Bedakan kecelakaan ringan dengan kecelakaan berat dalam dunia kerja

Kecelakaan kerja memang umum terjadi di tempat bekerja. Namun dengan mengetahui jenis kecelakaan kerja yang mungkin dapat timbul di bidang pekerjaan Anda, Anda dapat lebih berhati-hati. Jenis kecelakaan kerja yang paling umum adalah terpeleset, cedera otot, tertimpa objek, hingga terpotong kertas.

10 Jul 2020|Azelia Trifiana

Ditinjau olehdr. Anandika Pawitri

Terpeleset adalah salah satu jenis kecelakaan kerja paling umum

Jenis-jenis kecelakaan kerja

Pentingnya tindakan preventif

Ada alasan mengapa suatu tempat kerja perlu memiliki sertifikasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). Setiap saat, selalu ada kemungkinan terjadi kecelakaan di lokasi kerja. Jenis-jenis kecelakaan kerja yang sering terjadi beragam, selain perusaahan, Anda juga wajib mengetahuinya agar dapat lebih berhati-hati dalam bekerja. Meskipun kecelakaan kerja dapat terjadi tiba-tiba, jika Anda dapat melakukan sikap antisipasi, maka kemungkinan terjadinya pun akan berkurang.

Jenis-jenis kecelakaan kerja

Berikut ini jenis-jenis kecelakaan kerja yang paling umum terjadi di lingkungan perusahaan:Jenis-jenis kecelakaan kerja yang paling umum terjadi adalah terjatuh atau terpeleset. Entah itu di perkantoran atau pabrik, selalu ada area tidak rata atau licin yang menyebabkan pegawai berisiko terjatuh. Selain itu, risiko terjatuh juga cukup besar di area kerja yang mengharuskan bekerja dari ketinggian seperti terjatuh dari tangga.Untuk itu, jika Anda bekerja di daerah yang licin dan rawan terpeleset, gunakanlah alas kaki yang permukaannya cukup kesat.Kecelakaan kerja yang juga umum dialami saat Anda bekerja adalah cedera otot. Biasanya, ini kerap terjadi di lingkungan kerja yang mengharuskan membawa beban cukup berat. Cedera otot paling sering terjadi di area punggung dan juga leher.Untuk menghindari hal ini, ada baiknya Anda mencari tahu bagaimana teknik mengangkat barang berat. Anda bisa bertanya pada rekan sekerja dan juga kepada tim K3 di tempat Anda bekerja.Bukan hanya di lingkungan kerja dengan konsep pabrik saja, kecelakaan kerja berupa tertimpa objek bisa terjadi di manapun. Bahkan, objek yang jatuh dari bagian atas lemari bisa menyebabkan cedera apabila terjadi tanpa ada antisipasi sebelumnya. Untuk itu, penting menyediakan tempat penyimpanan yang memadai serta cara penyusunan yang tidak membahayakan.Saat melewati lorong atau tempat penyimpanan barang, pastikan tumpukan barang yang berpotensi menimpa Anda sudah berada dalam posisi yang benar dan aman. Hal ini akan mengurangi risiko Anda tertimpa.Bagi Anda yang banyak menghabiskan waktu di depan komputer, waspadai juga risiko cedera karena gerakan repetitif. Istilahnya adalah repetitive strain injuries. Ini adalah cedera persendian karena kesalahan gerak atau ketegangan otot yang terjadi terus menerus atau dalam jangka panjang.Untuk menghindarinya, Anda harus mengetahui posisi duduk yang benar saat seharian berada di depan laptop atau komputer. Pastikan pula perlengkapan pendukung seperti meja atau kursi bersifat ergonomis. Melakukan peregangan otot secara berkala juga dapat membantu.Perlengkapan yang umum ada di area kerja seperti pemotong kertas bisa menyebabkan luka gores yang tidak disangka. Bahkan ada istilah luka gores karena terkena bagian pinggir kertas atau paper cut. Jika kecelakaan kerja semacam ini kerap terjadi, sebaiknya sosialisasikan cara aman pengoperasian alat seperti pemotong kertas dan lainnya.Bagi Anda yang bekerja di lingkungan dengan zat kimia berbahaya bahkan beracun juga rentan mengalami kecelakaan kerja. Mulai dari mengalami reaksi alergi di kulit atau mata, hingga keluhan medis seperti fibrosis paru akibat terlalu sering menghirup gas beracun.Agar meminimalisir risiko kecelakaan kerja, pastikan Anda menggunakan semua perlengkapan yang diwajibkan. Apalagi jika Anda berada di area berbahaya tersebut dalam jangka waktu yang lamaKesehatan telinga menjadi taruhan bagi pekerja yang setiap harinya harus terpapar suara bising. Istilah bagi kondisi ini adalah industrial deafness jika tidak dilakukan penanganan yang tepat. Selain harus mengenakan alat pelindung telinga, pekerja juga harus mencari jeda untuk berada di tempat lebih sepi di tiap interval waktu tertentu.

Pentingnya tindakan preventif

Selain ketujuh jenis-jenis kecelakaan kerja di atas, ada banyak lagi jenis kecelakaan yang lebih spesifik bergantung pada lingkungan kerja masing-masing. Jika dirunut, pekerjaan yang paling banyak berisiko cedera adalah:
  • Polisi dan pemadam kebakaran
  • Transportasi dan ekspedisi
  • Pabrik atau manufaktur
  • Instalasi
  • Konstruksi
Tidak ada yang pernah tahu kapan suatu kecelakaan kerja dapat terjadi. Namun yang pasti, Anda wajib mengikuti protokol keamanan bekerja untuk melindungi diri sendiri dan mengurangi risiko kecelaakaan tersebut.Pastikan pula untuk tak pernah absen mengenakan alat pelindung jika diperlukan. Instruksi dalam mengoperasikan perkakas berbahaya seperti alat berat juga harus dipahami betul.Selain antisipasi kecelakaan kerja, lingkungan tempat bekerja juga harus punya sistem keselamatan darurat seperti alarm dan titik kumpul aman apabila sewaktu-waktu terjadi bencana alam atau kebakaran.

hidup sehatpola hidup sehat

NSC. https://www.nsc.org/work-safety/tools-resources/infographics/workplace-injuries
Diakses pada 25 Juni 2020
Byte Start. https://www.bytestart.co.uk/10-most-common-workplace-accidents-injuries.html
Diakses pada 25 Juni 2020
Injury Facts. https://injuryfacts.nsc.org/work/work-overview/top-work-related-injury-causes/ 
Diakses pada 25 Juni 2020

Ada banyak cara menyeimbangkan hormon tubuh yang berantakan. Salah satu cara yang baik untuk mengatasi hormon tidak seimbang adalah dengan makan telur.

13 Nov 2019|Azelia Trifiana

Manfaat beras ketan putih ternyata cukup banyak dan baik untuk kesehatan, salah satunya adalah mencegah diabetes. Makanan ini cukup populer di kalangan masyarakat Asia.

Nonton TV di kamar bisa berdampak buruk bagi kesehatan fisik dan mental. Tak hanya membuat susah tidur, kebiasaan ini juga bisa meningkatkan risiko obesitas, gangguan mata, masalah kesehatan, penyakit kronis, hingga depresi.

19 Jul 2022|Yanita Nur Indah Sari

Dijawab Oleh dr. Vina Liliana

Dijawab Oleh dr. Dwiana Ardianti

Dijawab Oleh dr. Aisyah Nur Ramadhani