasi usaha. Untuk menentukan visi organisasi, wirausaha harus memiliki visi pribadi. Ia harus memiliki gambaran kemana ia melangka, sebelum ia bisa mengarahkan anak buahnya. “Seorang pemimpin memiliki visi dan keyakinan bahwa sebuah mimpi dapat dicapai. Ia menjiwai kepemimpian dan bergairah menutasannya” Ralph Lauren “pengusaha dan perancang baju” Untuk merumuskan hal-hal yang perlu diperhatkan dalam menenukan visi suatu organisasi kita bisa menggunakan analisis SWOT (strength, weakness, opportuny dan threats), yakni menganalisi kekuatan dan kelemahan kita. Hal ini bisa dilakukan misalkan dengan menganalisis hal berikut. 1. Kekuatan orgaisasi usaha kelebihan apa yang dimiliki oleh organisasi usaha yang dijalankan. Kita harus mampu mendeskripskan dengan detail penawaran yang dilakukan, misalkan: a. Jenis produk: Produk yang kita tawarkan bagaimana bentuk, ukuran, bahan, warna, berat, kegunaan, bungkus luar, dsb kita haru mengetahui apa keunggulannya b. Pelayanan, Apa dan bagaimana pelayan apa yang diberikan, antar ke rumah, pelayanan personal, garansi uang embali, dijamintepat waktu, dsb. c. Hal-hal lain:, Apa keunggulan yang lain: harga yang lebih murah, letak usaha dekat pasar, dsb. 2. Peluang organisasi usaha Bagaimana peluang yang dimiliki suatu organisasi usaha, baik secara internal maupun eksternal: a. Umumnya bisnis yang masih kecil bisa menawarkan harga yang lebih murah. Hal ini dikarenakan mereka bisa menyewa tenaga kerja tanpa ketentuan UMP atau banyaknya ongkos yang bisa dipangkas. Harga murah bisa menjadi peluang yang menarik yang bisa ditawarkan dan perlu dipertimbangkan. b. apakah perbedaan produk dengan produk lain yang sudah ada? Peluang umumnya baik jika wirausaha bisa membuat diferensiasi produk (memberi ciri khas sebuah produk, missal dari bentuk bungkus, servis dll.) 3. hambatan yang mungkin timbul. Dalam membuat usaha baru, perlu diperhatikan pula hambatan yang bisa timbul. Hambatan ini penting diperhatikan dalam membuat visi dan misi semakin kuat. Hal-hal yang perlu di perhatikan antara lain: a. Bagai mana keberadaan pesaing lain. Seorang wirausahawan baru wajib memiliki ide-ide yang menarik untuk menghadapi pesaing lain. b. Perilaku dan kebiasaan konsumen. Konsumen umumnya memiliki kebiasaan untuk mengunjungi usaha yang sudah lama berdiri. Hal ini dapat berubah apabila seorang wirausahawan memutuskan memiliki kualitas yang lebih baik dari pesaingnya. 4. Kesiapsiagaan dalam mencapai sasaran. Untuk membuat usah, harus diperhatikan hal-hal yang bisa mengganggu perjalanan. Hal ini bisa berhubungan dengan factor eksternal maupun factor internal. Factor internal berhubungan dengan konflik antara anak buah atau pihak-pihak terkait maupun konflik dari pihak luar seperti penyedia bahan maupun konsumen. 5. Hubungan baik moral maupun materi dari pihak-pihak yang bisa membantu. Dukungan atau koneksi dari segala pihak penting dalam merencanakan usaha. Karenanya kita harus mampu menjaga hubungan baik dengan semua pihak. Jika sudah berhasil merumuskan kekuatan dan kelebihan usaha, coba rangkum hingga ringkas Visi yang ringkas tapi bermakna akan lebih mudah dipahami baik orang-orang dari dalam usaha maupun masyarakat luas. Secara singkat, criteria membuat visi haruslah : a) Singkat dan mudah dipahami. b) Bermakna dan berwawasan luas. c) Merupakan prinsip atau pandangan hidup bagi si wirausaha maupun karyawannya. d) Menarik untuk dibaca, dilihat, dan didengar. 3.3 Misi Organisasi Usaha Kegiatan yang dilakukan untuk mewujudakn visi, misi memiliki sasaran-sasaran yang memiliki jangka waktu yang lebih pendek ketimbang visi yang jauh kedepan. Menurut Philip kotler, dibentuk oleh lima elemen: 1. Sejarah tentang sasaran, kebijakan, dan keberhasilan 2. Pilihan pemilik dan manajemen 3. Lingkungan pasar yang mempengaruhi 4. Sumber daya organisasi menentukan misi mana yang mungkin dijalanka 5. Misi harus focus pada cirri kompetensinya. Sasaran-sasaran pada misi organisasi umumnya bersifat pada tataran departemen atau bagian. Kesatuan dan kinerja bersama antarbagian itu menyatu menjadi misi. Bagian yang perlu diperhatikan antara lain sebagi berikut: 1. Sasaran yang ingin dicapai bagian pemasaran 2. Sasaran yang ingin dicapai bagian operasi atau produksi 3. Sasaran yang ingin dicapai SDM atau personalia 4. Sasaran yang ingin dicapai bagian penelitian dan pengembangan 5. Sasaran yang ingin dicapai bagian keuangan Misi harus sesuai dengan visi yang terlebih dahulu sudah dibentuk. Misalkan visi sebuah perusahaan adalah “Kepuasan pelanggan adalah idola kami”. Maka pemasaran bisa memiliki misi untuk memberikan penawaran kepada pelanggan dengan pelayanan prima dan menjaga agar para konsumen selalu puas. Misalkan dengan memiliki layanan pengaduan, asuransi produk, dan lain sebagainya. Sasaran yang harus dimiliki bagian operasional dan produksi missal menciptakan barang yang berkualitas tinggi sesuai selera konsumen. Barang itu missal harus nyaman dipegang dan tidak berbahaya bagi anak-anak. Produk juga bisa jadi ramah lingkungan, sesuai visi usaha yang mengidolakan kepuasan bagi pelanggan. Bagian sumber daya manusia harus mampu menemukan pegawai yang berkualitas. Bagian penelitian dan pengembangan akan terus mengembangkan produk dan system yang kian hari bertambah baik sesuai selera pelanggan sasaran.Bagian keuangan selalu berupaya meningkatkan kinerja keuangan, baik peningkatan profitabilitas, menjaga likuiditas dan solvabilitas, pertumbuhan usaha serta nilai perusahaan agar kontinuitas usaha tetap terjamin. BAB IV 4.1 Kesimpulan DAFTAR PUSTAKA Geoffrey, G. Meredith, et. Al. (1996). Kewirausahaan Teori Dan Praktek. Jakarta : PT. Pustaka Binaman Presindo. Husein Umar, (2000), Riset Pemasaran Dan Perilaku Konsumen, PT. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta. Lindrayanti (2003). Sikap Kewirausahaan Dalam Hubungannya Dengan Keberhasilan Usaha Pedagang Buah Di Pasar Guntur Garut. Bandung : Skripsi Upi. Muchdarsyah Sinungan, (2003), Produktivitas Apa Dan Bagaimana, Cetakan Kelima, Bumi Aksara : Jakarta. Miftah, Thoha (1995). Perilaku Organisasi Konsep Dasar Dan Aplikasinya, Jakarta : Raja Grafindo Persada. Matthias Aroef, (2005), Produktivitas Di Era Global, Cetakan Pertama, Independent Society Foundation ; Bandung. Panji Anoraga dan H. Djokosudantoko. (2002) Koperasi, Kewirausahaan Dan Usaha Kecil, Jakarta : Rineka Cipta. Suryana (2003). Kewirausahaan. Pedoman Praktis, Kiat Dan Proses Menuju Sukses Edisi Revisi. Jakarta : Salemba Empat. Suharsimi, Arikunto (1993). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Syarif Rusli, (2001), Peningkatan Produktivitas Terpadu, Angkasa ; Bandung. Sugiyono, (2004), Metode Penelitian Bisnis, Cetakan Ketujuh, CV. Alfabeta : Bandung. Yanti Maemunah (2004). Pengaruh Perilaku Kewirausahaan Terhadap Kinerja Usaha, Skripsi : UPI Bandung. HASIL WAWANCARA Nama Usaha : Pakjoe Konveksi Alamat : Jln. Zainal Abidil Fikri km 3,5 Komplek UIN RAden Fatah Palembang Jenis Usaha : Bergerak dalam bidang bisnis ole-ole Palembang, jaket mahasiswa, kaos, pin, pakaian dll Mulai Berdiri : 3 Maret 2011 Sejarah Berdiri Distro ini berdiri sejak tahun 2011 tahun lalu, sebelumnya bernama anten-anten, pendiri awalnya yaitu anak UNSRI, namun karena masalah produksi akhirnya diambil alih oleh mahasiswa KOPMA Iain Raden fatah, sebelumnya sempat vakum selama satu tahun setengah, karena masalah yang sama yaitu masalah produksi. Akhirnya dengan modal tekat yang kuat, usaha ini di lanjutkan sampai sekarang. Pertanyaan 1. Usaha bapak bergerak dalam bidang apa? Jawab : usaha yang kami jalan kan ini bergerak dalam bidang distro, atau distribusi pakaian, yaitu seperti keperluan ole-ole Palembang, jaket mahasiswa, pin, stiker, dll 2. Sejauh ini, usaha bapak telah berjalan sekitar hamper 4 tahunan, kira-kira masalah yang dihadapi apa saja? Jawab : Dari awal terbentuknya usaha kami ini, masalah terbesar adalah produksi, karena kami produksi barang tidak secara langsung, melainkan mengambil dari luar kota. Jadi sejauh ini masalah kami adalah relasi. Namun untuk saat ini sudah teratasi. Selanjutnya ada masalah distribusi, masalah distribusi ini memang tidak terlalu dirasakan karena kami memang menargetkan mahasiswa IAIN sebagai sasaran konsumen, namun untuk masyarakat Palembang, kami belum terlalu terkenal. Dan yang terakhir masalah modal, karena awalnya kami merintis usaha ini sebagai mahasiswa, jadi masalah modal kami juga rasakan. 3. Tadi bapak jelaskan, bapak memulai usaha ini sejak bapak menjadi mahasiswa, hal yang memotivasi bapak apa? Jawab: hal yang memotivasi saya adalah saya ingin maju, saja harus mandiri, saat itu saya bergabung di salah satu organisasi mahasiswa yang memotivasi saya untuk berwirausaha, dan akhirnya kami memutuskan untuk membngun usaha bersama. 4. Masalah peluang, bagaimana analisis peluang bapak, sehingga bisa didirikan usaha seperti ini? Jawab : Untuk analisis peluangnya saya melihat kebutuhan akan masyarakat yang menginginkan produk dengan harga yang standart, namun kualitas terbaik. Apalagi lingkungan ditempat kami ini, rata-rata mahasiswa maka dari itu, kami memcoba menganalisis apa yang dibutuhkan mereka, dan ternyata inilah yang mereka butuhkan. Yaitu ole-ole khas Palembang dengan harga yang terjangkau. 5. Sejauh ini, analisis resiko bagaimana? Jawab : sebenarnya bukan resiko yang kami hadapi, tetapi halangan, yang namanya resiko pasti kami hadapi seperti failed, komplen dari konsumen, gagal produksi dll. Namun kami terhalang beberapa kendala seperti kurangnya izin dari orang tua, modal, tim atau kelompok dan pemasaran yang belum maksimal serta masalah produksi. 6. Masalah visi ini pak, visi usaha bapak kedepan ini apa pak? Jawab : kalau masalah visi, kami pastinya ingin mengembangkan usaha ini lebih besar lagi, menjadika usaha kami termurah dan berkualitas sehingga wisatawan yang datang ke Palembang. Selain itu kami juga berharap jaringan akan tetap berkembang dan meningkatkan usaha konveksi. 7. Masalah omset, gimana pak, omset terbesar yang didapat? Jawab : kalau omset terbesar yang kami peroleh terbesar yaitu pada bulan September lalu yaitu 180 juta, dan untuk omset perbulannya saat ini kami memperoleh 50 juta. |