Dapat menghindarkan diri dari cinta dunia yang berlebih-lebihan merupakan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Cinta dunia merupakan kondisi seseorang yang menyukai dan mengorbankan segala yang dimilikinya demi mendapatkan kesenangan dunia baik berupa harta, wanita, atau tahta. Pada akhirnya, kecintaan tersebut akan membutakan hatinya sehingga lalai terhadap akhirat.

Mengapa cinta dunia dikatakan sebagai penyakit hati yang menjadi akar dari segala perbuatan dosa manusia?

Pertama, mencintai dunia yang berlebihan akan menimbulkan sikap mengagungkannya. Padahal, dunia di hadapan Allah sangat rendah. Mengagungkan apa yang dianggap hina oleh Allah termasuk dosa besar. Kedua, Allah melaknat dunia dan membencinya, kecuali dunia yang digunakan untuk kepentingan agama-Nya.

Kenapa kita tidak boleh mencintai dunia?

Jawaban: karena,menghalangi mereka dari keimanan dan syariat. Cinta dunia bisa merintangi mereka menjalankan kewajiban atau minimal malas berbuat kebajikan. Kelima, mencintai dunia mendorong kita menjadikan dunia sebagai orientasi hidup.

Sikap apa yang terjadi kalau kita terlalu cinta dunia?

Hubbud Dunya adalah cinta dunia yang berlebihan, merupakan induk segala kesalahan (maksiat) serta perusak agama. Terlalu mencintai dunia akan menodorong orang untuk melakukan dosa dan kerusakan dimuka bumi. Orang ini akan melakukan segala cara untuk mencapai kebahagiaan dan kenikmatan dunia.

Apa itu penyakit wahn?

Wahn merupakan penyakit yang menjangkiti umat ini secara indvidu maupun komunitas di akhir zaman. Penyakit ini menjerumuskan umat ke dalam kekalahan dan kehinaan ‎yaitu cinta dunia dan takut mati.

Bagaimana cara menghindari cinta dunia?

Berikut adalah cara-caranya yang bisa kamu lakukan agar dijauhkan dari sifat berlebihan terhadap dunia;

  1. Sadarilah bahwa dunia itu sementara.
  2. Sadarilah bahwa dunia itu melenakan.
  3. Sadarilah dunia itu menipu.
  4. Carilah kebahagiaan yang hakiki (sebenarnya) yaitu kebahagiaan akhirat.

Cinta kepada dunia atau harta secara berlebihan tidak pernah puas dengan apa yang telah ada Dinamakan?

Cinta dunia. Salah satu hal yang paling dirisaukan oleh Rasulullah SAW adalah ketika umat Islam sudah terjebak ke dalam cinta berlebih-lebihan kepada dunia. Dalam kamus Islam, kondisi ini dikenal dengan istilah hubbud dunya atau gila dunia.

Apa akibat bagi orang yang terlalu mencintai harta dan melupakan kehidupan akhirat?

dia dapat menjadi orang2 yang merugi di akhirat, mungkin bisa di siska di neraka ,, kerena dia melupakan kehidupan akhirat ( kehidupan yang kekel nan abadi ) ingat hidup di dunia hanyalah sementara jadi percuma ngumpuli ung sebayak2nya toh ga bisa di bawa ke alam barza , ga bsa nebus dosa !!

Mengapa Orang yang mencintai akhiratnya dia telah mendatangkan kerugian bagi dunianya?

Jawaban: karena orang itu telah melebihi mencintai akhirat daripada mencintai dunianya sendiri. termasuk orang yang mengamalkannya akan tetapi telah mendatangkan kerugian bagi dunianya sendiri.termasuk orang yang mengamal kebajikan atau kebaikan seperti : sedekah, shalat, amal jariyah, zakat dll yang berbuat kebajikan.

Bagaimana seharusnya pandangan seorang mukmin terhadap dunia?

Jawaban. Bagaimanakah orang mukmin memandang dunia? Orang mukmin adalah sebaik-baik makhluk dalam memanfaatkan dunia. Baginya, dunia bukanlah tempat untuk mencari kepuasan lahiriah semata, karena ada hal yang lebih penting dari sekadar kesenangan duniawi.

Mengapa orang yang mencintai akhiratnya dia telah mendatangkan kerugian bagi dunianya?

Apa akibat orang yang terlalu mencintai harta dan melupakan akhirat?

Penyakit yang disebut Rasulullah akan menimpa umat Islam di akhir zaman adalah penyakit wahn, yakni ungkapan yang memiliki arti cinta dunia dan takut mati. Sesungguhnya, penyakit ini sudah mulai banyak terlihat di kalangan muslim modern masa kini.

Bagaimana cara menjauhi sifat tamak?

Cara menghindari sifat tamak:

  1. Menghindari sifat iri jika melihat orang lain yang banyak harta.
  2. Membiasakan dir dengan sifat rendah diri dan ikhlas.
  3. Membiasakan diri dengan sifat jujur dan pemurah.

Apa yang dimaksud dengan cinta harta?

Jawaban: Tamak adalah cinta kepada dunia (harta) terlalu berlebihan tanpa memperhatikan hukum haram yang mengakibatkan adanya dosa besar. Serakah dalam bahasa arab disebut tamak, yaitu sikap yang selalu ingin memperoleh sesuatu yang banyak untuk diri sendiri.

Salah satu hal yang paling dirisaukan oleh Rasulullah SAW adalah ketika umat Islam sudah terjebak ke dalam cinta berlebih-lebihan kepada dunia.

Rasulullah bersabda, demi Allah, bukan kemiskinan yang aku khawatirkan akan menimpa diri kalian. Akan tetapi, aku khawatir jika dunia ini dibentangkan untuk kalian sebagaimana ia dibentangkan untuk orang-orang sebelum kalian sehingga kalian berlomba sebagaimana mereka berlomba, dan akhirnya kalian hancur sebagaimana mereka hancur.

Ketika seorang Muslim sudah menjadikan dunia ini sebagai tujuannya, maka itu alamat dia telah terjebak dalam hubbud dunya. Padahal, dalam prinsip akidah Mukmin, dunia ini bukanlah tujuan. Melainkan hanya alat untuk mencapai kebahagiaan di akhirat kelak.

Hubb al-dunya merupakan akhlak tercela yang harus dihindari, sebagaimana firman Allah:

Ketahuilah bahwa kehidupan dunia itu hanyalah permainan, kelengahan, perhiasan, dan saling bermegah-megahan di antara kamu serta berlomba-lomba dalam banyaknya harta dan anak keturunan.

(Perumpamaannya adalah) seperti hujan yang tanamannya mengagumkan para petani, lalu mengering dan kamu lihat menguning, kemudian hancur. Di akhirat ada azab yang keras serta ampunan dari Allah dan keridaan-Nya. Kehidupan dunia (bagi orang-orang yang lengah) hanyalah kesenangan yang memperdaya.

Pengertian Hubb Al-Dunya

Hubb al-dunya adalah cinta dunia yang berlebihan sehingga melupakan kehidupan akhirat. Hubb al-dunya adalah sumber kehancuran umat. Penyakit ini sangat berbahaya karena dapat melemahkan dan mengurangi keimanan seseorang.

Penyebab Hubb Al-Dunya
  • Menganggap dunia sebagai tujuan utama, bukan sebagai sarana mencapai kehidupan akhirat.
  • Suka mengumpulkan harta dengan menghalalkan berbagai macam cara.
  • Kikir terhadap harta, tidak rela hartanya terlepas dari dirinya.
  • Serakah dan rakus serta tamak. Selalu ingin mengumpulkan harta walaupun sudah memiliki.
  • Tidak mau mensyukuri nikmat Allah.
Dampak Negatif

Ketika seorang muslim sudah menjadikan dunia ini sebagai tujuan utamanya, maka itu alamat dia telah terjebak dalam hubb al-dunya.

Padahal, dalam prinsip akidah, dunia ini bukanlah tujuan. Melainkan hanya alat untuk mencapai kebahagiaan di akhirat kelak. Maka mereka yang hubb al-dunya akan memperoleh dampak negatif sebagai berikut.

  • Cinta dunia akan membuat mereka lupa kepada Allah.
  • Mereka yang begitu mencintai dunia akan mudah tergoyah imannya.
  • Sebagai sumber penyakit, cinta dunia sering mengakibatkan seseorang cinta terhadap hartanya dan di dalam harta terdapat banyak penyakit, antara lain tamak, rakus, pamer, dengki dan lain-lain.
  • Menghalalkan segala cara demi memperoleh kesenangan dunianya.
  • Membuat seseorang tidak melakukan sesuatu yang bermanfaat baginya di akhirat.
Cara Menghindari

Betapa bahayanya hubb al-dunya baik bagi diri sendiri ataupun orang lain, maka kita harus berusaha menghindarinya dengan cara:

  • Mengingat bahwa kehidupan dunia itu hanya sementara. Islam tidak memerintahkan umatnya meninggalkan dunia, tetapi diperintahkan untuk menaklukkan dunia dalam genggamannya, bukan dalam hatinya.
  • Memperbanyak mengingat kematian.
  • Qana’ah yaitu merasa cukup terhadap yang dimiliki, serta menjauhkan diri dari sifat tidak puas terhadap harta.
  • Mengingat bahwa apa yang kita lakukan di dunia akan dimintai pertanggung jawaban di akhirat.

DI antara kemaksiatan hati yang dianggap besar ialah cinta dunia dan lebih mengutamakannya daripada akhirat. Al Baihaqi dalam kitab Syu’ab Al Iman meriwayatkan hadis berbunyi, “Hubbuddunya ra’su kulli khathi’ah (cinta dunia adalah biang semua kesalahan).

Mengapa cinta dunia disebut sebagai pangkal semua bentuk dosa dan kesalahan serta merusak keberagamaan seseorang? Ini bisa ditinjau dari beberapa aspek. (Baca juga: Virus Wuhan Ditakuti, Penyakit Wahn 'Dicintai' )

Pertama, mencintai dunia yang berlebihan akan menimbulkan sikap mengagungkannya. Padahal, dunia di hadapan Allah sangat rendah. Mengagungkan apa yang dianggap hina oleh Allah termasuk dosa besar. (Baca juga: Ini Salah Satu Kemaksiatan Hati yang Sangat Berbahaya )

Kedua, Allah melaknat dunia dan membencinya, kecuali dunia yang digunakan untuk kepentingan agama-Nya. Siapa mencintai yang dilaknat Allah, dia dibenci Allah dan diuji-Nya. Ad Daylami meriwayatkan hadis yang menyatakan, dosa besar yang paling besar adalah cinta dunia.

Ketiga, kalau seseorang cinta dunia berlebihan, dunia jadi sasaran akhir hidupnya. Orang itu akan menjadikan akhirat sebagai sarana mendapatkan dunia. Seharusnya, dunia ini dijadikan wasilah untuk menanam investasi akhirat.

Keempat, mencintai dunia akan menghalangi seseorang dari urusan akhirat. Selain itu, menghalangi mereka dari keimanan dan syariat. Cinta dunia bisa merintangi mereka menjalankan kewajiban atau minimal malas berbuat kebajikan.

Kelima, mencintai dunia mendorong kita menjadikan dunia sebagai orientasi hidup. Rasulullah bersabda, “Barang siapa menjadikan akhirat sebagai tujuannya, Allah memberikan kekayaan dalam hatinya, mengumpulkan semua usahanya, dan dia akan dihampiri dunia walaupun dia enggan. Dan barang siapa menjadikan dunia sebagai tujuannya, Allah menjadikan kefakiran di depan matanya dan menceraiberaikan usahanya dan tidak dibagikan dunia kepadanya, kecuali yang sudah ditakdirkannya.” (HR At Turmudzi).

Keenam, pencinta dunia disiksa berat dalam tiga tahapan. Di dunia tersiksa dengan berbagai kepayahan dalam mencarinya, di alam kubur merasa sengsara karena harta dunia yang telah dicarinya tidak dibawa ke alam barzah. Dan di alam akhirat, dia akan menjumpai kesusahan berat saat dihisab.

(Baca juga: Hati Adalah Raja, Amalan Hati Lebih Penting Ketimbang Amal Badan )

Siksa inilah yang ditegaskan surah QS at-Taubah ayat 55.

فَلَا تُعْجِبْكَ أَمْوَٰلُهُمْ وَلَآ أَوْلَٰدُهُمْ ۚ إِنَّمَا يُرِيدُ ٱللَّهُ لِيُعَذِّبَهُم بِهَا فِى ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا وَتَزْهَقَ أَنفُسُهُمْ وَهُمْ كَٰفِرُونَ

"Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki dengan (memberi) harta benda dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan di dunia dan kelak akan melayang nyawa mereka, sedang mereka dalam keadaan kafir."

Rasulullah bersabda, “Tiadalah cinta dunia itu menguasai hati seseorang, kecuali dia akan diuji dengan tiga hal, yakni cita-cita tak berujung, kemiskinan yang tak akan mencapai kecukupan, dan kesibukan yang tidak lepas dari kelelahan.” (HR Ad Dailami ).

Allah SWT juga menimpakan berbagai musibah kepada suatu kaum jika cinta dunia mendominasi relung hati mereka.Rasulullah bersabda, “Umatku akan selalu dalam kebaikan selama tidak muncul cinta dunia kepada para ulama fasik, qari yang bodoh, dan para penguasa. Bila hal itu telah muncul, aku khawatir Allah akan menyiksa mereka secara menyeluruh.” (Lihat kitab Ma’rifat As Shahabah karangan Abi Nu’aim, juz 23 hal 408).Rasulullah mengkhawatirkan masa depan umat ini bila umatnya menguasai dunia. Beliau bersumpah, “Demi Allah, bukan kemiskinan yang aku khawatirkan, tapi aku khawatir seandainya dunia ditaklukkan kamu sekalian seperti ditaklukkan orang-orang sebelum kamu, akibatnya kamu berlomba mencari dunia seperti mereka berlomba dan dunia pun menghancurkan kamu seperti menghancurkan mereka (HR Bukhari dan Muslim).

Keinginan dan Ketamakan

Cinta dunia merupakan sebab setiap kesalahan yang dilakukannya. Bahaya yang ditimbulkannya bukan terletak pada pemilikan dunia itu, tetapi keinginan dan ketamakan atas dunia dengan segala macam perhiasannya. Jika ada kesempatan untuk meraih kepentingan dunia dan akhirat, maka orang itu lebih mengutamakan kepentingan yang pertama daripada kepentingan yang kedua. Dan inilah yang menyebabkan kehancurannya di dunia dan di akhirat kelak. Allah SWT berfirman:

فَأَمَّا مَنْ طَغَىٰ


وَآثَرَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا
فَإِنَّ الْجَحِيمَ هِيَ الْمَأْوَىٰ

Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggalnya. (QS an-Nazi'at: 37-39)


Page 2

{مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ (15) أُولَئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الآخِرَةِ إِلا النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (16) }

Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna, dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak mem­peroleh di akhirat kecuali neraka, dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan. (QS Hud: 15-16)

Sehubungan dengan ayat ini Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa sesungguhnya orang-orang yang suka riya (pamer dalam amalnya), maka pahala mereka diberikan di dunia ini. Demikian itu karena mereka tidak dianiaya barang sedikit pun. (Baca juga: Riya, Kemaksiatan Hati yang Menghapus Amal Kebaikan )

Ibnu Abbas mengatakan, "Barang siapa yang beramal saleh untuk mencari keduniawian, seperti melakukan puasa, atau salat, atau bertahajud di malam hari, yang semuanya itu ia kerjakan hanya semata-mata untuk mencari keduniawian, maka Allah berfirman, 'Aku akan memenuhi apa yang dicarinya di dunia, ini sebagai pembalasannya, sedangkan amalnya yang ia kerjakan untuk mencari keduniawian itu digugurkan, dan dia di akhirat nanti termasuk orang-orang yang merugi'."Hal yang sama telah diriwayatkan dari Mujahid, Ad-Dahhak, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang.Anas ibnu Malik dan Al-Hasan mengatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan orang-orang Yahudi dan Nasrani.Mujahid dan lain-lainnya mengatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan orang-orang yang suka riya.Qatadah mengatakan, "Barang siapa yang dunia merupakan niat, dambaan, dan buruannya, maka Allah membalas kebaikannya di dunia ini. Dan bila ia datang ke akhirat, maka ia tidak lagi memiliki pahala amal kebaikan yang akan diberikan kepadanya. Adapun orang mukmin, maka amal kebaikannya dibalas di dunia ini, dan kelak di akhirat dia mendapat pahala dari amalnya itu." Dalam hadis yang marfu’ telah disebutkan hal yang semisal dengan ini. Allah Swt. telah berfirman:

{مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْعَاجِلَةَ عَجَّلْنَا لَهُ فِيهَا مَا نَشَاءُ لِمَنْ نُرِيدُ ثُمَّ جَعَلْنَا لَهُ جَهَنَّمَ يَصْلاهَا مَذْمُومًا مَدْحُورًا وَمَنْ أَرَادَ الآخِرَةَ وَسَعَى لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ كَانَ سَعْيُهُمْ مَشْكُورًا كُلا نُمِدُّ هَؤُلاءِ وَهَؤُلاءِ مِنْ عَطَاءِ رَبِّكَ وَمَا كَانَ عَطَاءُ رَبِّكَ مَحْظُورًا انْظُرْ كَيْفَ فَضَّلْنَا بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَلَلآخِرَةُ أَكْبَرُ دَرَجَاتٍ وَأَكْبَرُ تَفْضِيلا}

Barang siapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan bagiannya di dunia itu apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki dan Kami tentukan baginya neraka Jahanam; ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir.

Dan barang siapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh, sedangkan ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibatasi dengan baik Kepada masing-masing golongan —baik golongan ini maupun golongan itu— Kami berikan bantuan dari kemurahan Tuhanmu.

Dan kemurahan Tuhanmu tidak dapat dihalangi. Perhatikanlah bagaimana Kami lebih­kan sebagian dari mereka atas sebagian (yang lain). Dan pasti kehidupan akhirat lebih tinggi tingkatannya dan lebih besar keutamaannya. (QS Al-Isra: 18-21)

{مَنْ كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الآخِرَةِ نزدْ لَهُ فِي حَرْثِهِ وَمَنْ كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الدُّنْيَا نُؤْتِهِ مِنْهَا وَمَا لَهُ فِي الآخِرَةِ مِنْ نَصِيبٍ}

Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya; dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia, Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bagian pun di akhirat (QS Asy-Syura: 20)

"Maka berpalinglah (hai Muhammad) dari orang yang berpaling dari peringatan Kami, dan tidak mengingini kecuali kehidupan duniawi. Itulah sejauh-jauh pengetahuan mereka..." (QS an-Najm: 29-30)

وَمَآ أُوتِيتُم مِّن شَىْءٍ فَمَتَٰعُ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا وَزِينَتُهَا ۚ وَمَا عِندَ ٱللَّهِ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰٓ ۚ أَفَلَا تَعْقِلُونَ

"Dan apa saja yang diberikan kepada kamu, maka itu adalah kenikmatan hidup duniawi dan perhiasannya; sedang apa yang di sisi Allah adalah lebih baik dan lebih kekal. Maka apakah kamu tidak memahaminya." (QS al-Qashas: 60)

Cinta dunia itu berbentuk cinta harta kekayaan, cinta kehormatan dan kedudukan, dengan disertai rasa tamak untuk memperoleh dua jenis kehidupan dunia itu, sehingga orang yang hendak mencarinya mengorbankan nilai-nilai dan prinsip-prinsip kehidupannya asal dapat mencapai apa yang diidam-idamkannya, sehingga agama dan imannya hilang dari dirinya. Dalam sebuah hadits disebutkan:"Dua ekor serigala yang lapar, kemudian dilepaskan di tengah kawanan kambing, kerusakan yang ditimbulkannya tidak separah kerusakan yang menimpa keagamaan seseorang akibat ketamakannya dalam mencari kekayaan dan kehormatan."

Hadis tersebut diriwayatkan Ahmad dari Ka'ab bin Malik, 3: 456, 460; dan diriwayatkan oleh Tirmidzi az-Zuhd. Dia berkata bahwa hadits ini hasan shahih (2377); al-Manawi menukilnya dalam al-Faidh dari al-Mundziri yang mengatakan bahwa Isnad hadits ini hasan (5:446)


Page 3

Ketamakan memang diperlukan oleh manusia, tetapi dalam kadar yang wajar. Kalau ketamakan sudah tidak terkendalikan, dan anginnya berhembus, kemudian hawa nafsunya juga sudah tidak terkendali, maka ia akan menimbulkan kerusakan; sebagaimana yang dilakukan oleh dua ekor serigala yang sedang lapar kemudian berjumpa dengan seekor kambing yang hilang dari tuannya. Kerusakan itu disebabkan oleh adanya rasa tamak yang menyebabkan kesombongan dan kerusakan yang sangat dicela oleh agama itu. Allah SWT berfirman: تِلْكَ ٱلدَّارُ ٱلْءَاخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِينَ لَا يُرِيدُونَ عُلُوًّا فِى ٱلْأَرْضِ وَلَا فَسَادًا ۚ وَٱلْعَٰقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ

"Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan. Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa." (QS al-Qashas: 83)

Di antara tanda-tanda cinta dunia adalah ketamakan terhadap kedudukan, kerakusan terhadap kepemimpinan, dan senang menampakkan diri, padahal ia dapat menghancurkan kehidupan.Nabi saw sangat mengkhawatirkan keadaan ini pada umatnya, dan bersabda, "Sesungguhnya kamu kelak akan tamak kepada kepemimpinan, padahal ia akan menyebabkan penyesalan dan kerugian kelak pada hari kiamat. Maka alangkah bahagianya orang yang menyusui dan betapa ruginya orang yang disapih." (HR Bukhari dan Nasa'i dari Abu Hurairah r.a.(Sahih al-Jami,as-Shaghir, 2304)Nabi saw menyamakan antara manfaat yang diperoleh melalui kepemimpinan dan orang yang menyusui, serta menyamakan orang yang disapih dengan pemimpin yang sudah lepas dari jabatannya, karena mati atau dicopot.Kepemimpinan itu memang mendatangkan manfaat dan kenikmatan tetapi cepat sekali menghilang, dan akan berakhir dengan kerugian. Oleh karena itu, orang yang berakal tidak akan tamak terhadap kenikmatan yang sifatnya sementara, yang banyak menimbulkan kerugian.

Putus Asa

Di antara kemaksiatan hati yang dianggap besar ialah rasa putus asa dari rahmat Allah SWT.

وَلَا تَا۟يْـَٔسُوا۟ مِن رَّوْحِ ٱللَّهِ ۖ إِنَّهُۥ لَا يَا۟يْـَٔسُ مِن رَّوْحِ ٱللَّهِ إِلَّا ٱلْقَوْمُ ٱلْكَٰفِرُونَ

"... dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir." (QS Yusuf 87)

قَالَ وَمَن يَقْنَطُ مِن رَّحْمَةِ رَبِّهِۦٓ إِلَّا ٱلضَّآلُّونَ

"Ibrahim berkata, "Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhannya, kecuali orang-orang yang sesat." (QS al-Hijr: 56)

Termasuk dalam kemaksiatan hati yang besar juga ialah merasa aman dan azab Allah SWT. Allah SWT berfirman:

أَفَأَمِنُوا۟ مَكْرَ ٱللَّهِ ۚ فَلَا يَأْمَنُ مَكْرَ ٱللَّهِ إِلَّا ٱلْقَوْمُ ٱلْخَٰسِرُونَ

"Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah (yang tidak terduga-duga)? Tiadalah yang merasa aman dari azab Allah kecuali orang-orang yang merugi." (QS Al-A'raf: 99)

Kemaksiatan besar lainnya ialah merasa senang apabila kekejian menyebar di dalam kaum Mukmin. Allah SWT berfirman:

إِنَّ ٱلَّذِينَ يُحِبُّونَ أَن تَشِيعَ ٱلْفَٰحِشَةُ فِى ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ فِى ٱلدُّنْيَا وَٱلْءَاخِرَةِ ۚ

"Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat..." (QS an-Nur: 19)

Itulah sebagian kemaksiatan besar yang dilakukan oleh hati manusia atau hal-hal yang dapat membinasakan kehidupannya, dan hanya sedikit sekali orang yang peduli terhadapnya karena mereka lebih memperhatikan kepada amalan-amalan lahiriah, berupa ketaatan yang dianjurkan dan kemaksiatan yang dilarang. (Baca juga: Bikin Binasa Kehidupan, Gara-Gara Memperturutkan Hawa Nafsu )


Page 4

Kemaksiatan hati itulah yang oleh Imam Ghazali dinamakan dengan hal-hal yang merusak (al-muhlikat). Dia mengkhususkan pembahasan mengenai hal ini tiga perempat bukunya, Ihya' 'Ulum al-Din. Maka betapa indahnya bila pemeluk agama ini dan para dainya memberikan perhatian kepada apa yang diutamakan oleh agama ini, sehingga mereka mau mengerahkan pikiran dan perasaannya kepada pendidikan dan pengajaran.Cinta dunia tidak terkait langsung dengan mencari, memiliki, dan menggunakannya, tapi terkait dengan cara menyimpannya. Mencari, memiliki, dan menggunakan dunia tidak dilarang, bahkan dianjurkan. Asalkan dunia yang dicari dan dimiliki tidak dipakai untuk merusak, tapi memperbaiki (kemaslahatan) (QS al-Qashash:77). Cinta dunia lebih terkait dengan cara menyimpannya.

Secara simbolik ada tiga cara menyimpan dunia, yaitu di tangan, di bawah kaki, dan di dalam hati. Menyimpan dunia di tangan dan di bawah kaki tidak berbahaya karena tidak akan melahirkan cinta dunia. Namun, menyimpannya di dalam hati sangat berbahaya karena cara demikian termasuk cinta dunia. (Baca juga: Kikir dan Bakhil, Kemaksiatan Hati yang Merusak Kehidupan )

Orang yang menyimpan dunia di tangan menganggap bahwa dunia yang berada digenggamannya bukan miliknya, tapi hanya titipan Allah SWT. Oleh karena itu, ia tidak akan menahannya jika harus dilepas dan tidak akan melepasnya jika harus ditahan. Ada dan tidak adanya dunia di tangan tidak memengaruhi kehidupannya.

Anggapan yang sama ada pada orang yang menyimpan dunia di bawah kakinya. Dunia dianggap tidak lebih mulia dari dirinya, sehingga diinjaknya. Dunia tidak dibiarkan mengatur dirinya, tapi ia yang mengaturnya. Baginya, dunia hanya sarana untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat, bukan tujuan. Oleh karena itu, keberadaan dunia tidak banyak memengaruhi kehidupannya.(Baca juga: Takjub dengan Diri Sendiri, Dapat Membinasakan Kehidupan Manusia )

Adapun orang yang menyimpan dunia di dalam hati meyakini bahwa dunia yang ada digenggamannya semua miliknya, bukan titipan Allah SWT. Akibatnya, dunia sangat memengaruhi kehidupannya. Kebahagiaan dan kesedihannya sangat ditentukan oleh ada dan tidak adanya dunia. Dunia yang hilang, tapi hati yang sakit. Inilah hakikat cinta dunia.

Bibit-bibit cinta dunia yang dikhawatirkan oleh Nabi SAW mulai terlihat pada zaman Khulafa ar-Rasyidin, ketika pembendaharaan dunia terbuka bersamaan dengan meluasnya kekuasaan kaum Muslimin. Kekhawatiran tersebut diekspresikan pada doa Khalifah Umar bin Khattab: "Ya, Allah jadikanlah dunia dalam genggaman kami, jangan jadikan dunia di dalam hati-hati kami". Wallahu a'lam.