Berdasarkan data perhitungan pada soal nomor 19 daerah yang memiliki Nilai Q tersebut memiliki iklim

Berdasarkan data perhitungan pada soal nomor 19 daerah yang memiliki Nilai Q tersebut memiliki iklim

Berdasarkan data perhitungan pada soal nomor 19 daerah yang memiliki Nilai Q tersebut memiliki iklim
Lihat Foto

Kemdikbud

Pembagian iklim matahari

KOMPAS.com - Iklim di tiap wilayah berbeda-beda. Ada banyak faktor yang menentukan iklim.

Dilansir dari situs Kemdikbud, ada beberapa jenis pembagian iklim:

Iklim Matahari

Pembagian iklim ini berdasarkan posisi suatu wilayah terhadap matahari. Iklim matahari terbagi menjadi:

  • Iklim tropis: Terletak di 23,5 derajat LU-23,5 derajat LS
  • Iklim subtropis: Terletak di 23,5 derajat LU-40 derajat LU dan 23 derajat LS-40 derajat LS
  • Iklim sedang: Terletak di 40 derajat LU-66,5 derajat LU dan 40 derajat LS-66,5 derajat LS
  • Iklim sedang: Terletak di 66,5 derajat LU-90 derajat LU dan 66,5 derajat LS-90 derajat LS

Baca juga: Pengertian Iklim dan Jenisnya

Iklim Junghuhn

Friedrich Franz Wilhelm Junghuhn, ahli tanaman asal Jerman membagi iklim berdasarkan ketinggian tempat.

Pembagian ini merupakan hasil temuannya terhadap jenis-jenis vegetasi yang tumbuh di wilayah dengan ketinggian berbeda-beda.

Berdasarkan data perhitungan pada soal nomor 19 daerah yang memiliki Nilai Q tersebut memiliki iklim

Berdasarkan data perhitungan pada soal nomor 19 daerah yang memiliki Nilai Q tersebut memiliki iklim
Lihat Foto

Kemdikbud

Iklim Junghuhn

Ia membagi iklim menjadi lima zona yakni:

  • Zona iklim panas: Ketinggian 0-700 meter, suhu rata-rata tahunan lebih 22 derajat celsius. Jenis tanaman padi, jagung, tebu dan kelapa.
  • Zona iklim sedang: Ketinggian 700-1.500 meter, suhu rata-rata tahunan antara 15-22 derajat celsius. Jenis tanaman kopi, teh, kina dan karet.
  • Zona iklim sejuk: Ketinggian 1.500-2.500 meter, suhu rata-rata tahunan 11-15 derajat celsius (cocok tanaman holtikultura).
  • Zona iklim dingin: Ketinggian 2.500-4000 meter, suhu rata-rata tahunan 11 derajat celsius. Tanaman yang tumbuh lumut.
  • Zona iklim salju tropis: Ketinggian lebih dari 4.000 meter dari permukaan laut, di daerah ini tidak terdapat tumbuhan.

Baca juga: Unsur-unsur Cuaca dan Faktor yang Memengaruhi Iklim

Lihat Foto Beck Pembagian berdasarkan iklim Koppen (1980-2016) Iklim Köppen

Selanjutnya, ada pembagian iklim menurut klimatolog keturunan Jerman-Rusia, Wladimir Köppen. Pembagian iklim menurut W Koppen didasarkan pada curah hujan. Ada lima tipe iklim menurut Köppen:

  • Iklim A (iklim hujan tropis): Temperatur bulanan rata-rata lebih dari 18 derajat celsius, suhu tahunan 20-25 derajat celsius, curah hujan bulanan lebih dari 60 milimeter.
  • Iklim B (iklim kering/gurun): Curah hujan lebih kecil dari pada penguapan. Terbagi menjadi Iklim stepa dan iklim gurun.
  • Iklim C (iklim sedang basah): Temperatur bulan terdingin -3-18 derajat celsius. Terbagi menjadi: Cs (iklim sedang laut dengan musim panas yang kering), Cw (iklim sedang laut dengan musim dingin yang kering), dan Cf (iklim sedang darat dengan hujan dalam semua bulan)
  • Iklim D (iklim dingin): Temperatur bulan terdingin kurang dari 3 derajat celsius, temperatur bulan terpanas lebih dari 10 derajat celsius. Terbagi menjadi Dw (iklim sedang di darat dengan musim dingin yang kering), dan Df (iklim sedang di darat dengan musim dingin yang lembab).
  • Iklim E (iklim kutub): Bulan terpanas temperaturnya kurang dari 10 derajat celsius. Terbagi menjadi Et (Iklim tundra), dan Ef (Iklim salju).

Baca juga: Iklim Indonesia

Lihat Foto Kemdikbud Iklim Schmidt-Ferguson Iklim Schmidt-Ferguson

Seperti Köppen, Schmidt dan Ferguson juga membagi iklim berdasarkan curah hujan. Namun dalam klasifikasi Schmidt-Ferguson, curah hujan yang digunakan adalah bulanan dengan rumus:

Q = jumlah rata-rata bulan kering : jumlah rata-rata bulan basah × 100 persen

Berdasarkan rumus itu, maka pembagian iklimnya yakni:

Berdasarkan data perhitungan pada soal nomor 19 daerah yang memiliki Nilai Q tersebut memiliki iklim
ilustrasi iklim subtropis. petapixel.com

TRENDING | 16 Februari 2022 11:33 Reporter : Tantiya Nimas Nuraini

Merdeka.com - Pembagian iklim menurut Schmidt Ferguson ditentukan berdasarkan siklus data pada curah hujan di suatu daerah atau wilayah. Klasifikasi pembagian iklim menurut Schmidt Ferguson ini kemudian mempunyai empat tipe yaitu iklim basah, iklim agak basah, iklim sedang dan iklim agak kering.

Tipe-tipe iklim tersebut dikembangkan oleh Schmidt dan Ferguson. Keduanya merupakan peneliti sekaligus guru besar dan pejabat dari Lembaga Meteorologi dan Geofisika Fakultas Pertanian Universitas Indonesia pada tahun 1950.

Dengan menghitung intensitas dan siklus curah hujan di suatu wilayah, maka hasilnya dapat menentukan klasifikasi iklim di area tersebut. Lantas bagaimana penjelasan lebih lanjut mengenai pembagian iklim menurut Schmidt Ferguson?

Melansir dari berbagai sumber, Rabu (16/2), simak ulasan informasinya berikut ini.

2 dari 5 halaman

Berdasarkan data perhitungan pada soal nomor 19 daerah yang memiliki Nilai Q tersebut memiliki iklim

©2021 Merdeka.com/pexels-pok-rie

Pembagian iklim menurut Schmidt Ferguson mempunyai beberapa tipe berdasarkan jumlah curah hujan. Berikut klasifikasi pembagian iklim menurut Schmidt Ferguson:

a. Bulan Basah (BB)
Jumlah curah hujan lebih dahsyat dari 100 mm/bulan.

b. Bulan Lembab (BL)
Jumlah curah hujan mencapai 60-100 mm/bulan.

c. Bulan Kering (BK)
Jumlah curah hujan kurang lebih sekitar 60 mm/bulan

3 dari 5 halaman

Schmidt dan Ferguson membagi iklim berdasarkan curah hujan dengan rumus Q=jumlah rata-rata bulan kering : jumlah rata-rata bulan basah x 100%. Seduai dengan rumus tersebut, maka pembagian iklim menurut Schmidt Ferguson adalah sebagai berikut:a. Kategori sangat basah, nilai Q 0-14,3 persen kategori basah, nilai Q 14,3-33,3 persenb. Kategori agak basah nilai Q 33,3-60 persen kategori sedang, nilai Q 60-100 persenc. Kategori agak kering, nilai Q 100-167 persen kategori kering, nilai Q 167-300 persend. Kategori sangat kering, nilai Q 300-700 persen kategori luar biasa kering, nilai Q lebih dari 700 persenMelansir dari laman Ruangguru, berikut perkiraan jumlah curah hujan di Indonesia setiap bulannya:a. Bulan Januari = 130 mmb. Bulan Februari = 220 mmc. Bulan Maret = 40 mmd. Bulan April = 34 mme. Bulan Mei = 67 mmf. Bulan Juni = 50 mmg. Bulan Juli = 32 mmh. Bulan Agustus = 23 mmi. Bulan September = 78 mmj. Bulan Oktober = 80 mmk. Bulan November = 189 mm

l. Bulan Desember = 200 mm

(mdk/tan)

Baca juga:
Ini Tampang 'Koboi' Pondok Indah yang Todong Pistol Kuli Bangunan, Penyebabnya Sepele
Kenali Bahasa Korea Selamat Pagi & Sapaan Lainnya, Pecinta Drakor & Kpop Wajib Tahu

4 dari 5 halaman

Berdasarkan data perhitungan pada soal nomor 19 daerah yang memiliki Nilai Q tersebut memiliki iklim

petapixel.com

1. Iklim KoppenSeorang Klimatologi keturunan Jerman-Rusia Wladimir Koppen juga membagi iklim berdasarkan curah hujan dan temperatur. Terdapat lima tipe iklim menurut Wladimir Koppen, yakni:

a. Iklim A (iklim hujan tropis)

Temperatur bulanan rata-rata lebih dari 18 derajat celsius, suhu tahunan 20-25 derajat celsius, curah hujan bulanan lebih dari 60 milimeter.

b. Iklim B (iklim kering/gurun)

Curah hujan lebih kecil dari pada penguapan. Terbagi menjadi Iklim stepa dan iklim gurun.

c. Iklim C (iklim sedang basah)

Temperatur bulan terdingin -3-18 derajat celsius. Terbagi menjadi: Cs (iklim sedang laut dengan musim panas yang kering), Cw (iklim sedang laut dengan musim dingin yang kering), dan Cf (iklim sedang darat dengan hujan dalam semua bulan)

d. Iklim D (iklim dingin)

Temperatur bulan terdingin kurang dari 3 derajat celsius, temperatur bulan terpanas lebih dari 10 derajat celsius. Terbagi menjadi Dw (iklim sedang di darat dengan musim dingin yang kering), dan Df (iklim sedang di darat dengan musim dingin yang lembab).

e. Iklim E (iklim kutub)

Bulan terpanas temperaturnya kurang dari 10 derajat celsius. Terbagi menjadi Et (Iklim tundra), dan Ef (Iklim salju).

5 dari 5 halaman

Hampir serupa dengan Schmidt Ferguson, tipe iklim Oldeman juga ditentukan berdasarkan curah hujan bulanan. Akan tetapi, kriterianya berbeda dengan Wladimir Koppen dan Schmidt-Ferguson. Adapun kriteria bulan basah yang digunakan Oldeman adalah sebagai berikut:

a. Bulan basah

Apabila curah hujan lebih dari 200 milimeter.

b. Bulan lembab

Apabila curah hujannya 100 - 200 milimeter.

c. Bulan kering

Apabila curah hujannya kurang dari 100 milimeter.Berdasarkan perhitungan tersebut, Oldeman turut membagi iklim menjadi lima tipe iklim yakni:

  • Iklim A: bulan basah lebih dari 9 kali berturut-turut
  • Iklim B: bulan basah 7-9 kali berturut-turut
  • Iklim C: bulan basah 5-6 kali berturut-turut
  • Iklim D: bulan basah 3-4 kali berturut-turut
  • Iklim E: kurang dari 3 bulan basah berturut-turut

Baca juga:
Kenali Bahasa Korea Selamat Pagi & Sapaan Lainnya, Pecinta Drakor & Kpop Wajib Tahu
Mas Menteri Tampan Gotong Pesawat bareng Para TNI, Karya Pemuda Asal Madura