Budi bersama teman yang lain memperagakan gerakan serangan yang dilakukan dengan menggunakan

IMPLEMENTASI MEDIA PUZZLE DALAM PROSES PEMBELAJARAN PENCAK SILAT PADA SISWA SEKOLAH DASAR BUDI MULIA DUA SEDAYU SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Indah Susilowati NIM 13604221038 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR PENJAS FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2018 i

MOTTO Barang siapa keluar untuk mencari ilmu maka dia berada di jalan Allah. (HR. Turmudzi) Man Jadda Wa Jadda Bersyukurlah maka akan bahagia, jangan bahagia baru bersyukur v

PERSEMBAHAN Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang memberikan kemudahan dan kelancaran sehingga skripsi ini selesai. Kupersembahkan karya sederhana ini kepada orang yang sangat berharga dan membantu saya sampai pada titik ini: 1. Bapak Rusbiyanta dan Ibu Dewi Samsiati yang selalu mendoakan dan mendukung saya. 2. Saudara kandung saya yang memberikan semangat untuk segera wisuda, Mbak Siti Nurjannah. 3. Keluarga besar Dharmo Musyam 4. Teman seperjuangan PGSD Penjas B 2013 5. Keluarga besar Tapak Suci Pimda 02 Bantul. 6. Keluarga besar SD Budi Mulia Dua Sedayu yang membantu dalam proses pengambilan data vi

IMPLEMENTASI MEDIA PUZZLE DALAM PROSES PEMBELAJARAN PENCAK SILAT PADA SISWA SEKOLAH DASAR BUDI MULIA DUA SEDAYU Oleh : Indah Susilowati 13604221038 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk hasil dari implementasi media puzzle dalam pembelajaran pencak silat siswa kelas IV SD Budi Mulia Dua Sedayu. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan atau action research. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Budi Mulia Dua Sedayu. Penelitian ini terdiri dari dua siklus dengan enam belas pertemuan. Teknik pengumpulan data dilakukan mengunakan lembar pengamatan kelas dan wawancara selama kegiatan pembelajaran terhadap guru dan siswa. Adapun teknik analisis data yanf digunakan adalah teknik analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa 1) Implementasi media puzzle dalam proses pembelajaran pencak silat pada siswa SD Budi Mulia Dua Sedayu pada siklus I dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Tetapi pada siklus ini, hasil evaluasi belum memuaskan. 2) Implementasi media puzzle dalam proses pembelajaran pencak silat pada siswa SD Budi Mulia Dua Sedayu pada siklus II dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Tetapi pada siklus ini, hasil evaluasi belum sempurna. Kata kunci: implementasi, media puzzle, pembelajaran pencak silat. vii

The Implementation of Puzzle as Media of Martial Arts Teaching and Learning Process for Students of SD Budi Mulia Dua Sedayu By: Indah Susilowati 13604221038 ABSTRACT The research is aimed to know the result of implementation of puzzle as media of Martial Arts teaching and learning process for the fifth graders of SD Budi Mulia Dua Sedayu. The type of the research is action research. The population of the research is five grade students of SD Budi Mulia Dua Sedayu. There are two cycles in the research consisting of 16 meetings. The data are collected by observing the class situation and interviewing both students and teacher. Descriptive qualitative analysis is used to analyze the data. It can be conclude that 1) the implementation of puzzle as media of Martial Arts for fifth graders of SD Budi Mulia Dua Sedayu increased the students score. Otherwise, the results of the evaluation are not highly satisfactory 2) in the cycle 2, the implementation of puzzle as media of Martial Arts teaching and learning process increased the students score. Yet, the results of the evaluation are not perfect. Keywords: Implementation, Puzzle Media, Martial Arts Teaching and Learning Process viii

KATA PENGANTAR Puji syukur senantiasa penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas limpahan karunia-nya penulis dapat menyelesaikan penulisan Tugas Akhir Skripsi dalam rangka memenuhi sebgaian persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan dengan judul Implementasi Media Puzzle dalam Proses Pembelajaran Pencak Silat Pada Siswa Sekolah Dasar Budi Mulia Dua Sedayu ini dengan lancar dan sesuai dengan harapan. Penulis tugas akhir ini dapat diselesaikan berkat adanya bantuan dari berbagai pihak. Maka dari itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Ali Satia Graha, S.Pd., M.Kes selaku dosen pembimbing tugas akhir skripsi yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan dorongan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. 2. Bapak Nurhadi Santoso, M.Pd dan Bapak Ahmad Ritahudin, M. Or selaku penguji utaa dan sekretaris penguji yang sudah memberikan koreksi perbaikan secara komprehensif terhadap TAS ini. 3. Bapak Dr. Guntur, M.Pd selaku Kajur FIK UNY, yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian. 4. Bapak Drs. Subagyo, M.Pd selaku Kaprodi PGSD Penjas yang telah memberikan izin. 5. Bapak Prof. Dr. Wawan S. Suherman, M.Ed, Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Yogyakarta. ix

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN SAMPUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... ii HALAMAN SURAT PERNYATAAN... iii HALAMAN PENGESAHAN... iv HALAMAN MOTTO... v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi ABSTRAK... vii ABSTRACT... viii KATA PENGANTAR... ix DAFTAR ISI... xi DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR LAMPIRAN... xvi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Diagnosa Permasalahan Kelas... 3 C. Fokus Masalah... 3 D. Rumusan Masalah... 3 E. Tujuan Penelitian... 4 F. Manfaat Penelitian... 4 BAB II LANDASAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka... 5 1. Belajar dan Pebelajaran... 5 2. Pencak Silat... 23 3. Pendidikan Sekolah Dasar... 62 4. Profil SD Budi Mulia... 67 B. Penelitian Yang Relevan... 72 C. Kerangka Berpikir... 72 xi

D. Pertanyaan Penelitian... 73 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian... 74 B. Waktu Penelitian... 75 C. Deskripsi Tempat Penelitian... 75 D. Subyek dan Karakteristik... 75 E. Skenario Tindakan... 75 1. Observasi Awal... 76 2. Perencanaan... 76 3. Tindakan... 77 4. Refleksi... 78 F. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data... 79 G. Kriteria Keberhasilan Tindakan... 80 H. Teknik Analisis Data... 80 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian... 81 1. Siklus I... 81 2. Siklus II... 119 B. Pembahasan... 146 C. Temuan Penelitian... 147 D. Keterbatasan Penelitian... 147 BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 148 B. Implikasi... 148 C. Saran... 149 DAFTAR PUSTAKA... 150 LAMPIRAN... 153 xii

DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Daftar Guru dan Karyawan SD Budi Mulia Dua... 68 Tabel 2. Jadwal Pembelajaran SD Budi Mulia Dua... 70 xiii

DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Sikap Tegak 1... 29 Gambar 2. Sikap Tegak 2... 30 Gambar 3. Sikap Tegak 3... 30 Gambar 4. Sikap Tegak 4... 31 Gambar 5. Sikap Hormat... 32 Gambar 6. Salam Pembukaan... 32 Gambar 7. Kuda-kuda Depan... 33 Gambar 8. Kuda-kuda Belakang... 34 Gambar 9. Kuda-kuda Tengah... 34 Gambar 10. Kuda-kuda Samping... 35 Gambar 11. Sikap Pasang 1... 35 Gambar 12. Sikap Pasang 2... 36 Gambar 13. Sikap Pasang 3... 36 Gambar 14. Sikap Pasang 4... 37 Gambar 15. Sikap Pasang 5... 37 Gambar 16. Sikap Pasang 6... 38 Gambar 17. Sikap Pasang 7... 38 Gambar 18. Sikap Pasang 8... 39 Gambar 19. Pukulan Depan... 40 Gambar 20. Pukulan Lingkar... 41 Gambar 21. Pukulan Samping... 41 Gambar 22. Pukulan Totok... 42 Gambar 23. Pukulan Kepret... 43 Gambar 24. Pukulan Sanggah... 43 Gambar 25. Pukulan Dobrak... 44 xiv

Gambar 26. Pukulan Sengkol... 45 Gambar 27. Tendangan Lurus... 45 Gambar 28. Tendangan Sabit... 46 Gambar 29. Tendangan T... 47 Gambar 30. Tendangan Jejag... 47 Gambar 31. Tendangan Gejig... 48 Gambar 32. Tendangan Celorong... 49 Gambar 33. Tendangan Hentak Bawah... 49 Gambar 34. Tendangan Belakang... 50 Gambar 35. Sapuan... 51 Gambar 36. Dengkulan Samping... 51 Gambar 37. Dengkulan Depan... 52 Gambar 38. Tangkisan Kellit... 53 Gambar 39. Tangkisan Gedig... 54 Gambar 40. Tangkisan Siku... 54 Gambar 41. Tangkisan Kepruk... 55 Gambar 42. Tangkisan Kepal... 56 Gambar 43. Tangkisan Galang... 57 Gambar 44. Tangkisan Jepit... 58 Gambar 45. Tangkisan Tepis... 58 Gambar 46. Tangkisan Kibas... 59 Gambar 47. Bendungan... 60 Gambar 48. Siklus Spiral... 75 xv

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus 1... 154 Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus 2... 159 Lampiran 3. Daftar Kelompok Siklus 1... 164 Lampiran 4. Daftar Kelompok Siklus 2... 166 Lampiran 5. Foto Pelaksanaan Siklus 1... 168 Lampiran 6. Foto Pelaksanaan Siklus 2... 171 Lampiran 7. Surat Izin Penelitian Dari Fakultas... 176 Lampiran 8. Surat Keterangan Penelitian... 177 xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional menurut UU No. 20 Tahun 2003 adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan sepiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan untuk dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. Pendidikan untuk jasmani lebih fokus pada pengembangan fisik dan keterampilan peserta didik dengan memakai sarana cabang-cabang olahraga untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Mata pelajaran yang diajarkan di setiap jenjang sekolah adalah pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan yang merupakan salah satu wahana untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Tujuan penjasorkes tidak terlepas dari tujuan pendidikan nasional, diantaranya untuk peningkatan kemampuan kognitif, afektif, psikomotor, dan nilai-nilai sosial peserta didik (Sukadiyanto, 2011:432). Adanya materi pencak silat dalam mata pelajaran penjasorkes akan sangat membantu dalam pencapaian tujuan pendidikan nasional, karena dalam pencak silat siswa tidak hanya dituntut untuk dapat menguasai aspek psikomotor saja tetapi juga dituntut untuk dapat menguasai pada aspek kognitif, afektif maupun nilai sosial. Hal ini menunjukan bahwa, keberadaan materi pencak silat dalam penjasorkes sudah sesuai dengan pencapaian tujuan pendidikan nasional yang ada. Pengenalan sejak dini merupakan langkah awal yang harus ditempuh untuk dapat mengenalkan dan mengembangkan pencak silat di Indonesia. Sasaran yang 1

paling tepat untuk dapat mengenalkan pencak silat adalah dengan memasukkan pencak silat ke dalam materi pembelajaran penjasorkes di sekolah dasar, sekolah menengah pertama maupun sekolah menengah atas. Masuknya pencak silat ke dalam mata pelajaran sekolah dasar (SD) membawa peranan penting dalam pembentukan karakter, rohani, dan mental spiritual bagi anak. Hal itu dapat mengurangi krisis moral yang sedang melanda anak usia SD. Teknik dasar dalam pencak silat meliputi: (1) kuda-kuda; (2) sikap pasang; (3) pola langkah; (4) teknik belaan (tangkisan dan hindaran); (5) teknik serangan (pukulan, sikuan dan tendangan); (6) teknik bantingan/jatuhan. Beberapa teknik di atas dalam pembelajaran pencak silat perlunya menerapkan metode yang efektif dan efisien adalah suatu keharusan. Harapannya proses belajar mengajar akan berjalan menyenangkan dan tidak membosankan. Suasana yang menyenangkan dan tidak membosankan akan membantu penyerapan materi sehingga memiliki hasil maksimal. Pengamatan awal pada tanggal 5 September 2016 di SD Budi Mulia Dua Sedayu memberikan gambaran bahwasanya, sekolah tersebut mengunkan kurikulum nasional yang dikolaborasikan dengan kurikulum intern budi mulia dua. Ekolah ini juga menganut siste full day, sehingga jam pembelajaran penjaskes ada dua pertemuan disetiap minggunya, yaitu hari kamis untuk jam pencak silat ang masuk dalam pembelajaran dan hari jumat jam pembelajaran penjaskes untuk materi umum. Dalam pengamatan ini bisa disimpulka permasaahan yang terjadi yaitu; (1) Siswa mengalami kesulitan dalam melakukan gerakan dasar dalam pembelajaran pencak silat; (2) guru krang menguasai materi pencak silat; (3) minimnya pemahaman siswa mengenai materi 2

pencak silat; dan (4) minimnya sumber media yang digunakan dalam pembelajaran pencak silat maka dari itu, peneliti akan melakukan sebuah penelitian Implementasi Media Puzzle dalam Proses Pembelajaran Pencak Silat pada Siswa Sekolah Dasar Budi Mulia Dua Sedayu. B. Diagnosa Permasalahan Kelas Dari latar balakang masalah yang telah diuraikan di atas dapat diidentifikasi beberapa permasalah sebagai berikut: 1. Siswa mengalami kesulitan dalam melakukan gerakan dasar dalam pembelajaran pencak silat 2. Guru kurang menguasai materi pencak silat 3. Siswa merasa kesulitan untuk memahami materi pencak silat 4. Minimnya sumber media yang digunakan dalam pembelajaran pencak silat C. Fokus Masalah Permasalahan yang terkait dengan hasil belajar yang kurang optimal yang disebabkan oleh kesulitan siswa dalam melakukan gerakan dasar dalam pembelajaran pencak silat D. Rumusan Masalah Berdasarkan fokus masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah hasil implementasi media puzzle dalam proses pembelajaran pencak silat pada siswa Sekolah Dasar Budi Mulia Dua Sedayu E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil dari implementasi media puzzle dalam pembelajaran pencak silat. 3

F. Manfaat Hasil Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi : 1. Siswa a. Dengan media puzzle ini siswa menjadi lebih aktif, menyenangkan dan mandiri dalam proses pembelajaran. b. Siswa dapat berpikir lebih kritis dan kreatif dalam proses pembelajaran 2. Tenaga Pendidik Dapat memberikan kemudahan dalam penyampaian materi dan materi yang diajarkan akan lebih efektif dan efisien. 4

BAB II LANDASAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka 1. Belajar dan Pembelajaran a. Pengertian Belajar Kehidupan manusia tidak lepas dari belajar, baik secara individu maupun dalam kelompok. Belajar secara umum dapat diartikan sebagai aktifitas untuk memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan, dan sikap. Belajar akan membawa suatu perubahan pada individu yang belajar. Daryanto (2013 : 2) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut pendapat James O. WhiTaker mengemukakan belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman, Aunurrahman (2013 : 35). Sedangkan menurut Agus Suprijono (2011 : 2) : Belajar merupakan perubahan diposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan yang disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiah. Pendapat lain Aunurrahman (2013 : 48) belajar merupakan proses internal yang kompleks. Yang terlibat dalam proses internalnya tersebut adalah seluruh mental, yang meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik 5

Kedua pendapat tersebut diperkuat oleh pendapat Sukamdinata yang menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan dalam kepribadian, yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respon yang baru yang berbentuk keterampilan sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan, (Suyono & Hariyanto, 2014 : 11). Berdasarkan pernyataan beberapa ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah kegiatan belajar siswa dengan kegiatan mengajar guru, suatu peristiwa terbentuknya perubahan tingkah laku akibat pengalaman yang mencakup aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan seseorang untuk mencapai peningkatan dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman, yang relatif menetap, menuju kebaikan, perubahan positif-kualitatif. b. Pengertian Pembelajaran Pembelajaran merupakan proses interaksi siswa dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses pembelajaran bukan sekedar transfer ilmu dari guru kepada siswa, melainkan suatu proses kegiatan, yakni terjadi interaksi antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa serta kebebasan kepada siswa untuk memilih bahan pembelajaran dan cara mempelajarinya sesuai dengan minat dan kemampuannya. Menurut Agus Suprijono (2011 : 13) pembelajaran merupakan proses organik dan konstruktif, bukan mekanis seperti halnya pengajar. Menurut Darsono, menurut aliran behavioristik pembelajaran adalah usaha guru membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan atau stimulus. Aliran kognitif mendefinisikan pembelajaran sebagai cara guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir agar mengenal 6

dan memahami sesuatu yang sedang dipelajari, (Hamdani, 2010:23). Sedangkan menurut Sugandi, pembelajaran sebagai memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih bahan pembelajaran dan cara mempelajarinya sesuai dengan minat dan kemampuannya. Menurut Aunurrahman, (2013 : 34) : Pembelajaran berupaya mengubah masukan berupa siswa yang belum terdidik, menjadi siswa yang terdidik, siswa yang belum memiliki pengertahuan tentang sesuatu, menjadi siswa yang memiliki pengetahuan. Demikian pula siswa yang memiliki sikap, kebiasaan atau tingkah laku yang belum mencerminkan eksistensi dirinya sebagai pribadi baik atau positif, menjadi siswa yang memiliki kebiasaan dan tingkah laku yang baik. Sebenarnya belajar dapat saja terjadi tanpa pembelajaran, namun hasil belajar akan tampal jelas dari suatu aktivitas pembelajaran. Pembelajaran yang efektif ditandai dengan terjadinya proses belajar dalam diri siswa. Berdasarkan pengertian-pengertian pembelajaran menurut para ahli penulis mengambil inti dari pembelajaran bukan mekanis seperti pengajar namun memiliki hakikat perencanaan atau perancangan (desain) sebagai upaya untuk membelajarkan siswa yang didalamnya terdapat suatu proses interaksi belajar mengajar antara guru dan siswa dalam suasana edukatif. c. Tujuan Belajar dan Pembelajaran Tujuan belajar adalah sejumlah hasil belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah melakukan tugas belajar, yang umumnya meliputi pengetahuan,keterampilan dan sikap-sikap yang baru, yang diharapkan tercapai oleh siswa. tujuan belajar adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsungnya proses belajar. Menurut Agus Suprijono (2011 : 5) : tujuan belajar yang eksplisit diusahakan untuk dicapai dengan tindakan instruksional, lazim dinamakan intructional effects, yang biasa 7

bernemtuk pengertahuan dan ketrampilan. Sementara, tujuan belajar sebagai hasil yang menyertai tujuan belajar intruksional lazim disebut nurturan effects. Bentuknya berupak, kemampuan berpikir kritis dan kreatif, sikap terbuka dan semokratis, emner ima orang lain dan sebagainya. Tujuan ini merupakan konseksuensi logis dari siswa menghidupi (live in) suatu sistem lingkungan belajar tertentu. Pembelajaran menjadi suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mendukung dan mempengaruhi terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal. (Aunurrahman, 2013 : 34) Tujuan (goals) adalah rumusan yang luas mengenai hasil-hasil pendidikan yang diinginkan. Di dalamnya terkandung tujuan yang menjadi target pembelajaran dan menyediakan oikar untuk menyediakan pengalaman belajar. Menurut Oemar Hamalik (2008 :76) menyatakan dalam memenentukan tujuan pembelajaran kita harus mengambil suatu rumusan tujuan dan menentukan tingkah laku siswa yang spesifik yang mengacu ke tujuan tersebut, suatu tujuan seyogianya memenuhi kriteria sebagai berikut: 1) Tujuan itu menyediakan situasi atau kondisi untuk belajar. 2) Tujuan mendefinisikan tingkah laku siswa dalam bentuk dapat diukur dan diamati. Tujuan menyatakan tingkat minimal perilaku yang dikehendaki. d. Ciri-ciri Belajar Belajar merupakan suatu kegiatan yang di dalamnya memiliki cici-ciri seperti yang dikemukakan oleh Aunurrahman, (2012 : 48) bahwa : belajar dapat didefinisikan sebagai perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan atau pengalamaan. Definisi ini mencakup tiga unsur, yaitu (1) belajar adalah perubahaan tingkah laku, (2) perubahan tingkah laku tersebut terjadi karena latihan atau 8

pengalaman, (3) perubahan tingkah laku tersebut adalah permanen atau tetap ada untuk waktu yang cukup lama. Pendapat tersebut sejalan dengan Wiliam Burton mengemukakan bahwa ciri-ciri belajar: 1) Proses belajar ialah pengalaman, berbuat, mereaksi, dan melampaui (under going). 2) Proses itu melalui bermacam-macam ragam pengalaman dan mata pelajaran-mata pelajaran yang terpusat pada suatu tujuan tertentu. 3) Pengalaman belajar secara maksimum bermakna bagi kehidupan murid. (Oemar Hamalik, 2015 : 31) Pendapat lain tantang ciri belajar dikemukakan oleh Agus Suprijono (2011 : 4) yaitu : 1) Sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaitu perubahan yang didasari. 2) Kontinu atau berkesinambungan dengan perilaku lainnya. 3) Fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup. 4) Positif atau berakumulasi. 5) Aktif atau sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan. 6) Permanen atau tetap, sebagaimana dikatakan oleh WiBTing, belajar sebagai any relatively permanet change in an organism s behavioral reperoire that occurs as a result of experience 7) Bertujuan dan terarah. 8) Mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan. e. Prinsip-Prinsip Belajar Belajar akan lebih berhasil apabila kita memiliki kesadaran tanggung jawab belajar, cara belajar yang efisien, syarat-syarat yang diperlukan. Menurut Daryanto (2013 : 24) prinsip-prinsip belajar yang dapat dilaksanakan dalam situasi dan kondisi yang berbeda dan oleh setiap siswa secara individual yaitu : atas 1) Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional 2) Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur, penyajian yang sederhana sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya 9

3) Belajar harus dapat menimbulkan motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional 4) Belajar itu proses kontinyu maka harus tahap demi tahap menurut perkembangannya 5) Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi, dan discovery 6) Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan tujuan instruksional yang harus dicapainya 7) Belajar memerlukan sarana yang cukup sehingga siswa dapat belajar dengan tenang 8) Belajar perlu interaksi siswa dengan lingkungannya 9) Belajar adalah proses pengertian yang satu dengan yang lain, sehingg mendapatkan pengertian yang diharapkan, stimulus yang diberikan respone yang diharapkan 10) Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangaan berkali-kali agar pengertian dan ketrampilan sikap mendalam pada siswa Sedangkan pendapat lain menurut Davies (dalam Aunurrahman, 2013 : 113-114)mengingatkan beberapa hal yang dapat menjadikan kerangka dasar bagi penerapan prinsip-prinsip belajar dalam proses pembelajaran yaitu : 1) Hal apapaun yang dipelajari murid, maka ia harus mempelajarinya sendiri. Tidak seorangpun yang dapat melakukan kegiatan belajar tersebut untuknya. 2) Setiap murid belajar menurut tempo (kecepatannya)sendiri dan untuk setiap kelompok umur, terdapat variasi kecepatan belajar. 3) Seorang murid belajar lebih banyak bilamana setiap langkah segera diberikan penguatan (reinforcement ). 4) Penguasaaan secara penuh dari setiap langkah-langkah pembelajaran, memungkinkan murid belajar secara lebih berarti. 5) Apabila murid diberikan tanggungjawab untuk mempelajari sendiri, maka ia lebih termotivasi untuk belajar, dan ia akan belajar dan mengingat lebih baik. f. Komponen Pembelajaran Situasi yang memungkinkan terjadinya kegiatan belajar yang optimal adalah situasi dimana siswa dapat berinteraksi dengan guru dan atau bahan pengajaran ditempat tertentu yang telah diatur dalam rangka tercapainya tujuan pembelajaran yang merupakan suatu sistem, terdiri dari berbagai komponen yang saling berhubungan satu sama lain. Komponen tersebut meliputi guru, 10

kurikulum, siswa, materi, metode, media, dan evaluasi. Situasi itu dapat dioptimalkan dengan mengguankan metode dan media yang tepat. Agar dapat diketahui keefektifan kegiatan belajar-mengajar, maka setiap proses dan hasilnya harus dievaluasi. Dengan uraian tersebut, dapat diketahui bahwa kegiatan belajar-mengajar merupakan suatu kegiatan yang merupakan suatu kegiatan yang melibatkan beberapa komponen. Menurut Muhammad Rohman & Sofan Amri, (2013:8) komponen pembelajaran meliputi beberapa hal sebagai berikut : 1) Tujuan, tujuan merupakan komponen yang sangat penting dalam sistem pembelajaran. Mau dibawa kemana siswa, apa yang harus dimiliki oleh siswa. Semuanya tergantung pada tujuan yang dicapai. Sesuai dengan standart yang isi, kurikulum yang berlaku untuk setiap satuan pendidikan adalah kurikulum yang berbasis kompetensi, kurikulum berbasis kompetensi di harapkan mampu memecahkan berbagai persoalan bangsa, khususnya dalam bidang pendidikan, dengan mempersiapkan siswa, melalui perencanaan evaluasi terhadap sistem pendidikan scara efektif dan efisien. 2) Isi atau meteri pembelajaran merupakan komponen kedua dalam sistem pembelajaran. Dalam konteks tertentu, materi pelajaran merupakan inti dalam proses pembelajaran, artinya sering terjadi proses pembelajaran di artikan sebagai proses penyampaian materi. Hal ini bisa di benarkan manakala tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pembelajaran (subject centered teaching) 3) Strategi atau metode adalah komponen yang juga mempunyai fungsi yang sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan. Bagaimana lengkap dan jelasnya komponen lain, tanpa dapat di implementasikan melalui strategi yang tepat maka komponen komponen tersebut tidak akan memiliki makna dalam proses pencapaian tujuan. 4) Alat dan sumber, walaupun fungsinya sebagai alat bantu tetapi memiliki peran yang tidak kalah pentingnya dengan komponenkomponen yang lain. Dalam kemajuan teknologi seperti sekarang ini memungkinkan siswa dapat belajar dari mana saja dan kapan saja dengan memanfaatkan hasil teknologi. 5) Evaluasi merupakan komponen terakhir dalam sistem proses pembelajaran. Evaluasi bukan saja berfungsi untuk melihat keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran, tetapi juga berfungsi sebagai umpan balik guru atas kinerjanya dalam 11

pengelolaan pembelajaran, melalui evaluasi kita dapat melihat kekurangan dalam pemanfaatan berbagai komponen sistem pembelajaran. g. Hasil belajar Dalam bidang pendidikan, kegiatan evaluasi merupakan kegiatan utama yang tidak dapat ditinggalkan untuk tingkat keberhasilan rencana pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar. Guru perlu mengenal hasil belajar dan kemajuan belajar siswa yang telah diperoleh sebelumnya. Hal itu sebagai tolak ukur keberhasilan pembelajran dan dapat menjadi evaluasi untuk pembelajaran selanjutnya. Dalam kegiatan pembelajaran BTerdapat hasil belajar seperti pendapat Bloom bahwa hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehenshion (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasi, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai). Domain afektif adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan respon), organization (organisasi), characterization (karakter). Domain psikomotor meliputi initiatory, pre-routine, dan rountinized. Psikomotor juga mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, managerial dan intelektual. (Agus Suprijono, 2011 : 6-7) Menurut Gagne menyimpulkan ada lima macam hasil belajar yaitu: 1) Keterampilan intelektual, atau pengetahuan prosedural yang mencakup belajar konsep, prinsip dan pemecahan masalah yang diperoleh melalui penyajian materi di sekolah. 2) Strategi kognitif, kemampuan untuk emmecahkan masalahmasalah baru dengan jalan mengatur proses internal masing-masing individu dalam memperhatikan, belajar, mengingat, dan berpikit. 3) Informasi verbal, yaitu kemampuan untuk mendeskripsikan sesuatu dengan kata-kata dengan jalam mengatur informasi-informasi yang relevan. 12

4) Keterampilan motorik, yaitu kemampuan untuk melaksanakan dan mengkoordinasi gerakan-gerakan yang berhubungan dengan otot. 5) Sikap, yaitu suatu kemampuan internal yang mempengaruhi tingkah laku seseornag yang didasari oleh emosi, kepercayaankepercayaan serta faktor intelektual. (Aunurrahman, 2013 : 47) Dari pendapat para pakar pendidikan dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku dan pribadi secara keseluruhan, tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah, melainkan komprehensif. h. Hakikat Pembelajaran Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, serta pembentukan karakter pada peserta didik. Selaras dengan undang- undang N0. 20 Tahun 2003 Tentang Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 20 dinyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut Munandar (dalam Suyono dan Haryanto, 2011: 207) menyatakan bahwa pembelajaran dikondisikan agar mampu mendorong kreativitas anak secara keseluruhan, membuat peserta didik aktif, mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan berlangsung dalam kondisi menyenangkan. Adapula pernyataan Wintaputra (2007: 1) yang menyatakan bahwa pembelajaran ialah kegiatan yang dilakukan untuk menginisiasi, memfasilitasi dan meningkatkan intensitas dan kualitas belajar pada peserta didik. Menurut Arif Sadiman (dalam Kustandi dan Sutcipto, 2011: 5) usahausaha yang terecana dalam memanipuasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri siswa. 13

Atas dasar-dasar teori pembelajaran tesebut maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses interaksi antara siswa dengan guru dan juga beserta seluruh sumber belajar lainnya yang menjadi sarana belajar guna memperoleh tujuan yang diinginkan dalam rangka untuk merubah sikap serta pola pikir siswa. i. Media Pembelajaran Kata media berasal dari bahasa Latin yaitu medium yang secara harafiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Dalam ilmu komunikasi, media dapat diartikan sebaai saluran, sarana penghubung, dan alat-alat komunikasi. Menurut Sadiman, dkk (2011: 7) media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Menurut Kusnandi dan Sutjipto (2011: 8) media adalah alat yang dapat membantu proses belajar megajar dan berfungsi untuk memperjelas makna pesan yang disampaikan, sehigga dapat mencapai tujuan pmbelajaran dengan lebih baik dan sempurna. Menurut Arief S. Sandiman (2003: 6) media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Dari pengertian media diatas dapat disimpulkan bahwa media adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari pengirim kepada penerima sehingga dapat tercapai tujuan pembelajaran. Dalam kegiatan 14

belajar mengajar sangatlah perlu melakukan inovasi yang salah satunya adalah melakukan inovasi media pembelajaran. Siswa akan cepat bosan apabila pembelajaran hanya monoton saja, oleh karena itu dalam pembelajaran sangat diperlukan adanya media pembelajaran yang diharapkan dalam seluruh proses pembelajaran sehingga tercapailah suatu keselarasan ilmu dan hasil dari peserta didik dengan efektif. j. Manfaat Media Pembelajaran Fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru (Azhar Arsyad, 2011: 15). Menurut Hamalik dalam (Azhar Arsyad, 2011: 15) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Menurut Sudjana & Rivai dalam (Azhar Arsyad, 2011:24) mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu: 1) Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar. 2) Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkanya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran. 3) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran. 4) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memeankan dan lainlain. 15

Media pembelajaran mempunyai kegunakan sebagai berikut, menurut Arief S. Sandiman, (2003: 16): 1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis. 2) Mengatasi keterbtasan ruuang, waktu dan daya indera. 3) Dengan menggunakan media secara tepat dan bervariasi dapat diatasi sifat pasif anak didik. Dalam hal ini media pembelajaran berguna untuk: a) Menimbulkan kegairahan belajar. b) Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan. c) Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya. d) Mempersamakan pengalaman e) Menimbulkan persepsi yang sama. Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa manfaat media pembelajaran dalam proses belajar mengajar sebagai berikut: 1) Manfaat media pembelajaran bagi pengajar: a) Memudahkan dalam menyampaikan materi pelajaran. b) Menjelaskan materi secara sistematis. c) Menyajikan pembelajaran yang sitemais. d) Metode pembelajaran akan lebih berariasi. e) Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya. f) Menciptakan kondisi belajar mengajar yang kondusif. g) Menghemat tenaga bagi pengajarn 16

2) Manfaat media pembelajaran bagi siswa: a) Memotivasi siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. b) Memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran. c) Memudahkan siswa belajar. d) Siswa dapat belajar dalam suasana yang kondusif, senang, dan nyaman. e) Merangsang siwa untuk belajar menganalisis f) Menjadikan siswa lebih aktif, komunikatif, dan kritis k. Fungsi Media Pembelajaran Media pembelajaran memiliki fungsi tersedniri untuk mengembakan pembelajaran, adapaun fungsi dari media pembelajaran menurut Levie & Lentz dalam (Azhar Arsyad,2011: 16) terdapat 4 fungsi media pembelajaran, khususnya media pembelajaran yaitu : 1) Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilakan atau memaknai teks materi pelajaran 2) Fungsi afektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar (atau membaca) teks yang bergambar. Gambar lambang atau visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa, misalnya informasi yang menyangkut masalah sosial atau ras. 3) Fungsi kognitif media sosial terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi ataun pesan yang terkandung dalam gambar. 4) Fungsi kompensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil peneliatian bahwa media sosial yang memberikan konteks untuk membantu memahmi teks membantu siswa yang yang lemah dalam membaca mengorganisasikan informsi dalam teks dan memngingatnya kembali. Dengan kata lain media pembelajaran berfungsi untuk mengakomodasikan siswa yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal. 17

l. Jenis Media Pembelajaran Jenis media merupakan alat bantu untuk mempermudah pembelajaranan, adapun jenis-jenis media pembelajaran ini menurut Oemar Hamalik dalam (Hujair AH.Sanaky, 2013:44), mengemukakan bahwa media pembelajaran apabila dilihat dari sudut pandang yang luas tidak hanya terbatas pada alat-alat audio, visual, audio-visual saja, melainkan sampai pada tingkah laku pengajar dan kondisi pribadi pembelajar. Maka media pembelajaran dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1) Bahan-bahan yang mengutamakan kegiatan membaca atau dengan menggunakan simbol-simbol kata dan visual berupa bahan-bahan cetakan danbacaan. 2) Alat-alat audio visual, alat-alat yang tergolong kedalam kategori ini yaitu: a) Media proyeksi, seperti: overhead projector, slide, film dan LCD, b) Media non-proyeksi, seperti, seperti: papan tulis, poster, papan temple, kartun, papan planel, komik, bagan, diagram,gambar dangrafik. c) Benda tiga dimensi antara lain bendda tiruan, diorama, boneka topeng, lembaran balik, peta, globe, pameran, dan museum sekolah. 3) Media yang menggunakan teknik atau masinal, yaitu: slide, film strif, film rekaman, radio, televisi, video, VCD, laboratorium elektonik, perkakas otoinstruktif, ruang kelas otomatis, sistem interkomunikasi, komputerinternet. 4) Kumpulan benda-benda (materialcollection), yaitu berupa peninggalan sejarah, dokumentasi, bahan-bahan yang memiliki nilai sejarah, jenis kehidupan, mata pencaharian, industri, perbankan, perdagangan, 18

pemerintahan, agama, kebudayaan danpolitik. 5) Contoh-contoh kelakuan, perilaku pengajar. Pengajar memberi contoh perilaku atau suatu perbuatan. Misalnya, mencontohkan suatu perbuatan dengan gerakan tangan dan kaki, gerakan badan, dan mimik. Media pembelajaran dalam bentuk ini, sangat tergantung pada inisitif, rekayasa,dan kreasi pengajar itu sendiri, jenis media seperti ini, hanya dapat dilihat dan ditirukan olehpembelajar. Jenis media pembelajaran dibagi kedalam dua katagori luas seperti menurut Seels & Glasgow dalam (Arsyad, 2011: 33-35) yaitu: 1) Pilihan MediaTradisional a) Visual diam yangdiproyeksikan (1) Proyeksi Opaque (tak tembuspandang) (2) ProyeksiOverhead (3) Slides (4) Filmstrips b) Visual yangdiproyeksikan (1) Gambar,poster (2) Foto (3) Charts, grafik,diagram (4) Pameran, papan info, papan bulu c) Audio (1) Rekamanpirangan (2) Pita kaset, reel,cartridge d) PenyajianMultimedia (1) Slide plussuara (2) Multiimage e) Visual dinamis yangdiproyeksikan (1) Film (2) Televisi (3) Video f) Cetak (1) Bukuteks (2) Modul, teksterprogram (3) Workbook (4) Majalah ilmiah,berkal (5) Lembaran lepas, (handout) 19

g) Permainan (1) Teka-teki (2) Simulasi (3) Permainan papan h) Realita (1) Model (2) Specimen(contoh) (3) Manipulatif (peta,boneka) 2) Pilihan Media teknologimutakir a) Media berbasistelekomunikasi (1) Telekoferen (2) Kuliah jarakjauh 3) Pilihan Media berbasismikroprosesor (1) Computer assistedinstruction (2) Permainankomputer (3) Sistem tutorintelijen (4) Inetaktif (5) Hypermedia (6) Compact (video)disc Menurut Tim Dosen, FIP-IKIP Yogyakarta dalam (Hujair AH.Sanaky, 2013:46), memaparkan tentang jenis-jenis media pembelajaran dengan cara melihat dari aspek fisiknya dan ada yang meliaht dari sisi aspek panca indera. Pembagian jenis dan karakteristik media pembelajaran, sebagai berikut: 1) Media pembelajaran, dilihat dari sisi aspek bentuk fisik, dengan membagi jenis dan karakteristiknya, sebagai berikut: a) Media elektronik, seperti televisi, film, radio, slide, video, VCD, DVD, LCD, komputer daninternet. b) Media non-elektronik, seperti buku, handout, modul, diktat, media grafis, dan alatperaga. 2) Ada pula yang melihat dari aspek panca indera dengan membagi menjadi tiga yaitu: 20

a) Media Audio(dengar) b) Media Visual (melihat), termasuk mediagrafis, c) Media audio-visual(dengar-melihat) 3) Ada yang melihat dari aspek alat dan bahan yang digunakan, yaitu: a) Alat perangkat keras (hardware) sebagai sarana yang menampilkanpesan. b) Perangkat lunak (software), sebagai pesanatauinformasi. Dari berbagai pendapat diatas dapat diambil kesimpulanbahwa dengan banyaknya klasifikasi media yang ada akan mempermudah pendidik untuk memilih media yang sesuai dengan tujuan, materi serta kemampuan dan karakteristik siswa sehingga dapat mencapai tujuan atau hasil pembelajaran yang lebih efektif dan efisien. Adapun jenis media pembelajaran seperti Puzzle yang memiliki hakikat menurut Rokhmat (2006: 50) menyatakan, puzzle adalah permainan konstruktif melalui kegiatan memasang atau menjodohkan kotak-kotak atau bangunbangun tertentu sehingga akhirnya membentuk pola-pola tertentu. Sejalan dengan pedapat Rokhmat, Rahmanelli (2007: 24) menyebutkan, puzzle adalah permainan merangkai potongan-potongan gambar yang berantakan menjadi suatu gambar yang utuh. Sebagaimana dinyatakan oleh Beaty (2013: 240) puzzle menawarkan latihan mengagumkan bagi ketangkasan jari dan koordinasi mata, tangan, serta konsep kognitif mencocokkan bentuk dan hubungan bagian dengan keutuhan dan memahami gambar. Sedangkan menurut Patmonodewo (2000: 19) media puzzle merupakan media sederhana yang dimainkan dengan bongkar pasang. 21

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa puzzle adalah permainan yang terdiri dari potongan gambar-gambar, kotak-kotak, hurufhuruf atau angka-angka yang disusun seperti dalam sebuah permainan yang akhirnya membentuk sebuah pola tertentu sehingga menimbukan motivasi untuk menyelesaikan puzzle secara tepat dan cepat. Berdasarkan pengertian dari puzzle, maka dapat disimpulkan bahwa media puzzle merupakan alat permainan edukatif yang dapat merangsang kemampuan matematika anak, yang dimainkan dengan cara membongkar pasang kepingan puzzle berdasarkan pasangannya. Selain itu puzzle memudahkan anak secara bertahap untuk mengembangkan kemampuan mereka dalam memecahkan masalah, dan untuk mengetahuiakan tempat-tempat permainan yang sesuai serta mengajarkan anak untuk bertindak cermat. Dengan puzzle dapat melatih anak untuk mengingatingat, berimajinasi dan menyimpulkan. Ada lima jenis puzzle menurut Halfied dalam Rahmanelli (2008: 30) yaitu: Spelling Puzzle, Jigsaw Puzlle, The Thing Puzzle, The Letter(s) Radiness Puzzle Dan Crossword Puzzle. Dibawah ini akan dijelaskan kelima jenis puzzle tersebut. 1) Spelling Puzzle Spelling Puzzle yaitu puzzle yang terdiri dari huruf-huruf acak untuk dijodohkan menjadi kosa kata yang benar sesuai dengan pernyataan pertanyaam yang ada 22

2) The Thing puzzle Puzzle ini berupa deskripsi kalimat-kalimat yang berhubungan dengan gambar-gambar benda untuk dijodohkan. Pada akhirnya setiap deskripsi kalimat akan dijodohkan pada gambar yang telah disediakan secara acak. 3) The letter(s) readiness Puzzle The letter(s) readiness Puzzle adalah puzzle yang berupa gambar disertai huruf-huruf nama gambar tersebut, tetapi huruf tersebut belum lengkap. 4) Jigsaw Puzzle Puzzle ini berupa beberapa pertanyaan untuk dijawab kemudian dari jawaban itu diambil huruf-huruf pertama untuk dirangkai menjadi sebuah kata yang merupakan jawaban dari pertanyaan yang paling akhir. 5) Crosswords puzzle Puzzle yang berupa pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab dengan cara memasukan jawaban (huruf atau angka) tersebut kedalam kotak-kotak yang tersedia baik secara vertical maupun horizontal, puzzle ini sering disebut dengan pemainan teka-teki silang. 2. Pencak Silat a. Pengertian Pencak Silat Pencak silat adalah sistem beladiri yang mempunyai empat nilai sebagai satu kesatuan, yakni nilai etis, teknik, estetis dan atletis. Nilai nilai tersebut selain merupakan nilai-nilai pencak silat juga merupakan corak khas dan keistimewaan pencak silat yang bersumber dari budaya masyarakat rumpun melayu. 23

Jati diri pencak silat adalah totalitas diri, corak, jiwa, sifat dan watak sejati yang melekat pada pencak silat serta memberikan keunikan. Jatidiri atau Budaya bangsa Indonesia termasuk rumpun melayu sebagai landasan (basis) asal dan corak pencak silat. Falsafah budi pekerti luhur sebagai jiwa dan motivasi penggunaan pencak silat Agung Nugroho (2004: 15-16). Pencak silat merupakan bagian dari budaya bangsa Indonesia yang bernilai luhur. Nilai-nilai luhur pencak silat terkandung dalam jati dirinya yang meliputi tiga hal pokok sebagai satu kesatuan, yaitu : (1) budaya Indonesia sebagai asal dan coraknya, (2) falsafah budi pekerti luhur sebagai jiwa dan sumber motivasi penggunaannya, (3) pembinaan mental spiritual atas budi pekerti, bela diri, seni dan olahraga sebagai aspek-aspek integral dan substansinya (IPSI, 1994 : 10). Silat adalah intisari pencak untuk secara fisik membela diri dan tidak dapat digunakan untuk pertunjukan Oong Maryono (2000: 5) dan Suharso (2005: 368) yang dikutip dari Sriyani (2001: 28) mengatakan, Pencak adalah permainan (keahlian) untuk mempertahankan diri dengan kepandaian menangkis, mengelak dan sebagainya.sedangakan Silat adalah kepandaian berkelahi dengan ketangkasan menyerang dengan membela diri. b. Filsafat Pencak Silat Pengertian falsafah adalah sama dengan filsafat, yang menurut Abdulgani adalah kegandrungan mencari hikmah kebenaran beserta kearifan dan kebijaksanaan dalam hidup dan kehidupan manusia. Oleh karena itu, pencak silat wajib dilaksanakan dan digunakan serta bertanggungjawab sesuai dengan falsafahnya. Falsafah pencak silat adalah budi pekerti luhur yakni falsafah yang 24

memandang budi pekerti luhur sebagai sumber dari keluhuran sikap, perilaku dan perbuatan manusia yang diperlukan untuk mewujudkan cita-cita agama dan moral masyarakat. Budi adalah aspek kejiwaan yang mempunyai unsur cipta, rasa, dan karsa, pekerti artinya watak atau akhlak, sedang luhur artinya mulia atau terpuji. Dengan demikian falsafah budi pekerti luhur mengajarkan manusia sebagai makhluk Tuhan, makhluk pribadi, makhluk sosial dan makhluk alam semesta selalu mengamalkan pada bidang masing-masing sesuai dengan cipta, rasa, dan karsa. Falsafah pandangan hidup dijabarkan dalam suatu pedoman hidup yang sifatnya lebih konkrit Agung Nugroho (2007: 54), sebagai berikut: 1) Taqwa adalah beriman dan teguh dalam mengamalkan ajaran-ajaran kepada Tuhan Yang Maha Esa, 2) Tanggap adalah kreatif, cerdas, peka dan cermat dalam mengatasi persoalan dan dapat memanfaatkan peluang dan bertanggungjawab, 3) Tangguh adalah keuletan, pantang menyerah dan sanggup mengembangkan kemampuannya dalam menjawab tantangan dalam menanggulangi kesulitan demi menegakkan kebenaran, kejujuran dan keadilan, 4) Tanggon adalah tahan uji dalam menghadapi godaan dan cobaan, berdisiplin dan tanggungjawab serta mentaati norma-norma hukum, sosial dan agam, 5) Trengginas adalah kelincahan, kegesitan, dan ketrampilan yang dinamis, enerjik, efektif, dan korektif untuk mengejar kemajuan. c. Aspek Pencak Silat Terdapat 4 aspek yang mencakup nilai-nilai luhur sebagai kesatuan yang tak terpisahkan dalam pencak silat, menurut PB. IPSI (2012; 1) meliputi: 1) Aspek Mental Spiritual a) Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa 25

b) Tenggang rasa, percaya diri dan disiplin c) Tangguh dan ulet d) Tanggap, peka dan cermat 2) Aspek seni budaya a) Mengembangkan pencak silat sebagai budaya bangsa Indonesia yang mencerminkan nilai-nilai luhur. b) Mengembangkan pencak silat yang diarahkan pada penerapan nilai-nilai kepribadian bangsa. c) Mencegah penonjolan secara sempit nilai-nilai pencak silat yang bersifat kedaerahan. d) Menanggulangi pengaruh kebudayaan asing yang negatif. 3) Aspek bela diri a) Berani dalam membela kebenaran dan keadilan b) Tahan uji dan tbah c) Tangguh dan ulet d) Tanggap, peka dan cermat 4) Aspek olahraga a) Berlatih dan melaksanakan olahraga pencak silat sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari b) Meningkatkan presasi c) Menjunjung tinggi solidaritas d) Pantang menyerah 26

d. Katagori Pencak Silat Terdapat 4 kategori pertandingan dalam pencak silat, dintaranya 1) Kategori Tanding Pertandingan pencak silat kategori tanding adalah pertandingan yang menampilkan 2 orang pesilat dari kubu yang berbeda. Keduanya saling berhadapan menggunakan unsur pembelaan dan serangan yaitu menangkis, mengelak, menyerang sasaran dan menjatuhkan lawan, mengunakan teknik dan taktik bertanding, ketahanan stamina serta semangat juang merupakan pola untuk mendapatkan niai. Akan tetapi tidak semua teknik dalam pencak silat dapat digunakan dalam pertandingan kategori tanding, karena ada peraturan yang mendasari keselamatan pesilat. 2) Kategori tunggal Pertandingan pencak silat yang menampilkan seorang pesilat memperagakan kemahiran dalam jurus tunggal baku secara benar, tepat da mantap, penuh penjiwaan, dengan tangan kosong dann bersenjta dlam waktu 3 menit (Lubis, 2004:41). 3) Kategori ganda Pertandingan pencaksilat yang menampilkan 2 orang pesilat dari kubu yang sama, memperagakan kemhiran dan kekayaan teknik jurus bela serang pencak silat yang dimiliki. Gerakan bela serang ditampilkan secara terencana, efektif, estetis, mantap, logis dalam sejumlah rngkaian seri yang teratur, baik bertenaga dan cepat maupun dalam gerakan lambat penuh penjiwaan dengan tangan kosong dan senjata dalam waktu 3 menit. 27

4) Kategori regu Kategori pertandingan pencak silat yang menampilkan tiga orang pesilat dari kubu yang sama memperagakan kemahirannya dalam jurus regu baku secar benar, tepat, mantap penuh penjiwaan dan kompak dengan tangan kosong serta tunduk kepada ketentuan dan peratuan yang berlaku dalam kategori ini. e. Teknik Dasar Pencak Silat Secara umum, ada 9 aspek teknik dasar pencak silat yang harus dipahami oleh siapapun yang hendak menekuni seni beladiri ini. Aspek-aspek tersebut antara lain: Kuda-kuda, Sikap Pasang, Arah, Pola Langkah, Pukulan, Tendangan, Tangkisan, Guntingan, Kuncian. Teknik dasar menurut Agung Nugroho (2001: 103) adalah merupakan fundamen dasar, dimana gerakan-gerakan itu masih sederhana dan mudah. Sedangkan meurut Djoko Pekik (2002: 81) teknik dasar adalah gerakan yang dilakukan pada lingkungan atau sasaran yang sederhana atau diam, misalnya menendang bola ditempat. Teknik dasar dipandang sebagai unsur penting dari keseluruhan penampilan olahraga disamping kesiapan kondisi fisik, teknik, dan persiapan kondisi psikologis. Di dalam penampilan olahraga yang tinggi, suatu kontrol anak yang sempurna merupakan persyaratan bagi pencapaian prestasi puncak individu. Seorang atlet yang tidak tahu bagaimana cara mengarahkan secara fungsional atau secara efisien dengan menggunakan teknik yang sempurna, hanya dapat mengimbangi sebagian dari kekurangan ini melalui kualitas lain. 28

Teknik dasar pencak silat menurut Johansyah Lubis (2004:7) adalah suatu gerak terencana, terarah, terkoordinasi, dan terkendali yang mempunyai empat aspek sebagai kesatuan, yaitu aspek mental spiritual, aspek bela diri, aspek olahraga, dan aspek seni budaya, sehingga disimpulkan bahwa pencak silat merupakan cabang olahraga yang lengkap dan patut dipelajari karena, mencakup pada empat aspek yang menjadi satu kesatuan yang utuh.sedangkan teknik dasar pencak silat antara lain: 1) Sikap berdiri: sikap tegak 1 sampai dengan 4 Dalam sikap tegak 1 ini hal-hal yang harus diperhatikan adalah: a) Badan tegak lurus, pandangan ke depan. b) Posisi lengan dan tangan berada lurus disamping badan c) Berat Badan berada di kedua kaki. d) Kedua kaki dibuka selebar bahu. Gambar 1. Sikap Tegak 1 (Sumber: Hendri Budi Setyawan 2012) Dalam sikap tegak 2 ini hal-hal yang harus diperhatikan adalah: a) Badan tegak lurus, pandangan ke depan. 29

b) Kedua tangan mengepal dan berada di pinggang. c) Berat Badan berada di kedua kaki. d) Kedua kaki dibuka selebar bahu. Gambar 2. Sikap Tegak 2 (Sumber: Hendri Budi Setyawan 2012) Dalam sikap tegak 3 ini hal-hal yang harus diperhatikan adalah: a) Badan tegak lurus, pandangan ke depan. b) Kedua tangan mengepal dan menempel berada di depan dada. c) Berat Badan berada di kedua kaki, kedua kaki dibuka selebar bahu. 30

Gambar 3. Sikap tegak 3 (Sumber: Hendri Budi Setyawan 2012) Dalam sikap tegak 4 ini hal-hal yang harus diperhatikan adalah: a) Badan tegak lurus, pandangan ke depan. b) Jari-jari rapat dan kedua tangan menyilang di depan dada. c) Posisi Tangan kanan berada di depan. d) Berat Badan berada di kedua kaki. e) Kedua kaki dibuka selebar bahu. 2) Sikap Hormat Gambar 4. Sikap Tegak 4 (Sumber: Hendri Budi Setyawan 2012) Sikap hormat dilakukan pada setiap awal dan akhir pelajaran atau latihan kepada guru/pelatih, memberi salam kepada teman, serta memulai dan mengakhiri pertandingan. Berikut ini langkah-langkah melakukan sikap hormat: a) Dimulai dengan sikap tegak 1 b) Kedua telapak tangan merapat dan bertemu di depan dada dengan menganggukan kepala. c) Kembali ke sikap 1. 31

3) Salam Pembukaan Gambar 5. Sikap Hormat (Sumber: Hendri Budi Setyawan 2012) Salam pembukaan dilakukan sebelum melakukan suatu rangkaian gerakan. Berikut ini langkah-langkah melakukan Salam Pembukaan: a) Dimulai dengan sikap tegak 1 b) Merentangkan kedua tangan keatas kepala membentuk huruf V c) Posisi tangan terbuka dan jari-jari rapat sedangkan lengan lurus. d) Kedua tangan bertemu dan merapat di atas kepala. e) Kedua tangan diturunkan sampai ke depan dada. f) Kembali ke sikap tegak 1. Gambar 6. Salam Pembukaan (Sumber: Hendri Budi Setyawan 2012) 32

4) Kuda-Kuda Kuda-kuda adalah teknik yang memperlihatkan sikap dari kedua kaki dalam keadaan statis. Teknik ini digunakan untuk mendukung sikap pasang pencak silat. Kuda-kuda juga digunakan sebagai latihan dasar penak silat untuk memperkuat otot. Ditinjau dari bentuknya kuda-kuda dibagi menjadi empat jenis: a) Kuda-kuda Depan Kuda-kuda depan adalah kuda-kuda dengan sikap salah satu kaki berada di depan, sedangkan kaki lainnya di belakang dan berat badan ditopang oleh kaki depan. b) Kuda-kuda Belakang Gambar 7.Kuda-kuda Depan (Sumber: Hendri Budi Setyawan 2012) Kuda-kuda belakang adalah kuda-kuda dengan sikap salah satu kaki berada di depan, sedangkan kaki lainnya berada di belakang dan berat badan ditopang oleh kaki belakang. 33

c) Kuda-kuda Tengah Gambar 8. Kuda-kuda Belakang (Sumber: Hendri Budi Setyawan 2012) Kuda-kuda belakang adalah kuda-kuda dengan sikap kedua kaki melebar sejajar dengan bahu dan berat badan ditopang secara merata oleh kedua kaki. d) Kuda-kuda Samping Gambar 9. Kuda-kuda Tengah (Sumber: Hendri Budi Setyawan 2012) Kuda-kuda belakang adalah kuda-kuda dengan sikap kedua kaki melebar sejajar dengan bahu dan berat badan ditopang oleh salah satu kaki yang menekuk ke kiri/ kanan. 34

5) Sikap Pasang Gambar 10. Kuda-kuda Samping (Sumber: Hendri Budi Setyawan 2012) Sikap pasang mempunyai pengertian sikap taktik untuk menghadapi lawan yang berpola menyerang atau menyambut. Apabila ditinjau dari system beladiri, sikap pasang berarti kondisi siap tempur yang optimal. Dalam pelaksanaannya, sikap pasang merupakan kombinasi dan koordinasi dari kuda-kuda, sikap tubuh dan sikap tangan. Untuk menyeragamkan sikap pasang secara nasional PB IPSI membagi sikap pasang menjadi 8,yaitu: Berikut ini langkah-langkah melakukan sikap pasang 1: a) Dimulai dari sikap tegak 1, pandangan lurus ke depan b) Kaki kiri melangkah ke depan atau sebaliknya. c) Kuda-kuda depan sejajar. d) Posisi kedua tangan berada di depan dada searah dengan kaki 35

Gambar 11. Sikap Pasang 1 (Sumber: Hendri Budi Setyawan 2012) Berikut ini langkah-langkah melakukan sikap pasang 2: a) Dari sikap pasang 1 badan diputar ke bagian dalam. b) Kuda-kuda sejajar, posisi kaki silang dan siku belakang jinjit. c) Posisi tangan berlawanan dengan kaki. Gambar 12. Sikap Pasang 2 (Sumber: Hendri Budi Setyawan 2012) Berikut ini langkah-langkah melakukan sikap pasang 3: a) Dimulai dari sikap pasang 2 36

b) Kuda-kuda serong, tangan berlawanan dengan kaki. c) Berat badan berada di kaki depan. Gambar 13. Sikap Pasang 3 (Sumber: Hendri Budi Setyawan 2012) Berikut ini langkah-langkah melakukan sikap pasang 4: a) Dari sikap pasang 3 b) Kaki merapat menjadi satu dan digeser sejajar. c) Tangan berada di depan dada. Gambar 14. Sikap Pasang 4 (Sumber: Hendri Budi Setyawan 2012) 37

Berikut ini langkah-langkah melakukan sikap pasang 5: a) Dari sikap pasang 4 kaki kanan digeser ke depan sejajar kaki kiri. b) Kaki kiri disilangkan ke belakang kaki kanan. c) Posisi tangan berlawanan dengan kaki. Gambar 15. Sikap Pasang 5 (Sumber: Hendri Budi Setyawan 2012) Berikut ini langkah-langkah melakukan sikap pasang 6: a) Dari sikap pasang 5 badan diputar ke bagian dalam. b) Posisi kaki sejajar dan badan menyamping. c) Posisi tangan searah dengan kaki. Gambar 16. Sikap Pasang 6 (Sumber: Hendri Budi Setyawan 2012) 38

Berikut ini langkah-langkah melakukan sikap pasang 7: a) Dari sikap pasang 6 kaki belakang disilangkan ke depan b) Posisi kaki silang dan kaki belakang jinjit. c) Posisi tangan searah dengan kaki. Gambar 17. Sikap Pasang 7 (Sumber: Hendri Budi Setyawan 2012) Berikut ini langkah-langkah melakukan sikap pasang 8: a) Dari sikap pasang 7 kaki kanan di gantung. b) Posisi kaki gantung menghadap ke depan c) Posisi tangan terbuka di samping lutut kaki gantung. Gambar 18. Sikap Pasang 8 (Sumber: Hendri Budi Setyawan 2012) 39

6) Teknik Serangan a) Pukulan Depan Pukulan depan adalah serangan yang menggunakan pangkal jari tengah dan telunjuk dengan lintasan lurus ke depan. Berikut ini langkah-langkah melakukan pukulan depan: i. Dimulai dengan sikap pasang ii. Tangan mengepal, perkenaannya adalah pangkal jari tengah dan telunjuk. iii. Lintasan pukulan lurus ke depan iv. Sasaran pukulan adalah ulu hati / dada b) Pukulan Lingkar Gambar 19. Pukulan Depan (Sumber: Hendri Budi Setyawan 2012) Pukulan lingkar adalah pukulan menggunakan pangkal jari tengah dan telunjuk dengan lintasan melingkar sasaran pelipis, rusuk bagian samping. Berikut ini langkah-langkah melakukan pukulan lingkar: i. Dimulai dengan sikap pasang 40

ii. iii. iv. Tangan mengepal, perkenaannya adalah pangkal jari tengah dan telunjuk. Lintasan pukulan melingkar Sasaran pukulan adalah pelipis, rusuk bagian samping c) Pukulan Samping Gambar 20. Pukulan Lingkar (Sumber: Hendri Budi Setyawan 2012) Pukulan samping adalah pukulan menggunakan sisi luar telapak tangan posisi mengepal lintasan dari samping luar ke dalam sasaran pelipis,rusuk bagian samping. Berikut ini langkah-langkah melakukan pukulan samping: i. Dimulai dengan sikap pasang ii. iii. iv. Tangan mengepal, perkenaannya adalah sisi luar telapak tangan Lintasan pukulan dari samping luar ke dalam Sasaran pukulan adalah pelipis, rusuk bagian samping 41

Gambar 21. Pukulan Samping (Sumber: Hendri Budi Setyawan 2012) d) Pukulan Totok/Ruas Pukulan totok/ruas adalah pukulan menggunakan ruas-ruas jari ke-2 lintasan lurus sasaran pangkal hidung,pangkal tenggorokan. e) Pukulan Kepret Gambar 22. Pukulan Totok/Ruas (Sumber: Hendri Budi Setyawan 2012) Pukulan Kepret adalah pukulan menggunakan sisi luar telapak tangan posisi telapak tangan terbuka sasaran muka bagian samping. Berikut ini langkah-langkah melakukan pukulan kepret: i. Dimulai dengan sikap pasang ii. iii. Tangan terbuka, perkenaannya adalah sisi luar telapak tangan Lintasan pukulan dari samping luar ke dalam 42

iv. Sasaran pukulan adalah muka bagian samping f) Pukulan Sanggah Gambar 23. Pukulan Kepret (Sumber: Hendri Budi Setyawan 2012) Pukulan sanggah adalah pukulan menggunakan sisi dalam telapak tangan posisi telapak tangan terbuka. Berikut ini langkah-langkah melakukan pukulan sanggah: i. Dimulai dengan sikap pasang ii. iii. iv. Tangan terbuka, perkenaannya adalah sisi dalam telapak tangan Lintasan pukulan dari bawah ke atas Sasaran pukulan adalah dagu Gambar 24. Pukulan Sanggah (Sumber: Hendri Budi Setyawan 2012) 43

g) Pukulan Dobrak Pukulan Dobrak adalah pukulan menggunakan kedua telapak tangan dengan sasaran dada. Berikut ini langkah-langkah melakukan pukulan dobrak: i. Dimulai dengan sikap pasang ii. Tangan terbuka, perkenaannya adalah kedua sisi dalam telapak tangan iii. Lintasan lurus ke depan iv. Sasaran pukulan adalah dada h) Pukulan Sangkol Gambar 25. Pukulan Dobrak (Sumber: Hendri Budi Setyawan 2012) Pukulan sangkol adalah pukulan mengepal dengan lintasan lurus dari bawah ke atas dengan sasaran kemaluan. Berikut ini langkah-langkah melakukan pukulan sangkol: i. Dimulai dengan sikap pasang ii. iii. iv. Tangan mengepal, perkenaan tangan terbalik Lintasan pukulan dari bawah ke atas Sasaran pukulan adalah kemaluan 44

i) Tendangan Lurus Gambar 26. Pukulan Sangkol (Sumber: Hendri Budi Setyawan 2012) Tendangan lurus adalah tendangan menggunakan pangkal jari-jari kaki lintasan lurus ke depan dan sasaran dada/ ulu hati. Berikut ini langkah-langkah melakukan Tendangan Lurus: i. Dimulai dengan sikap pasang ii. iii. iv. Mengangkat lutut ke depan setinggi dada Menendangkan / melecutkan tungkai ke depan dengan sasaran dada/ ulu hati Perkenaan adalah pangkal jari-jari kaki v. Pandangan lurus ke depan dan salah satu tangan melindungi kemaluan Gambar 27. Tendangan Lurus (Sumber: Hendri Budi Setyawan 2012) 45

j) Tendangan Sabit Tendangan sabit adalah tendangan menggunakan punggung kaki dengan lintasan melingkar dari luar ke dalam dengan sasaran rusuk bagian samping, punggung. Berikut ini langkah-langkah melakukan Tendangan Sabit: i. Dimulai dengan sikap pasang ii. Mengangkat lutut ke samping setinggi dada iii. Menendangkan / melecutkan tungkai dari samping ke dalam sasaran punggung iv. Perkenaan adalah punggung kaki v. Pandangan lurus ke depan dan salah satu tangan melindungi kemaluan k) Tendangan T Gambar 28. Tendangan Sabit (Sumber: Hendri Budi Setyawan 2012) Tendangan T adalah tendangan yang menggunakan sebelah kaki dan tungkai, lintasannya lurus ke depan dan perkenaannya pada tumit. Biasanya digunakan untuk serangan samping dengan sasaran seluruh bagian tubuh. Berikut ini langkah-langkah melakukan Tendangan T: i. Dimulai dengan sikap pasang, kuda-kuda sejajar. 46

ii. Mengangkat lutut ke samping setinggi dada iii. Menendangkan / melecutkan tungkai ke depan iv. Perkenaan adalah tumit v. Pandangan lurus ke depan dan salah satu tangan melindungi kemaluan l) Tendangan Jejag Gambar 29. Tendangan T (Sumber: Hendri Budi Setyawan 2012) Tendangan jejag adalah tendangan yang menggunakan sebelah kaki dan tungkai, lintasan lurus ke depan dan perkenaan seluruh telapak kaki. Sifatnya mendorong dengan sasaran dada. Berikut ini langkah-langkah melakukan Tendangan Jejag: i. Dimulai dengan sikap pasang ii. iii. iv. Mengangkat lutut ke depan setinggi dada Menendangkan / melecutkan tungkai ke depan dengan sasaran dada Perkenaan adalah seluruh bagian telapak kaki v. Pandangan lurus ke depan dan salah satu tangan melindungi kemaluan 47

m) Tendangan Gejig Gambar 30. Tendangan Jejag (Sumber: Hendri Budi Setyawan 2012) Tendangan Gejig adalah tendangan yang menggunakan sebelah kaki dan tungkai dengan lintasan lurus ke samping ke arah persedian kaki/dengkul dengan tujuan mematahkan. Berikut ini langkah-langkah melakukan Tendangan Gejig: i. Dimulai dengan sikap pasang ii. iii. iv. Mengangkat lutut ke depan setinggi dada Menendangkan / melecutkan tungkai lurus ke samping arah persendian/dengkul. Perkenaan adalah telapak kaki v. Pandangan lurus ke depan dan salah satu tangan melindungi kemaluan. Gambar 31. Tendangan Gejig (Sumber: Hendri Budi Setyawan 2012) 48

n) Tendangan Celorong Tendangan celorong adalah yakni tendangan T dengan posisi merebahkan badan dengan sasaran lutut dan kemaluan. Berikut ini langkah-langkah melakukan Tendangan Celorong: i. Dimulai dengan sikap pasang ii. Merebahkan badan ke depan. iii. Menendangkan / melecutkan tungkai lurus ke depan dengan sasaran lutut dan kemaluan dan perkenaan telapak kaki/tumit. iv. Pandangan lurus ke depan Gambar 32. Tendangan Celorong (Sumber: Hendri Budi Setyawan 2012) o) Tendangan Hentak Bawah Tendangan hentak bawah adalah tendangan yang menggunakan telapak kaki menghadap luat, yang dilaksanakan dengan posisi badan direbahkan, bertujuan untuk mematahkan persendian. Berikut ini langkah-langkah melakukan Tendangan Hentak Bawah: i. Dimulai dengan sikap pasang ii. Merebahkan badan ke bawah iii. Menendangkan / melecutkan tungkai ke depan dengan sasaran persendian iv. Perkenaan adalah telapak kaki menghadap ke luar 49

p) Tendangan Belakang Gambar 33. Tendangan Hentak Bawah (Sumber: Hendri Budi Setyawan 2012) Tendangan belakang adalah tendangan menggunakan pangkal jari-jari kaki lintasan lurus dengan posisi jongkok/setengah berdiri kedua tangan bertumpu di lantai dengan sasaran kemaluan atau perut. Berikut ini langkah-langkah melakukan Tendangan Belakang: i. Dimulai dengan sikap pasang ii. iii. iv. Menendangkan / melecutkan tungkai ke belakang tubuh. Posisi jongkok/setengah berdiri dan kedua tangan bertumpu di lantai dengan sasaran kemaluan atau perut. Perkenaan adalah telapak kaki Gambar 34. Tendangan Belakang (Sumber: Hendri Budi Setyawan 2012) 50

q) Sapuan Sapuan adalah serangan menyapu kaki dengan cara merebahkan diri bertujuan untuk menjatuhkan. Berikut ini langkah-langkah melakukan Sapuan: i. Dimulai dengan sikap pasang ii. Merebahkan badan ke depan iii. Menendangkan kaki dengan lintasan setengah melingkar dengan sasaran tungkai bawah. iv. Perkenaan adalah punggung kaki v. Satu tangan melindungi kepala. r) Dengkulan Samping Gambar 35. Sapuan (Sumber: Hendri Budi Setyawan 2012) Dengkulan Samping adalah serangan menggunakan lutut dengan lintasan melingkar dari belakang luar ke depan samping sasaran rusuk samping. Berikut ini langkah-langkah melakukan Dengkulan Samping: i. Dimulai dengan sikap pasang ii. iii. Menendangkan / melecutkan lutut dengan lintasan melingkar dari belakang luar ke depan samping sasaran rusuk samping. Perkenaan adalah lutut 51

iv. Pandangan lurus ke depan s) Dengkulan Depan Gambar.36. Dengkulan Samping (Sumber: Hendri Budi Setyawan 2012) Dengkulan Depan adalah serangan dengan dengkulan dengan lintasan dari bawah ke atas dengan sasaran ulu hati atau kemaluan. Berikut ini langkah-langkah melakukan Dengkulan Depan: i. Dimulai dengan sikap pasang ii. iii. iv. Menendangkan / melecutkan lutut dengan lintasan lurus dari belakang ke depan dengan sasaran ulu hati / kemaluan. Perkenaan adalah lutut Pandangan lurus ke depan 52

7) Teknik Tangkisan Gambar 37. Dengkulan Depan (Sumber: Hendri Budi Setyawan 2012) Tangkisan adalah usaha pembelaan dengan cara mengadakan kontak langsung denga serangan. Kontak langsung itu bertujuan untuk mengalihkan serangan dari lintasannya dan membendung atau menahan serangan. a) Tangkisan Kelit Tangkisan kelit adalah tangkisan yang menggunakan satu lengan dengan telapak tangan terbuka yang perkenaannya telapak tangan bagian luar dan arah gerakan dari dalam ke luar atau sebaliknya. Berikut ini langkah-langkah melakukan Tangkisan Kelit i. Dimulai dengan sikap pasang ii. iii. iv. Tangkisan menggunakan telapak tangan yang membuka Perkenaan adalah telapak tangan bagian luar Lintasan gerakan dari dalam ke luar v. Pandangan kearah serangan dan satu tangan berada di depan dada. 53

Gambar 38. Tangkisan Kelit (Sumber: Hendri Budi Setyawan 2012) b) Tangkisan Gedig Tangksian gedig adalah tangkisan yang menggunakan satu lengan dengan tangan mengepal yang perkenaannya bagian belakang lengan bawah dengan lintasan dari atas ke bawah. Berikut ini langkah-langkah melakukan Tangkisan Gedig: vi. Dimulai dengan sikap pasang vii. Tangkisan menggunakan satu lengan dan tangan mengepal viii. Perkenaan adalah bagian belakang lengan bawah ix. Lintasan gerakan dari atas ke bawah x. Pandangan kearah serangan dan satu tangan berada di depan dada. Gambar 39. Tangkisan Gedig (Sumber: Hendri Budi Setyawan 2012) 54

c) Tangkisan Siku Tangkisan siku adalah tangkisan yang menggunakan siku dengan lintasan dari luar ke dalam. Berikut ini langkah-langkah melakukan Tangkisan Siku: i. Dimulai dengan sikap pasang ii. Tangkisan menggunakan siku iii. Perkenaan adalah bagian siku iv. Lintasan gerakan dari luar ke dalam v. Pandangan kearah serangan dan satu tangan berada di depan dada. d) Tangkisan Kepruk Gambar 40. Tangkisan Siku (Sumber: Hendri Budi Setyawan 2012) Tangkisan kepruk adalah tangkisan yang menggunakan kedua tangan mengepal dan lengan berbentuk siku-siku yang digerakan ke bawah dengan perkenaannya punggung kepalan tangan. Berikut ini langkah-langkah melakukan Tangkisan Kepruk: i. Dimulai dengan sikap pasang ii. iii. iv. Tangkisan menggunakan kedua tangan mengepal Perkenaan adalah bagian siku Lintasan lengan berbentuk siku-siku yang digerakan ke bawah. v. Pandangan kearah serangan dan satu tangan berada di depan dada 55

e) Tangkisan Kepal Gambar 41. Tangkisan Kepruk (Sumber: Hendri Budi Setyawan 2012) Tangkisan kepal adalah tangkisan dengan menggunakan sisi dalam lengan bawah posisi tangan mengepal. Berikut ini langkah-langkah melakukan Tangkisan Kepal: i. Dimulai dengan sikap pasang ii. iii. iv. Tangkisan menggunakan sisi dalam lengan bawah dan tangan mengepal Perkenaan adalah sisi dalam lengan bawah Lintasan gerakan dari samping luar ke dalam. v. Pandangan kearah serangan dan satu tangan berada di depan dada Gambar 42. Tangkisan Kepal (Sumber: Hendri Budi Setyawan 2012) 56

f) Tangkisan Galang Tangkisan galang adalah tangkisan yang menggunakan sisi dalam lengan bawah yang digerakan ke samping luar ke dalam dan dari dalam ke luar. Berikut ini langkah-langkah melakukan Tangkisan Kepal: vi. Dimulai dengan sikap pasang vii. Tangkisan menggunakan sisi dalam lengan bawah dan tangan mengepal viii. Perkenaan adalah sisi dalam lengan bawah ix. Lintasan gerakan dari samping luar ke dalam. x. Pandangan kearah serangan dan satu tangan berada di depan dada g) Tangkisan Jepit Gambar 43. Tangkisan Galang (Sumber: Hendri Budi Setyawan 2012) Tangkisan jepit adalah tangkisan untuk mengantisipasi serangan atas dengan posisi kedua talapak tangan terbuka menyilang di atas dahi. Berikut ini langkah-langkah melakukan Tangkisan Jepit: i. Dimulai dengan sikap pasang ii. iii. Tangkisan menggunakan kedua tangan yang menyilang Perkenaan adalah sudut persilangan lengan 57

iv. Lintasan gerakan dari bawah ke atas atau sebaliknya v. Pandangan kearah serangan dan satu tangan berada di depan dada h) Tangkisan Tepis Gambar 44. Tangkisan Jepit (Sumber: Hendri Budi Setyawan 2012) Tangkisan tepis adalah tangkisan yang menggunakan satu atau kedua telapak tangan terbuka dengan perkenaannya telapak tangan bagian dalam dan arah gerakan dari dalam ke luar atau atas ke bawah. Berikut ini langkah-langkah melakukan Tangkisan Tepis: i. Dimulai dengan sikap pasang ii. iii. iv. Tangkisan menggunakan telapak tangan terbuka Perkenaan adalah telapak tangan bagian dalam Lintasan gerakan dari dalam ke luar atau atas ke bawah v. Pandangan kearah serangan dan satu tangan berada di depan dada Gambar 45. Tangkisan Tepis (Sumber: Hendri Budi Setyawan 2012) 58

i) Tangkisan Kibas Tangkisan kibas adalah tangkisan dengan menggunakan sisi dalam kaki dengan lintasan melingkar dari luar bawah ke dalam atas. Berikut ini langkah-langkah melakukan Tangkisan Kibas: i. Dimulai dengan sikap pasang ii. Tangkisan menggunakan telapak kaki iii. Perkenaan adalah telapak kaki bagian dalam iv. Lintasan gerakan melingkar dari luar bawah ke dalam atas. v. Pandangan kearah serangan dan satu tangan berada di depan dada j) Bendungan Gambar 46. Tangkisan Kibas (Sumber: Hendri Budi Setyawan 2012) Bendungan adalah tangkisan dengan menggunakan sisi luar tungkai bawah kea rah luar dan lutut kearah dalam. Berikut ini langkah-langkah melakukan Tangkisan Bendungan: i. Dimulai dengan sikap pasang ii. iii. iv. Tangkisan menggunakan tungkai bawah Perkenaan adalah sisi luar tungkai bawah Lintasan gerakan dari dalam ke luar v. Pandangan kearah serangan dan satu tangan berada di depan dada 59

8) Teknik Hindaran Gambar 47. Tangkisan Bendungan (Sumber: Hendri Budi Setyawan 2012) Teknik hindaran adalah usaha pembelaan dengan cara memindahkan sasaran dari arah serangan, dengan melangkahkan atau memindahkan kaki. Sasaran yang dimaksud adalah bagian badan yang menjadi tujuan serangan lawan. Macam-macam hindaran tersebut adalah sebagai berikut: a) Hindaran Hadap Hindaran hadap adalah menghindar dengan memindahkan kaki sehingga posisi tubuh menghadap lawan. b) Hindaran Silang Hindaran silang adalah menghindar dengan memindahkan kaki secara menyilang. c) Hindaran Sisi Hindaran sisi adalah menghindar dengan memindahkan kaki sehingga posisi tubuh meyamping lawan. d) Hindaran Angkat Kaki Hindaran angkat kaki adalah menghindar dengan cara mengangkat kaki untuk menghindari serangan bawah. 60

9) Teknik Elakan Teknik Elakan adalah usaha pembelaan yang dilakukan dengan sikap kaki yang tidak berpindah tempat atau kembali ke tempat semula. Macam-macam elakan terdiri atas: a) Elakan Bawah Langkah-langkah melakukan elakan bawah: i. Mengelakan diri dari serangan pada bagian badan sebelah atas ii. Merendahkan diri dengan sikap tungkai ditekuk tanpa memindahkan letak telapak kaki. iii. Disertai dengan sikap tubuh dan sikap tangan waspada b) Elakan Atas Langkah-langkah melakukan elakan atas: i. Mengelakkan diri dari serangan pada bagian sebelah bawah. ii. Mengangkat kedua kaki dengan sikap tungkai ditekuk. iii. Disertai dengan sikap tubuh dan tangan yang waspada. iv. Mendarat dengan kaki saling menyusul atau dengan kedua kaki. c) Elakan Samping Langkah-langkah melakukan elakan samping: i. Mengelakan diri dari serangan lurus depan dan atas. ii. Dari sikap kangkang, memindahkan badan ke samping dengan merubah sikap tungkai/kuda-kuda. iii. Disertai dengan sikap tubuh dan tangan waspada. d) Elakan Belakang ( kebelakang lurus dan berputar) Langkah-langkah melakukan elakan belakang: i. Mengelakkan diri dari serangan lurus depan dan samping. ii. Dari sikap kuda-kuda depan, memindahkan berat badan ke belakang. iii. Disertai dengan sikap tubuh dan tangan waspada. 61

3. Pendidikan Sekolah Dasar a. Pengertian Sekolah Dasar Pendidikan dapat berlangsung di sekolah sebagai institusi pendidika formal, yang diselengarakan melalui proses belajar mengajar. Suparlan Suharto (2008: 46) menyatakan bahwa menurut pendekatan dari sudut pandang sempit, pendidikan merupakan seluruh kegiatanyang direncanakan serta dilaksanakan secara teratur dan teraarah dilembaga pendidikan sekolah. Suharjo (2006: 1) menyatakan bahwa sekolah dasar pada dasarnya merupakan lembaga pendidikan yang menyelenggarakan program pendidikan enam tahun bagi anak-anak usia 6-12 tahun. hal senada juga diungkapkan Fuad Ihsan (2008: 26) bahwa sekolah dasar sebagai satu kesatuan dilaksanakan dalam masa program belajar selama 6 tahun. Mencermati kedua pernyataan Suharjo dan Fuad Ihsan dapat dijelaskan bahwa sekolah dasar merupakan jenjang pendidikan yang berlangsung selama enam tahun. Undang-undang nomor 20 Tahun 2003 tentangsistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa jenjang pendidikan dasar dann menegah adalah jenis pendidikan formal untuk peserta didik usia 7 sampai 18 tahun dan merupakan persyaratan dasar bagi pendidikan yang lebih tinggi. Jika usia anak pada saat masuk sekolah dasar, merujuk pada definisi pendidikan dasar dalam undangundang tersebut, bearti pendidikan dasar dapatdikatakan sebagai institusi pendidikan yang menyelengarakan proses pendidikan dasar selama masa senam tahun yang ditunjukan bagi anakusia 7-12 tahun. Batasan usia7-12 thun inilah yang dihgunakan peneliti dalam melakukan penelitian. 62

b. Tujuan Sekolah Dasar Proses pendidikan menjadi bagian yang tidak terpisahkan atau bagian dari pengembangan sumber daya (SDM) sebagai subjek sekaligus objek pembangunan. dengan demikian, pendidikan harus mampu melahirkan SDM yang berkualitas dan tidak menjadi beban pembangunan dan masyarakat, yaitu SDM yang menjadi sumber kekuatan atau sumber pengerak(drivibf forces) bagi seluruh proses pembangunan dan kehidupan masyarat. Suharjo (2006: 8) mengemukakan tujuan pendidikan dasar sebagai berikut: 1) Menuntun pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani bakat dan minat siswa. 2) Memberikan bekal pengetahuan, ketrampilan dan sikap dasar yang bermanfaat bagi siswa. 3) Membentuk warga negara yang baik. 4) Melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan SLTP 5) Memiliki pengetahuan, ketrampilan dan sikap dasa bekerja di masyarat 6) Terampil untuk hidup di masyarakat dan dapat mengembangkan diri sesuai dengan asas pendidikan seumur hidup. Tujuan pendidikan dasar lainnya dikemukakan oleh Eka Ihsanudin (2010) yaitu: (1) memberikan bekal kemampuan membaca, menulis dan berhitung, (2) memberikan pengetahuan dan ketrampilan dasar yang bermanfaat bagi siswa sesuai dengan tingkat perkembangannya, (3) mempersiapkan siswa untuk mengikuti pendidikan di SLTP. Jika dicermati, tujuan pendidikan SDyang 63

dikemukakan oleh suharjo dan Eka Ihsanudin memiliki kesamaan yaitu bagi siswa sekolah dasar diselengarakan pengetahuan dan ketrampilan dasar bagi anak yang diperlukan untuk hidip di masyarakat. Selain itu, pendidikan dasar bertujuan mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan tingkat menengah. c. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar Berdasarkan pentahapan Piaget menurut Eti Nurhayati (2011:34), perkembangan kognitif anak usia SD berada pada tahap operasional konkret (concrete operasional). Istilah operasi konkret mencerminkan pendekatan yang terikat atau terbatas pada dunia nyata. Anak-anak usia SD dapat membentuk konsep, melihat hubungan, dan memecahkan masalah, namun hanya sepanjang mereka melibatkan objek-objek dan situasi-situasi yang mereka kenal. Anak-anak usia ini mengembangkan keterampilan penalaran logis dan konservasi karena telah menguasai konsep reversibilitas sepanjang berhadapan dengan dunia yang mereka kenal. Nurhayati menambahkan anak-anak pada kelas-kelas sekolah dasar sedang bergerak dari pemikiran egosentris ke desentris, atau dari pemikiran subjektif ke pemikiran objektif. Pemikiran desentris memungkinkan anak-anak melihat bahwa orang lain dapt memiliki persepsi berbeda dari persepsi mereka. Untuk menangkap ide Piaget tentang perkembangan anak usia SD secara ringkas adalah sebagai berikut: 1) Usia SD Kelas Rendah (Kelas I-III) 64

Sudah dapat mengklasifikasikan angka-angka atau bilangan, meskipun masih harus lebih banyak menggunakan benda/ objek yang konkret ( alat peraga). Mulai dapat menyimpan pengetahuan atau hasil pengamatan dalam daya ingatannya. Mulai dapat mengoperasikan kaidah-kaidah logika (berfikir logis), meskipun terbatas pada objek-objek konkret. 2) Usia SD Kelas Tinggi ( kelas IV-VI) Mulai dapat berfikir hipotesis deduktif. Mulai mampu mengembangkan kemampuan berdasarkan kedua alternatif. Mulai mampu menginferensi atau menggeneralisasikan dari berbagai kategori. Di samping itu, Yusuf (2011:24-25) menambahkan bahwa masa usia sekolah dasar sering disebut sebagai masa intelektual atau masa keserasian bersekolah. Pada masa keserasian bersekolah ini secara relatif, anak-anak lebih mudah dididik daripada masa sebelum dan sesudahnya. Masa ini diperinci lagi menjadi dua fase, yaitu : Masa kelas-kelas rendah sekolah dasar, kira-kira 6 atau 7 tahun sampai umur 9 atau 10 tahun. Beberapa sifat anak-anak pada masa ini antara lain seperti berikut: 1) Adanya hubungan positif yang tinggi antara keadaan jasmani dengan prestasi (apabila jasmaninya sehat banyak prestasi yang diraih). 2) Sikap tunduk kepada peraturan-peraturan permainan yang tradisional. 3) Adanya kecenderungan memuji diri sendiri (menyebut nama sendiri). 4) Suka membanding-bandingkan dirinya derngan anak lain. 65

5) Apabila tidak dapt menyelesaikan suatu soal, maka soal itu dianggap tidak penting. 6) Pada masa ini (terutama usia6-8 tahun) anak menghendaki nilai ( angka rapor) yang baik, tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi nilai baik atau tidak. Masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar, kira-kira umur 9 atau 10 tahun sampai umur 12 atau 13 tahun. Beberapa sifat khas anak-anak pada masa ini ialah: 1) Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret, hal ini menimbulkan adanya kecenderungan untuk membandingkan pekerjaanpekerjaan yang praktis. 2) Amat realistik, ingin mengetahui, ingin belajar. 3) Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal dan mata pelajaran khusus, yang oleh para ahli mengikuti teori faktor ditafsirkan sebagai mulai menonjolnya faktor-faktor(bakat khusus). 4) Sampai kira-kira umur 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang-orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugas dan memenuhi keinginannya. Selepas umur ini pada umumnya anak menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha untuk menyelesaikannya. 5) Pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran yang tepat (sebaik-baiknya) mengenai prestasi sekolah. 6) Anak-anak pada usia ini gemar membentuk kelompok sebaya biasanya untuk dapat bermain bersama-sama. Dalam permainan itu biasanya anak tidak lagi 66

terikat kepada peraturan permainan yang tradisional (yang sudah ada), mereka membuat peraturan sendiri 4. Profil SD Budi Mulia Dua a. Sejarah Berdirinya SD Budi Mulia Pada awalnya TK Budi Mulia Dua menginduk ke Yayasan Sholahudin, tepatnya 1 Maret 1987, Ibu Hj. Kusnasriyati Sri Rahayu Amien Rais mendirikan TK Budi Mulia Dua di Pandeansari. Padaperkembangannya, TK Budi Mulia Dua Pandeansari lebih maju dari pada induknya sehingga beberapa tahun kemudian Ibu Hj. Kusnasriyati Sri Rahayu Amien Rais mendirikan Yayasan Budi Mulia Dua. Penambahan kata Dua bertujuan untuk membedakan Yayasan Sholahudin yang identic dengan Budi Mulia Satu. Seiring perkembangan dunia pendidikan dan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan pendidikan anak usia dini, maka Yayasan Budi Mulia Dua juga membuka Taman Bermain di Blimbingsari Yogyakarta pada 23 Agustus 1995, kemudian juga dibuka Perguruan Budi Mulia Dua di Seturan dan TK Budi Mulia Dua Sedayu Yogyakarta. Perguruan Budi Mulia Dua didirikan berdasarkan pengembangan dari TK Budi Mulia Dua Pandeansari. Perguruan Budi Mulia Dua yang berada dibawah naungan Yayasan Budi Mulia disahkan dan terdaftar dalam izin bangunan No. 630 tertanggal 16 September 2000. Pada 26 April 1999, Perguruan Budi Mulia Dua Seturan mendirikan Taman Kanak kanak (TK) terpadu Full Day School. Tahun ajaran 2000/2001, Perguruan Budi Mulia Dua membuka Sekolah Dasar (SD) di Seturan. Dan dilanjutkan pada tahun ajaran 2001/2002 membuka Sekolah Dasar (SD) di Sedayu. Setelah itu pada tahun ajaran 2002/2003, Perguruan Budi Mulia Dua mendirikan Lembaga Pelatihan 67

Kuliner (LPK) Budi Mulia Dua. Pada tahun ajaran 2003/2004 Perguruan Budi Mulia Dua Mendirikan sebuah Pra Taman Kanak-kanak (Pra-TK) Budi Mulia Dua. Tahun ajaran 2004/2005 Perguruan Budi Mulia Dua mendirikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Budi Mulia Dua yang terletak di Dusun Panjen, Ngemplak, Wedomartani, Sleman dan di tahun ajaran 2006/2007 mendirikan TK Budi Mulia Dua di Taman siswa Yogyakarta. Untuk tahun ajaran 2007/2008 Perguruan Budi Mulia Dua melengkapi instansinyadengan didirikannya Sekolah Menengah Atas (SMA) Budi Mulia Dua. Sampai saat ini Budi Mulia Dua sudah membuka cabang di Solo, Surabaya, Medan dan Jakarta (Shinta, 2014). b. Data Guru dan Karyawan Tabel 1. Daftar Guru dan Karyawan SD Budi Muia Dua Sedayu No Nama Status Masa kerja Tmt Lama 1 Siti Zamhroh, S.Pd Guru 2001 16 2 Harumi Dwi A, S.Pd, SD Guru 2001 16 3 Triyono, S.Pd Guru 2001 16 4 Tukilah Guru 2002 15 5 Marlina Kadarwati Admin 2002 15 6 M Marfuah, S.Si Guru 2003 14 7 Ngadiyono Kebersihan 2004 13 8 Maya Romayanti, S.Pd Guru 2004 13 9 Siti Adriati, S.Si Guru 2004 13 11 Yulida Tri Ratna S.Si Guru 2004 13 12 Isrohadi handoyo A, S.Pd Guru 2004 13 13 Junianto, S.Pd Guru 2004 13 14 Tika Nurtikasari,S.P Guru 2005 12 15 Sapto Kuswantoro, S.IP, Admin 2005 12 S.Pd 16 Rustini, S.Pd Guru 2005 12 17 Puji Ernawati, S.P Guru 2005 12 18 Budiman Jaga malam 2007 10 19 Siti Zubaidah, S.Pd Guru 2010 7 20 Iin Kurniati, S.Pd Guru 2011 6 21 Afaj Purwaningrum, S.Pd Guru 2013 4 68

22 Efi kurniawati Pustakawan 2013 4 23 Ertina rahayu haryanti, Guru 2016 1 S.Pd c. Visi, Misi dan Tujuan SD Budi Mulia Dua 1) Visi Sekolah Mendampingi anak dalam belajar dan mengembangkan potensi untuk menjadi manusia yang berakhlak mulia, cerdas, terampil dan berkarakter bangsa. 2) Misi Sekolah a) Membantu anak tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi b) Memberikan pendidikan dasar dengan kurikulum yang tidak membebani anak c) Menyediakan sarana dan prasarana yang membuat anak menyukai sekolah dengan hati senang 3) Tujuaan Sekolah Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdsan, pengetahuan, kepribdian, akhlak mulia, serta ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Merujuk pada tujuan pendidikan dasar tersebut, maka tujuan SD Budi Mulia Dua Sedayu adalah sebagai berikut: a) membantu anak didik untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensinya b) memberikan pendidikan dasar pada anak dengan kurikulum yang tidak membebani anak 69

c) menyediakan sarana dan prasarana yang membuat anak menyukai sekolah dan berangkat sekolah dengan hati riang. Selain itu SD Budi Mulia Dua juga menerapkan 8 basis pembelajaran yaitu: (1) setiap individu adalah unik (2) Penghargaan pada prestasii (3) Pendidikan berbasis living value (4) Orientasi pada kelugasan dalam berpikir dan bertindak (5) Pembelajaran adalah proses terbuka dan partisipatoris (6) Penghargaan dan toleransi pada perbedaan (7) Agama, seni dan olahraga sebagai praktik (8) Disiplin positif d. Motto Bersekolah dengan Senang Dan Senang di Sekolah e. Alokasi Jam Pembelajaran Tabel 2. Jadwal Pembelajaran SD Budi Mulia Dua Sedayu SENIN JAM PEMBELAJARAN SELASA, RABU, KAMIS JUM AT JAM KE - WAKTU JAM KE - WAKTU JAM KE - WAKTU Do a Sholat Dhuha 07.25-07.35 07.35-07.45 Do a Sholat Dhuha 07.25-07.35 07.35-07.45 Do a Sholat Dhuha 07.25-07.35 07.35-07.45 1 07.45-08.20 1 07.45-08.20 1 07.45-08.20 2 08.20-08.55 2 08.20-08.55 2 08.20-08.55 3 08.55-09.30 3 08.55-09.30 3 08.55-09.30 4 09.30-10.05 4 09.30-10.05 4 09.30-10.05 70

ISTIRAHAT 10.05-10.20 ISTIRAHAT 10.05-10.20 ISTIRAHAT 10.05-10.20 5 10.20-10.55 5 10.20-10.55 5 10.20-10.55 6 10.55-11.30 6 10.55-11.30 6 10.55-11.30 Sholat Dzuhur dan Makan Siang 11.30-12.30 Sholat Dzuhur dan Makan Siang 11.30-12.30 Sholat Dzuhur dan Makan Siang 11.30-12.30 7 12.30-13.05 7 12.30-13.05 12.30-13.05 8 13.05-13.40 8 13.05-13.40 13.05-13.40 9 13.40-14.15 9 13.40-14.15 13.40-14.15 10 14.15-14.50 Tabel 2. Jadwal Pembelajaran SD Budi Mulia Dua Sedayu Keadaan Lingkungan Belajar Siswa (1) Lingkungan Di Luar Sekolah SD Budi Mulia Dua Sedayu beralamatkan di Jl. Wates km.10, kaliurang Argomulyo, sedayu bantul yogyakarta inilokasinya yang strategis jauh dari keramaian kota, asri dan diiklilingi pepohonan yang rindang sehingga lebih mendukung terciptanya suasana belajar mengajar yang benar-benar mantap. (2) Lingkungan Di Dalam Sekolah Keadaan lingkungan bagi pelajar siswa di dalam sekolahnya cukup memadai misalnya : a. Ruang kelas yang teratur rapi dan bersih. b. Ruang praktek yang sudah lengkap. c. Ruang perpustakaan yang cukup nyaman. d. Pembelajaran yang menyenangkan Dan sarana-sarana yang yang lain sebagian besar telah tersedia. Masalah ketertiban jalannya proses belajar mengajar sudah cukup mantap hal ini disebabkan : a. Pengawasan terhadap siswa dari staf pengajar cukup baik. b. Sudah berfungsinya 9K yang dibentuk ditiap-tiap kelas. c. Pelayanan administrasi yang baik. d. Tempat bermain anak-anak masih asri 71

Setelah kita sebutkan diatas mengenai proses belajar mengajar maka SD BMD Sedayu cukup baik dan memadai apalagi sudah dilengkapi media dalam proses belajar mengajar. B. Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan sebagai acuan dalam penelitian ini telah dilakukan penelitian oleh Siswantoyo., Ali Satya Graha (2016) Pengembangan Coloring Book And Puzzle Teknik Dasar Pencak Silat dengan pokok bahasan materi (kudakuda, tangkisan, pukulan, sikutan, tendangan) ini dikategorikan layak digunakan dalam pembelajaran pencak silat untuk usia dini dengan tingkat kelayakan sebesar 81% dan dari segi kelayakan media sebesar 72,5%. Berdasarkan uji coba lapangan, kelayakan dari media Puzzle dan Coloring Book pencak silat untuk peserta didik kelas bawah meliputi: Segi materi sebesar 77% dan segi desain Puzzle dan Coloring Book 76%. Secara keseluruhan media Puzzle dan Coloring Book pencak silat ini layak digunakan dalam pengenalan teknik dasar pencak silat untuk usia dini. C. Kerangka Berfikir Melihat dan mempertimbangkan keberadaan pencak silat mulai diperkenalkan di sekolah-sekolah maka perlu adanya sebuah metode pembelajaran untuk dapat menarik minat dari siswa. Namun, kenyataan sampai saat ini masih banyak permasalahan yang belum dapat diatasi dalam proses pembelajaran pencak silat di sekolah, hal ini disebabkan karena: Ketidak pahaman siswa terhadap materi pencak silatketerbatasan metode pembelajaran yang efektif. Melihat realita tentang kesulitan pembelajaran pencak silat di sekolah sebagai solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka 72

perlunya metode pembelajaran. Metode pembelajaran yang dimaksud adalah puzzle pembelajaran pencak silat. Metode pembelajaran pencak silat berupa puzzle yang diharapkan dapat efektif bagi jalannya suatu pembelajaran dan mampu membantu siswa dalam memahami materi pencak silat. D. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan paparan diatas, maka pernyataan penelitian ini yaitu bagaimana implementasi media Puzzle dalam Pembelajaran Pencak Silat di Sekolah Dasar SD Budi Mulia Dua Sedayu. 73

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan atau action research yaitu penelitian yang diarahkan pada upaya pemecahan masalah atau perbaikan (Suharsimi Arikunto, 2013). Action research dalam pandangan tradisional adalah suatu kerangka penelitian pemecahan masalah, di mana terjadi kolaborasi antara peneliti dengan client dalam mencapai tujuan (Kurt Lewin yang dikutip Sulaksana, 2004). Sedangkan menurut Gunawan (2007) action research adalah kegiatan atau tindakan perbaikan sesuatu yang perencanaan, pelaksanaan dan evaluasinya mencapai tingkatan riset. Actioan research juga merupakan proses yang mencakup siklus aksi yang mendasarkan pada refleksi, umpan balik (feedback), bukti (evidence) dan evaluasi atas aksi sebelumnya dan situasi sekarang. Jenis rancangan penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart dalam Suharsimi Arikunto (2002), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observasi (pengamatan) dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus I dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan dapat dilihat pada gambar di bawah ini: 74

Keterangan gambar: Siklus I: 0. Observasi 1. Perencanaan I 2. Tindakan I 3. Refleksi I Siklus II:4. Perencanaan II 5. Tindakan II 6. Refleksi II B. Waktu Penelitian Gambar. 48. Siklus Spiral (Sumber: Suwarsih Madya, 2007) Waktu penelitian dilakukan pada semester gasal yaitu pada bulan September hingga November 2017. Pada pembelajaran penjas hari kamis pukul 09.00-10.00 WIB dan hari jumat pukul 13.00-14.00 WIB. C. Deskripsi Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Budi Mulia Dua Sedayu. Sekolah ini beralamat di Dusun Kaliurang, Argomulyo, Sedayu, Bantul, D. I. Yogyakarta, no. telp: 0274-7102394. D. Subyek dan Karakteristik Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Budi Mulia Dua Sedayu yang mengikuti pembelajaran pencak silat dengan jumlah siswa 20 siswa. 75

E. Skenario Tindakan Pada penelitian tindakan kelas ini prosedur penelitian merupakan tahapantahapan yang dilakukan oleh peneliti untuk mendapatkan data tentang kegiatan belajar yang dilakuakan oleh siswa untuk mengetahui sejauh mana pencapaiannya. Pencapaian dalam penelitian ini adalah keefektifan media puzzle dalam pembelajaran pencak silat pada siswa kelas IV SD Budi Muilia Dua Sedayu. Secara rinci tahapan;tahapan yang akan dilakukan sebagai berikut: 1. Observasi awal Observasi awal dilakukan untuk mengetahui permasalahan yang ada di lapangan. Pada tahap ini, peneliti melakukan pengamatan pada saat proses pembelajaran pencak silat. Pengamatan difokuskan pada kesulitan yang dialami siswa tersebut. Setelah itu peneliti menganalisis dan berdiskusi dengan guru maupun siswa tentang penanganan apa saja yang dilakukan saat siswa mengalami kesulian yang mengakibatkan kurang efektifnya pebelajaran. Dari hasil pengamatan tersebut bahwa siswa merasa kesulitan dalam menerima materi pencak silat dan minimnya media pembelajaran. 2. Perencanaan Perencanaan merupakan tahap di mana peneliti melakukan serangkaian persiapan penelitian. Mulai dari persiapan teknis pra-simulasi, simulasi penjajakan, pelaksanaan analisis dan diagnosa awal (sementara), penyusunan hipotesa dan diakhiri dengan persiapan teknis akhir pelaksanaan penelitian (Jasa Ungguh Muliawan, 2010). 76

Perencanaan dalam penelitian ini berdasarkan observasi awal dan disusun rencana tindakan dalam membantu siswa yang mengaami kesulitan. 3. Tindakan Pelaksanaan tindakan merupakan implementasi dari semua rencana yang telah dibuat. Setelah dibuat perencanaan, maka dilakukan pelaksanaan yaitu dengan media pembelajaran berupa puzzle. Adapun langkah-langkah tindakan dalam penelitian ini yaitu: a. Tindakan siklus I Pada pelaksanaan tindakan siklus I, peneliti memberi tindakan pemberian media puzzle. Melaksanakan proses pembelajaran dengan dilapangn dengan langkah-langkah kegiatan antara lain: 1) Menjelaskan kegiatan pembelajaran pencaksilat dengan media berupa puzzle jenis jigsaw 2) Jenis puzzle jigsaw dengan satu gambar gerakan 3) Melakukan pemanasan dipimpin guru 4) Membentuk kelompok dalam proses pembelajaran 5) Satu kelompok diberikan puzzle dengan berbeda-beda gerakan. 6) Siswa menyusun media puzzle 7) Siswa memahami dan mempraktikkan gerak sesuai dengan puzzle yang disusun. 8) Siswa menyampaikan materi gerak puzzle kepada kelompok lain. 9) Melakukan pembelajaran pencak silat dengan media puzzle 10) Menarik kesimpulan 77

11) Penilaian dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung 12) Melakukan pendinginan Apabila dalam menjalankan siklus I hasilnya belum efektif, maka dilanjutkan siklus kedua, sebagai berikut: b. Tindakan siklus II Pada pelaksanaan tindakan siklus II, peneliti memberi tindakan pemberian media puzzle. Melaksanakan proses pembelajaran dilapangan dengan langkah-langkah kegiatan antara lain: 1) Menjelaskan kegiatan pembelajaran pencak silat dengan media pembelajaran berupa puzzle jenis crossword 2) Puzzle jenis crossword dengan pengisian nama gerakan sesuai gambar gerakan 3) Melakukan pemanasan dipimpin oleh guru 4) Membentuk kelompok dalam proses pembelajaran 5) Siswa mengisi table media puzzle jenis speliing 6) Melakukan pembelajaran gerak dasar pencak silat dengan media puzzle 7) Menarik kesimpulan 8) Penilaian dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung 9) Melakukan pendinginan 4. Refleksi Refleksi merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan (Sulipan, 2007). Istilah refleksi dari kata bahasa Inggris 78

reflection yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia pemantulan. Kegiatan di dalam refleksi ini yaitu menganalisis dari tiap siklus, apakah ada peningkatan dari tiap tindakan dan mana yang lebih baik antara kedua siklus tersebut. Setelah tindakan dilakukan, tahapan selanjutnya adalah refleksi yang dilakukan bersama kolaborator yaitu guru. Refleksi ini dilakukan untuk menganalisis tindakan yaitu penggunaan media puzzle serta seberapa besar peningkatan kemampuan siswa. Apabila hasil yang didapat belum sesuai yang diharapkan, maka dibuat rencana perbaikan untuk siklus berikutnya. F. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data Instrumen penelitian adalah alat bantu atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasil yang lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga mudah diolah (Suharsimi Arikunto, 2006). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar monitoring untuk mengetahui perkembangan implementasi media Puzzle. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dengan menggunakan wawancara dan pengamatan pada subyek penelitian yaitu siswa kelas IV yang bertujuan untuk mengungkap tanggapan balik siswa dan dampak dari tindakan pembelajaran mengunakan media puzzle di setiap siklus. Selain itu data diperoleh dari pengamatan dengan cara sebelum diberi tindakan, pengamatan awal dan sesudah diberikan tindakan pengamatan akhir. Kedua 79

pengamatan tersebut dilakukan dengan cara menganalisis hasil wawancara dan pengamatan kelas G. Kriteria Keberhasilan Tindakan Slavin (2010:51) berpendapat proses pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%) siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah peningkatan keaktifan belajar siswa 75% jumlah siswa minimal berkategori baik dan rata-rata skor minimal berkategori baik. H. Teknik Analisis Data Sesuai dengan jenis rancangan penelitian yang dipakai yaitu penelitian tindakan (action research), maka data dianalisis menggunakan analisis deskriptif kualitatif dengan naratif yaitu mendeskripsikan seluruh kejadian selama dilakukannya tindakan di setiap siklus. Menurut Rochiati Wiriatmadja (2009) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif merupakan penelitian yang berlangsung dalam latar alamiah, tempat kejadian dan perilaku manusia berlangsung, data yang dihasilkan bersifat deskriptif (dalam kata-kata), perhatian peneliti diarahkan kepada pemahaman bagaimana berlangsungnya kejadian dan peneliti mencoba merekonstruksikan penafsiran dan pemahaman dengan sumber data manusia. 80

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Siklus I a. Observasi awal Pelaksanaan observasi dilaksanakan pada tanggal 15 September di SD Budi Mulia Dua Sedayu kelas IV pada jam pelajaran Penjaskes. Dimulai dari wawancara dengan guru Penjasorkes, beliau memaparkan bahwa jam pelajaran Penjas di SD tersebut 2 kali pertemuan dalam seminggu, karena menganut full day dalam satu jam pelajaran hanya 60 menit, waktu yang sangat singkat untuk pembelajaran Penjas. b. Perencanaan 1 Perencanaan yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu dengan melakukan tindakan media puzzle dalam proses pembelajaran pencak silat pasa siswa kelas IV SD Budi Mulia Dua Sedayu. Media puzzle yang diberikan pada siswa dilakukan di lapangan sekolah pada hari yang sudah ditentukan dan disetujui bersama antara peneliti dan kolabolator, yaitu pada hari Kamis dan Jum at selama 1 bulan diawali dari hari Jum at tanggal 22 September s.d 26 Oktober 2017. 81

1. Tindakan siklus 1 Tindakan siklus I dilaksanakan selama satu bulan dengan dua kali pertemuan tiap minggunya, yakni dilaksanakan mulai 22 September sampai 26 Oktober 2017 di SB Budi Mulia Dua Sedayu. Pertemuan 1 pada hari jumat 22 September 2017 pukul 09.00-10.00. pertemuan 1 semua siswa hadir, hanya saja ada satu siswa yang telah melakukan operasi usus buntu sehingga tidak bisa maksimal dalam mengikuti pembelajaran. Adapun urutan pelaksanaan tindakan tersebut adalah sebagai berikut : a. Kegiatan Awal 1) Penyampaian materi pertemuan 1 ialah salam pembukaan, sikap tegak, kuda-kuda tengah, kuda-kuda depan dan pukulan depan. 2) Guru membariskan siswa, memimpin doa, apresepsi untuk materi yang akan dilaksanakan dan memimpin jalannya pemanasan. 3) Pemanasan dilakukan dalam bentuk permainan yaitu permainan tembak rusa. b. Kegiatan Inti 1) Siswa dibagi menjadi 5 kelompok, 1 kelompok terdiri dari 4 siswa. 2) Siswa mengambil matras dan mengambil puzzle yang sudah tersedia di depan 3) siswa diberi waktu lima menit untuk mengamati, membongkar dan memasang kembali puzzle. Siswa sangat antusias dalam 82

pembelajaran terlihat dari respon yang diberikan mulai dari mengamati hingga meyusun kembali puzzle. Siswa mulai mempraktikan gerakan sesuai gambar yang ada di puzzle secara berkelompok dan diamati oleh guru, guru berpran penting dalam hal ini karena masih ada siswa yang kebingungan dalam sikap tegak dan salam pembukaan. 4) Setelah semua paham, puzzle ditarik kembali dan diacak begitu seterusnya hingga semua kelompok pernah mengamati, menyusun dan mempraktikan kelima puzzle tersebut. 5) Siswa menjawab gerakan apa yang dipraktikan oleh salah satu siswa. Hingga semua siswa melakukan gerakan secara bersamasama mulai dari salam pembukaan, sikap tegak, kuda-kuda dan gerakan pukulan depan. c. Kegiatan Penutup 1) Guru beserta peneliti memberikan evaluasi terhadap hasil pembelajaran siswa. Hasil evaluasi masing-masing kelompok antara lain a) Kelompok A Siswa yang terkumpul dalam kelompok A sudah cukup untuk dapat bekerjasama pada saat proses pembelajaran. Akan tetapi dalam penguasaan kelima materi yang disajikan masih 83

kebingungan dan butuh waktu yang cukup lama untuk menghafalkan setiap gerakan dan nama gerakan. b) Kelompok B Siswa yang terkumpul di kelompok B memiliki kekompakan yang cukup baik, terbukti dalam membongkar, memasang dan mempraktikan mereka bekerjasama dengan baik, ada salah satu siswa yang cepat paham dan dapat mempraktikan gerakan dengan tepat. Siswa tersebut membantu siswa yang lain dalam membetulkan gerakan. Kendala pada kelompok ini adalah pada sikap tegak yang ada empat, siswa cukup sulit untuk membedakan disetiap gerakan dan sering lupa untuk sikap tegak tiga dan empat. c) Kelompok C Siswa yang berada dikelompok C yang anggota kelompoknya terdapat siswa laki-laki yang hanya satu, menjadikan kelompok ini kurang kompak, karena siswa laki-laki yang berada dikelompok itu malu untuk ikut membaur kepada teman-teman yang lain. Untuk penguasaan materi kelompok ini cukup bagus hanya saja pada saat mempraktikan disetiap gerakan, siswa harus selalu melihat puzzle, untuk materi kuda-kuda dan pukulan depan, siswa seringkali lupa untuk menekuk lutut. 84

Siswa dalam kelompok ini memiliki kendala yang berbeda dari kelompok A ataupu B. d) Kelompok D Siswa yang berada dikelompok C yang anggota kelompoknya terdiri dari dua siswa perempuan dan dua siswa laki-laki ini cukup kompak. Untuk penguasaan materi kelompok ini cukup bagus hanya saja pada saat mempraktikan disetiap gerakan, siswa harus selalu melihat puzzle dan ada salah satu siswa yang memang tampak lambat dalam menyusun dan mempraktikan gerakan sehingga setiap mempraktikaan gerakan siswa tersebut melihat teman-teman yang lain. Dalam kelompok ini kendalanya sama seperti kelompok A yaitu masih bingung dalam rangkaian gerak salam pembukaan. e) Kelompok E Siswa yang berada dikelompok E yang anggota kelompoknya laki-laki semua. Untuk penguasaan materi kelompok ini cukup bagus hanya saja pada saat mempraktikan gerakan kelompok ini tampak asal-asalan dan kurang serius dan hasilnya kurang bagus dalam kelompok ini. 2) Wawancara dan Evaluasi Setelah pembelajaran selesai, peneliti mewawancarai guru dan siswa terkait pembelajaran yang sudah berlangsung. Hasil 85

wawancara kepada guru sebagai berikut media puzzle dapat membantu siswa dalam proses pembelajaran menjadi lebih hidup dan aktif. Media puzzle pada pembelajaran ini cukup membantu anak dalam memahami materi walaupun belum semua anak paham. Akan lebih baik apabila puzzle tersebut gambarnya animasi sehingga siswa lebih tertarik. Hasil wawancara dengan masing-masing kelompok sebagai berikut: Siswa kelompok A mengaku senang dalam proses pembelajaran karena belajar sambil bermain, pembelajaran secara berkelompok membuat merek merasa harus lebih baik dari kelompok lain. Berbeda dari kelompok A, kelompok B hanya menyuki membongkar dan memasang saja karena setelah dipraktikan cukup sulit bagi mereka. Kelompok C mengaku kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran karena timnya kurang kompak tidak seperti kelompok yang lain. Berbeda dengan kelompok D yang mengaku senang dengan adanya media puzzle, mereka senang karena bisa belajar pencak silat mengunakan gambar dan belajar secara berkelompok, sedangkan yang terakhir kelompok E mereka hanya mengungkapkan kesenangannya karena kelompoknya lakilaki semua, akan tetapi dalam mempratikan gerakan sesuai puzzle mereka tampak kesulitan karena kurang serius. 86

3) Pelajaran diakhiri dengan pendinginan dan berdoa lalu siswa di bubarkan untuk kembali ke ruang kelas mereka. Pertemuan 2 pada hari kamis 5 Oktober 2017 pukul 13.00-14.00 pertemuan ke dua, pertemuan ini dihadiri 18 anak dan 2 anak ijin sakit. Materi pertemuan ke 2 ialah kuda-kuda depan, kuda-kuda tengah, pukulan depan dan pukulan samping. Adapun urutan pelaksanaan tindakan tersebut adalah sebagai berikut : a. Kegiatan Awal 1) Guru membariskan mempresensi dengan tertib siswa mengikuti instruksi dari guru. 2) Guru membariskan siswa, memimpin doa, apresepsi untuk materi yang akan dilaksanakan dan memimpin jalannya pemanasan. Dalam pemanasan sistem komando masih terlihat pada proses pembelajaran, pemanasan dipimpin oleh salah satu siswa yang ditunjuk olah guru dan dibariskan hingga menghitung satu samapi empat untuk membentuk kelompok. b. Kegiatan Inti 1) Siswa dalam kelompoknya mengambil matras dan berkumpul sesuai kelompok. 2) Siswa mengambil puzzle yang telah tersedia di depan, pengamatan diakukan oleh siswa hingga ada pluit berbunyi tanda puzzle harus dibongar dan disusun kembali. 87

3) Guru memberikan sistem kompetisi untuk menarik antusias siswa, yang menyusun dengan tepat dan cepat dinyatakkann sebagai pemenang. Ketika semua sudah menyusun dan mempraktikan tiap kelompok, setiap kolompok berpindah tempat dan melakukan seperti diawal hingga semua pernah merasakan menyusun dan mempraktikan keempat puzzle tersebut. 4) Setelah itu guru mengambil keempat puzzle tersebut, guru memberikan kompetisi kepada siswa dengan menunjuk salah satu kelompok untuk memraktikan sebuah gerakan sesuai kesepakatan kelompokk tersebut dan kelompok lain berusaha menebak nama dari gerakan tersebut. Kelompok yang paling banyak bisa menebak ialah pemenangnya. Pada pembelajaran kali ini terlihat semua siswa mengerti dan memahami bentuk gerakan, tidak ada kendala yang berati dalam pembelajaran dengan suasana menyenangkan dan penuh kompetitif siswa mengikuti dengan baik. c. Kegiatan Penutup 1) Guru beserta peneliti memberikan evaluasi terhadap hasil pembelajaran siswa yang masih belum benar dalam melakukan. Hasil evaluasi masing-masing kelompok antara lain 88

a) Kelompok A Siswa yang terkumpul dalam kelompok A sudah cukup bisa bekerjasama pada saat proses pembelajaran. Akan tetapi dalam penguasaan keempat materi yang disajikan masih kebingungan dan butuh waktu yang cukup lama untuk menghafalkan setiap gerakan dan nama gerakan. Karena anggota kelompok cukup banyak yaitu 5 anak sehingga dapat menyusun puzzle dengan cepat. b) Kelompok B Siswa yang terkumpul di kelompok B memiliki kekompakan yang cukup baik, terbukti dalam membongkar, memasang dan mempraktikan mereka bekerjasama dengan baik, ada salah satu siswa yang cepat paham dan dapat mempraktikan gerakan dengan tepat. Siswa tersebut membantu siswa yang lain dalam membetulkan gerakan. Kendala pada kelompok ini ialah pada sikap tegak yang ada empat, siswa cukup sulit untuk membedakan disetiap gerakan dan sering lupa untuk sikap tegak tiga dan empat. c) Kelompok C Siswa yang berada dikelompok C yang anggota kelompoknya terdapat 2 perempuan dan 3 laki-laki ini cukup kompak. Untuk penguasaan materi kelompok ini cukup bagus hanya 89

saja pada saat mempraktikan disetiap gerakan, siswa harus selalu melihat puzzle, untuk pukulan samping masih bingung dalam sasaran, sada yang sasaran dada dan juga ada yang sasarannya kepala. d) Kelompok D Siswa yang berada dikelompok C untuk penguasaan materi kelompok ini cukup bagus hanya saja pada saat mempraktikan disetiap gerakan, ada salah satu siswa laki-laki yang memang memiliki interaksi social dengan temanya sangat kurang sehingga dia ketinggalan dalam memahami maupun melakukan gerakan. Dalam kelompok ini kendalanya saat membedakan pukulan depan dan pukulan smping. 2) Wawancara dan evaluasi Setelah pembelajaran selesai, peneliti mewawancarai guru dan siswa terkait pembelajaran yang sudah berlangsung. Hasil wawancara kepada guru sebagai berikut: media puzzle dapat membantu siswa dalam proses pembelajaran menjadi lebih hidup dan aktif. Media puzzle pada pembelajaran ini cukup membantu anak dalam memahami materi walaupun belum semua anak paham. Untuk gambar pukulan depan dan pukulan samping memang harus dijelaskan dulu sasaranya, karena siswa masih belum paham untuk sasaran kedua serangan tersebut 90

Hasil wawancara dengan masing-masing kelompok sebagai berikut: Kelompok siswa A senang dalam proses pembelajaran, mereka senang karena materi untuk pertemuan kedua ini cukup sederhana yaitu kuda-kuda depan, kuda-kuda saamping, pukulan depan dan pukulan samping. Hanya saja mereka seringkali terkendala dalam melakukan gerakan lupa menekuk lutut, sebagai kuda-kuda. Kelompok siswa B senang karena ada kompetisi menebak gerakan yang dilakukan oleh kelompok lain karena kelompok mereka yang menjadi pemenangnya karena dapat menebak paling bnayak dan dapat mempraktikan kembali secara bersama. Berebeda dengan kelompok B, kelompok C tampak kecewa dalam mengikuti pembelajaran karena kelompok mereka mendapatkan point terendah dalam menebak gerakan da masih kurang benar dalam mempraktikan gerakan. Mereka mengaku masih belum paham antara pukulan depan dan pukulan samping. Kelompok siswa D yang terdiri dari laki-laki semua sangat antusias walaupun kelompok mereka tidak menjadi kelompok terbaikm dalam kompetisi akan teapi mereka cukup bangga karena bisa menebak gerakan dari kelompok lain. 3) Pelajaran diakhiri dengan pendinginan dan berdoa lalu siswa di bubarkan untuk kembali ke ruang kelas mereka. 91

Pertemuuan ke 3 pada hari Jumat 6 Oktober 2017 pukul 09.00-10.00. Materi pertemuan ke 3 ialah pukulan depan, pukulan samping, tangkisan kepal, tangkisa galang dan tendangan sabit. Adapun urutan pelaksanaan tindakan tersebut adalah sebagai berikut : a. Kegiatan Awal 1) Gurumembariskan siswa, memimpin doa,apresepsi untuk materi yang akan dilaksan dan memimpin jalannya pemanasan. 2) Pemanasan dilakukan dalam bentuk permainan yaitu permainan jala ikan. Setelah pemanasan siswa dibagi menjadi 5 kelompok, 1 kelompok terdiri dari 4 siswa. b. Kegiatan Inti 1) Siswa membentuk kelompok secara acak dan mengambil matras untuk alas puzzle. Siswa mengamati dan melihat puzzle yang telah diberikan dan diberi waktu 5 menit setelah itu guru memberi abaaba berupa pluit dan siswa mulai membongkar dan memasang kembali puzzle. Siswa sangat antusias dalam pembelajaran terlihat dari respon yang diberikan mulai dari mengamati hingga meyusun kembali puzzle. mereka mulai mempraktikan gerakan sesuai gambar yang ada di puzzle secara berkelompok dan diamati oleh guru, guru bergperan penting dalam hal ini karena masih ada siswa yang kebingungan dalam posisi menendang sabit. 92

2) Setelah semua paham, puzzle ditarik kembali dan diacak begitu seterusnya hingga semua kelompok pernah mengamati, menyusun dan mempraktikan kelima puzzle tersebut. 3) Guru memberi umpan balik berupa alat penyasar dan sasaran dari suatu gerakan dan siswa menjawab. c. Kegiatan Penutup 1) Guru beserta peneliti memberikan evaluasi terhadap hasil pembelajaran siswa. Hasil evaluasi masing-masing kelompok antara lain a) Kelompok A Kelompok siswa A cukup antusias dalam mengikuti pembelajaran, hanya saja pada saat mempraktikan gerakan tendangan sabit masih tampak kesulitan. b) Kelompok B Kelompok siswa B memiliki kekompakan yang cukup baik, terbukti dalam membongkar, memasang dan mempraktikan mereka bekerjasama dengan baik, ada salah satu siswa yang cepat paham dan dapat mempraktikan gerakan dengan tepat. Kendala pada kelompok ini adalah pada gerakan tangkisan galang yang kuda-kuda condong ke belakang, mereka masih belum benar dalam melakukan gerakan tersebut, untuk 93

gerakan tendangan sabit kelompok B sudah ada yang bisa dan masih ada yang belum benar dalam melakukan. c) Kelompok C Kelompok siswa yang berada dikelompok C yang anggota kelompoknya terdapat siswa perempuan yang hanya satu, akan tetapi tetap kompak dalam menyelesaikan tugas. Untuk penguasaan materi kelompok ini cukup bagus hanya saja pada saat mempraktikan disetiap gerakan, siswa harus selalu melihat puzzle, untuk materi tangkisan galang dan tangkisan kepal. Mereka juga masih kebingungan dalam mempraktikan gerakan tendangan sabit, dimana alat penyasarnya ialah pungung kaki. d) Kelompok D Siswa yang berada dikelompok D yang anggota sama seprti kelompok C yaitu terdiri dari tiga siswa laki-laki dan satu siswa perempuan cukup kompak. Samahalnya dengan kelompok yang lain, kelompok siswa D masih terlihat kesulitan dalam melakukan gerakan tendangan sabit. 94

e) Kelompok E Kelompok siswa yang berada dikelompok E cukup aktif dalam pembelajaran, hanya saja masih terlihat kurang serius dalam mempraktikan setiap gerakan. Mereka masih kebingungan dalam kuda-kuda padaa taangkisan galang dan salat penyasar tendangan sabit. 2) Wawancara dan Evaluasi Setelah pembelajaran selesai, peneliti mewawancarai guru dan siswa terkait pembelajaran yang sudah berlangsung. Hasil wawancara kepada guru sebagai berikut media puzzle dapat membantu siswa dalam proses pembelajaran menjadi lebih hidup dan aktif. Untuk materi pda pertemuan ke tiga yang sudah kompleks menjadikan siswa lebih aktif untuk berdiskusi dan bertanya kepada guru. Hasil wawancara dengan masing-masing kelompok sebagai berikut: Siswa kelompok A mengaku senang dengan adanya media puzzle karena dapat membantu mereka nama gerakan dan bentuk gerakan dalam pencak silat, mereka merasa kesulitan dalam mempraktikan tendangan sabit karena alat penyasarnya memakai pungung kaki dan keseimbangan mereka masih belum bagus sehingga mereka belum bisa mempraktikan tendangan dengan baik. Sama halnya 95

dengan kelompok A, kelompok B juga kesulitan dalam melakukan tendangan sabit, mereka minta untuk diberi tahu tahapan menendang yang benar sehingga dalam mempraktekkan mereka bisa. Kelompok C mengaku mengapa mereka selalu melihat puzzle saat melakukan gerakan tangkisan, karena mereka belum bisa membedakan tangkisan kepal dan galang beserta kuda-kuda dan posisi tangannya. Kelompok siswa D lebih senang apabila ada kompetisi seperti pertemuan yang sebelumnya, sehinggga mereka akan menghafal dan mempraktikan gerakan dengan bersungguhsungguh. Berbeda dari kelomok yang lain kelompok E hamper semua materi belum bisa mereka kuasai, mereka mengaku masih bingung daam membedakan gerakan dan melakukan tendangan sabit. 3) Pelajaran diakhiri dengan pendinginan dan berdoa lalu siswa di bubarkan untuk kembali ke ruang kelas mereka. Pertemuan ke 4 pada hari kamis 12 oktober 2017 pukul 13.00;14.00. Pada pertemuan ini dihadiri seluruh siswa, materi pertemuan ini pukulan samping, tangkisan kepal, tangkisan galang, tendangan sabit dan tangan depan. Adapun urutan pelaksanaan tindakan tersebut adalah sebagai berikut: 96

a. Kegiatan Awal 1) Guru membariskan siswa, memimpin doa, apresepsi untuk materi yang akan dilaksanakan dan memimpin jalannya pemanasan. 2) Pemanasan dipimpin oleh guru dengan pemanasan statis dinamis., b. Kegiatan Inti 1) Guru membagi kelompok melalui data presensi siswa hingga terbentuk lima kelompok, akan tetapi salah satu siswa tidak mau apabila masuk kelompok tersebut karena dia laki-laki sendiri, dan guru menggantinya dengan salah satu anggota kelompok yang lain. 2) Pembelajaran dimulai degan guru bertanya dengan siswa tentang puzzle apa yang sudah disusun dari pertemuan pertama hal ini dilakukan agar siswa tetap mengingat materi yang sudah dipelajari pada minggu kemarin. 3) Setelah semua anak berhasil menjawab dan memperagakan dengan benar pembelajaran pun dimulai dengan siswa melepas sepatu karena materi sudah masuk tendangan. Dengan mengambil matras satu persatu kelompok mulai mengombrol tanpa diinstruksikan oleh guru. Ketika semua 97

sudah siap guru baru membagikan kelima puzzle kepada masing-masing keompok, mereka tampak antusias dan tidak sabar ingin menerima puzzle hingga ada yang menghampiri guru. 4) Guru menyuruh siswa mengamati terlebih dahulu selama 3 menit tanpa membongkar. Ketika siswa mulai mengamati guru menginstruksikan untuk berpindah kelompok yang kelompok satu ke dua, dua ke tiga, tiga ke empat, empat ke lima, lima ke satu begitu seterusnya hingga kembali ke posisiya masing-masing. 5) Setelah semua mengamati semua puzzle guru menginstruksikan untuk membongkar dan aba-aba peluit untuk menyusun kembali puzzle yang sudah dibongkar tanpa mempraktikan. Setelah semua terpasang tugas siswa ialah mempresentasikan atau memaparkan puzzle apa yang telah disusun dan mempraktikan, semua siswa ikut mempraktikan sesuai gambar kelompok yang sedang memaparkan. Pada proses ini terlihat siswa yang aktif dan pasif dalam kelas, siswa tampak antusias dan berlomba agar kelompoknya menjadi yang terbaik. 98

c. Kegiatan Penutup 1) Guru beserta peneliti memberikan evaluasi terhadap hasil pembelajaran siswa. Hasil evaluasi masing-masing kelompok antara lain a) Kelompok A Kelompok siswa A terdiri dari siswa perempuan semua, mereka cukup bisa bekerjasama pada saat proses pembelajaran. Akan tetapi dalam penguasaan kelima materi yang disajikan masih kebingungan dan butuh waktu yang cukup lama untuk menghafalkan setiap gerakan dan nama gerakan. b) Kelompok B Siswa yang terkumpul di kelompok B memiliki kekompakan yang cukup baik, terbukti dalam membongkar, memasang dan mempraktikan mereka bekerjasama dengan baik, mereka cukup cepat dalam melakukan perputaran tempat dan menghafal setiap nam gerakan. Akan terapi mereka masih terkendala dalm mempraktikan tendangan depan yang memang dalam pertemuan keempat merupakan materi baru. c) Kelompok C Siswa yang berada dikelompok C yang anggota kelompoknya berangotakan semua laki-laki membuat kelompok ini sangat 99

kompak. Untuk penguasaan materi kelompok ini cukup bagus hanya saja pada saat mempraktikan gerakan tendangan sabit dan tendangan depan masih kesulitan d) Kelompok D Siswa yang berada dikelompok di dalam penguasaan materi kelompok ini cukup bagus hanya saja pada saat mempraktikan disetiap gerakan mereka masih kesulitn dalam membedakan tendangan sabit dan tendangan depan. Sehingga pada proses pembelajaran mereka butuh waktu yang lama untuk mengamati daan mempraktikan kedua gerakan tersebut. e) Kelompok E Kelompok siswa yang berada dikelompok E dalam penguasaan penguasaan materi kelompok ini bagus bagus, ada salah satu siswa yang dapat melakukan tendangan sabi dan depan dengan benar, walupun teman-teman yang lain belum bisa. 2) Wawancara dan Evaluasi Setelah pembelajaran selesai, peneliti mewawancarai guru dan siswa terkait pembelajaran yang sudah berlangsung. hasil wawancara kepada guru sebagai berikut materi yang disampaikan pada pertemuak keempat sudah masuk materi tendangan walaupun dalam pertemuan ketiga sudah ada materui tendangan siswa masih kesulitan dalam mempraktikan. Guru berpendat untuk membantu 100

siswa lebih paham dan cepat menangkap materi yang disampaikan memang tidaklah mudah, namun media puzzle ini sangat membantu dalam proses pembelajaran. Hasil wawancara dengan masing-masing kelompok sebagai berikut: Siswa kelompok A mengaku susah dalam mempraktikan gerakan tendangan sabit dan tendangan depan masih kesulitan. Dikarenakan mereka masih bingung perbedaan alat penyasar pada serangan keduannya. Kelompok siswa B senang dalam mengikuti pembelajaran hanya saja mereka mengaku kesulitan dalam mempraktikkan semua gerakan pada pembelajaran kali ini. Kelompok C mengaku seneng bisa belajar mengunnakan puzzle seperti pertemuan sebelumnya, hanya saja mereka merasa kesusahan pada materi yang ada dipertemun ke empat. Tendangan depan dan tendangan sabit masih menjadi kendala bagi mereka. Berbeda dengan kelompok yang lain kelompok D mengaku senang dengan adanya media puzzle, mereka senang karena bisa belajar pencak silat mengunakan gambar dan belajar secara berkelompok. Yang terakhir kelompok E, sama seperti ke empat kelompok yang lain, mereka kesusahan dalam mempraktikan tendangan sabit maupun tendangan depan, walaupun tendangan sabit sudah menjadi materi pertemuan seblumnya. 101

3) Pembelajaran ditutup degan berdoa. Pertemuan ke 5 pada hari jumat tanggal 13 oktober 2017 pukul 13.00-14.00, dihadiri oleh semua siswa, materi pertemuan ke lima yaitu tangkisan kepal, tangkisan galang, tendangan sabit dan tendangan depan. Adapun urutan pelaksanaan tindakan tersebut adalah sebagai berikut : a. Kegiatan Awal 1) Guru mulai membariskan siswa menjadi dua baris, siswa mulai baris rapi dan berdoa. 2) Guru menyampaikan materi apa yang akan disampaikan 3) Siswa melakukan pemanasan bermain bola tangan. b. Kegiatan Inti 1) Siswa dibagi menjadi empat kelompok secara acak 2) Siswa mengambil matras dan bergerombol sesuai dengan kelompoknya, tidak perlu waktu lama siswa mulai menerima, mengamati, membongkar dan memasang masing-masing puzzle yang sudah dibagikan, siswa tidak berputar atau pindah tempat hanya saja guru yang mengajak kembali keempat puzzle tersebut. 3) Pada pertengahan pembelajaran guru menunjukan salah satu puzzle dan semua siswa serempak melakukan secara bersama- 102

sama, ke empat puzzle tersebut akan tetapi yang paling ditekankan ialah materi tendangan, karena belum semua bisa melakukan dengan benar sehingga adanya pengulangan pada gerakan tendangan sabit dan tendangan depan. Siswa tampak memperhatikan dengan penuh konsentrasi aba-aba dari guru. Siswa tampak bersemangat dalam melakukan gerakan. c. Kegiatan Penutup 1) Guru beserta peneliti memberikan evaluasi terhadap hasil pembelajaran siswa yang masih belum benar dalam melakukan. Hasil evaluasi masing-masing kelompok antara lain a) Kelompok A Siswa yang terkumpul dalam kelompok A sudah cukup bisa bekerjasama pada saat proses pembelajaran. Dalam penguasaan keempat materi kelompok Atidak butuh waktu yang cukup lama untuk menghafalkan setiap gerakan dan nama gerakan. Karena anggota kelompok cukup banyak yaitu 5 anak sehingga dapat menyusun puzzle dengan cepat. Mereka terlihat sudah cukup bisa mempraktikan gerakan dengan tepat dan benar. 103

b) Kelompok B Siswa yang terkumpul di kelompok B memiliki kekompakan yang cukup baik, terbukti dalam membongkar, memasang dan mempraktikan mereka bekerjasama dengan baik, ada salah satu siswa yang cepat paham dan dapat mempraktikan gerakan dengan tepat. Siswa tersebut membantu siswa yang lain dalam membetulkan gerakan. Kendala pada kelompok ini adalah belum semua siswa bisa melakukan tendangan depan. c) Kelompok C Siswa yang berada dikelompok C yang anggota kelompoknya terdapat 3 perempuan dan 2 laki-laki ini cukup kompak. Untuk penguasaan materi kelompok ini cukup bagus hanya saja pada saat mempraktikan disetiap gerakan tendangan mereka masih belum benar. Tendangan mereka masih dibawah sasaran tendangan. d) Kelompok D Siswa yang berada dikelompok D untuk penguasaan materi kelompok ini cukup bagus hanya saja pada saat mempraktikan disetiap gerakan, ada salah satu siswa laki-laki yang memang memiliki interaksi social dengan temanya sangat kurang 104

sehingga dia ketinggalan dalam memahami maupun melakukan gerakan. Dalam kelompok ini kendalanya sama seperti kelompok yang lain yaitu perbedaan sasaran, alat penyasar dan lintasan pada gerakan tendangan sabit dan depan. 2) Wawancara dan Evaluasi Setelah pembelajaran selesai, peneliti mewawancarai guru dan siswa terkait pembelajaran yang sudah berlangsung. Hasil wawancara kepada guru sebagai berikut: dalam pembelajaran pertemuan ke lima yang materinya mengulang dari pertemuan sebelumnya ini sangat membantu siswa meningat kembali materi yang sudah diberikan sebelumnya, sehingga siswa tidak lupa. Hasil wawancara dengan masing-masing kelompok sebagai berikut: Kelompok siswa A senang dalam proses pembelajaran, mereka senang karena materi untuk pertemuan kelima ini mengulang pertemuan sebelumnya. Hanya saja mereka masih belum bisa melakukan semua gerakan dengan benar. Kelompok siswa B mengaku masih kesulitan dalam melakukan tendangan depan karena butuh keseimbangan yang bagus dan posisi kuda-kuda yang tepat. Tidak jauh beda dari kelompok A dan B kelompok siswa C merasa kesulitan dalam melakukan tendangan depan dan tendangan sabit, walaupun mereka hanya menebak gerakan yang di praktikan oleh kelompok lain mereka sering salah 105

menyebutkan naama tendangannya. Kelompok siswa D sangat menginginkan permainan disetiap pembelajaran sehingga mereka tidak merasa bosan. 3) Pembelajaran ditutup dengan pendinginan dan berdoa. Pertemuan ke 6 pada hari kamis angggal 19 oktober 2017 pukul 09.00;10.00 WIB, pertemuan ini dihadiri oleh 19 siswa karena ada 1 siswa yang berhalangan hadir karena sakit. Materi pada pertemuan enam ialah salam pembukaan, sikap pasang, tendangan sabit, tendangan depan dan tendangan T, Adapun urutan pelaksanaan tindakan tersebut adalah sebagai berikut : a. Kegiatan Awal 1) Guru mulai membariskan siswa menjadi dua bersaf, siswa mulai baris rapi dan berdoa. 2) Guru menyampaikan materi apa yang akan disampaikan 3) Guru mengumpulkan siswa melingkar dan memberikan pemanasan berupa permainan bola basket mini, setelah 10 menit bermian b. Kegiatan Inti 1) Guru membariskan dan siswa mulai berhitung satu sampai empat hingga terbentuk lima kelompok. Salah satu dari 106

kelompok tersebut berpencar ke kelompok lain untuk mengamati dan mempraktikan puzzle yang disusun 2) Setelah semua tugas selesai, perwakilan dari setiap anggota kelompok tersebut kembali kekelompok asalnya dan satu persatu memaparkan gerakan apa yang dilihat dan dipraktekkan kepada teman satu kelompoknya. 3) Siswa mulai mengemasi matras dan mengumpulkan puzzle, guru memimpin siswa melakukan gerakan sesuai yang diperitahkan guru secara bersama-sama. c. Kegitan Penutup 1) Guru beserta peneliti memberikan evaluasi terhadap hasil pembelajaran siswa yang masih belum benar dalam melakukan. Hasil evaluasi masing-masing kelompok antara lain a) Kelompok A Kelompok A yang terdiri dari siswa perempuan semua, mereka mereka mengirim semua anggotanya ke masing-masing matras yang memiliki materi berbeda-beda. Dalam penyampaian materi kepada teman sekelompoknya sudah cukup bagus, hanya saja pada saat pnyampaian materi tendangan T masih belum benar. 107

b) Kelompok B Siswa yang terkumpul di kelompok B memiliki kekompakan yang cukup baik, mereka dapat menyampaikan materi kepada teman sekelompoknya dengan baik hanya saja dalam mempraktikan bersama sama masih ada kendala pada tendangan. c) Kelompok C Siswa yang berada dikelompok C yang anggota kelompoknya terdapat 1 perempuan dan 3 laki-laki ini cukup kompak. Untuk penguasaan materi kelompok ini cukup bagus hanya saja pada saat mempraktikan disetiap gerakan salah satu siswa pasti ada yang tertinggal karena belum menguasai materi. d) Kelompok D Siswa yang berada dikelompok D untuk penguasaan materi kelompok ini cukup bagus hanya saja pada saat mempraktikan disetiap gerakan, mereka ragu-rabu terutama pada sikap tegak. Seperti kelompok yang lain selain kendala sikap pasang kelompok ini juga memiliki kendala pada melakukan tendangan. e) Kelompok E Kelompok E hanya terdiri dari 3 siswa akan teapi mereka dalam proses pembelajaran sangat baik. Mereka dapat 108

mempraktikan gerakan salam pembukaan dan sikap tegak dengan baik walaupun untuk tendangan depan, tendangan sabit dan tendangan T mereka masih belum isa sempurna. 2) Wawancara dan Evaluasi Setelah pembelajaran selesai, penelitimelakukan wawancara kepada guru dan siswa terkait pembelajaran yang sudah berlangsung. Hasil wawancara kepada guru sebagai berikut: Hasil wawancara dengan masing-masing kelompok sebagai berikut: siswa tampak bosan dengan media puzzle jigsaw yang sudah dilakukan enam pertemuan ini, sehingga adanya metode pemelajaran yang dibuat menyrupai permainan digunakan agar siswa terhindar dari rasa bosan. Hasil wawancara kepada kelompok siswa: Kelompok siswa A merasa bosan karena dari kemarin materinya menggunakan media puzzle yang jenisnya sama, meereka juga mengaku materi tendangan sangat sulit dilakukan. Kelompok siswa B berpendapat bahwa media puzzle sangat membantu mereka dalam belajar, akan tetapi meteka merasa bosan sehingga hasil belajarnya kurang maksimal. Kelompok C masih menginginkan adanya kompetisi disetiap kelompok untuk mengatasi rasa bosan yang mereka alami. Untuk materi pembelajaran tendangan mereka butuh waktu yang lebih untuk 109

belajar. Kelompok siswa D yang terdiri dari tiga siswa masih bersemangat mengikuti pembelajaran walaupun anggota mereka sedikit, semakin sedikit semakin gampang dalam belajar menurut mereka. Lendala yang dialmi oleh kelompok D masih sam dengan kelompok yang lain yaitu tendangan, khususnya tendangan T. 3) Pembelajara ditutup dengan pendinginan dan berdoa. Pertemuan ke 7 pada hari jumat tanggal 20 Oktober 2017, pembelajaran diikuti oleh semua siswa, dengan materi sikap tegak, tendangan sabit, tendangan depan dan tendaangan T. Adapun urutan pelaksanaan tindakan tersebut adalah sebagai berikut : a. Kegiatan Awal 1) Pembelajaran diawali dengan guru membariskan, berdoa apresepsi dan pemanasan 2) Pemanasan dipimpin oleh salah satu siswa secara statis dan dinamis dan banyak ditekankan pada perengangan bagian paha. b. Kegiatan Inti 1) Siswa berbaris rapi dan guru memulai membagi kelompok menjadi empat kelompok, seperti peertemuan-pertemuan sebelumnya, siswa mengambil matras dan guru mulai membagikan puzzle secara acak, semua siswa mulai 110

menyusuun dan mempraktikan puzzle yang ada dihadapan mereka dengan antusias, tidak ada kendala yang berarti untuk pembelajaran kali ini, rasa jenuh yang dirasakan oleh siswa diminimalisir degan adanya kompetisi tebak gerak, salah satu siswa menjadi wakil dari kelompok tersebut untuk memperagakan dan anggota grup tersebut harus menjawab, ketika tidak bisa menjawab harus mengatakan kata pas dan siswa yang didepan akan mempraktikan gerak yang berbeda dengan waktu 60 detik. Setiap kelompok diberikan 5 kesempatan untuk menjawab gerakan yang sudah dipraktikan temanya. Pembelajaran tampak seru dan siswa sangat antusias dalam melakukan. 2) Setelah itu siswa membentuk lingkaran dan mengulangi lagi gerakan yang telah diajarkan. c. Kegiatan Penutup 1) Guru beserta peneliti memberikan evaluasi terhadap hasil pembelajaran siswa yang masih belum benar dalam melakukan. Hasil evaluasi masing-masing kelompok antara lain a) Kelompok A Siswa yang terkumpul dalam kelompok A sudah cukup bisa bekerjasama pada saat proses pembelajaran. Mereka mampu 111

menjawab tebak gerak yang diberikan oleh teman sekelompoknya, walaupun masih ada gerkan yang belum benar. b) Kelompok B Siswa yang terkumpul di kelompok B memiliki kekompakan yang cukup baikmereka dapat menjawab semua tebak gerak dengan baik, walaupun pada saat melakukan gerakn bersamasama mereka masih belum benar dan masih sering lupa. c) Kelompok C Siswa yang berada dikelompok C yang anggota kelompoknya terdapat 2 perempuan dan 2 laki-laki ini cukup kompak. Untuk penguasaan materi kelompok ini cukup bagus hanya saja pada saat mempraktikan disetiap gerakan, siswa harus selalu melihat puzzle, untuk pukulan samping masih bingung dalam sasaran, sada yang sasaran dada dan juga ada yang sasarannya kepala. d) Kelompok D Siswa yang berada dikelompok D untuk penguasaan materi kelompok ini cukup bagus hanya saja pada saat mempraktikan disetiap gerakan dan dapat menjawab tebak gerak dengan baik. Hanya saja karena materi yang diberikan cukup banyak mereka kebalik antara tangkisan galang dan tangkisan kepal. 112

e) Kelompok E Kelompok siswa E yang terdiri dari siswa laki-laki semua dalam proses pembelajaran kurang bersunguh-sungguh. Terbukti dari permainan tebak gerak mereka tidak bisa menebak dengan benar. 2) Wawancara dan Evaluasi Setelah pembelajaran selesai, peneliti mewawancarai guru dan siswa terkait pembelajaran yang sudah berlangsung. Hasil wawancara kepada guru sebagai berikut: media dibantu metoe pembelajaran yang tepat akan menghasilkan pembelajaran yang efektif dan efisien. Dalam pertemuan ke tujuh ini guru mengantisipasi kebosanan siswa dengan melakukan permainan tebak gerak, sehingga siswa merasa bahwa mereka terlibat dalam setiap proses. Hasil wawancara dengan masing-masing kelompok sebagai berikut: Kelompok siswa A merasa senang karena adanya permainan tebak gerak walaupun mereka merasa bosan dengan materi yang disampaikan. Kelompok siswa B menginginkan materi pencak silat segera selesai karena mereka bosan dengan materi dan juga tendangan yang belum bisa mereka praktekan dengan benar. Berebeda dengan kelompok B, kelompok C tampak senang karena adanya game dan pengulangan materi sehingga mereka 113

tidak lupa dengn materi yang pernah diajarkan, walaupun belum bisa melakukan dengan benar sepenuhnya. Kelompok siswa D yang erasa bosan akhirnya tetap mengikuti pembejaran karena adanya permainan yang membuat mereka tertarik. Kelompok E mengaku kurang erius dalam mengikuti pembelajaran karena mereka sering lupa dengan materi yang sudah pernah disampaikan. 3) Pembelajaran ditutup dengan pendinginan dan berdoa. Pertemuan ke 8 dilaksanakan pada hari kamis tanggal 26 oktober 2017 pukul 13.00-14.00 WIB, ini adalah pertemuan akhir dari siklus 1, materi yang diajarkan mengulang dari prtemuan pertama, Adapun urutan pelaksanaan tindakan tersebut adalah sebagai berikut : a. Kegiatan Awal 1) Pembelajaran diawali dengan guru membariskan, berdoa apresepsi dan pemanasan b. Kegiatan Inti 1) Siswa diberi tugas mengingat dan mempraktikan secara mandiri hingga guru menujuk satu-satu sesuai presensi untuk melihat perkembangan anak. 2) Guru menilai dari gerakan yang tepat dan benar sesuai dengan instruksi yang guru berikan kepada siswa. 114

c. Kegiatan Penutup 1) Guru beserta peneliti memberikan evaluasi terhadap hasil pembelajaran siswa yang masih belum benar dalam melakukan. Hasil evaluasi masing-masing kelompok antara lain a) Kelompok A Siswa yang terkumpul dalam kelompok A setelah dites satu persatu tentang penguasaan materi, masih ada diantar 4 siswa yang belum bisa meempraktikan dan mengingat nama gerakan dengan benar. b) Kelompok B Siswa yang terkumpul di kelompok B memiliki kemampuan menghafal nama gerakan cukup bagus, akan tetapi pada prakteknya setelah di tes satu prsatu siswa mash kebingungan membedakan tendangan sabit dan tendangan depan. c) Kelompok C Siswa yang berada dikelompok C sudah bisa melakukan gerakan kuda-kuda sampung dan kuda-kuda depan dengan benar akan tetapi masih kurang benar dalam mempraktikan sikap tegak. 115

d) Kelompok D Kelompok siswa D sudah cukup mengusai materi, da salah satu siswa yang bernama Raka, dia hamper mempraktikan semua gerakan dengan benar dan dapat membantu mengingatkan teman satu kelompoknya. e) Kelompok E Siswa yang berada dikelompok E untuk penguasaan materi kelompok ini cukup bagus hanya saja pada saat mempraktikan tendangan masih kurang benar. 2) Wawancara dan Evaluasi Setelah pembelajaran selesai, peneliti mewawancarai guru dan siswa terkait pembelajaran yang sudah berlangsung. Hasil wawancara kepada guru sebagai berikut: media puzzle dapat membantu siswa dalam proses pembelajaran menjadi lebih hidup dan aktif. Media puzzle pada pembelajaran ini cukup membantu anak dalam memahami materi walaupun belum semua anak paham. Untuk penguasaan materi lebih lanju perlu diadakan siklus ke 2 agar pembelajaran lebih efektif. Hasil wawancara dengan masing-masing kelompok sebagai berikut: Kelompok siswa A merasa khawatir apabila tidak bisa melakukan gerakan dengan baik dan benar. Kelompok siswa B senang karena pertemuan hari ini pertemuan terakhir 116

mengunakan puzzle jigsaw, walaupun banyak dari mereka belum bisa menghafal dengan baik dan benar materi yang diajarkan.kelompok C pada saat latihan mandiri mereka bersunggh-sungguh walaupun pada saat praktek didepan guru mereka gugup da nada gerakan yang salah. Kelompok siswa D sangat senang dalam mengikuti pembelajaran terakhir, karena ada salah satu teman yang membantu mereka mengingatkan kembali gerakan yang mereka lupa. Kelompok siswa E mengaku masih bingung dan prlu waktu untuk belajar tendangan. c. Refleksi Siklus I Setelah selesai pelaksanaan siklus pertama, peneliti bersama kolaborator mendiskusikan hasil pelaksanaan tindakan. Masing-masing pihak menyampaikan pendapat dan pandangannya selama tindakan diberikan. Dalam membahas dan mengevaluasi hasil pembelajaran Penjasorkes dengan media puzzle jigsaw selama siklus pertama, tampak upaya guru untuk meningkatkan proses pembelajarannya. Adapun hasil refleksi pada siklus I adalah sebagai berikut. Pada siklus pertama pembelajaran pencak silat dengan media puzzle jigsaw belum berhasil dengan baik. Hal ini dapat dilihat pada perkembangan kegiatan guru dari pertemuan pertama sampai kedelapan ada kemajuan baik 117

dari metode mengajarnya, variasi permainannya maupun interaksi antara guru dengan siswa. Dari hasil refleksi pembelajaran pada siklus I, hasil yang diharapkan belum optimal sehingga dalam penelitian ini merasa perlu untuk melanjutkan tindakan pada siklus kedua. Adapun yang harus dilakukan oleh guru pada siklus kedua adalah: 1) Guru harus meningkatkan proses pembelajaran Penjasorkes dengan materi gerak dasar pencak silat melalui media puzzle dengan lebih banyak variasi lagi dengan agar siswa merasa tertarik, tetapi variasi kegiatan tetap harus disesuaikan dengan gerak dasar yang sesungguhnya. 2) Guru dalam pembelajaran Penjasorkes dengan materi gerak dasar pencak silat melalui media puzzle, harus berupaya lagi untuk meningkatkan perhatian, motivasi dan lebih aktif lagi pada saat melakukan aktivitas permainan. 3) Guru harus membuat suasana pembelajaran lebih menyenangkan dan mengembirakan yaitu dengan mengatur kelompok siswa secara acak, sehingga siswa dalam melakukan kegiatan permainan lebih tertantang lagi. 4) Guru harus berkoodinasi dengan kolabolator dan kameramen maksimal 30 menit sebelum pembelajaran berlangsung. 5) Guru harus berani menegur dan mengingatkan siswa yang terlambat dan duduk-duduk saat pembelajaran berlangsung. Berdasarkan pengamatan 118

dan wawancara dari siklus satu mulai pertemuan satu sampai delapan dengan hasil belum maksimal, maka dilanjutkan siklus ke dua. 2. Siklus II a. Perencanaan II Perencanaan yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu dengan melakukan tindakan media puzzle dalam proses pembelajaran pencak silat pasa siswa kelas IV SD Budi Mulia Dua Sedayu. Media puzzle yang diberikan pada siswa dilakukan di lapagan sekolah pada hari yang sudah ditentukan dan disetujui bersama antara peneliti dan kolabolator, yaitu pada hari Kamis dan Jum at selama 1 bulan di awali darihari Jum at tanggal 02 November sampai 26 November 2017. b. Tindakan Siklus II Tindakan siklus II dilaksanakan selama satu bulan dengan dua kali pertemuan tiap minggunya, yakni dilaksanakan mulai 02 November sampai26 November 2017 di SD Budi Mulia Dua Sedayu. Pertemuan ke 1 diawali pada Kamis 02 November 2017 pukul 13.00-14.00. Pada pertemuan ini menggunakan media cross word dengan materi salam pembukaan, kuda-kuda tengah, kuda-kuda depan, pukula samping, tangkisan galang dan tendangan depan.adapun urutan pelaksanaan tindakan tersebut adalah sebagai berikut : a. Kegiatan awal 1) Pembelajaran diawali dengan berdoa dan penyampaian materi 119

2) Siswa melakukan pemanasan dalam bentuk permainan jala ikan. b. Kegiatan inti 1) Siswa membentuk kelompok kecil yang beranggota 5 siswa tiap kelompok. 2) Siswa mengambil matras untuk menyusun puzzle. 3) Guru membagikan puzzle beserta spidol untuk mengisi kotak teka teki pada puzzle. Kemudian siswa mengamati, membongkar, memasang, menjawab dan melakukan. c. Kegiatan Penutup 1) Guru beserta peneliti memberikan evaluasi terhadap hasil pembelajaran siswa. Hasil evaluasi masing-masing kelompok antara lain a) Kelompok A Siswa yang berada dikelompok A sudah cukup kompak dalaam menyelesaikan tugas kelompoknya. Akan tetapi masih bingung dalam menjawab pertanyaaan berdasarkan gambar yang ada dibawah puzzle. b) Kelompok B Siswa yang berada dikelompok B tidak semua belajar dengan baik, hanya beberapa saja yang menyelesaikan tugas kelompok. 120

c) Kelompok C Siswa yang berada dikelompok C cukup kompak dalam menyelesaikan tugas hingga mereka mempraktikkan secara bersama-sama, walaupun masih ada gerakan yang belum benar. d) Kelompok D Siswa yang berada dikelompok D sangat aktif, hingga semua pertanyaan terjawab dengan benar. 2) Wawancara dan evaluasi Setelah pembelajaran selesai, peneliti mewawancarai guru dan siswa terkait pembelajaran yang sudah berlangsung. Hasil wawancara kepada guru sebagai berikut: media puzzle dapat membantu siswa dalam proses pembelajaran menjadi lebih hidup dan aktif. Media puzzle pada pembelajaran ini cukup membantu anak dalam memahami materi walaupun belum semua anak paham. Puzzle crossword sangat menarik siswa dalam proses pembelajaran. Hasil wawancara kepada siswa pada siklus ke dua pertemuan pertama kelompok siswa A mengaku antusias dengan puzzle crosswaord, selainmereka membongkar pasang puzzle mereka juga mengisi kolom pertanyaan sebagai tantangan baru selain harus mempraktikan gerakan. Kelompok siswa B lebih 121

berkomentar pada materinya, mereka menanyakan mengapa materinya sama seperti pembelajaran minggu-minggu lalu, akan tetapi mereka cukup tertantang dalam melaksanakan pembelajaran. Berbeda dengan kelompok B, menurut kelompok C puzzle ini sangat membantu mereka, tidak hanyamenghaflkan nama gerakan, akan tetapi juga membantu belajar gerakannya. Terakhir pendapat dari kelompok D yang merasa tertaantang karena harus mengisi jawaban atas pertanyaan dari gambar yang ada dbawah puzzle. 3) Pembelajaran ditutup dengan pendinginan dan berdoa. Pertemuan ke 2 dilaksanakan pada Jum at 03November 2017 pukul 09.00-10.00. Pada pertemuan ini menggunakan media crossword dengan materi salam pembukaan, sikap pasang, kuda-kuda depan, pukulan depan, tangkisan ngepal, tangkisan dalam, tendangan sabit.adapun urutan pelaksanaan tindakan tersebut adalah sebagai berikut: a. Kegiatan Awal 1) Pembelajaran diawali dengan berdoa dan penyampaian materi 2) Siswa melakukan pemanasan dalam bentuk statis dan dinamis yang dipimpin oleh salah satu siswa 122

b. Kegiatan Inti 1) Guru membagi siswa dalam kelompok kecil yang beranggota 4 siswa tiap kelompok. 2) Siswa mengambil matras untuk menyusun puzzle 3) Guru membagikan puzzle beserta spidol untuk mengisi kotak teka teki pada puzzle. Kemudian siswa mengamati, siswa diberi waktu 3 menit untuk mengamati puzzle yang telah dibagikan olah guru, setelah itu siswa membongkar puzzle tersebut dan memasang kembali puzzle seperti semula, kelompok yang sudah selesai memasang diberikan menjawab/ mengisi kotak-kotak yang ada dipuzzle tersebut sesuai dengan gambar yang tersedia dalam puzzle bagian bawah. Setelah semua kelompok mejawab setiap kolomok mempraktikan gerakan sesuai dengan gambar puzzle yang telah disusun dan dijawab. c. Kegiatan Penutup 1) Guru beserta peneliti memberikan evaluasi terhadap hasil pembelajaran siswa. Hasil evaluasi masing-masing kelompok antara lain a) Kelompok A Kelompok siswa A cukup antusias dalam mengikuti pembelajaran, hanya saja pada saat mempraktikan gerakan 123

tendangan sabit masih tampak kesulitan akan tetapi sudah ada peningkatan dari pada pertemuan sebeelumnya. b) Kelompok B Kelompok siswa B memiliki kekompakan yang cukup baik, terbukti dalam membongkar, memasang, menjawab dan mempraktikan mereka bekerjasama dengan baik, ada salah satu siswa yang cepat paham dan dapat mempraktikan gerakan dengan tepat. Tidak ada kendala yang bearti pada kelompok ini hanya saja pada gerakan tangkisan galang yang kuda-kuda condong ke belakang, mereka masih belum benar dalam melakukan gerakan tersebut, untuk gerakan tendangan sabit kelompok B sudah ada yang bisa dan masih ada yang belum benar dalam melakukan. c) Kelompok C Kelompok siswa yang berada dikelompok C yang anggota kelompoknya terdapat siswa perempuan yang hanya satu, akan tetapi tetap kompak dalam menyelesaikan tugas. Untuk penguasaan materi kelompok ini cukup bagus hanya saja pada saat mempraktikan disetiap gerakan, siswa harus selalu melihat puzzle, untuk materi tangkisan galang dan tangkisan kepal. Untuk keseluruhan kelompok C sudah bagus. 124

d) Kelompok D Siswa yang berada dikemompok D sudah mampu mempraktikkan semua gerakan dengan baik. Hanya ada satu siswa yang masih kesulitan melakukan tendangan sabit. e) Kelompok E Kelompok siswa yang berada dikelompok E cukup aktif dalam pembelajaran, hanya saja masih terlihat kurang serius dalam mempraktikan setiap gerakan. 2) Wawancara dan Evaluasi Setelah pembelajaran selesai, peneliti mewawancarai guru dan siswa terkait pembelajaran yang sudah berlangsung. Hasil wawancara kepada guru sebagai berikut: media dibantu metoe pembelajaran yang tepat akan menghasilkan pembelajaran yang efektif dan efisien. Menurut guru penjas media puzzle pada siklus ke dua ini sangat menarik karena selain melatih fisik siswa juga melatih kognitif siswa. Hasil wawancara dengan masing-masing kelompok sebagai berikut: Siswa kelompok A mengaku senang dengan adanya media puzzle karena dapat membantu mereka nama gerakan dan bentuk gerakan dalam pencak silat, mereka merasa kesulitan dalam mempraktikan tendangan sabit karena alat penyasarnya memakai pungung kaki dan keseimbangan mereka 125

masih belum bagus sehingga mereka belum bisa mempraktikan tendangan dengan baik. Sama halnya dengan kelompok A, kelompok B juga kesulitan dalam melakukan tendangan sabit, mereka minta untuk diberi tahu tahapan menendang yang benar sehingga dalam mempraktekkan mereka bisa. Kelompok C mengaku mengapa mereka selalu melihat puzzle saat melakukan gerakan tangkisan, karena mereka belum bisa membedakan tangkisan kepal dan galang beserta kuda-kuda dan posisi tangannya. Kelompok siswa D lebih senang apabila ada kompetisi seperti pertemuan yang sebelumnya, sehinggga mereka akan menghafal dan mempraktikan gerakan dengan bersungguhsungguh. Berbeda dari kelomok yang lain kelompok E hamper semua materi belum bisa mereka kuasai, mereka mengaku masih bingung daam membedakan gerakan dan melakukan tendangan sabit. 3) Pembelajaran ditutup dengan pendinginan dan berdoa. Pertemuan ke 3 dilaksanakan pada Kamis 09 November 2017 pukul 13.00-14.00. Pada pertemuan ini menggunakan media puzzle crossword dengan materi sikap pasang, kuda-kuda tengah, pukulan samping, tangkisan ngepal, tendangan depan, tendangan T. Adapun urutan pelaksanaan tindakan tersebut adalah sebagai berikut : 126

a. Kegiatan Awal 1) Pembelajaran diawali dengan berdoa dan penyampaian materi 2) Siswa melakukan pemanasan dalam bentuk statis dan dinamis yang dipimpin oleh salah satu siswa b. Kegiatan Inti 1) Guru membagi siswa dalam kelompok kecil yang beranggota 4 siswa tiap kelompok. 2) Siswa mengambil matras untuk menyusun puzzle 3) Guru membagikan puzzle beserta spidol untuk mengisi kotak teka teki pada puzzle. Kemudian siswa mengamati, siswa diberi waktu 3 menit untuk mengamati puzzle yang telah dibagikan olah guru, setelah itu siswa membongkar puzzle tersebut dan memasang kembali puzzle seperti semula, kelompok yang sudah selesai memasang diberikan menjawab/ mengisi kotak-kotak yang ada dipuzzle tersebut sesuai dengan gambar yang tersedia dalam puzzle bagian bawah. Setelah semua kelompok mejawab setiap kolomok mempraktikan gerakan sesuai dengan gambar puzzle yang telah disusun dan dijawab. Kelompok yang tidak bias menjawab semua kotak-kotak akan diberi kesemptan bertanya kepada kelompok lain yang dipercaya dapat membantu mereka menjawab. 127

c. Kegiatan Penutup 1) Guru beserta peneliti memberikan evaluasi terhadap hasil pembajaran siswa. Hasil evaluasi masing-masing kelompok antara lain : a) Kelompok A Kelompok siswa A cukup antusias dalam mengikuti pembelajaran, hanya saja pada saat mempraktikan gerakan tendangan T masih tampak kesulitan. b) Kelompok B Kelompok siswa B memiliki kekompakan yang cukup baik, terbukti dalam membongkar, memasang, menjawab dan mempraktikan mereka bekerjasama dengan baik. Akan tetapi dalam menjawab salah satu soal mereeka tidak bisa hingga menayakan pada kelompok D yang diangapnya dapat menjawab dengan benar. c) Kelompok C Kelompok siswa yang berada dikelompok C sudah mampu menguasai materi dengan baik, semua anggot dapat membongkar, memasang, menjawab dan mempraktikan secara benar. 128

d) Kelompok D Siswa yang berada dikelompok D cukup kompak dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, terbukti kelompok D dapat menjawab pertanyaan dengan benar dan membantu kelompok B. e) Kelompok E Kelompok siswa yang berada dikelompok E cukup aktif dalam pembelajaran, hanya saja masih terlihat kurang serius dalam mempraktikkan setiap gerakan. Mereka masih kesulitan dalam tendangan T. 2) Wawancara dan Evaluasi Setelah pembelajaran selesai, peneliti mewawancarai guru dan siswa terkait pembelajaran yang sudah berlangsung. Hasil wawancara kepada guru sebagai berikut media puzzle dalam pertemuan ini sangat membantu siswa selain memperkuat ingatan nama gerak siswa juga mempertajam gerakan. Hasil wawancara dengan masing-masing kelompok sebagai berikut: Siswa kelompok A mengaku senang dengan adanya media puzzle karena dapat membantu mereka nama gerakan dan bentuk gerakan dalam pencak silat, mereka merasa kesulitan dalam mempraktikan tendangan T, akan tetapi tendangan mereka lebih bagus dibandingkan dengan pertemuan sebelumnya. 129

Sama halnya dengan kelompok A, kelompok B juga kesulitan dalam melakukan tendangan T, mereka minta untuk diberi tahu tahapan menendang yang benar sehingga dalam mempraktekkan mereka bisa. Kelompok C mengaku media puzzle. Kelompok siswa D lebih senang apabila ada kompetisi seperti pertemuan yang sebelumnya, sehinggga mereka akan menghafal dan mempraktikan gerakan dengan bersungguh-sungguh. Berbeda dari kelomok yang lain kelompok E hampir semua materi sudah mereka kuasai, karena dibantu puzzle. 3) Guru menutup dengan memimpin pendinginan dan berdoa Pertemuan ke 4 dilaksanakan pada Jum at 10November 2017 pukul 09.00-10.00. Pada pertemuan ini menggunakan media puzzle crossword dengan materi kuda-kuda depan, pukulan depan, pukulan samping, tendangan sabit, tendangan depan.adapun urutan pelaksanaan tindakan tersebut adalah sebagai berikut : a. Kegiatan Awal 1) Pembelajaran diawali dengan berdoa dan penyampaian materi 2) Siswa melakukan pemanasan dalam bentuk statis dan dinamis yang dipimpin oleh salah satu siswa 130

b. Kegiatan Inti 1) Siwa membentuk lingkaran dan berhitung 1-4 untuk membentuk kelompok kecil 2) Guru menginstruksikan siswa mengambil matras, satu kelompok satu matras 3) siswa mengambil puzzle 4) Masing-masing kelompok mengamati puzzle dan mulai membongkarnya, setelah dibongkar siswa mulai memasang kembali sesuai dengan bentuk aslinya dan mulai mengisi seesuai dengan gambar yang ada dibagian bawah puzzle mengunakan spidol. c. Kegiatan Penutup 1) Guru beserta peneliti memberikan evaluasi terhadap hasil pembelajaran siswa yang masih belum benar dalam melakukan. Hasil evaluasi masing-masing kelompok antara lain a) Kelompok A Siswa yang terkumpul dalam kelompok A sudah cukup bisa bekerjasama pada saat proses pembelajaran. Dalam penguasaan kelima materi kelompok A tidak butuh waktu yang cukup lama untuk menghafalkan setiap gerakan dan nama gerakan. Karena anggota kelompok cukup banyak yaitu 5 anak sehingga dapat menyusun dan menjawab 131

pertanyaan yang ada di puzzle dengan cepat. Mereka terlihat sudah cukup bisa mempraktikan gerakan dengan tepat dan benar. b) Kelompok B Siswa yang terkumpul di kelompok B memiliki kekompakan yang cukup baik, terbukti dalam membongkar, memasang, menjawab dan mempraktikan mereka bekerjasama dengan baik, ada salah satu siswa yang cepat paham dan dapat mempraktikan gerakan dengan tepat. Siswa tersebut membantu siswa yang lain dalam membetulkan gerakan. Kendala pada kelompok ini adalah belum semua siswa bisa melakukan tendangan depan. c) Kelompok C Siswa yang berada dikelompok C yang anggota kelompoknya terdapat 3 perempuan dan 2 laki-laki ini cukup kompak. Untuk penguasaan materi kelompok ini cukup bagus hanya saja pada saat mempraktikan disetiap gerakan tendangan mereka masih ada yang belum benar. d) Kelompok D Siswa yang berada dikelompok D untuk penguasaan materi kelompok ini cukup bagus hanya saja pada saat mempraktikan disetiap gerakan, ada salah satu siswa laki- 132

laki yang memang memiliki interaksi sosial dengan temanya sangat kurang sehingga dia ketinggalan dalam memahami maupun melakukan gerakan. Dalam kelompok ini kendalanya sama seperti kelompok yang lain yaitu perbedaan sasaran, alat penyasar dan lintasan pada gerakan tendangan depan. 2) Wawancara dan Evaluasi Setelah pembelajaran selesai, peneliti mewawancarai guru dan siswa terkait pembelajaran yang sudah berlangsung. Hasil wawancara kepada guru sebagai berikut: dalam pembelajaran pertemuan keempat yang materinya mengulang dari pertemuan sebelumnya ini sangat membantu siswa meningat kembali materi yang sudah diberikan sebelumnya, sehingga siswa tidak lupa. Hasil wawancara dengan masing-masing kelompok sebagai berikut: Kelompok siswa A senang dalam proses pembelajaran, mereka senang karena materi untuk pertemuan kelima ini mengulang pertemuan sebelumnya. Hanya saja mereka masih belum bisa melakukan semua gerakan dengan benar. Kelompok siswa B mengaku masih kesulitan dalam melakukan tendangan depan karena butuh keseimbangan yang bagus dan posisi kuda-kuda yang tepat. Tidak jauh beda dari kelompok A dan B kelompok siswa C 133

merasa kesulitan dalam melakukan tendangan depan dan tendangan depan. Kelompok siswa D sangat menginginkan permainan disetiap pembelajaran sehingga mereka tidak merasa bosan. 3) Pembelajaran ditutup dengan pendinginan dan berdoa. Pertemuan ke 5 dilaksanakan pada Kamis 15November 2017 pukul 13.00-14.00. Pada pertemuan ini menggunakan media cross word dengan materi salam pembukaan, kuda-kuda tengah, pukulan depan, tangkisan kepal, tendangan T. Adapun urutan pelaksanaan tindakan tersebut adalah sebagai berikut : a. Kegiatan Awal 1) Pembelajaran diawali dengan berdoa dan penyampaian materi 2) Siswa melakukan pemanasan dalam bentuk statis dan dinamis yang dipimpin oleh salah satu siswa b. Kegiatan Inti 1) Siswa membentuk kelompok kecil beranggotakan 5 siswa 2) Siswa mengambil matras untuk landasan menyusun puzzle 3) Guru membagikan puzzle dan sepidol setiap kelompoknya 4) Setiap kelompok bertugas menyusun puzzle dan menjawab diberi waktu 15 menit. 134

5) Kelompok yang tidak bisa menjwab diberi kesempata untuk bertanya kepada kelompok lain. c. Kegiatan Penutup 1) Guru beserta peneliti memberikan evaluasi terhadap hasil pembelajaran siswa yang masih belum benar dalam melakukan. Hasil evaluasi masing-masing kelompok antara lain a) Kelompok A Siswa yang terkumpul dalam kelompok A sudah cukup bisa bekerjasama pada saat proses pembelajaran. Dalam penguasaan kelima materi kelompok A tidak butuh waktu yang cukup lama untuk menghafalkan setiap gerakan dan nama gerakan. Semua siswa sudah bisa mmpraktikan gerakan dengan benar dan bertenaga. b) Kelompok B Siswa yang terkumpul di kelompok B memiliki kekompakan yang cukup baik, terbukti dalam membongkar, memasang, menjawab dan mempraktikan mereka bekerjasama dengan baik. c) Kelompok C Siswa yang berada dikelompok C yang anggota kelompoknya terdapat 2 perempuan dan 3 laki-laki ini cukup kompak. Untuk penguasaan materi kelompok ini cukup bagus ada peningkatan 135

dari pertemuan-pertemuan seblumnya, lintasan dan sasaran serangan atau gerkan sudah tepat. d) Kelompok D Siswa yang berada dikelompok D untuk penguasaan materi kelompok ini sudah bagus, dapat mempraktikan gerakan dengan kuda-kuda yang mantap dan gerakan yang bertenaga. 2) Wawancara dan Evaluasi Setelah pembelajaran selesai, peneliti mewawancarai guru dan siswa terkait pembelajaran yang sudah berlangsung. Hasil wawancara kepada guru sebagai berikut: dalam pembelajaran pertemuan ke lima siswa sudah dapat melakukan gerakan dengan baik, walaupun masih ada dua anak yang belum bisa melakuakn dengan baik. Hasil wawancara dengan masing-masing kelompok sebagai berikut: Kelompok siswa A senang dalam proses pembelajaran, mereka senang karena materi untuk pertemuan kelima ini mengulang pertemuan sebelumnya. Mereka sudah bisa melakukan gerakan sesuai dengan gambar karena setiap pembelajaran dilatih. Kelompok siswa B mengaku jenuh karena mereka sudah bisa melakukan dan tidak ada bentuk permainan dalam pembelajran. Tidak jauh beda dari kelompok A dan B kelompok siswa C merasa 136

jenuh akan tetapi senang karena sudah bisa melakukan gerkan dan menghafal nama-nama gerakan. Kelompok siswa D sangat menginginkan permainan disetiap pembelajaran sehingga mereka tidak merasa bosan. 3) Pembelajaran ditutup dengan pendinginan dan berdoa. Pertemuan ke 6 dilaksanakan pada Jum at 16November 2017 pukul 09.00-10.00. Pada pertemuan ini menggunakan media puzzle crossword dengan materi kuda-kuda tengah, kuda-kuda depan, tangkisan galang, tendangan sabit, tendangan T. Adapun urutan pelaksanaan tindakan tersebut adalah sebagai berikut : a. Kegiatan Awal 1) Pembelajaran diawali dengan berdoa dan penyampaian materi 2) Siswa melakukan pemanasan dalam bentuk statis dan dinamis yang dipimpin oleh salah satu siswa b. Kegiatan Inti 1) siswa membentuk kelompok kecil yang beranggota 5 siswa tiap kelompok. 2) Siswa mengambil matras untuk menyusun puzzle 3) Guru membagikan puzzle beserta spidol untuk mengisi kotak teka teki pada puzzle. Kemudian siswa mengamati, siswa diberi waktu 3 menit untuk mengamati puzzle yang telah dibagikan 137

olah guru, setelah itu siswa membongkar puzzle tersebut dan memasang kembali puzzle seperti semula, kelompok yang sudah selesai memasang diberikan menjawab/ mengisi kotak-kotak yang ada dipuzzle tersebut seuai dengan gambar yang tersedia dalam puzzle bagian bawah. Setelah semua kelompok mejawab setiap kolomok mempraktikan gerakan sesuai dengan gambar puzzle yang telah disusun dan dijawan. c. Kegiatan Penutup 1) Guru beserta peneliti memberikan evaluasi terhadap hasil pembelajaran siswa yang masih belum benar dalam melakukan. Hasil evaluasi masing-masing kelompok antara lain a) Kelompok A Siswa yang terkumpul dalam kelompok A penguasaan materi sudah sangat bagus, dalam kelompok ini semua siswa tampak menguasai materi sehingga dalem mempraktikan gerakan tampak bagus. b) Kelompok B Siswa yang terkumpul di kelompok B memiliki kekompakan yang cukup baik, terbukti dalam membongkar, memasang dan mempraktikan mereka bekerjasama dengan baik. Dalam mempraktikkan gerakan 138

shanya ada satu siswa yang belum sempurn dalam melakukan tendanga T c) Kelompok C Siswa yang berada dikelompok C cukup kompak. Untuk penguasaan materi kelompok ini cukup bagus hanya saja saat mempraktikan masih ada salah satu siswa yang belum memakai kuda-kuda dengan benar. d) Kelompok D Siswa yang berada dikelompok D untuk penguasaan materi kelompok ini sudah bagus, siswa sudah mampu mempraktikan kelima gerakan dengan benar. Mereka sudah serius dalam mengikuti pembelajaran. 2) Wawancara dan Evaluasi Setelah pembelajaran selesai, peneliti mewawancarai guru dan siswa terkait pembelajaran yang sudah berlangsung. Hasil wawancara kepada guru sebagai berikut: dalam pembelajaran pertemuan ke lima yang materinya mengulang dari pertemuan sebelumnya ini sangat membantu siswa meningat kembali materi yang sudah diberikan sebelumnya, sehingga siswa tidak lupa. Hasil wawancara dengan masing-masing kelompok sebagai berikut: 139

Kelompok siswa A senang dalam proses pembelajaran, mereka senang karena materi untuk pertemuan kelima ini mengulang pertemuan sebelumnya. Hanya saja mereka masih belum bisa melakukan semua gerakan dengan benar. Kelompok siswa B mengaku masih kesulitan dalam melakukan tendangan depan karena butuh keseimbangan yang bagus dan posisi kuda-kuda yang tepat. Tidak jauh beda dari kelompok A dan B kelompok siswa C merasa kesulitan dalam melakukan tendangan depan dan tendangan sabit, walaupun mereka hanya menebak gerakan yang di praktikan oleh kelompok lain mereka sering salah menyebutkan naama tendangannya. Kelompok siswa D sangat menginginkan permainan disetiap pembelajaran sehingga mereka tidak merasa bosan. 3) Pembelajaran ditutup dengan pendinginan dan berdoa. Pertemuan ke7 dilaksanakan pada Kamis 23November 2017 pukul 13.00-14.00. Pada pertemuan ini menggunakan media puzzle cross word dengan materi sikap pasang, kuda-kuda tengah, tangkisan kepal, tenddangan depan, tendangan T.Adapun urutan pelaksanaan tindakan tersebut adalah sebagai berikut : a. Kegiatan Awal 1) Pembelajaran diawali dengan berdoa dan penyampaian materi 140

2) Siswa melakukan pemanasan dalam bentuk statis dan dinamis yang dipimpin oleh salah satu siswa b. Kegiatan Inti 1) Siswa membentuk kelompok kecil beranggotakan 4 siswa 2) Siswa mengambil matras untuk landasan menyusun puzzle 3) Guru membagikan puzzle dan sepidol setiap kelompoknya 4) Setiap kelompok bertugas menyusun puzzle dan menjawab diberi waktu 15 menit. 5) Guru mengambil puzzle setiap kelompok 6) Siswa membereskan matras c. Kegiatan Penutup 1) Guru beserta peneliti memberikan evaluasi terhadap hasil pembelajaran siswa yang masih belum benar dalam melakukan. Hasil evaluasi masing-masing kelompok antara lain a) Kelompok A Siswa yang terkumpul dalam kelompok A sudah menunjukkan keberhasilan dalam pembelajaran, mreka dapat menjawab setiap pertanyaan dengan benar dan dapat mmpraktikan setiap geakan dengan sempurna. 141

b) Kelompok B Siswa yang terkumpul di kelompok B dalam penguasaan materi sudah menunjukkan peningkatan dari menjawab dan mempraktikan smua gerakan secar jelas dan bertenaga. c) Kelompok C Siswa yang berada dikelompok C penguasaan materi sudah bagus, hany saja dalam tendangan T masih ada yang belum benar posisi alat penyasarnya. d) Kelompok D Siswa yang berada dikelompok D untuk penguasaan materi kelompok ini sudah bagus dalam melkukan tendangan sabit, tendangan maupun pukulan sudah mengunkn tenaga dan kompak antar anggota kelompok. 2) Wawancara dan Evaluasi Setelah pembelajaran selesai, peneliti mewawancarai guru dan siswa terkait pembelajaran yang sudah berlangsung. Hasil wawancara kepada guru sebagai berikut: dalam pembelajaran pertemuan ke lima yang materinya mengulang dari pertemuan sebelumnya ini sangat membantu siswa meningat kembali materi yang sudah diberikan sebelumnya, sehingga siswa tidak lupa. Hasil wawancara dengan masing-masing kelompok sebagai berikut: 142

Kelompok siswa A senang dalam proses pembelajaran hanyaa saja sudah merasa bosan. Kelompok siswa B mengaku tidak ada kesulitan pada saat pembelajaran, media puzzle sangat membantu mereka dalam mempelajari gerak dasar pencak silat. Tidak jauh beda dari kelompok A dan B kelompok siswa C merasa bosan dalam pembelajaran akan tetapi mereka tetap mengikuti proses belajar sehingga mereka bisa mempraktikan gerakan dengan benar. Kelompok siswa D sangat senang karena sudah bisa menghafal dan mempraktikkan gerakan. 3) Pembelajaran ditutup dengan pendinginan dan berdoa. Pertemuan ke-8 dilaksanakan pada Jum at 24 November 2017 pukul 09.00-10.00. Adapun urutan pelaksanaan tindakan tersebut adalah sebagai berikut : a. Kegiatan Awal 1) Pembelajaran diawali dengan berdoa dan penyampaian materi 2) Siswa melakukan pemanasan dalam bentuk statis dan dinamis yang dipimpin oleh salah satu siswa b. Kegiatan Inti 1) Siswa membentuk kelompok kecil beranggotakan 4 siswa 2) Siswa mengambil matras untuk landasan menyusun puzzle 3) Guru membagikan puzzle dan sepidol setiap kelompoknya 143

4) Setiap kelompok bertugas menyusun puzzle dan menjawab diberi waktu 15 menit. 5) Guru mengambil puzzle setiap kelompok 6) Siswa membereskan matras c. Kegiatan Penutup 1) Guru beserta peneliti memberikan evaluasi terhadap hasil pembelajaran siswa yang masih belum benar dalam melakukan. Hasil evaluasi masing-masing kelompok antara lain a) Kelompok A Siswa yang terkumpul dalam kelompok A sudah menunjukkan keberhasilan dalam pembelajaran, mereka dapat menjawab setiap pertanyaan dengan benar dan dapat mmpraktikan setiap geakan dengan sempurna. b) Kelompok B Siswa yang terkumpul di kelompok B dalam penguasaan materi sudah menunjukkan peningkatan dari menjawab dan mempraktikan smua gerakan secar jelas dan bertenaga. c) Kelompok C Siswa yang berada dikelompok C penguasaan materi sudah bagus, hany saja dalam tendangan T masih ada yang belum benar posisi alat penyasarnya. 144

d) Kelompok D Siswa yang berada dikelompok D untuk penguasaan materi kelompok ini sudah bagus dalam melkukan tendangan sabit, tendangan maupun pukulan sudah mengunkn tenaga dan kompak antar anggota kelompok. 2) Wawancara dan Evaluasi Setelah pembelajaran selesai, peneliti mewawancarai guru dan siswa terkait pembelajaran yang sudah berlangsung. Hasil wawancara kepada guru sebagai berikut: dalam pembelajaran pertemuan ke lima yang materinya mengulang dari pertemuan sebelumnya ini sangat membantu siswa meningat kembali materi yang sudah diberikan sebelumnya, sehingga siswa tidak lupa. Hasil wawancara dengan masing-masing kelompok sebagai berikut: Kelompok siswa A senang dalam proses pembelajaran hanyaa saja sudah merasa bosan. Kelompok siswa B mengaku tidak ada kesulitan pada saat pembelajaran, media puzzle sangat membantu mereka dalam mempelajari gerak dasar pencak silat. Tidak jauh beda dari kelompok A dan B kelompok siswa C merasa bosan dalam pembelajaran akan tetapi mereka tetap mengikuti proses belajar sehingga mereka bisa mempraktikan gerakan dengan 145

benar. Kelompok siswa D sangat senang karena sudah bisa menghafal dan mempraktikkan gerakan. 3) Pembelajaran ditutup dengan pendinginan dan berdoa. c. Refleksi Siklus II Pada akhir siklus II, dalam peneliti ini dilakukan refleksi bersama atas tindakan yang telah dilakukan selama siklus II dilaksanakan. Masing-masing pihak menyampaikan pendapat dan pandangannya selama tindakan diberikan. Proses pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus II ini sudah meningkat bila dibandingkan dengan proses pembelajaran pada siklus I. Pada siklus II pembelajaran keterampilan gerak dasar dengan media puzzle crossword sudah semakin baik walaupun belum sempurna. Hal ini terlihat dari lembar pengamatan siswa setiap pertemuan yang mengalami peningkatan dalam pemahaman dan mempraktikkan gerak dasar pencak silat. B. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil pelaksanaan pembelajaran pada siklus I dan siklus II dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan keefktifan belajar melalui media puzzle dalam proses pembelajaran pencak silat pada siswa kelas IV SD Budi Mulia Dua Sedayu Tahun Pelajaran 2017/2018. Dari hasil analisis yang diperoleh peningkatan yang signifikan terjadi pada data awal ke siklus I dan dari siklus I ke siklus II. Disamping mempengaruhi peningkatan kemampuan pencak silat pada siswa, penerapan model media puzzle dalam pembelajaran pecak silat juga berpengaruh 146

terhadap pemahaman siswa terhadap materi pencak silat yang diajarkan. Cara ini lebih efektif dalam penyampaian materi kepada siswa. Melalui media puzzle pembelajaran pada materi pencak silat kelas IV SD Budi Mulia Dua Sedayu, mampu meningkatkanmenjadi lebih baik dan tercipta proses pembelajaran yang lebih aktif, efektif, efisien, dan menyenangkan sehingga bisa mendukung suatu proses pembelajaran yang berkualitas. Melalui peningkatan yang terjadi sejak kondisi awal hingga diberikan tindakan siklus I dan siklus II, dapat disimpulkan bahwa penerapan media pembelajaran puzzledapat meningkatkan keefektifan media puzzle dalam proses pembelajaran pencak silat pada siswa kelas IV SD Budi Mulia Dua Sedayu Tahun Pelajaran 2017/2018. C. TEMUAN PENELITIAN Dalam penelitian kualitatif analisis data merupakan tahap yang bermanfaat untuk menelaah data yang telah diperoleh dari bebrapa informasi yang telah dipilih selama penelitian berlangsung. Selain itu juga berguna untuk memastikan kebenaran temuan penelitian. Dalam proses pembelajaran temuan yang belum diketahui oleh peneliti ialah karaktristik siswa, terlihat ada salah satu murid baru yang memiliki kemampuan berinteraksi rendah sehingga dalam pembelajaran siswa tersebut selalu bertanya kepada guru tidak hanya sekali akan tetapi berulang kali sampai dia paham. D. KETERBATASAN PENELITIAN Selama penelitian berlangsung, peneliti menemukan beberapa kendala. Kendala-kendala dalam penelitian ini adalah: 1. Alokasi waktu yang cukup singkat yaitu 60 menit dalam satu pertemuan. 147

2. Jarak yang cukup cepat antar pertemuan yaitu hari kamis dan jumat 3. Waktu penelitian yang cukup lama, membuat siswa jenuh dan bosan dengan materi. 148

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan secara kolaboratif antara guru pendidikan jasmani dan peneliti di kelas IV SD Budi Mulia Dua Sedayu dalam pembelajaran pencak silat melalui media puzzle dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan dan meningkatkan hasil belajar siswa. Adapun kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut : 1. Implementasi media puzzle dalam proses pembelajaran pencak silat pada siswa SD Budi Mulia Dua Sedayu pada siklus I dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Tetapi pada siklus ini, hasil evaluasi belum memuaskan. 2. Implementasi media puzzle dalam proses pembelajaran pencak silat pada siswa SD Budi Mulia Dua Sedayu pada siklus II dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Tetapi pada siklus ini, hasil evaluasi belum sempurna. B. IMPLIKASI Kesimpulan memberikan implikasi bahwa pembelajaran pencak silat dengan menggunakan media puzzle dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan dan meningkatkan hasil belajar siswa Sekolah Dasar Budi Mulia Dua Sedayu. Penerapan media puzzle siswa akan lebih aktif dalam pembelajaran. Hal ini berdampak pada kemampuan gerak siswa. Pembelajaran yang membuat siswa 149

awalnya sulit mengerti gerakan dasar pencak silat berubah menjadi pembelajaran yang menyenangkan dan mudah dipahami. C. SARAN Implementasi media puzzle dalam proses pembelajaran pencak silat pada siswa SD Budi Mulia Dua Sedayu dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan dan meningkatkan hasil belajar siswa. Media puzzle sebaiknya diterapkan oleh guru sebagai alternatif pembelajaran tingkat tinggi. Hal ini agar pembelajaran lebih bervariasi dan akan meningkatkan kualitas pendidikan. Selain itu, peneliti menyarankan kepada peneliti yang lainnya untuk melakukan penelitian lanjutan untuk mengimplementasikan media puzzle pada materi yang lain. Hal ini agar penelitian mengenai media puzzle lebih banyak dan berguna bagi khalayak lainnya. 150

DAFTAR PUSTAKA A.H Hujair Sanaky. (2009). Media Pembelajaran. Yogyakarta: Safiria Insania Press Amri, S. (2013). Pengembangan & Model Pembelajaran Dalam Kurikulum 2013. Jakarta: PT Prestasi Pustakarya Arief S. Sadiman. (2003). Media Pendidikan (Pengertian Pengembangan dan Pemanfaatannya). Jakarta: CV Rajawali Arikunto, Suharsimi. (2002.) Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek). Jakarta: Rineka Cipta.. (2006). Pendelitian Tindakan Kelas. Bumiaksara: Jakarta. (2007). Prosedur Penelitian (Suatu Pendekata Praktik). Jakarta: Rineka Cipta. (2013). Prosedur Penelitian (Suatu Pendekata Praktik). Jakarta: Rineka Cipta Aunurrahman. (2103). Belajardan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta Arsyad, A. (2011). Media Pembelajaran cetakan ke-15. Jakarta: Rajawali.Pers. (2004). Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Beaty, Janice J. (2013). Observasi Perkembangan Anak Usia Dini. Edisi Ke-7. Diterjemahkan oleh: Arif Rakhman. Jakarta: Kencana Prenda Media Grup Cecep Kustandi Dan BambangSutjipto. (2013). Media Pembelajaran Manual dan Digital. Bogor: Ghalia Indonesia Daryanto, D. (2013). Media Pembelajaran Sangat Penting Dalam Mencapai Tujuan Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media Gunawan. (2007). Makalah Untuk Peremuan Dosen UKDW Yang Akan melakukan Penelitian pada tahun 2005. URL: http :/ uny.ac.id, accersed at 18 juli 2017. 15.35 WIB. Hamdani. (2010). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia 151

Janawi. (2013). Metodologi Dan Pendekatan Pembelajaran. Yogyakarta: Penerbit Ombak Johansyah, L. (2004). Pencak Silat Panduan Praktis. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Jumanta, H. (2016). MetodologiPengajaran. Jakarta: Bumi Aksa Kustandi dan Sutjipto. (2011). Media Pembelajaran Manual Dan Digital. Bogor: Ghalia Indonesia Munas IPSI. (1994). AD/ART IPSI dan Istilah-Istilah Teknik Pencak Silat. Jakarta Nugroho, A. (2001). Diktat Pedoman Latihan Pencak Silat. Yogyakarta: FIK UNY.. (2004). Pencak Silat: Comparasi, Implementasi dan Manajemen. Yogyakarta: FPOK IKIP Yogyakarta.(2007). Materi Sejarah Perkembangan Pencak Silat Go Internasional. Yogyakarta: FIK UNY Nurhayati, E. (2011). Psikologi Pendidikan Inovatif. Yogyakarta : Pustaka Belajar PB IPSI. (2012). Peraturan Pertandingan Pencak silat. Jakarta: Munas XIII IPSI. Oemar, Hamalik. (2011). Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara O ong Maryono. (2002). Pencak Silat Merentang Waktu. Yogyakarta: Galang Press Yogyakarta Rahmanelli. (2007). Efektifitas Pemberian Tugas Media Puzzle Dalam Pembelajaran Geografi Regional. Jurnal pelangi pendidikan. Vol 2 (1): 23-30 Robert. E Slavin.(2010). Cooperating Learning Teori, Riset Dan Praktik. Bandung: Nusa Media Rokhmat, J. (2006). Pengembangan Taman Edukasi Berbasis Bermain Untuk Permainan di TK dan SD.Jurnal dinamika pendidikan. Vol. 2 (1): 45-52 Rusli L. dan Adang S. (2000). Pengukuran dan Evaluasi Penjaskes. Depdiknas:Jakarta 152

Sangidu. (2004). Penelitian Sastra :Pendekatan, Teori, Metode, Teknik, dankiat. Yogyakarta: Unit Penerbitan Sastra Asia Barat FIB UGM. Setyawan, H. B (2012). Modul Pembelajaran Pencak Silat. tidak diterbitkan, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta. Shinta Ratna, C. A. H. Y. A. N. I. (2014). Mutu Proses BelajarMengajar Di Kelas 3 Di SekolahDasar Budi MuliaDuaPandeansari Yogyakarta (Doctoral Dissertation, Uny). Siswantoyo dan Ali Satya Graha. (2016). Pengembangan Coloring Book And Puzzle TeknikDasarPencakSilat: JurnalOlahragaPrestasi. Vol. 12, No 1 Soeminarti Patmonodewo. (2000). Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta: Depertemen Pendidikan Dan Kebudayaan Sudjana. (2005). Metode Statistika Edisi ke-6. Bandung: Tarsito Suharjo. (2006). Mengenal pendidikan sekolah dasar teori dan praktek. Jakarta: Derektorat Jendral Pendidikan Tinggi Sukadiyanto. (2011). Pengantar Teori Dan Metodologi Melatih Fisik. Bandung: Lubuk Agung Sulaksana. (2004). Manajemen Perubahan, Cetakan I. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset Suprijono, A. (2011). Cooperative Learning Teori dan Apliksi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Belajar Suyono dan Haryanto. (2011). Belajar Dan Pembelajaran Teori Dan Konsep Dasar. Surabaya: Rosda Yusuf. (2011). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. (2011). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Winantaputra, dkk. (2007). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka 153

LAMPIRAN 154

155

LAMPIRAN 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Sekolah : SD BUDI MULIA DUA SEDAYU Mata Pelajaran : Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Kelas/Semester : IV / 1 Pertemuan Ke : 14 Materi Pokok : Sikap Dasar Pencak Silat Alokasi Waktu : 2 X Pertemuan (4 X 35 Menit) A. Kompetensi Inti (KI) KI 1 : Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya. KI 2 : Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru dan tetangga. KI 3 : Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar, melihat, membaca) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan di sekolah. KI 4 : Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia. B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi 3.4 Menerapkan gerak dasar lokomotor 3.4.1 Menjelaskan variasi sikap berdiri dan non-lokomotor untuk membentuk dalam pencak silat. gerak dasar seni bela diri ** 3.4.2 Menjelaskan sikap jongkok dalam pencak silat. 3.4.3 Menjelaskan sikap duduk dalam pencak silat. 3.4.4 Menjelaskan berbagai sikap pasang dalam pencak silat. 4.4 Mempraktikkan gerak dasar lokomotor dan non lokomotor untuk membentuk gerak dasar seni bela diri. 4.4.1 Melakukan variasi sikap berdiri dalam pencak silat. 4.4.2 Melakukan sikap jongkok dalam pencak silat. 4.4.3 Melakukan sikap duduk dalam pencak silat. 4.4.4 Melakukan berbagai sikap pasang dalam pencak silat. 154

C. Tujuan Pembelajaran KI 3 : Setelah menyimak materi tentang sikap dasar pencak silat, siswa dapat: 1. Menjelaskan variasi sikap berdiri dalam pencak silat. 2. Menjelaskan sikap jongkok dalam pencak silat. 3. Menjelaskan sikap duduk dalam pencak silat. 4. Menjelaskan berbagai sikap pasang dalam pencak silat. KI 4: Setelah berlatih mempraktikkan sikap dasar dalam pencak silat, siswa dapat: 1. Melakukan variasi sikap berdiri dalam pencak silat. 2. Melakukan sikap jongkok dalam pencak silat. 3. Melakukan sikap duduk dalam pencak silat. 4. Melakukan berbagai sikap pasang dalam pencak silat. D. Materi Pembelajaran. 1. Sikap berdiri dalam pencak silat. 2. Sikap jongkok. 3. Sikap duduk. 4. Sikap pasang dalam pencak silat. E. Metode Pembelajaran 1. Saintifik F. Media Pembelajaran 1. Buku Penjas orkes 2. LCD 3. Laptop 4. Lapangan rada dan aman 5. Pluit G. Sumber Belajar Hadziq, K dan Musadad, A 2016. Penjas Orkes (Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan untuk Siswa SD/MI Kelas IV. Bandung: Yrama Widya H. Langkah-langkah Pembelajaran Mengarahkan siswa untuk memakai seragam olahraga. Berdoa sebelum memulai pelajaran. Mengecek. Pendahuluan Menyampaikan tujuan pembelajaran. (25 Menit) Menyampaikan Indikator Pencapaian Kompetensi. Mangajukan beberapa pertanyaan berkaitan dengan kesehatan siswa secara umum. 155

Mengajukan beberapa pertanyaan berkaitan dengan materi yang akan di pelajari. Membimbing pemanasan. Mengamati Siswa menyimak penjelasan guru atau membaca pada buku (Halaman 81). Siswa menyimak penjelasan guru atau membaca pada buku tentang sikap berdiri tegak (Halaman 81). Siswa menyimak penjelasan atau membaca tentang sikap berdiri kangkang (Halaman 82). Siswa menyimak penjelasan guru atau membaca pada buku tentang sikap berdiri kuda-kuda (Halaman 82). Siswa menyimak penjelasan guru atau membaca pada buku tentang sikap jongkok dalam pencak silat (Halaman 83-84). Siswa menyimak penjelasan guru atau membaca pada buku tentang sikap duduk dalam pencak silat (Halaman 84). Siswa menyimak penjelasan guru atau membaca pada buku tentang sikap pasang dalam pencak silat (Halaman 84-86) Inti (70 menit) Menanya Siswa bertanya tentang hal-hal yang kurang dipahami dari materi. Siswa bertanya mengenai langkah-langkah gerakan yang tidak dapat dimengertinya. Siswa dan guru melakukan tanya jawab tentang materi yang pada buku atau penjelasan yang diberikan oleh guru. Siswa melakukan tanya jawab dengan siswa lainnya terkait materi yang disajikan. Mengeksplorasi Siswa mecari informasi tambahan berkaitan dengan materi dan pemahamannya terkait dengan penjelasan materi. Siswa mencoba mempraktikkan sikap berdiri tegak (Halaman 81). Siswa mencoba mempraktikkan sikap berdiri kangkang (Halaman 82). Siswa mencoba mempraktikkan sikap sikap berdiri kudakuda (Halaman 82). Siswa mencoba mempraktikkan sikap jongkok dalam pencak silat (Halaman 83-84). Siswa mencoba mempraktikkan sikap duduk dalam pencak silat (Halaman 84). Siswa mencoba mempraktikkan berbagai sikap pasang (Halaman 84-86) 156

Mengasosiasi Siswa mempraktikkan berbagai sikap sikap berdiri tegak secara berkelompok mengikuti aba-aba ketua kelompok (Halaman 81). Siswa mencoba mempraktikkan sikap berdiri kangkang secara berkelompok (Halaman 82). Siswa mencoba mempraktikkan berbagai sikap berdiri kudakuda secara berkelompok mengikuti aba-aba yang diberikan ketua kelompok (Halaman 82). Siswa mencoba mempraktikkan berbagai sikap jongkok dalam pencak silat secara berkelompok(halaman 83-84). Siswa mencoba mempraktikkan berbagai sikap duduk dalam pencak silat secara berkelompok (Halaman 84). Siswa mencoba mempraktikkan berbagai sikap pasanga secara berkelompok mengikuti aba-aba ketua kelompok (Halaman 84-86) Mengomunikasikan Perwakilan siswa menjelaskan cara melakukan berbagai sikap berdiri tegak. Perwakilan siswa memperagakan berbagai sikap berdiri tegak. Perwakilan siswa menjelaskan sikap berdiri kangkang. Perwakilan siswa mempreragakan sikap berdiri kangkang. Perwakilan siswa menjelaskan berbagai sikap berdiri kudakuda. Perwakilan siswa memperagakan berbagai sikap berdiri kuda-kuda. Perwakilan siswa menjelaskan sikap jongkok. Perwakilan siswa memperagakan sikap jongkok. Perwakilan siswa menjelaskan berbagai sikap duduk. Perwakilan siswa memperagakan berbagai sikap duduk. Perwakilan siswa menjelaskan berbagai sikap pasang. Perwakilan siswa memperagakan berbagai sikap pasang. Quisioner 20 Menit Penutup 25Menit Guru memberikan beberapa pertanyaan sebagai Kuisioner untuk mengukur pemahaman siswa mengenai materi yang telah dipelajari. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang kurang dimengerti ketika pembelajaran. Guru memberikan beberapa pertanyaan kepada beberapa siswa terkait materi yang diberikan dalam pembelajaran. Guru mengarahkan siswa untuk mencatat setiap hal-hal yang penting untuk diketahui dalam permbelajaran pada buku 157

tugas masing-masing. Guru membimbing siswa melakukan kegiatan pendinginan secara bersama-sama. Guru menutup pembelajaran dengan melakukan do a bersama. I. Penilaian Hasil Pembelajaran KD 3.4 Teknik : Tes tulis, Pekerjaan Rumah, Penugasan. KD 4.4 Teknik : Latihan, Penugasan Kelompok, Penugasan Individu. Mengetahui, Kepala Sekolah Sedayu, Juli 2017 Guru PENJASORKES Harumi Dwi Astutiningsih, S.Pd.SD Israhadi Handoyo 158

LAMPIRAN 2 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Sekolah : SD BUDI MULIA DUA SEDAYU Mata Pelajaran : Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Kelas/Semester : IV / 1 Pertemuan Ke : 9 Materi Pokok : Gerak Pencak Silat Alokasi Waktu : 1 X Pertemuan (4 X 35 Menit) A. Kompetensi Inti (KI) KI 1 : Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya. KI 2 : Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru dan tetangga. KI 3 : Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar, melihat, membaca) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan di sekolah. KI 4 : Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia. B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi 3.4 Menerapkan gerak dasar lokomotor 3.4.5 Menjelaskan gerak langkah dalam dan non-lokomotor untuk membentuk bela diri pencak silat. gerak dasar seni bela diri ** 3.4.6 Menjelaskan cara melakukan gerak serangan bela diri pencak silat. 3.4.7 Menjelaskan cara melakukan gerak belaan dasar dalam bela diri pencak silat. 3.4.8 Menjelaskan cara melakukan variasi gerak dasar dalam beladiri pencak silat. 4.4 Mempraktikkan gerak dasar lokomotor dan non lokomotor untuk membentuk gerak dasar seni bela diri. 4.4.5 Melakukan gerak langkah dalam bela diri pencak silat. 4.4.6 Melakukan gerak serangan dalam bela diri pencak silat. 4.4.7 Melakukan gerak belaan dasar dalam bela diri pencak silat. 4.4.8 Melakukan variasi gerak dasar dalam 159

160 beladiri pencak silat. C. Tujuan Pembelajaran KI 3 : Setelah menyimak materi tentang gerak pencak silat, siswa dapat: 1. Menjelaskan gerak langkah dalam bela diri pencak silat. 2. Menjelaskan cara melakukan gerak serangan bela diri pencak silat. 3. Menjelaskan cara melakukan gerak belaan dasar dalam bela diri pencak silat. 4. Menjelaskan cara melakukan variasi gerak dasar dalam beladiri pencak silat. KI 4: Setelah berlatih mempraktikkan berbagai gerak dalam pencak silat, siswa dapat: 1. Melakukan gerak langkah dalam bela diri pencak silat. 2. Melakukan gerak serangan dalam bela diri pencak silat. 3. Melakukan gerak belaan dasar dalam bela diri pencak silat. 4. Melakukan variasi gerak dasar dalam beladiri pencak silat. D. Materi Pembelajaran 1. Gerak langkah dalam pencak silat. 2. Serangan dasar dalam pencak silat. 3. Belaan dasar dalam pencak silat. 4. Variasi gerak dalam pencak silat. E. Metode Pembelajaran 1. Discovery Learning F. Media Pembelajaran 1. Buku Penjas orkes 2. LCD 3. Laptop 4. Lapangan rada dan aman/ruangan 5. Pluit G. Sumber Belajar Hadziq, K dan Musadad, A 2016. Penjas Orkes (Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan untuk Siswa SD/MI Kelas IV. Bandung: Yrama Widya H. Langkah-langkah Pembelajaran Mengarahkan siswa untuk memakai seragam olahraga. Berdoa sebelum memulai pelajaran. Pendahuluan Mengecek kehadiran siswa. (25 Menit) Menyampaikan tujuan pembelajaran. Menyampaikan Indikator Pencapaian Kompetensi.

Mangajukan beberapa pertanyaan berkaitan dengan kesehatan siswa secara umum. Mengajukan beberapa pertanyaan berkaitan dengan materi yang akan di pelajari. Membimbing pemanasan. Inti (70 menit) Pemberian Rangsangan (Stimulation) Siswa menyimak penjelasan guru atau membaca pada buku (Halaman 86). Siswa mengamati gambar pada buku/tayangan/peragaan yang ditampilkan oleh guru tentang gerak gerak dasar pencak silat (Ayo Amati halaman 87). Siswa secara umum diberikan beberapa pertanyaan terkait gerakan yang dijelaskan/ditayangkan atau yang diamati pada buku siswa, seperti: Gerak apa yang dilakukan ke dua anak tersebut? Bagaimana cara melakukan pukulan ke arah lawan? Bagaimana cara melakukan tangkisan? Identifikasi Masalah ( Problem Statement) Siswa melakukan diskusi tentang gerak serangan dalam pencak silat secara berkelompok (Ayo Berdiskusi halaman 89). Siswa melakukan diskusi tentan ggerak serangan dalam pencak silat secara berkelompok (Ayo Berdiskusi). Siswa bersama guru membahas cara melakukan gerakan yang ditayangkan atau yang diperagakan. Siswa mengaitkan hal-hal yang dibahas dengan materi yang akan dipelajari dalam permbelajaran. Pengumpulan Data (Data Collection) Siswa memaparkan hasil diskusi tentang bentuk serangan bersama kelompok di depan kelas. Siswa memaparkan hasil diskusi tentang belaan bersama kelompok di depan kelas. Siswa menyimak penjelasan guru atau membaca tentang cara melakukan berbagai gerak langkah pada buku (Halaman 87). Siswa menyimak penjelasan guru atau membaca tentang berbagai cara melakukan serangan tangan pada buku (Halaman 89). Siswa menyimak penjelasan guru atau membaca tentang berbagai cara melakukan serangan kaki pada buku (Halaman 91). Siswa menyimak penjelasan guru atau membaca tentang bebagai cara melakukan belaan pada buku (Halaman 91-92). 161

Siswa menyimak penjelasan guru atau membaca tentang cara berlatih variasi sikap berdiri secara berkelompok (Halaman 93). Siswa menyimak penjelasan guru atau membaca tentang cara berlatih variasi pola langkah secara berkelompok (Halaman 93) Siswa menyimak penjelasan guru atau membaca tentang cara berlatih variasi gerak serangan secara berkelompok (Halaman 93) Pengolahan Data (Data Processing) Siswa dan guru melakukan tanya jawab tentag gerak gerak serangan tangan, serangan kaki, belaan, variasi latihan yang akan dipelajari. Guru mengarahkan siswa untuk lebih memahami tentang materi yang dipelajari dan memberikan penjelasan tentang berbagai serangan dan belaan dalam bela diri pencang silat yang sedang dipelajari secara lebih spesifik. Perwakilan siswa mencoba memperagakan gerak serangan langkah, serangan tangan, serangan kaki, dan belaan yang akan dipelajari. Guru menekankan pada penanaman nilai-nilai yang diharapkan muncul dalam pembelajaran ini. Pembuktian (Verification) Siswa melakukan berbagai gerak langkah pada buku secara berkelompok ( Ayo Lakukan Halaman 89). Siswa melakukan serangan tangan secara berkelompok (Ayo Lakukan Halaman 90). Siswa melakukan bebagai serangan kaki secara berkelompok (Ayo Lakukan Halaman 91). Siswa melakukan berbagai belaan secara berkelompok (Halaman 92). Siswa melakukan variasi sikap berdiri secara berkelompok (Halaman 93). Siswa melakukan variasi pola gerak langkah secara berkelompok (Halaman 93). Siswa melakukan variasi pola gerak serangan secara berkelompok (Halaman 94). Menarik Simpulan (Generalization) Guru memberikan penguatan kepada siswa mengenai berbagai gerakan langkah, serangan tangan, serangan kaki, belaan, dan berbagai variasi gerak pencak silat yang telah dipelajari dan dilakukan. Guru memberikan beberapa contoh gerak berjalan dan variasi gerak berjalan. Guru bersama siswa menyimpulkan hasil pembelajaran yang 162

Quisioner 20 Menit Penutup 25Menit telah dilakukan. Guru memberikan beberapa pertanyaan (kuis) untuk mengukur pemahaman siswa mengenai materi yang telah dipelajari. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang kurang dimengerti ketika pembelajaran. Guru memberikan beberapa pertanyaan kepada beberapa siswa terkait materi yang diberikan dalam pembelajaran. Guru mengarahkan siswa untuk mencatat setiap hal-hal yang penting untuk diketahui dalam permbelajaran pada buku tugas masing-masing. Guru membimbing siswa melakukan kegiatan pendinginan secara bersama-sama. Guru menutup pembelajaran dengan melakukan do a bersama. I. Penilaian Hasil Pembelajaran KD 3.4 Teknik : Tes tulis, Pekerjaan Rumah, Penugasan. KD 4.4 Teknik : Latihan, Penugasan Kelompok, Penugasan Individu Mengetahui, Kepala Sekolah Sedayu, 20 Juli 2017 Guru PENJASORKES Harumi Dwi Astutiningsih, S.Pd.SD Israhadi Handoyo 163

164

LAMPIRAN 3 DAFTAR KELOMPOK SIKLUS I Pertemuan pertama A B C D E Adinda Rasyid Salva Athaya Bagus Sharefa Aina Alya Mafaza M arbi M. arbi Satya Isra Damar Fadhil Raka Raisa M fahri Orza Naufal Pertemuan kedua A B C D Bagas Athaya M arbi Satya Alya Damar Naufal Rasyid Adinda Helena Raisa Raka Fadhil Mafezza Rasya Oryza Isra Aina Salfa M fahri Pertemuan ketiga A B C D E Naufal Athaya M fahri Satya Adinda Rasya Helena Alya Aina Bagas Rasyid M arbi Fadhil Damar Mafezza Salva Isra Raka Oryza Raisa Pertemuan keempat A B C D E Adinda Bagsa M fahri Naufal Rasya Aina Damar m. arbi Oryza Rasyid Alya Fadhil Mafeza Raisa Salva Athaya Helena Isra Raka Satya Prtemuan kelima A B C D Bagas Athaya Aina Satya Damar Alya Naufal Rasyid 164

Adinda Helena Raisa Rasya Fadhil Mafezza Raka Oryza Isra M arbi Salfa M fahri Pertemuan keenam A B C D E Adinda Bagsa M fahri Naufal Rasya Aina Damar m. arbi Oryza Rasyid Alya Fadhil Mafeza Raisa Salva Athaya Helena Isra Raka Pertemuan ketujuh A B C D E Adinda Rasyid Salva Athaya Bagus Sharefa Aina Alya Mafaza M arbi M. arbi Satya Isra Damar Fadhil Raka Raisa M fahri Orza Naufal Pertemuan kedelapan Adinda Bagsa M fahri Naufal Rasya Aina Damar m. arbi Oryza Rasyid Alya Fadhil Mafeza Raisa Salva Athaya Helena Isra Raka Satya 165

LAMPIRAN 4 DAFTAR KELOMPOK SIKLUS II Pertemuan pertama A B C D Bagas Athaya Aina Satya Damar Alya Naufal Rasyid Adinda Helena Raisa Rasya Fadhil Mafezza Raka Oryza Isra M arbi Salfa M fahri Pertemuan kedua A B C D E Fadhil Athaya M fahri Raisa Adinda Rasya Helena Alya Aina Bagas Isra M arbi Naufal Damar Mafezza Salva Rasyid Raka Oryza Satya Pertemuan ketiga A B C D E Adinda Rasyid Salva Athaya Bagus Sharefa Aina Alya Mafaza M arbi m. arbi Satya Isra Damar Fadhil Raka Raisa M fahri Orza Naufal Pertemuan keempat A B C D E Salva M arbi Adinda Mafeza Bagus Fadhil Damar Alya Raisa Rasyid m. arbi Satya Isra Orza Sharefa Naufal Athaya Aina M fahri Raka 166

Pertemuan kelima A B C D E Adinda Bagsa M fahri Naufal Rasya Aina Damar m. arbi Oryza Rasyid Alya Fadhil Mafeza Raisa Salva Athaya Helena Isra Raka Satya Pertemuan keenam A B C D E Satya Raka Isra Helena Athaya Rasyid Aina Athaya Alya Naufal Bagas Raka Raisa Mafeza Salva Rasya Fadhil M fahri Oryza Adinda Pertemuan ketujuh A B C D E Naufal Athaya M fahri Satya Adinda Rasya Helena Alya Aina Bagas Rasyid M arbi Fadhil Damar Mafezza Salva Isra Raka Oryza Raisa Pertemuan kedelapan A B C D E Bagas Athaya Aina Satya Fadhil Damar Alya Naufal Rasyid Mafezza Adinda Helena Raisa Rasya Raka Isra M arbi Salfa M fahri Oryza 167

LAMPIRAN 5 FOTO PELAKSANAAN SIKLUS I Pelaksanaan pada tanggal 22 September 2017 sampai dengan 26 Oktober 2017 Kolaborator membuka pembelajaran Pemanasan dalam bentuk permainan Membentuk kelompok Peneliti melakukan pengamatan siswa Siswa menyusun puzzle Siswa memahami gambar puzzle 168

Siswa mempraktikkan pukulan depan Siswa melakukan pemanasan Siswa mempraktikkan tendangan sabit Siswa mempraktikkan tendangan T Game tebak gerak Siswa mempraktikan kuda-kuda depan Siswa mempraktikkan tangkisan galang Siswa memprktikn pukulan samping 169

Siswa mempraktikan tendangan depan Puzzle Salam Pembukaan 170

LAMPIRAN 6 FOTO PELAKSANAAN SIKLUS II Pelaksanaan pada tanggal 2 November 2017 sampai dengan 24 November 2017 Siswa mengamati Puzzle Pemanasan dalam bentuk permainan Siswa mempraktikkan kuda-kuda depan Siswa menyusun Puzzle Siswa menyusun Puzzle Siswa menjawab pertanyaan Peneliti mewawancarai siswa Siswa mempraktikkan tendangan Sabit 178

Siswa menyususun Puzzle Siswa mempraktikkan Tangkisan kepal Siswa mempraktikan salam pembukaan Siswa mempraktikan pukuan depan Siswa mempraktikan tendangan depan Peneliti beserta kolabolator melakukan refleksi Gambar Puzzle Siklus II 179