Jelaskan pengertian dan penerapan pendekatan pengembangan kurikulum Top down dan botton up

1.    The administrative model

Model ini merupakan model pengembangan kurikulum yang paling awal dan paling banyak dikenal. Model pengembangan kurikulum ini bersifat sentralisasi. Cara kerja model pengembangan kurikulum ini yaitu dari atasan-bawahan (top-down) yang dipandang efektif dalam pelaksanaan kurikulum. Kerjanya model pengembangan kurikulum ini berasal dari pemerintahdan staf-stafnya lalu berakhir diguru.

2.    The grass roots model

Model pengembangan kurikulum ini merupakan kebalikan dari model administrative. Model Pengembangan kurikulum ini bersifat desentralisasi. Cara kerja model pengembangan kurikulum ini bukan berasal dari atas melainkan dari bawah (bottom-up). Kerjanya model pengembangan  kurikulum ini berasal dari guru dan berakhir dipemerintah.

3.    Beuchamp’s system

Dalam model pengembangan beuchamp’s ini mengemukakan 5 hal dalam pengembangan kurikulum yaitu:

1)      Menetapkan lingkup wilayah yang akan dicakup oleh kurikulum tersebut.

2)      Menetapkan personalia yaitu siapa saja yang terlibat dalam pengembangan kurikulum tersebut.

3)      Organisasi dan prosedur pengembangan kurikulum.

4)      Implementasi kurikulum yaitu kegiatan untuk menerapkan kurikulum seperti yang sudah diputuskan dalam ruang lingkup pengembangan kurikulum.

5)      Evaluasi kurikulum.

4.    The demonstration model

Model ini pada dasarnya bersifat grass roots, yang datang dari bawah. Bedanya pada model grass roots pengembangan kurikulum adalah murni dari orang-orang yang berada dalam suatu sekolah tanpa campur tangan oleh pemerintah dan para ahli.

5.    Taba’s inverted model

Model pengembangan kurikulum ini terbalik dari yang dilaksanakan, yakni dari biasanya secara deduktif menjadi induktif. Model pengembangan kurikulum ini dilandasaskan dan dilaksanakan dalam 5 langkah, yaitu:

1)      Membuat unit percobaan bersama guru-guru.

2)      Menguji unit-unit eksperimen.

3)      Mengadakan merevisi dan mengkonsolidasi.

4)      Mengembangkan keseluruhan kerangka kurikulum.

5)      Implementasi dan desiminasi (mengadakan perbaikan dan penyimpulan).

6.    Roger’s interpersonal relations model

Model pengembangan kurikulum ini yang dikenal dengan dengan model relasi interpersonal Roger (Rogers Interpersonal Relation Model), mengemukakan ada 4 langkah-langkah model pengembangan kurikulum ini yaitu:

1)      Pemilihan target dari sistem pendidikan,

2)      Partisipasi guru dalam pengalaman sekelompok intensif,

3)      Pengembangan pengalaman kelompok yang intensif untuk satu kelas atau unit pelajaran, dan

4)      Partisipasi orang tua dalam kelompok yang intensif.

Dari langkah-langkah dalam model relasi interpersonal ini, tidak satupun yang mengemukakan tentang rancangan tertulis. Rogers lebih mementingkan kegiatan pengembangan kurikulum dari pada rancangan pengembangan kurikulum tertulis, yakni melalui aktifitas dan interaksi dalam pengalaman kelompok intensif yang terpilih.

7.    The systematic action-research model.

Model ini didasarkan pada asumsi bahwa perkembangan kurikulum merupakan perubahan sosial, sesuai dengan asumsi tersebut model ini menekankan pada hubungan insani, sekolah dan organisasi masyarakat. Model ini terdiri atas 2 langkah yaitu:

1)      Mengadakan kajian seksama tentang masalah-masalah kurikulum, berupa pengumpulan data yang bersifat menyeluruh, dan mengidentifikasinya.

2)      Implementasi dari keputusan yang diambil dari tindakan pertama, pengumpulkan data, fakta dan menyiapkan bagi evaluasi tindakan.

8.    Emerging technical model.

Model ini tersusun atas beberapa langkah yaitu:

1)      Menentukan spesifikasi perangkat hasil belajar yang harus dikuasai siswa.

2)      Menyusun instrumen untuk menilai ketercapaian-ketercapaian hasil belajar yang harus dikuasai siswa.

3)      Mengidentifikasi tahap-tahap ketercapaian hasil serta perkiraan biaya yang diperlukan.

4)      Membandingkan biaya dari beberapa program pendidikan.

Model-model kurikulum yang tepat untuk diterapkan disekolah Dasar diindonesia adalah model kurikulum Grass-Roots karena bersifat desentralisasi, yang cara kerjanya bukan berasal dari atas melainkan dari bawah (bottom-up). Dalam kurikulum ini yang berupaya mengembangkan kurikulum tersebut ialah guru. Guru tersebut akan menyampaikan rancangan pembelajaran kepada pusat dan didukung dengan kondisikan keadaan mampu atau tidaknya seorang guru dalam merancang pembelajaran tersebut, Karena gurulah yang tau perkembangan anak didiknya, karena guru adalah perancang dan pelaksana kurikulum.

Adapun kelebihan atau kebaikan model perkembangan kurikulum tersebut ialah dimana guru bersama-sama membentuk apa tujuan yang akan dicapai dalam memilih, mengidentifikasi, memecahkan masalah-masalah yang dihadapi serta dalam memutuskan menilai hasil, keterlibatan mereka akan lebih terjamin.


Kemungkinan pencapaian hasil yang optimal ialah seorang guru, kerena seorang yang tau bagaimana perkembangan muridnya dan model perkembangan kurikulum apa yang akan diterapkan disekolah. Sistem pendidikan sekarang ini yaitu kurikulum 2013 (K-13), dalam kurikulum K-13 memiliki empat aspek penilaian, yaitu pengetahuan, keterampilan, sikap dan perilaku. Pada kurikulum k-13 guru tidak berperan aktif akan tetapi sebagai pembimbing dan memantau dan yang berperan aktif ialah para muridnya.Guru berperan sangat penting dalam mengarah para muridnya agar proses belajar mengajar berjalan secara optiman dan hasil yang baik.


Page 2

1.  Pengertian Bottom Up

Merupakan kebalikan dari model pertama yakni model Top Down Innovation, inovasi ini timbul karena hasil ide, pikiran, kreasi, dan inisiatif dari sekolah, guru atau masyarakat. Bottom-Up Innovation bersumber dari hasil ciptaan bawahan dan dilaksanakan sebagai upaya untuk meningkatkan penyelenggaraan dan mutu pendidikan. Biasanya dilakukan guru atau masyarakat. (Isi dan Strategi Pengajaran Bahasa Indonesia Pendekatan Terpadu dan Pendekatan Proses : 41).

Model strategi inovasi ini lebih bersifat empirik Rasional. Asumsi dasar pada model ini, menempatkan manusia pada kemampuannya menggunakan pikiran logisnya atau akalnya sehingga, mereka bertindak rasional. Dalam hal ini innovator bertugas mendemonstrasikan inovasinya dengan menggunakan metode yang terbaik dan valid untuk memberikan manfaat bagi penggunanya.

2. Kelebihan dan Kekurangan Bottom Up

Disini Bottom up innovation memiliki banyak kelebihan, diantaranya kelebihan itu yaitu guru lebih bebas dalam mengeluarkan ide-ide cemerlangnya, bahkan pembelajarannya lebih beranka ragam dan inovatif.  Misalnya dalam suatu pembelajaran guru menempelkan di papan atau ditayangkan melalui media/ power point, selain itu juga kelebihan Bottom Up Innovation yaitu tujuan yang ingikan oleh guru itu agar dapat berjalan sesuai dengan apa yang diingkan oleh guru tersebut, misalnya : guru akan melaksanakan pembelajran IPA yang bertema “ Lingkungan” dengan mengajak anak didiknya jalan-jalan disekitar lingkungan sekolah sehingga anak didik dapat langsung melihat contoh kongkritnya dari lingkungan sekitar. Kelebihan battom up yang terkhir yaitu pemerintah tidak perlu bekerja keras karena disini ada peran para guru dan juga peran masyarakat luar yang banyaak mengambil peran tersebut. Contohnya adanya pembentukkan organisasi yang dijalankan oleh wali murid (paguyuban), misalnya dalam peduli lingkungan.

Bottom up innovation juga memiliki kekurangan diantaranya yaitu guru tidak mempunyai tolak ukur kedepan, contohnya guru hanya memberikan materi seperti biasanya saja tanpa ada perkembangan yang lebih baik lagi, selain itu kekurangan dari bottom up innovation yakni susahnya mencapai kesepakatan bersama karena ide yang disampaikan berbeda-beda, misalnya saja guru ingin memberikan strategi pembelajaran dengan Kooperative script tetapi pimpinan tidak memberikan izin dengan pembelajaran tersebut, pimpinan menginginkan pembelajaran yang ada di KTSP dan sudah di tetapkan oleh pemerintah. Kekurangan bottom up innovation yang terakhir pemerintah tidak begitu berharga kerena perannya tidak begitu besar misalnya saja pemerintah hanya berdiam diri tidak ikut serta dalam pembelajaran di sekolah-sekolah.

3.  Kesimpulan

Model innovation bottom up sangat baik kita terapkan dalam pendidikan di Indonesia karena pada model bottom up innovation ini seorang guru lebih bebas dalam mengeluarkan suatu pendapat atau ide-ide yang cemerlang. Di sisi lain guru dapat lebih kreatif mungkin dalam pembelajaran di kelas, sehingga proses pembelajaran di kelas berlangsung dengan baik dan tidak monoton serta dapat mencapai tujuan yang diharapkan oleh guru.

REFERENSI

Noor Mohammad, 2010. Paikem Gembrot;- cet. I, jakarta, Multi Kreasi Satu Delapan.

Beda Strategi, Model, Pendekatan, Metode, dan teknik Pembelajaran (http://smacepiring.wordpress.com./) diunduh tanggal 2 Oktober 2012

Depdiknas.2005. Standar Nasional Pendidikan, Jakarta: Depdiknas.

Aminuddin.1996. Isi dan Strategi Pengajaran Bahasa Indonesia Pendekatan Terpadu dan Pendekatan Proses. Malang: FPBS IKIP MALANG.