Berikut ini ahli hadits pada masa dinasti abbasiyah, yaitu…

Berikut ini ahli hadits pada masa dinasti abbasiyah, yaitu…

Pada masa kekuasaan Dinasti Abbasiyah tengah berlangsung, Islam benar-benar berada dalam masa puncak kejayaannya hal ini terlihat dari kesungguhan para khalifah dalam membangun dan mengembangkan ilmu-ilmu pengetahuan baik itu ilmu agama maupun ilmu umum. pemerintahan Abbsiyah sangat memperhatikan kesejahteraan para ulama dan ilmuwan dalam mengerjakan riset-riset ilmiyah bidang ilmu pengetahuan.

Pada pembahasan kali ini kita akan membahas tentang 6 Ulama penyusun Kutubus Sittah dan karyanya masa Dinasti Abbasiyah. Untuk mengetahui penjelasan selengkapnya tentang siapa saja nama ulamanya, simaklah paparan berikut ini.

Nama lengkapnya Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Muqirah Al-Ja’fi bin Bardizbah Al-Bukhari, lahir bulan Syawal 194 Hijriyah di Bukhara, Uzbekistan, Asia tengah sehingga dikenal dengan panggilan ‘Al-Bukhari’. Imam Bukhari dididik dalam keluarga ulama yang taat beragama. 

Dalam kitab ats Tsiqat, Ibnu Hiban menulis bahwa ayah Bukhari dikenal sebagai seorang yang wara’, seorang ulama bermazhab Maliki dan murid dari Imam Malik, ulama besar dan ahli fiqih. Ia wafat ketika Bukhari masih kecil. Imam Bukhari sudah melakukan pengembaraan menuntut ilmu sejak berusia sepuluh tahun. 

Ia pergi ke Balkh, Naisabur, Rayy, Baghdad, Bashrah, Kufah, Mekkah Mesir, dan Syam. Imam Bukhari berguru pada Syekh Ad-Dakhili. Ulama ahli Hadist yang mashur di Bukhara. Pada usia 16 tahun ia mengunjungi kota suci Makkah dan Madinah untuk mengikuti kuliah dari para guru besar Hadist. Pada usia 18 tahun dia sudah hafal karya Mubarak dan Waki’ bin Jarrah bin Malik. 

Bersama gurunya Syekh Ishaq, menghimpun Hadist-Hadist shahih dalam satu kitab. Dari satu juta Hadist yang diriwayatkan 80.000 Rawi disaring menjadi 7.275 Hadist. Untuk mengumpulkan dan menyeleksi Hadist Sahih, Imam Bukahri menghabiskan waktu selama 16 tahun mengunjungi berbagai kota untuk menemui para Rawi Hadist. 

Diantara kota-kota yang disinggahinya antara lain Basrah, Mesir, Hijaz (Mekkah, Madinah), Kufah, Baqhdad sampai Asia Barat. Di antara ulama Hadist yang yang termasuk guru Imam Bukahri adalah Ali-bin al-Madani, Ahmad bin Hambal, Yahya bin Ma’in, Makki bin Ibrahim al-Bakhi, dan Muhammad bin Yusuf Al-Baikandhi. 

Selain itu, banyak ahli Hadist yang berguru kepadanya, diantaranya Syekh Abu Zahrah, Abu Hatim Tirmidzi, Muhammad Ibnu Nazr, dan Imam Muslim. Imam Bukhari merupakan ulama Hadist yang banyak menulis kitab-kitab Hadist. Kitab-kitabnya menjadi rujukan bagi umat Islam di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.

  • Sahih Bukhari
  • Al Adab al Mufrad
  • Adh Dhuafa ash Shqhir
  • At Tarikh as Shaghir
  • At Tharikh al Aushat
  • At Thrikh al- Kabir
  • At Tafsir al-Kabir, al Ilal
  • Raful Yadain fi as-Salah
  • Birrul Al Walidain
  • ad Dhuafa, al hibah

Yang termashur di antara karyanya adalah al Jami’al Musnad ash Sahih al Mukhtasar min Umur Rasul Allah was Sunanih wa Ayyamih. Imam al Bukhari wafat pada malam Idul Fitri tahun 256 Hijriyah dalam usia 62 tahun. Jenazahnya dikuburkan di Khartank, sebuah desa di Samarkand.

Nama lengkapnya Imam Abul Husain Muslim bin al-Hajjaj bin Muslim bin Kausyaz Al-Qusyairi An- Naisaburi, dilahirkan di Naisabur pada tahun 202 Hijriyah 817 Masehi di Naisabur, saat itu termasuk wilayah Rusia, yang dalam sejarah Islam dikenal dengan sebutan Maa Wara’a an Nahr, daerah-daerah yang terletak di belakang Sungai Jihun di Uzbekistan, Asia Tengah. 

Naisabur pernah menjadi pusat pemerintahan dan perdagangan kurang lebih 150 tahun pada masa Dinasti Samanid. Bahkan, kota Naisabur dikenal juga saat itu sebagai salah satu kota ilmu, tempat berkumpulnya ulama besar dan pusat peradaban di kawasan Asia Tengah. Imam Muslim sangat menyukai ilmu Hadist. 

Kecerdasan dan ketajaman hafalannya sudah ditunjukkan sejak kecil. Pada usia 10 tahun, sering datang berguru kepada Imam Ad Dakhili, seorang ahli hadits di kotanya. Setahun kemudian, Muslim mulai menghafal Hadist dan berani mengoreksi kekeliruan gurunya ketika salah dalam periwayatan Hadist. Kecintaannya kepada ilmu Hadist menjadikannya pngembara ke berbagai tempat dan untuk mendapatkan silsilah yang benar sebuah Hadist. 


Karya-karya Imam Muslim :
  • Al-Jami’ ash-Sahih atau dikenal sebagai Shahih Muslim
  • Al-Musnad al-Kabir
  • Al-Asmah Wal-kun,al-Ilal
  • Al-Qaran
  • Sualat Ahmad bin Hambal
  • Al-intifa’ bi Uhubis-Siba’
  • Al-Muhadramain
  • Man laisa lahu Illa Rawin Wahid
  • Kitab Auladish-shaba
  • Dan kitab Auham al-Muhaddisin

Yang paling mashur di antara karyanya adalah ash-Sahih, yang judul lengkapanya adalah al-Musnad as-Shahih al Mukhtashar Min as Sunan bin Naql al Adl’an Rasul Allah, berisi 3,033 Hadist. Beliau wafat pada hari Ahad sore, dimakamkan di Nasr Abad, salah satu daerah di luar Nisabur, pada hari Senin, 25 Rajab 261 Hijriyah 5 Mei 875 Masehi dalam usia 55 tahun.

Nama lengkapnya, Sulaiman bin Al Asy’as bin Ishaq bin Basyir bin Syidad bin ‘Amr Al Azdi As-Sijistani, dilahirkan pada tahun 202 Hijriyah 817 Masehi di Sijistan. Sejak kecil, Abu Dawud sudah mencintai ilmu dan para ulama. Belum cukup dewasa, sudah mengunjungi dan mengelilingi berbagai negeri seperti Hijaz, Syam, Mesir, Irak, Jazirah, Sagar, Khurasan dan negeri-negeri lain, untuk belajar Hadist dari para ulama. 

Hadist-Hadist yang diperolehnya disaring dan hasil penyaringannya dibukukan dalam kitab As Sunan. Abu Dawud mengunjungi Baghdad berkali-kali untuk mengajarkan Hadist dan fiqh kepada penduduk dengan menggunakan kitab Sunan sebagai pegangannya. Kitab Sunan karyanya itu dipuji oleh Ahmad bin Hanbal, ulama fiqh termasyhur dalam empat Imam Madzhab. 

Kemudian Abu Dawud menetap di Basrah atas permintaan gubernur setempat yang menghendaki supaya Basrah menjadi pusat bagi para ilmuwan dan peminat Hadist. Para ulama yang menjadi guru Imam Abu Dawud sangat banyak jumlahnya, diantaranya Ahmad bin Hanbal, Al Qa’nabi, Abu ‘Amr Ad-Darir, Muslim bin Ibrahim, Abdullah bin Raja’, Abu’l Walid At-Tayalisi dan lain-lain. 

Sebahagian dari gurunya ada yang menjadi guru Imam Bukhari dan Imam Muslim, seperti Ahmad bin Hanbal, Usman bin Abi Syaibah dan Qutaibah bin Sa’id. 

Adapun para ulama yang menjadi muridnya atau mengambil ilmunya, antara lain Abu ‘Isa At-Tirmidzi, Abu Abdur Rahman An-Nasa’i, putranya sendiri Abu Bakar bin Abu Dawud, Abu Awanah, Abu Sa’id al-A’rabi, Abu Ali al-Lu’lu’i, Abu Bakar bin Dassah, Abu Salim Muhammad bin Sa’id al-Jaldawi dan lain-lain. 

Karya-karya Imam Abu Dawud
  • Kitab As-Sunnan (Sunan Abu Dawud), 
  • Kitab Al-Marasil. 
  • Kitab Al-Qadar, 
  • An-Nasikh wal-Mansukh, 
  • Fada’il al-A’mal, 
  • Kitab Az-Zuhd. Dala’il an-Nubuwah, 
  • Ibtida’ al-Wahyu, 
  • Ahbar al-Khawarij.

Yang banyak dikenal di kalangan umat muslim Indonesia adalah Kitab As-Sunan Abu Dawud. Abu Dawud meninggal di Basrah pada tanggal 16 Syawwal 275 Hijriyah 889 Masehi.

Imam Tirmidzi banyak mengarang kitab diantaranya, Kitab Al-ilal, Kitab Asma Ash-Shahabah, Kitab Al-Asma’ Al-Kuna, dan yang terkenal adalah Kitab As-Sunan. Dalam bab Hadist Hasan disebutkan bahwa Sunan At-Tirmidzi adalah induk Hadist Hasan. 

Dalam kitab tersebut ada empat bagian: pertama bagian yang dipastikan kesahihannya, kedua bagian yang mencapai syarat, Abu Daud dan An-Nasai’, ketiga bagian yang jelas illatnya, keempat dalam hal yang ia terangkan dalam katanya sendiri. Yang kutakhrijkan dalam kitabku ini adalah Hadist yang telah diamalkan oleh sebagian ulama’’. 

Diantara keistimewaan kitab As-Sunan adalah yang diisyaratkan oleh Abdullah bin Muhammd Al-Anshari dengan ucapan beliau: ‘kitab At Tirmidzi bagiku lebih terang dari pada kitab Al-Bukhari dan Muslim’. Kitab At Tirmidzi menurutnya bisa dicapai oleh setiap orang, baik ahli fiqih ahli Hadist atau ahli yang lainnya. 


Karya-karya Imam At Tirmidzi

  • Kitab Al-ilal
  • Kitab Asma Ash-Shahabah
  • Kitab Al-Asma’ Al-Kuna

Yang terkenal adalah Kitab As-Sunan atau sering di sebut dengan sunan at Tirmidzi.

Setelah menjalani perjalanan panjang untuk belajar, mencatat, berdiskusi, bertukar pikiran dan mengarang pada akhir hidupnya dia menderita penyakit buta, beberapa tahun lamanya. Dalam keadaan seperti inilah Imam At-Tirmidzi kemudian meninggal. Ia wafat di Tirmidzi pada malam Senin, 13 Rajab tahun 279 Hijriyah 8 Oktober 892 dalam usia 70 tahun. 

Nama lengkapnya Abu Abdurrahman bin Syu’aib bin Ali Ibnu Abi Bakar Ibnu Sinan an-Nasai, lahir pada tahun 215 Hijriyah. Dikenal dengan nama Nasa’i dinisbatkan dengan kota Nasa’i, salah satu kota di Khurasan. Imam Nasa’i menerima Hadist dari Sa’id, Ishaq bin Rahawahih dan ulama-ulama lain dari tokoh Hadist di Khurasan, Hijaz, Irak, Mesir, Syam dan Jazirah Arab. 

Imam Nasa’i terkenal karena ketinggian sanad Hadistnya. Kitab Sunan An-Nasa’i mengandung lebih sedikit Hadist Dhaifnya, setelah Hadist Sahih Bukhari dan Shahih Muslim. Diantara para gurunya adalah Qutaibah bin Sa’id, Ishaq bin Ibrahim, Ishaq bin Rahawaih Al-Harist bin Miskin, Ali bin Kasyram, Imam Abu Daud, dan Imam Abu Isa At-Tirmidzi. 

Adapun ulama-ulama yang pernah berguru kepadanya diantaranya: Abu Al-Qasim At-Tabarani (pengarang kitab Mu’jam), Abu Ja’far At-Thahawi, Al-Hasan bin Al-Khadir As-Suyuti, Muhammad bin Muawiyah bin Al-Ahamr An-Dalusi, Abu Naashr Al-Dalaby, dan Abu Bakar bin Ahmad As-Sunni. 


Karya-karya Imam An Nasai
  • As-Sunan al-Kubra yang dikenal dengan Sunan An-Nasa’i
  • As-Sunan al-Mujtaba
  • Kitab at-Tamyiz
  • Kitab Adh-Dhu’afa
  • Khasa’is Ali
  • Musnad Ali
  • Musnad Malik dan Manasik al-Hajji 

Imam An-Nasa’i wafat pada tahun 303 Hjriyah 915 Masehi dan dimakamkan di Bait Al-Maqdis, Palestina.

Nama lengkapnya Abu Abdullah Muhammad bin Yazid bin Majah Ar-Rabi’i Al Qazwini. Lebih akrab dipanggil Ibnu Majah. Ibnu Majah terkenal kejujuran dan akhlak mulianya. Dilahirkan di Qazwin, Irak pada 209 Hijriyah 824 Masehi. Sebutan Majah dinisbahkan kepada ayahnya, Yazid, yang juga dikenal dengan nama Majah Maula Rab’at. 

Ibnu Majah mulai belajar sejak usia remaja dan menekuni bidang ilmu Hadis pada usia 15 tahun kepada seorang guru ternama Ali bin Muhammad At Tanafasi. Bakat dan minatnya di bidang Hadis makin besar. Hal inilah yang membuat Ibnu Majah berkelana ke beberapa daerah dan negara guna mencari, mengumpulkan, dan menulis Hadist. Puluhan negeri telah ia kunjungi, antara lain Rayy (Teheran), Basra, Kufah, Baghdad, Khurasan, Suriah, Mesir dan Hijaz. 

Ia menerima Hadist dari para ulama Hadist di tempat-tempat yang dikunjunginya diantaranya dari Abu Bakar bin Abi Syaibah, Muhammad bin Abdullah bin Numayr, Hisyam bin Ammar, Ahmad bin Al-Azhar, Basyar bin Adam, dan para pengikut perawi dan ahli Hadis, Imam Malik serta Al Lays. Juga dari Ishaq bin Muhammad, Ali bin Ibrahim bin Salamah Al Qattan, Ahmad bin Ibrahim, dan sebagainya 


Sepanjang hayatnya, Imam Ibnu Majah telah menulis puluhan buku, baik dalam bidang Hadist, sejarah, fikih, maupun tafsir. Di bidang tafsir, antara lain menulis Tafsir Al Qur’anul Karim. Di bidang sejarah, At-Tarikh, yang memuat biografi para perawi Hadist sejak awal hingga ke masanya. 

Karya-karya Imam Ibnu Majah

  • Buku Hadist
  • Sejarah : At Tarikh
  • Fikih
  • Tafsir : Tafsir Al Quranul Karim

Yang paling populer di kalangan Muslim dan literatur klasik adalah kitab di bidang Hadist berjudul Kitab Sunan Ibnu Majah. Menurut Muhammad Fuad Abdul Baqi, penulis buku Mu’jam Al-Mufahras li Alfaz Alquran (Indeks Alquran), jumlah Hadist dalam kitab Sunan Ibnu Majah berjumlah 4.241 buah Hadis. 

Abu Ya’la Al-Khalili Al-Qazwini mengatakan : Ibnu Majah adalah seorang yang terpercaya, yang disepakati tentang kejujurannya, dapat dijadikan pdoman pendapat-pendapatnya. Ia mempunyai pengetahuan luas dan banyak menghafal Hadist’. 

Begitu juga Ibnu Katsir, ulama Tafsir termasyhur mengatakan dalam kitabnya, Al Bidayah: “Muhammad bin Yazid (Ibnu Majah) adalah pengarang kitab sunan yang masyhur. Kitabnya itu merupakan bukti atas amal dan ilmunya, keluasan pengetahuan dan pandangannya, serta kredibilitas dan loyalitasnya kepada Hadis dan usul serta furu’.

Imam Ibnu Majah meninggal pada tanggal 22 Ramadhan 273 Hijriyah 887 Masehi, di tanah kelahirannya yaitu daerah Qazwin di Irak.

Demikian pembahasan mengenai 6 Ulama penyusun Kutubus Sittah dan karyanya masa Dinasti Abbasiyah, semoga ada ibrah dan manfaatnaya.