Lihat Foto KOMPAS.com - Slogan adalah kalimat pendek yang menarik yang menjadi ciri suatu produk atau lembaga. Slogan banyak kita temukan dalam kehidupan sehari-hari. Kita menemukannya di media online, media online, televisi, baliho, bahkan poster calon kepala daerah di sudut-sudut jalan. Menurut Suyanto dalam Strategi Perancangan Iklan Televisi Perusahaan Top Dunia (2005), slogan atau themeline atau tagline yang tertuang dalam pesan iklan televisi merupakan awal kesuksesan periklanan. Sementara dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, slogan diartikan sebagai perkataan atau kalimat pendek yang menarik, mencolok, dan mudah diingat untuk menjelaskan tujuan suatu ideologi golongan, organisasi, partai politik, dan sebagainya. Berikut contoh-contoh slogan media di Indonesia:
Baca juga: Pengertian dan Fungsi Iklan, Slogan dan Poster Berikut contoh-contoh slogan lembaga pemerintahan:
Lihat Foto Berikut contoh-contoh slogan produk obat-obatan:
Berikut contoh-contoh slogan produk kecantikan:
Baca juga: Cara Menulis Poster dan Slogan Berikut contoh-contoh slogan produk minuman:
Berikut contoh-contoh slogan produk makanan:
Deretan Bekas Pejabat Koruptor Bebas Bersyarat Berjemaah, Ada Apa? pada 04 Jun 2017, 19:14 WIB Diperbarui 04 Jun 2017, 19:14 WIB Pekan Pancasila. (Instagram/jokowi) Liputan6.com, Jakarta - Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf menampik kritik terkait slogan 'Saya Indonesia, Saya Pancasila' yang dianggap keliru oleh sebagian pihak. Triawan mengatakan penggunaan idiom tersebut merupakan bagian dari memperkenalkan Pancasila kepada kaum muda. Melalui akun Instragramnya, @triawanmunaf, Triawan menjawab kritik terhadap slogan 'Saya Indonesia, Saya Pancasila'. Tulisan yang disertakan sebuah foto spanduk bertuliskan 'Saya Indonesia, Saya Pancasila' itu diunggah Triawan pada Minggu (4/6/2017). "Kami menggunakan idiom anak muda yg 'Elliptic' agar kena dan sesuai dengan apa yg mereka sering gunakan sehari-hari. Apalagi ini adalah slogan yang harus 'catchy'. Seperti istilah 'A dream come true', secara grammar harusnya 'A dream (that has) come true'. Juga 'a horse [that was] left behind atau 'A day [that has/is] gone by'," ucap TriawanIa pun menanggapi adanya sejumlah pihak yang menganggap penggunaan slogan tersebut tidak tepat secara bahasa. Triawan menilai mereka yang mengkritik tidak memahami dunia kaum muda saat ini. Ia justru mengatakan slogan tersebut banyak diterima masyarakat dan menjadi viral di media sosial. "Mungkin belum banyak yang paham mengenai hal tsb. Maklum bukan anak millennials. Dan terbukti slogan ini mendapat sambutan yg luar biasa hingga viral. Hanya anak millennials yg mengerti. Belum pernah sebelumnya kampanye Pancasila bisa diterima lewat pop-culture. Tidak basi seperti yang sudah-sudah," kata Triawan. Terkait dengan kritik yang menyebut penggunaan kata 'saya' dianggap bermakna individual dan tidak merangkul banyak pihak, Triawan punya jawaban sendiri."Bagi yang mengkritik bahwa pemilihan penggunaan kata 'saya' tidak 'merangkul', dan seharusnya menggunakan 'kami'. Jawaban saya: penggunaan kata 'SAYA Indonesia, SAYA Pancasila' justru lebih mengikat secara personal akan KOMITMEN setiap jiwa warga negara dan tidak berlindung di belakang yang lain," kata dia. "Karena Pancasila seyogyanya ada di aliran darah dan di detak jantung SETIAP orang Indonesia. Saran saya bikin saja kampanye yang lebih bagus dan lebih kena untuk generasinya sendiri. Saya menghormati pendapat yang beragam. Pancasila mengajari kita untuk seragam dalam memahami keberagaman. Pancasila, aku padamu!,"
POPULER
Berita TerbaruBerita Terkini Selengkapnya |