Jelaskan gaya pacaran remaja Kristen pada masa kini sesuai dengan prinsip Alkitab

BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

Dalam kehidupan pemuda dan remaja hubungan berpacaran bukanlah hal yang baru. Ini sudah menjadi semacam budaya hari-hari ini. Bila kita amati antara mereka yang memiliki pacar dan yang tidak, maka kita mendapati lebih banyak yang memiliki pacar, sekalipun bila dilihat dari segi usia banyak yang belum memenuhi persyaratan untuk berpacaran. Ini tidak hanya ada dalam kehidupan remaja pada umumnya, namun juga pada kehidupan remaja Kristen.

Masa remaja adalah masa yang indah. Mengapa dikatakan indah? Karena, pada masa-masa inilah seorang remaja akan mengalami perubahan-perubahan dalam dirinya. Secara biologis, remaja putri akan mengalami haid, beberapa bagian tubuhnya mulai menonjol, dan lain sebagainya. Sedangkan, seorang remaja putra akan mulai tumbuh jenggot dan jakun, suara yang lebih membesar, dan beberapa perubahan lainnya. Pada masa ini juga, remaja akan mulai mengenal apa yang dinamakan cinta monyet. Apa itu cinta monyet? Apa itu pacaran? Mengapa bisa suka kepada lawan jenis?

Bagi kebanyakan remaja saat ini, pacaran telah dijadikan sebagai tujuan hidup atau semacam cita-cita. Memiliki pacar ataupun menjadi pacar seseorang dianggap sebagai sebuah status yang membanggakan, sehingga tidak sedikit remaja yang merasa malu apabila belum memiliki pacar. Padahal, yang dimaksud dengan berpacaran tidaklah sesederhana itu. Pacaran merupakan sebuah tahap di mana kita dan pasangan belajar untuk lebih saling mengenal, sebelum nantinya masuk ke tahap yang lebih jauh, yaitu pernikahan. Kurangnya pemahaman akan hal inilah yang menyebabkan pacaran remaja kerap putus di tengah jalan. Seperti apa sih pacaran yang dimaksud?

Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan bahwa pacaran adalah sebuah hubungan yang dijalin oleh seorang perempuan dengan laki-laki, di dalamnya ada rasa kasih dan sayang satu sama lain. Sedangkan, “berpacaran” memiliki arti berkasih-kasihan, bercinta, atau bersuka-sukaan. Sebagai remaja kristiani perlu tahu apa pandangan Alkitab tentang pacaran?

Sepanjang Alkitab, mulai dari Kitab Kejadian sampai Wahyu, tidak pernah ditemukan tentang arti kata “pacaran”, walaupun beberapa orang menyebut bahwa pacaran adalah sebuah proses sebelum menuju atau memasuki jenjang pernikahan. Faktanya, Alkitab tidak pernah menuliskan tentang kata “pacaran”. Namun, Alkitab menuliskan sebuah ulasan yang indah tentang persahabatan. Dalam persahabatan, kita bisa mengasihi dan bisa juga bersahabat dengan seorang pria atau wanita. Tidak jarang dari persahabatan muncullah rasa suka, tertarik, dan menyayangi sahabat dengan lawan jenis.

Berangkat dari definisi istilah tersebut, pacaran selalu dikaitkan dengan hal-hal yang bisa membangkitkan hawa nafsu seperti berciuman, berpelukan, atau bermesra-mesraan. Oleh karena itu, Alkitab telah mengingatkan bahwa tubuh adalah bait Roh Kudus, sehingga remaja kristiani harus menjaga kekudusan hidup, melakukan apa yang benar dan mulia, dan memikirkan hal-hal yang bijak.

Pacaran bukan masalah boleh atau tidak boleh, tetapi sudahkah kita menjalin sebuah hubungan pendekatan dengan lawan jenis yang sehat dan memuliakan nama Tuhan di dalamnya? Sampai taraf di mana pacaran yang kita lakukan? Oleh sebab itu, marilah kita mengintrospeksi diri dan terus memuliakan Tuhan dalam setiap hidup kita.

Seyogyanya seorang remaja Kristen dalam berpacaran harus berorientasi pada pernikahan dan berusaha untuk menjalin sebuah hubungan yang sehat. Jim Talley dan Bobbie Reed mengemukakan bahwa untuk menjaga sebuah hubungan yang sehat perlu memperhatikan tiga faktor, yaitu Sikap, Kegiatan dan Waktu.

Scott Kirby menyatakan pendapatnya tentang hubungan berpacaran demikian, setiap orang muda Kristen harus menjalin hubungan yang sehat. Pada kenyataannya, masih banyak pemuda/remaja yang menjalani hubungan berpacaran mereka dengan cara yang tidak sehat, tak terkecuali pada komunitas Kristen. Mereka cenderung berorientasi pada kesenangan sesaat, dalam hal ini untuk memuaskan hawa nafsu mereka..

 Oleh karena itu penulis menjadi tertarik untuk membahas lebih jauh mengenai pacaran di kalangan remaja Kristen, mengacu dari Alkitab dan Perndidikan Agama Kristen. Setelah melihat tentang pacaran remaja ini, penulis mengambil konteks tempat yaitu  di Gereja Sidang Jemaat Kristus Banjarmasin. Ingin menjelaskan bahwa pacaran itu adalah hal yang sekarang menjadi umum dilakukan oleh remaja Kristen, karena itu perlu kiranya ada bimbingan dan pengarahan yang lebih lagi bagi remaja yang ada, terlebih bagi remaja masa depan gereja yang ingin menyediakan diri menjadi pelayan Tuhan. Bimbingan dan pengarahan mengenai berpacaran ini akan membantu setiap remaja kristen agar dapat menjalin relasi yang sehat dengan temannya dan juga lebih intim lagi dengan Tuhan.

Maka di akhir makalah ini, penulis menganalisa tentang berpacaran dari teks Alkitab yang penulis pilih dan Tradisi Gereja dengan menggunakan konteks tempat yaitu Gereja Sidang Jemaat Kristus Banjarmasin

B.     Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan masalah di atas, maka rumusan masalah untuk makalah ini adalah :

a.    Apa pengertian pacaran?

b.    Bagaimanapemahaman mengenai pacaran menurut Alkitab dan Pendidikan Agama Kristen?

c.    Bagaimana pemaparan konteks di Gereja Sidang Jemaat Kristus ?

d.   Bagaimana analisa tentang pacaran di kalangan remaja terhadap Alkitab dan Pendidikan Agama Kristen dengan konteks di Gereja Sidang Jemaat Kristus?

C.  Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penulisan proposal tesis ini yaitu :

a.       Menjelaskan tentang pengertian pacaran

b.      Menjelaskan pemahaman mengenai pacaran menurut Alkitab dan Pendidikan Agama Kristen

c.       Memaparkan konteks tempat di Gereja Sidang Jemaat Kristus

d.      Memaparkan analisa tentang pacaran di kalangan remaja terhadap Alkitab dan Pendidikan Agama Kristen dengan konteks di Gereja Sidang Jemaat Kristus

D.  Batasan Masalah

Penulis memberikan batasan masalah hanya berdasarkan pengkajian Alkitab dan Pendidikan Agama Kristen dengan konteks tempat di Gereja Sidang Jemaat Kristus mengenai pacaran di kalangan remaja Kristen.

Penulis akan menganalisis tentang puasa dari segi Alkitabiah dan Pendidikan Agama Kristen dengan konteks tempat yang dipilih adalah Gereja Sidang Jemaat Kristus.

E.     Metode Penulisan

Metode yang digunakan kelompok dalam proses penulisan proposal tesis ini adalah studi pustaka dan  beberapa website di internet. Studi pustaka yang dimaksud adalah menggunakan beberapa buku-buku, Selain itu penulis juga  melakukan wawancara dengan sumber-sumber yang menyangkut Gereja Sidang Jemaat Kristus.


BAB II

 PACARAN REMAJA MENURUT KONTEKS ALKITAB DAN PAK

2.1.1 Tafsiran Alkitab

Dalam berpacaran remaja Kristen haruslah memiliki pola dan orientasi yang benar. Pola didefinisikan sebagai cara, atau sistem kerja yang tetap. Sedangkan orientasi diartikan sebagai pandangan yang mendasari pikiran, perhatian dan kecenderungan.

Yang dimaksudkan oleh penulis tentang pola dan orientasi berpacaran di sini ialah bahwa remaja Kristen harus berpacaran dengan cara yang sehat dan memiliki pandangan untuk memilih pasangan hidup. Mengapa demikian? Berpacaran adalah masa dimana seseorang menjalin sebuah hubungan dengan lawan jenisnya. Selain itu masa ini merupakan masa untuk saling mengenal satu sama lain sehingga pada akhirnya hubungan tersebut diakhiri dalam sebuah pernikahan.

Pendeta Gilbert Lumoindong memiliki pandangan yang sejalan tentang hal ini:

Pacaran adalah masa persiapan menuju pernikahan. Jadi berpacaran bukanlah masa coba-coba mencari teman atau “terpaksa” karena sudah mulai berumur tetapi belum memiliki pasangan. Alkitab memberi peneguhan definisi saya tersebut dalam Amos 3:3, “Berjalankah dua orang bersama-sama, jika mereka belum berjanji?” Itu artinya orang yang berpacaran sebenarnya sedang mempersiapkan diri untuk menuju suatu tujuan tertentu. Dan tujuan itu jelas:pernikahan!

Sebagai orang Kristen tentunya setiap pemuda/remaja haruslah menjaga sebuah hubungan berpacaran yang sehat. Yang dimaksudkan dengan hubungan berpacaran yang sehat adalah sebuah hubungan berpacaran yang berorientasi benar, dalam hal ini mencari pasangan hidup dan dilakukan dengan cara yang benar atau dalam koridor kebenaran. Kebenaran yang dimaksud mengacu kepada kebenaran Firman Tuhan yang terkandung dalam Alkitab sebagai sebuah standar. Alkitab memang tidak menyatakan secara langsung tentang hal berpacaran, namun Alkitab banyak berbicara tentang penggunaan dan penyalahgunaan sex, hubungan pernikahan dan hubungan antara sesama manusia pada umumnya. Orientasi yang benar, dalam hal ini orientasi pernikahan haruslah menjadi dasar dari sebuah hubungan.

Gilbert dan Reindra Lumoindong menjelaskan tentang pernikahan sebagai berikut:

Pernikahan merupakan puncak dari segala tingkatan pergaulan dan relasi antar lawan jenis. Setelah melewati masa pacaran dengan baik, maka pasangan manusia yang saling mencintai itu mengikrarkan janji suci untuk sehidup semati, baik dalam sehat maupun sakit, dalam keadaan kaya atau miskin dan hanya maut yang bisa memisahkan mereka. Dengan ikrar suci itu mereka bukan lagi dua tetapi telah menjadi satu.

Jadi kita bisa simpulkan bahwa pernikahan merupakan tujuan akhir sebuah hubungan berpacaran. Untuk itu setiap pemuda/remaja Kristen harus menjaga hubungan berpacaran mereka agar tetap sehat, sehingga pada akhirnya mereka berhasil dalam memasuki jenjang berikutnya yang sudah Tuhan persiapkan bagi mereka.

Hubungan antara orientasi sebuah hubungan berpacaran pemuda/remaja Kristen dengan cara yang benar di sini dapat kita lihat dalam penjelasan Jim Talley dan Bobbie Reed:

Orang Kristen akan menginginkan hubungan cinta yang serius yang akan berlanjut dengan pernikahan, yaitu keintiman yang dimaksudkan Kristus waktu Ia menyatakan bahwa suami dan istri menjadi satu daging. Kerinduan untuk membangun sebuah hubungan yang terbaik ini membuat pasangan itu menjalani tahap-tahap keintiman dengan cara yang benar. Hal ini juga menghasilkan satu komitmen untuk memelihara perilaku yang sesuai dengan standar Alkitab

Sikap seperti dijelaskan di atas bahwa sikap yang benar akan timbul ketika orientasi berpacaran seseorang adalah orientasi yang benar. Sikap yang benar meliputi:

Sikap kepada Allah. Hal ini adalah hal yang sangat penting karena berhubungan dengan ketaatan kepada norma-norma hukum yang Allah berikan melalui FirmanNya. Alkitab cukup dalam memberikan tuntunan dalam seseorang membina sebuah hubungan dengan orang lain. Standar yang Alkitab berikan adalah standar kekudusan. Dalam 1 Tesalonika 4:3-7 Paulus berkata, “karena inilah kehendak Allah: pengudusanmu, yaitu supaya kamu menjauhi percabulan, …dan supaya dalam hal-hal ini orang jangan memperlakukan saudaranya dengan tidak baik atau memperdayakannya, Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus. Dari ayat tersebut kita bisa mengerti bahwa Allah menganggap percabulan adalah dosa. Itu sebabnya bila seseorang memilih untuk tidak mentaati peraturan Allah tersebut, hal ini jelas akan mengganggu hubungannya dengan Allah dan merintangi pertumbuhan rohaninya.

Sikap kepada diri sendiri. Bila seseorang tidak melibatkan diri dalam aktifitas seksual selama berpacaran, itu berarti dia sedang menghindarkan diri dari bahaya penyalahgunaan seksual dalam masa berpacaran. Norman Wright dan Marvin Inmon  dalam Leaders Guide to Dating, Waiting and Choosing a Mate (Harvest House, 1978) mendaftarkan hal tersebut sebagai berikut:

·         Tidak ada rasa bersalah karena melanggar hukum Allah.

·         Tidak perlu takut hamil atau langkah selanjutnya: menikah dan punya anak di luar nikah atau menggugurkannya.

·         Tidak punya perbandingan akan kemampuan seksual pasangan di masa lalu.

·         Pengendalian diri dalam masa berpacaran dapat digunakan pada masa berpisah dari pasangannya setelah menikah.

·         Kesenangan dari kepuasan seksual setelah pernikahan membawa pesona terhadap pernikahan.

Sikap kepada pasangan. Dengan tidak mengajak kekasih untuk melakukan hubugan seksual sebelum pernikahan, ini berarti seseorang bertanggung jawab dan tidak mendorong kekasihnya berbuat dosa. Dalam sebuah hubungan berpacaran, sepasang kekasih harus bisa mengawalinya dengan mendiskusikan terlebih dahulu batas-batas yang ditetapkan dalam hubungan tersebut. Selanjutnya, mereka harus dibimbing oleh pembina rohani mereka (bisa seorang gembala, atau pemimpin rohani mereka di gereja) yang akan ”mengawasi” hubungan mereka. Hal ini akan menimbulkan rasa tanggungjawab terhadap hubungan mereka, sehinga mereka tidak melampaui batas-batas yang telah ditetapkan.

Lalu, orang bagaimanakah yang seharusnya menjadi pacar anda ? Ada dalam Alkitab, “Sebab itu jauhilah nafsu orang muda, kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih dan damai bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni.” ( 2 Timotius 2:22).

Tidaklah bijaksana berpacaran dengan seseorang yang tidak mengasihi Allah. Ada dalam Alkitab, “Janganlah mau menjadi sekutu orang-orang yang tidak percaya kepada Yesus; itu tidak cocok. Mana mungkin kebaikan berpadu dengan kejahatan ! Tidak mungkin terang bergabung dengan gelap. Tidak mungkin Kristus sepakat dengan Iblis. Apakah persamaannya antara orang Kristen dengan orang bukan Kristen.” (2 Korintus 6:14-15, BIS). “Mungkinkah dua orang bepergian bersama-sama tanpa berunding lebih dahulu?” (Amos 3:3, BIS)

            Janganlah berpacaran dengan seseorang yang mengatakan diri sebagai seorang Kristen tapi tidak hidup sebagai orang Kristen. Ada dalam Alkitab,”Maksud saya ialah, bahwa kalian jangan bergaul dengan orang yang mengaku dirinya orang Kristen, tetapi orang itu cabul, atau tamak, atau penyembah berhala, atau suka memburuk-burukkan orang lain, atau pemabuk, ataupun pencuri. Duduk makan dengan orang itu pun jangan.”( 1 Korintus 5:11, BIS). Hindari berpacaran dengan orang yang mempunyai perilaku pemarah. Ada dalam Alkitab, “Janganlah bergaul dengan orang yang suka marah dan cepat naik darah.” (Amsal 22:24, BIS)

            Jangan berpacaran dengan seorang Kristen pemalas. Ada dalam Alkitab,”Saudara-saudara, atas kuasa Tuhan Yesus Kristus, kami perintahkan supaya kalian menjauhi semua saudara, yang hidup bermalas-malasan, dan yang tidak menuruti ajaran-ajaran yang kami berikan kepada mereka.” (2 Tesalonika 3:6, BIS)

            Kecantikan batiniah adalah yang paling berarti. Ada dalam Alkitab,”Sebaliknya, hendaklah kecantikanmu timbul dari dalam batin, budi pekerti yang lemah lembut dan tenang; itulah kecantikan abadi yang sangat berharga menurut pandangan Allah.” (1 Petrus 3:4, BIS)

            Berpacaranlah dengan seseorang yang mempunyai sikap yang baik. Ada dalam Alkitab, “Semoga Allah, yang memberikan ketabahan dan penghiburan kepada manusia, menolong kalian untuk hidup dengan sehati, masing-masing dengan sikap Kristus terhadap satu sama lain.” (Roma 15:5-6, TLB. Berpacaranlah dengan seseorang yang mendorong anda dan menyokong anda. Ada dalam Alkitab,”Kalian kuat, karena kalian bersatu dengan Kristus. Sehingga Roh Allah telah membuat kalian hidup erat dan rukun satu sama lain dan saling mengasihi serta menaruh belas kasihan satu sama lain.

            Apa yang harus dihindari dalam berpacaran. Ada dalam Alkitab,” Marilah kita hidup dengan sopan, seperti pada siang hari, jangan dalam pesta pora dan bermabuk-mabukan, jangan dalam percabulan dan hawa nafsu, jangan dalam perselisihan dan iri hati (Roma 13:13). Berpacaran tidak termasuk hubungan seks. Ada dalam Alkitab,”Tetapi tubuh bukanlah untuk percabulan, melainkan untuk Tuhan, dan Tuhan untuk tubuh . Jauhkanlah dirimu dari percabulan! Setiap dosa lain yang dilakukan manusia, terjadi di luar dirinya. Tetapi orang yang melakukan percabulan berdosa terhadap dirinya sendiri (1 Korintus 6:13, 18). Jagalah diri anda tetap suci. Ada dalam Alkitab,”Setiap orang yang menaruh pengharapan itu kepada-Nya, menyucikan diri sama seperti Dia adalah suci.”(1Yohanes 3:3).

            Agar tidak menyakiti diri kita sendiri, keinginan dan kegiatan seks haruslah ditempatkan di bawah pengendalian Kristus. Ada dalam Alkitab,”Karena inilah kehendak Allah: Pengudusanmu, yaitu supaya kamu menjauhi percabulan, supaya kamu masing-masing mengambil seorang perempuan menjadi istrimu sendiri dan hidup di dalam kekudusan dan kehormatan bukan di dalam keinginan hawa nafsu, seperti yang dibuat oleh bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah (1 Tesalonika 4:3-5).

Bila seseorang ingin memiliki hubungan yang sehat, maka kegiatan yang dijalani bersama sang kekasih haruslah kegiatan yang positif, yang menolong seseorang dalam membangun sebuah hubungan berpacaran yang sehat. Kegiatan-kegiatan tersebut diantaranya sharing dan doa bersama, mengikuti kelas Pendalaman Alkitab di Gereja, belajar bersama, menghadiri seminar-seminar dan konser rohani, menghadiri acara-acara amal, serta menghadiri acara-acara keluarga sang kekasih. Kegiatan-kegiatan tersebut akan membuat hubungan semakin baik dan yang paling penting menghindarkan sepasang kekasih melakukan hal-hal yang tidak sepantasnya.

Selain kegiatan-kegiatan positf, sepasang kekasih dapat pula melakukan kegiatan-kegiatan yang melibatkan orang lain. Hal ini dilakukan untuk menghindari waktu yang hanya dihabiskan untuk berduaan, yang justru pada akhirnya akan menggoda mereka untuk jatuh dalam dosa penyalahgunaan seksual. Berduaan di tempat yang dapat memungkinkan sepasang kekasih berbuat bebas harus dihindari, misalnya di rumah saat sepi, tempat kos, di kamar tidur dan lain-lain. Dengan melibatkan orang lain maka hal tersebut akan mengurangi keinginan seseorang untuk berbuat dosa dengan kekasihnya..

Selain kedua hal tersebut di atas, perencanaan waktu berpacaran juga sangat menentukan sebuah hubungan berjalan secara sehat atau tidak. Orang yang sedang dimabuk asmara biasanya hanya ingin menghabiskan waktu berdua saja dengan kekasihnya. Bila waktu berkencan tidak dibatasi maka tidak menutup kemungkinan akan terjadi hal-hal yang tidak sepatutnya.dilakukan oleh sepasang kekasih.

Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menghindari penyalahgunaan seksual dalam masa pacaran antara lain:

Pembatasan waktu. Pembatasan waktu diperlukan mengingat masih banyak hal lain yang menuntut perhatian kita, seperti pekerjaan, studi, keluarga dan teman-teman yang lain. Jangan sampai waktu kita hanya habis untuk pacar kita. Yang dituntut di sini adalah bagaimana kita bisa memprioritaskan hal yang penting.

Penggunaan waktu. Waktu-waktu pertemuan dengan sang kekasih ada baiknya bila digunakan untuk hal-hal yang bisa membangun hubungan.dalam setiap pertemuan bisa saja digunakan untuk saling mengenal kepribadian masing-masing, hubungan si dia dengan Tuhan juga perlu kita perhatikan. Apabila si dia memiliki hubungan yang baik dengan Tuhan, maka dia akan dapat menjadi kekasih yang bertanggungjawab dalam membina sebuah hubungan. Ia akan membawa hubungan tersebut pada taraf untuk taat dan tunduk kepada Firman Tuhan.

BAB III

PACARAN REMAJA DI GEREJA SIDANG JEMAAT KRISTUS BANJARMASIN

3.1 Sejarah Gereja Sidang Jemaat Kristus

Kesaksian Gereja Sidang Jemaat Kristus dimulai pada tahun 1937 pada saat beberapa saudara dan saudari yang berasal dari Tiongkok tinggal di Surabaya dan mengadakan perhimpunan serta memecahkan roti di kota ini. Pada awalnya mereka bersidang di sebuah rumah di Jalan Gembong Sayuran. Dengan penuh kesederhanaan mereka menempuh kehidupan gereja, menuntut kebenaran Alkitab dan memberitakan Injil baik di Surabaya maupun ke luar kota seperti Malang, Kediri, Bandung, dan tempat-tempat lainnya.

Pada tahun 1967, Brother Witness Lee mengunjungi gereja-gereja di Indonesia dan membawa suplai rohani yang besar. Pada awal 1970-an Brother Chang Wu Chen, seorang co-worker dari Taiwan pun datang merawat gereja-gereja di Indonesia pada waktu itu dan mendorong penginjilan dan perluasan di Indonesia. Saat itulah dicanangkan sebuah harapan agar sebelum kedatangan Tuhan kali kedua, di seluruh Indonesia bisa ada 500 kaki dian emas. Melihat keperluan yang besar di Indonesia, Brother Witness Lee mengutus beberapa orang sekerja dari Taiwan ke Indonesia, di antaranya adalah Brother Daniel Dang dan Brother Chen Pau Che. Pada saat itu Tuhan membangkitkan sekelompok kaum saleh melayani Tuhan sepenuh waktu. Melalui jerih-lelah mereka, kesaksian pemulihan Tuhan makin tersebar lagi di pulau Jawa, Kalimantan, Sumatera, maupun Sulawesi.

Tuaian memang banyak, namun pekerja sedikit. Karena itu ada keperluan untuk membangkitkan pekerja-pekerja Tuhan yang dapat memberitakan injil dan merawat gereja-gereja baru. Pada tahun 1987, di Surabaya di adakan pelatihan rohani yang dipimpin langsung oleh Brother Chang Wu Chen. Sejalan dengan adanya pelatihan tersebut, Gereja Sidang Jemaat Kristus di Surabaya juga mengalami kemajuan rohani dan peningkatan jumlah kaum saleh yang bersidang serta ada pertambahan tempat-tempat bersidang baru. Mulai tahun 1991 pelatihan ini dipindahkan ke Lawang hingga saat ini.

Karena perkembangan gereja, pada tahun 1982 gereja membeli sebidang tanah di Surabaya Barat. Kemudian 1996 di tempat itu mulai dibangun Gedung balai sidang. Pada tahun 2000, setelah balai sidang di Darmo Permai selesai, Gereja Sidang Jemaat Kristus di Surabaya mengadakan Sidang Perbauran Internasional.

Pada periode 1990-2000-an gereja meluas dan berkembang melalui sidang-sidang kelompok di rumah-rumah jemaat, melalui membuka distrik-distrik baru, melalui sidang anak-anak, mendapatkan beberapa keluarga. Pada tahun 1994 Tuhan membangkitkan sekelompok orang muda, mereka telah menyelesaikan pendidikan mereka di perguruan tinggi, mereka meninggalkan profesi dan masa depan, untuk melayani Tuhan.

Pada bulan Januari 2005 gereja-gereja di Indonesia mendirikan Pusat Pelatihan Sepenuh Waktu di Jakarta dan telah banyak kaum beriman muda yang mengikuti pelatihan tersebut. Setelah mereka menyelesaikan pelatihan, ada yang melanjutkan pelayanan sepenuh waktu dan pergi bagi perluasan kesaksian Tuhan di seluruh Indonesia, juga ada yang kembali berprofesi namun mereka tetap menunaikan fungsi di berbagai lokal di Indonesia.

Tuhan juga membangkitkan saudara-saudari yang masih berkuliah khususnya di U.K.Petra dan Ubaya. Mereka menuntut bersama, memberitakan injil dan aktif dalam siding-sidang gereja, bahkan para saudara tinggal bersama untuk menempuh penghidupan korporat di kampus. Melihat perkembangan tersebut, didirikanlah Brothers’ House yang pertama di Surabaya, dan pada tanggal 11 Juli 1998 saudara-saudara mulai menempuh penghidupan korporat di tempat ini. Saat ini (2015) di Surabaya ada 6 brothers house dan 4 sisters house.

Mulai awal tahun 2000-an, banyak orang diselamatkan, timbulah keperluan akan penggembalaan dan orang-orang yang bisa berfungsi di tiap-tiap tepat sidang. Maka sejak tahun 2006 gereja mulai mengadakan pelatihan-pelatihan untuk menggenapi orang-orang kudus sehingga semakin banyak kaum saleh yang bisa berfungsi bagi pekerjaan ministri untuk membangun dan memperluas Tubuh Kristus.

Pada tahun 2015, Pelatihan Sepenuh Waktu Indonesia mencanangkan akan membuka kampus kedua di Surabaya. Fasilitas pelatihan ini dimaksudkan untuk melatih lebih banyak lagi orang-orang muda, khususnya dari wilayah Indonesia Timur. Pada awal tahun 2016 Pelatihan Sepenuh Waktu Indonesia memulai kelas pelatihannya di Surabaya bertempat di salah satu balai sidang gereja di Surabaya.

Kini Gereja Sidang Jemaat Kristus mendambakan agar kaum saleh mengalami pertumbuhan kehidupan, dibangunkan untuk mewujudkan kesaksian realitas Tubuh Kristus dan memperluas kesaksian Tuhan di seluruh Indonesia, untuk mempersiapkan dan menyambut kedatangan Tuhan kali kedua.

3.2 Letak Geografis Gereja Sidang Jemaat Kristus di Banjarmasin

Adapun mengenai keberadaan Gereja Sidang Jemaat Kristus di Banjarmasin dimulai dari beberapa keluarga yang berpindah dari pulau Jawa ke pulau Kalimantan pada periode 1990-an. Gereja di Banjarmasin meluas dan berkembang melalui sidang-sidang kelompok di rumah-rumah jemaat, melalui membuka distrik-distrik baru, melalui sidang anak-anak, mendapatkan beberapa keluarga.

Tuhan membangkitkan sekelompok orang, mereka telah menyelesaikan pendidikan mereka di berbagai kota di pulau Jawa, mereka meninggalkan pulau Jawa untuk berprofesi dan membina masa depan, serta untuk melayani Tuhan di kota Banjarmasin. Mereka kemudian membeli sebidang tanah di daerah Pekauman dan membangun Gedung Gereja di Jalan Muhajirin IV no 57, RT 18 RW 08, Pekauman, Banjarmasin.

Mulai awal tahun 2010-an, banyak orang diselamatkan, timbulah keperluan akan penggembalaan dan orang-orang yang bisa berfungsi di tiap-tiap tepat sidang. Maka Gereja di Banjarmasin mulai mengadakan ibadah-ibadah dan  pelatihan-pelatihan untuk menggenapi orang-orang. Karena itu dipandang perlu untuk mencari lokasi baru untuk memperluas pekerjaan Tubuh Kristus. Puji Tuhan akhirnya melalui pengaturan Tuhan didapatkanlah  lokasi tambahan yang baru  dengan menggunakan Gedung Bank Mayapada, yang beralamat di Jalan Ahmad Yani KM 1 No. 88, Banjarmasin.

3.4. Pemahaman Pacaran  Menurut Konteks Gereja Sidang Jemaat Kristus

Pada waktu Allah menciptakan manusia, dalam pandangan-Nya, Adam dan Hawa masing-masing merupakan manusia separuh. Setelah kedua manusia itu disatukan, barulah menjadi seorang manusia yang sempurna dan utuh. Sebab itu kecuali orang-orang yang beroleh karunia untuk membujang, setiap orang harus menikah. Hampir semua guru Alkitab percaya bahwa masalah memilih jodoh di antara anak-anak Allah tidak lain berarti mencari pasangannya yang separuh itu.

TUHAN Allah berfirman : "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia" Kejadian 2:18

Nah, Anda harus menemukan pasangan Anda yang separuh itu, barulah Anda menjadi seorang manusia yang utuh. Jadi, memilih jodoh dimaksudkan untuk menggenapkan ke-"satu"-an tersebut. Selama kedua orang itu masing-masing masih merupakan manusia yang separuh, itu tidak berguna. Anda harus menemukan pasangan Anda yang separuh lainnya barulah lengkap. Kalau dalam satu pernikahan, walaupun kedua orang yang separuh itu sudah tinggal bersama, tetapi masing-masing masih tetap separuh, pernikahan ini pasti menjadi tidak beres. Kita percaya bahwa orang yang dijodohkan oleh Allah tidak boleh bercerai. Karena itu, kita harus menemukan orang separuh lainnya yang Allah jodohkan dengan kita.

            Baik tidaknya pernikahan saudara saudari muda, besar sekali pengaruhnya bagi gereja, karenanya saudara saudari yang dewasa tidak dapat tidak harus memperhatikan masalah ini. Kita harus menyadari pentingnya masalah ini dan harus membantu kaum muda agar mereka memperlakukannya dengan benar. jika saudara saudari muda dalam masalah pernikahan tidak berjalan di jalan yang lurus dan menimbulkan kesulitan, kesulitan keluarga mereka kelak juga akan menjadi kesulitan gereja, sehingga beban yang harus kita tanggung akan menjadi berat sekali.

            Semoga saudara saudari muda bersikap terbuka, tanpa prasangka, dan berkepala dingin dalam membereskan hal ini di hadapan Allah; harus membereskannya dengan obyektif, bukan subyektif. Sebab pemberesan yang subyektif akan mudah. membuat hati dan kepala sama-sama menjadi panas, sehingga banyak aspek menjadi kabur, bahkan tidak kelihatan sama sekali. Padahal setiap aspeknya harus dipertimbangkan matang-matang dengan kepala dingin dan secara obyektif di hadapan Allah. Jangan sekali-kali bertindak emosional dan terlampau gairah untuk segera melompat ke dalamnya.

Ketahuilah, dalam masalah pernikahan, kita sebagai orang Kristen hanya dapat melompat ke dalam, tidak dapat melompat ke luar. KaIau orang dunia dapat melompat ke dalam dan dapat pula melompat ke luar, namun kita tidak dapat melompat ke luar. Sebab itu, sebelum kita melompat ke dalam, hendaklah kita mempertimbangkan sebaik-baiknya.

            Di sini saya akan mengetengahkan beberapa syarat utarna bagi suatu pernikahan, dan saya harap saudara saudari muda mempertimbangkan dan menyelesaikannya satu demi satu dengan kepala dingin di hadapan Allah; jangan sembarangan melewatkannya.

3.4.1. Tarikan Alamiah

            Yakub menikahi Rahel tentu lebih mudah sukses daripada menikahi Lea. Sebab itu, jangan sekali-kali meremehkan masalah tarikan alamiah. Jadi, tidak hanya asal dia seorang saudara atau saudari, Anda sudah boleh menikah dengan dia. Memang, masalah tarikan alamiah itu tidak terdapat dalam hal Anda saling menjadi saudara atau saudari, tetapi jika Anda ingin menikah dengan seseorang, maka faktor-faktor tarikan alamiah itu sama sekali tidak dapat diabaikan. Kita harus ingat bahwa dalam masalah pernikahan, unsur tarikan alamiah ini harus ada.

"Kemolekan adalah bohong dan kecantikan adalah sia-sia, tetapi istri vang takut akan TUHAN dipuii-puji." Amsal 31:30

            Seorang Doktor dari Misi Persekutuan Amerika pemah mengatakan bahwa tarikan yang timbul secara timbal-balik itulah tanda saling mengasihi yang tertinggi. Ia adalah seorang hamba Tuhan yang dipakai Tuhan secara besar-besaran. Katanya, "Tuhan menghendaki Anda menjadi saudara saudari dengan semua orang beriman. Dalam hal ini tidak terdapat masalah tarikan. Namun, jika Tuhan menghendaki Anda menikah dengan seseorang, masalah tarikan alamiah itu haruslah ada."

            Bahkan Paulus sendiri dalam 1 Korintus 7 tidak melupakan masalah ini. Di situ ia mengatakan bahwa Anda boleh melakukan pernikahan menurut kesukaan Anda. Ini menunjukkan kepada kita bahwa dalam masalah pernikahan harus ada kesesuaian dengan kesukaan Anda sendiri. Harus Anda lakukan menurut apa yang Anda anggap baik, itulah yang benar. Karena itu agar suatu pernikahan sukses, harus ada tarikan alamiah. Hal ini sebenarnya tidak usah diajarkan, sebab saudara saudari muda sendiri telah mengetahuinya. Mereka menyadari bahwa dalam unsur-unsur pernikahan terdapat masalah tarikan alamiah. Maksud kita mengemukakan hal ini hanya sekadar memperlihatkan kepada mereka bahwa saudara-saudara dewasa pun mengakui adanya hal tersebut, dan menganggap hal dernikian tidak salah. Setiap pernikahan tanpa tarikan alamiah akibatnya selalu tidak baik; itu merupakan pernikahan paksaan.

            Anda harus tahu, jika Anda ingin memilih seseorang menjadijodoh Anda, Anda harus berkenan akan kehadirannya, dan Anda harus bisa menikmati pertyertaannya. Anda tidak bisa menerima kehadirannya dengan menahan diri atau dengan bersabar; Anda harus merasa senang akan kehadirannya. Tidak jarang orang hidup bersama jodohnya dengan kesabaran, bukan dengan kesenangan. Anda harus merasa bahwa kehadiran jodoh Anda merupakan sukacita dan mustika bagi Anda, Anda senang tinggal berduaan dengan dia jika Anda tidak dapat merasa senang akan kehadiran jodoh Anda, atau kehadirannya tidak menjadi suatu kenikmatan bagi Anda, lebih baik jangan menikah, sebab di sini kekurangan satu syarat untuk pernikahan. Apa lagi kesenangan atau kenikmatan atas kehadiran jodoh Anda itu bukan bersifat sementara, melainkan bersifat permanen. Anda sendiri harus menyadari dan terus menyukai kehadiran bersama ini, walaupun sudah lewat 30 atau 50 tahun; bukan setelah lewat 3 atau 5 hari sudah merasa bosan. Sebab itu, tarikan yang demikian merupakan salah satu syarat utama bagi satu pernikahan.

3.4.2. Kesehatan Tubuh

             Kedua, harus memperhatikan kesehatan tubuh. Kasih yang besar mungkin dapat melampaui kelemahan tubuh, itu suatu fakta. Kita mengakui bahwa ada sebagian orang yang menikah karena prihatin akan kelemahan tubuh pasangannya.

            Di Inggris ada seorang saudara menikah dengan seorang saudari karena saudari itu seorang tunanetra.        Kasus demikian sering terjadi dalam sejarah gereja. Itu disebabkan adanya kasih yang besar, yang dapat melampaui kelemahan tubuh.

            Akan tetapi, di pihak lain kita harus menyadari bahwa dalam keadaan biasa tidak setiap orang memiliki kasih sebesar itu. Dalam keadaan normal, kelemahan tubuh dapat merusak suksesnya perkawinan. Jika ada sepihak yang tubuhnya selalu tidak sehat, sering sakit, maka pihak yang lain pasti akan mengalami pengorbanan yang amat besar, sehingga dengan sendirinya akan menyebabkan pernikahan itu gagal.

            Jika dalam pernikahan ada sepihak yang tubuhnya lemah dan menerima pelayanan dari pihak lain, ia hanya akan memiliki dua kemungkinan, yaitu egois atau berperasaan peka.

            Orang yang egois ialah orang yang hanya bisa mengambil tanpa memberi; hanya bisa menerima tanpa mengeluarkan. Jika pihak yang lemah itu bersikap egois, ia selalu mengira dirinya patut menerima pertolongan, maka setelah Iewat sejangka waktu, jika keegoisannya itu diketahui oleh pihak lain, ia akan tidak dipandang. Pihak lain dengan sendirinya merasa bahwa suami atau istrinya begitu egois, hanya bisa memikirkan dirinya sendiri, tidak memikirkan orang lain. Karenanya, sejak saat itu ia tidak akan diindahkan lagi.

            Atau, mungkin Anda bukan orang yang egois, melainkan orang yang berperasaart peka, demikian pun sangat sulit. Begitu Anda menerima pelayanan suami atau istri Anda, Anda Ialu merasa tidak layak menerima pengorbanannya yang begitu besar. Suami atau istri Anda selalu melayani Anda, Anda selalu menerima perlakuan yang istimewa, Anda akan merasa sukar melalui hari-hari Anda. Sebab itu, dalam keadaan normal, kelemahan tubuh atau sakit dapat mempengaruhi suksesnya suatu pernikahan.

            Sekarang kita membicarakan dari pihak yang melayani. Ia pun memiliki dua kemungkinan, yaitu ia mungkin sudi berkorban atau ia merasa bahwa pengorbanannya harus ada batasnya. Sering kali kesabaran orang mudah habis, kesabaran manusia bukan tanpa batas. Begitu kesabaran itu habis, pasti akan timbul masalah dalam keluarga. Adakalanya orang bukan kehabisan kesabaran, melainkan tidak sudi berkorban. Adakalanya Anda merasa pihak lain begitu egois, Anda Ialu merendahkannya; jika pihak lain berperasaart peka, Anda membuatnya merasa lebih berhutang. Itu seperti Anda memiutangi orang, jika ia egois, ia akan mengambil apa yang Anda berikan, bahkan mengambil terusmenerus; jika ia berperasaart peka, Anda akan membuatnya merasa tidak enak. Sebab itu, saya ingin menunjukkan kepada kalian bahwa walaupun kelemahan tubuh bukan masalah yang terlalu besar, namun hal tersebut pasti akan menjadi kesulitan yang sangat besar bagi keluarga Anda di kemudian hari. Kelemahan tubuh belum tentu menjadi kesulitan pada waktu pernikahan, tetapi menjadi kesulitan setelah pernikahan.

            Saya mengenal seorang saudara, ia mengidap penyakit yang sangat parah, akhirnya istrinya terpaksa harus bekerja untuk menghidupi keluarga itu. Istrinya pada siang hari pergi bekerja, setelah pulang pada petang hari, ia masih harus mengerjakan pekerjaart rumah tangga. Keadaan demikian hanya bisa berlangsung sejangka waktu, tidak dapat berlangsung terlalu lama. Istrinya tidak bisa bekerja terus menerus. Dalarn keadaan normal ia tidak dapat melampaui batas.

            Karenanya saya yakin bahwa dalam suatu pernikahan yang sukses, kondisi kesehatan kedua belah pihak harus seimbang. Tidak boleh ada sepihak yang menderita penyakit gawat. Jika tidak, pada waktu melalui ujian yang luar biasa, pihak lain akan merasa sulit dan tidak tahan. Sebab itu, dalam pernikahan kita harus memperhatikan pula kesehatan tubuh pihak lain.

3.4.3. Masalah Keturunan

             Masalah pernikahan harus dilihat dari jarak jauh, juga harus memperhatikan masalah keturunan, meneliti kesehatan pribadinya, harus pula melihat kesehatan nenek moyang atau leluhurnya.

            Masalah keturunan ini bukan hanya bertalian dengan ilmu kedokteran, tetapi juga ada kaitannya dengan Alkitab. Hukum. Taurat mengatakan bahwa Allah adalah Allah yang membenci kejahatan. Siapa saja yang membenci Allah, Ia akan menuntut dosanya sampai tiga dan empat keturunan. Dan siapa saja yang mengasihi Dia dan menuruti perkataan-Nya, Allah akan mencurahkan kasih-Nya sampai beribu-ribu keturunan.

            Banyak orang yang pada waktu mudanya berperilaku kurang senonoh. Hal itu disebabkan ayah atau kakeknya di hadapan Allah seolah-olah menabur dalam badai, yaitu orang yang perilakunya tidak senonoh. Orang yang demikian pada suatu hari mungkin bisa beroleh pengampunan, diselamatkan, dan beroleh hayat baru. Akan tetapi kalian harus ingat, banyak orang bisa memenuhi syarat untuk beroleh selamat, tetapi tidak bisa memenuhi syarat untuk menikah. Tuhan dapat mengampuni dosa-dosanya, perilakunya, dan menyelamatkannya; tetapi jika ia menikah dan melahirkan anak, maka anak-anaknya sangat sukar untuk beroleh selamat. Ia dapat menabur benih jahat, tapi tidak dapat menabur benih kelahiran kembah; ia hanya dapat menanam benih dosa, tidak dapat menanam benih hayat Allah, sehingga anak-anaknya pun tidak dapat dilahirkan kembali. Sering kali orang yang demikian akan melahirkan keturunan yang berbuat dosa lebih hebat, sehingga membuat orang tua mereka sangat menderita. Saya tidak mengatakan hal itu akan terjadi pada waktu Anda baru menikah, tetapi pada masa pertengahan hidup Anda yang terakhir. Pada waktu-waktu itulah Anda akan sangat dipersulit oleh anak-anak Anda.

            Ada orang bertanya, bukankah saudara anu sangat rohani, tetapi mengapa ia melahirkan anak-anak yang begitu buruk? Adakalanya Anda heran, mengapa saudari anu melahirkan seorang anak yang begitu ceroboh? Ketahuilah, di sini ada masalah hukum keturunan. Keturunan atau generasi kedua atau ketiga akan mewarisi benih-benih jahat dari leluhur mereka. Benihbenih yang ditabur dalam badai akan dituai dalam topan. Benih yang Anda tanam ini akan dituai oleh keturunan (anak cucu) Anda. Penaburan yang demikian di satu pihak akan menghasilkan seorang dosa yang sulit bertobat bagi gereja, dan di pihak lainnya akan melahirkan anak yang mutlak berlawanan dengan Anda dalam keluarga. Itu benar-benar merupakan masalah yang sangat menyulitkan.

            Jika seseorang mempunyai kesulitan dalam hal keturunan, namun ia telah menikah, apa yang harus ia lakukan? Ia harus belajar mohon belas kasihan Allah agar dibebaskan dari tangan siasat Allah. Sebab hal itu pun merupakan tangan siasat Allah, dan juga merupakan pengaturan Allah. Ia harus mengharap agar tangan siasat Allah itu digeser, sehingga ia terhindar dari akibat-akibatnya.

            Karena itu, saudara saudari muda harus memperhatikan bagaimana sebenamya masalah keturunan keluarga calon jodoh Anda itu, sebab hal tersebut sangat besar sangkut pautnya dengan separuh masa hidup Anda yang terakhir.

3.4.4. Keadaan Keluarga

             Keempat, kita harus memperhatikan bagaimana sebenarnya keadaan keluarganya. Orang Barat mempunyai sebuah pepatah, "Saya menikahi dia, tapi saya tidak menikahi keluarganya." Namun hal ini mustahil. Jika seorang anak perempuan menikah, maka seisi keluarganya akan mengikutinya. Begitu seseorang menikah, seisi keluarga suaminya pun ikut serta; seisi keluarga istrinya pun ikut serta. Mengapa? Sebab setiap orang, sedikit atau banyak, pasti mirip dengan keluarganya. Perhatikanlah keadaan standar moral keluarga calon jodoh Anda: adakah cita-cita yang tinggi, bagaimanakah pandangan mereka terhadap suatu perkara, adakah prinsip yang keras, bagaimana sikap orang laki-lakinya terhadap perempuan, dan sebaliknya. Asalkan Anda memperhatikan pertanyaan-pertanyaan ini sejenak, Anda pasti mengetahui bagaimana kelak keluarga Anda jadinya.

            Seorang anak laki-laki atau anak perempuan yang telah menerima asuhan keluarganya selama belasan atau dua puluh tahunan, walau mungkin ia tidak puas akan keluarganya, tetapi ketika ia menikah dengan Anda, secara tidak sadar ia akan menyatakan cara-cara, kebiasaan-kebiasaan, atau corak-corak keluarganya ke dalam keluarga Anda. Saya tidak berani mengatakan 100 persen demikian; tetapi saya berani mengatakan, setidaknya 70 sampai 80 persen demikian. Walau hal tersebut belum tentu tertampil segera, tetapi keadaan keluarganya yang lama, yakni keluarga ayahnya akan merembes sedikit demi sedikit ke dalam keluarga Anda.

            Jika seorang ayah dalam suatu keluarga sangat keras terhadap anak-anaknya, anak perempuan atau anak laki-laki yang berasal dari keluarga itu kebanyakan akan menjadi kurang keramahan. Tetapi, jika sebuah keluarga sangat rukun, ayah dan ibu penuh kasih, anak-anak yang berada dalam keluarga itu pasti berwatak lemah lembut dan mudah hidup bersama orang lain. Jika ayah dan ibu sebuah keluarga sangat teliti, perasaan anak-anak keluarga itu pun pasti kebanyakan terarah ke dalam, bukan ke luar. Jika Anda ingin memilih seorang suami yang dingin, itu boleh, tetapi jika Anda ingin memilih suami yang panas, itu tidak boleh. Kalau Anda memilih anak perempuan yang demikian, pasti perasaannya terarah ke dalam, tidak terarah kepada orang lain- Sebuah keluarga macam apa pasti melahirkan anak-anak macam itu pula. Keadaan sebuah keluarga selalu tercermin pada generasi berikutnya.

            Karena itu, ada sebuah perkataan, "jika seseorang ingin menikahi seorang anak perempuan, lihat saja ibunya." Kita tidak berani membenarkan seluruhnya perkataan ini, tetapi sedikit banyak mengandung kebenaran. Asalkan Anda melihat bagaimana ibunya memperlakukan ayahnya, Anda pun dapat mengetahui bagaimana ia memperlakukan Anda di kemudian hari. Karena ia telah melihat cara-cara ibunya lebih dari dua puluh tahun, dan ia sudah mempelajari cara-cara itu; maka dengan cara itu pula kelak ia memperlakukan Anda. Saya tidak mengatakan 100 persen demikian, tetapi saya berani mengatakan 70 atau 80 persen demikian.

            Sebagai contoh, orang yang berwatak keras. Ketika Anda bercakap-cakap, dengannya, mungkin ia sangat ramah tetapi karena ia dibesarkan dari keluarga yang berwatak keras, cepat atau lambat wataknya pasti akan ternyata. Jika ada satil keluarga yang tertib, tanpa saling bertengkar atau berkelahi, dengan sendirinya anak-anak yang keluar dari keluarga ini pun sangat sopan, tidak berkata-kata atau bertengkar seenaknya, juga jarang sekali membuat gaduh. Anak-anak yang dilahirkan dari keluarga demikian setidak-tidaknya mengetahui bahwa bercekcok itu suatu urusan besar dan bertengkar itu tidak benar. jika Anda ingin ia memukul atau memaki-maki orang lain tidak ubahnya dengan menyuruh ia mendaki gunung yang tinggi. Kalau ada seorang saudara atau saudari yang keluarganya setiap hari bertengkar, Anda harus ingat bahwa walau hari ini ia sangat sungkan terhadap Anda, tetapi hal itu tidak dapat diandalkan, itu hanya berpura-pura saja. Pada suatu hari, ketika ia agak kendur, maka seluruh kebiasaan keluarganya akan dipraktekkan. Sebab ia merasa bertengkar dan berkelahi itu sangat mudah. Nah, saat itu Anda akan dibuat kewalahan.

            Sebab itu, sebelum Anda memutuskan untuk menikahinya, Anda harus meninjau dulu keadaan keluarganya, apakah Anda menyukai atau tidak. jika Anda menyukai, kelak 70 atau 80 persen pasti demikian jadinya. Kalau keadaannya tidak benar, janganlah Anda mengharap ia kelak menjadi seorang yang terkecuali.

            Ingatlah, pendidikan atau pandangan orang tidak sama. Pandangan orang begini, kebiasaannya mungkin begitu. Kalau keluarganya sering bercekcok, berkelahi, dan melakukan perkara-perkara yang tidak senonoh, ia pun kemudian berkelahi dan bercekok, sebab kebiasaan orang sukar diubali. Kalian harus nampak, menikahi seorang saudari berarti menikahi seluruh keluarganya. Menikah dengan seorang saudara sama dengan menikah dengan satu keluarga. Sebab itu, Anda harus terlebih dulu melihat dengan cermat keadaan keluarganya.

3.4.5. Masalah Umur

             Mengenai umur, menurut pendapat umum memang wanita lebih dini matangnya daripada pria, dan wanita pun lebih dini menua. Karena itu, jika ingin menikah, ditinjau dari segi jasmani, lebih cocok jika usia pria lebih tua 5 sampai 8 tahun, sebab hal tersebut sesuai dengan kedinian yang kita katakan tadi. Ini ditinjau dari segi umur jasmani.

            Pada pihak lain, manusia mempunyai usia mental. Boleh jadi seseorang yang sudah dewasa pada fisiknya, tetapi bermental kanak-kanak, bahkan ada kemungkinan orang yang fisiknya sudah tua, mentalnya masih sangat muda. Misalkan ada orang yang fisiknya telah berusia 30 tahun, tetapi mentalnya baru berusia 20 tahun, masih hijau. Sebab itu, teristimewa di antara orang Kristen, jika mental seorang saudara lebih dini matang daripada saudari, usia saudari lebih tua sedikit, tidak menjadi soal.

            Persoalannya tergantung pada apakah Anda mementingkan umur jasmani atau umur mental. Ditinjau dari umur jasmani, memang lebih baik saudara lebih tua daripada saudari. Tetapi, ditinjau dari umur mental, umur saudari lebih tua pun baik juga. Dalam hal ini kita tidak dapat menetapkan bagi saudara saudari, mereka sendirilah yang harus menentukan. Ada orang yang mementingkan aspek jasmani, ada pula yang mementingkan aspek mental. Karena itu, mengenai aspek umur kita tidak mempunyai peraturan yang kaku.

3.4.6. Persamaan dalam Watak dan Kegemaran

             Kelima perkara yang kita bahas di atas hampir semuanya bertalian dengan aspek fisik. Sekarang kita akan membahas aspek kejiwaan atau aspek watak.

            Jika pernikahan seseorang ingin benar, bukan hanya harus ada tarikan alarniah, tetapi juga harus ada persesuaian watak; atau harus ada persarnaan dalam kegemaran dan kesenangan. Jika dalam suatu perkawinan tidak terdapat kecocokan watak atau kegemaran, cepat atau lambat keluarga ini pasti akan kehilangan damai sejahtera, dan kedua belah pihak pasti akan menderita. Saudara-saudara yang baru beriman harus nampak bahwa tarikan alamiah hanya bersifat sementara, tetapi kecocokan watak bersifat permanen.

            Di kalangan orang yang tidak percaya terdapat cinta kasih seperti yang dilukiskan dalam novel, dan itu hampir semuanya ditujukan kepada tarikan alamiah, bukan kasih yang dikatakan dalam Alkitab. Memang, kasih mengandung tarikan alamiah, tetapi tarikan alamiah bukan kasih itu sendiri. Dalam kasih ada tarikan alamiah, dan ada pula pendekatan atau persamaan watak. Jadi ada dua syarat atau faktor dalam kasih : tarikan alamiah dan kecocokan watak atau persarnaan kegemaran.

"Meskipun demikian alangkah baiknya, kalau semua orang seperti aku,… Tetapi kalau mereka tidak dapat menguasai diri., baiklah mereka kawin. Sebab lebih baik kawin dari pada hangus karena hawa nafsu." 1 Korintus 7:7-9


BAB IV

ANALISA TERHADAP PUASA DI DALAM PERUBAHAN SOSIAL DAN DALAM  GEREJA SIDANG JEMAAT KRISTUS

4.1. Puasa di dalam Perubahan-Perubahan Sosial

Berdasarkan pengamatan kelompok setelah membaca dan memperhatikan satu per satu maka kelompok menyimpulkan bahwa pada perubahan-perubahan sosial puasa dimaknai berbeda-beda tergantung konteks tempat dan keadaan yang ingin di capai dari praktek puasa tersebut.

Mari kita melihat pendapat para ahli secara umum mengenai puasa dalam konteks perubahan-perubahan Sosial, dimana terdapat beberapa para ahli yang mengemukakan sebagai berikut :

1.    Allan Cott, M. D.

Allan Coot, M. D adalah seorang kawanan dari Amerika. Ia telah menghimpun hasil pengamatan dan penelitian para ilmuwan berbagai negara. Lalu ia menghimpunnya dalam suatu buku “Why fast”. Ia mengartikan puasa adalah merasa lebih bagus fisik dan mental, melihat dan merasa lebih muda, membersihkan raga dan menurunkan tekanan darah dan kadar lemak.

2.    Riyad Albiby and Ahmed Elkadi

Puasa adalah keadaan diimana meningkatkan kekebalan tubuh ataupun imun terhadap berbagai penyakit.

3.    Elson M. Haas M. D

Ia adalah seorang direktur medical centre of Marin (sejak tahun 1984). Elson beranggapan bahwa puasa adalah proses diet yang ada didunia barat alasan mengapa ia berpendapat begitu  adalah dikarenakan kebanyakan dari orang barat terlalu berlimpah makanan sehingga ita menyarankan supaya orang lain mulai mengatur makanyannya agar lebih seimbang.

4.    Alvenia M. Fulton

      Ia adalah seorang direktur lembaga makanan sehat “Fultonia” di Amerika serikat. Ia menyatakan bahwa puasa adalah cara terbaik untuk memperindah wanita secara alami. Puasa menghasilkan kelembutan pesona dan daya pikat.

4.2. Puasa di dalam Gereja Sidang Jemaat Kristus di Banjarmasin

Berdasarkan pengamatan kelompok pada jemaat yang ada di dalam Gereja Sidang Jemaat Kristus di Banjarmasin, belum semua mengerti akan perlunya berpuasa. Dari hasil wawancara yang dilakukan kelompok tidak banyak yang aktif berdoa dan berpuasa. Itu pun terdiri dari gembala sidang, penatua dan anggota majelis yang  rutin mengikuti ibadah doa yang diadakan setiap minggunya di hari selasa serta beberapa jemaat umum yang kadang-kadang mengikuti ibadah doa dan ibadah distrik / gugus rumahan.

Sebagian dari para anggota Majelis ini sering berdoa syafaat dan berpuasa untuk topik-topik doa seperti untuk keselamatan bangsa dan negara Indonesia dan bagi pekabaran injil dan perluasan pelayanan di pulau Kalimantan secara umum dan secara khususnya di Kota Banjarmasin dan Banjarbaru. Hal ini mengingat masih adanya hambatan-hambatan secara politis melalui perizinan dari struktural pemerintahan bagi perluasan dan peningkatan pelayanan gereja yang ada, terutama untuk pos pekabaran injil untuk daerah Martapura, Kabupaten Banjar dan untuk pos pekabaran injil di daerah Pleihari, Kabupaten Tanah Laut.

Adapun sebagian dari anggota Majelis juga sering berdoa dan berpuasa untuk mendoakan kesembuhan para anggota jemaat yang sedang sakit dan sedang lemah tubuh. Ini dikarenakan banyak anggota jemaat terutama yang sudah berumur separuh baya mudah sekali terkena sakit penyakit dan kondisi kesehatan yang sudah menurun, yang terutama disebabkan oleh pola makan dan pola penghidupan yang hanya memperhatikan kerja dan kerja saja dan kurang memperhatikan kesehatan tubuh.

Sedangkan untuk anggota jemaat umum kebanyakan hanya melakukan doa puasa kalau ada masalah-masalah pribadi yang dirasa cukup berat yang menghimpit penghidupan sehari-harinya, seperti masalah kesulitan ekonomi, masalah pertengkaran dalam rumah tangga, masalah anak sekolah dan lain sebagainya. Waktu di dalam wawancara ditanyakan oleh kelompok mengenai penyebab jarangnya berdoa puasa, mereka menjawab bahwa hal ini dikarenakan mereka masih sibuk bekerja dan tidak ada waktu untuk dapat secara khusus berdoa puasa. Sebagian lagi menjawab karena kondisi kesehatan mereka (seperti diabetes) yang tidak memungkinkan mereka berdoa puasa.

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

B. SARAN

            Adapun saran dari


DAFTAR PUSTAKA

Buku:


PERANAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN TERHADAP PACARAN REMAJA KRISTEN DI GEREJA SIDANG JEMAAT KRISTUS BANJARMASIN

Tugas Mata Kuliah :

METODOLOGI PENELITIAN

Dosen : Pdt. Sudianto, S.Th, M.Si

OLEH :

DENNY  SUSANTO

NIM :1706056

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER TEOLOGI

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI GEREJA KALIMANTAN EVANGELIS

BANJARMASIN

2017