Bahan sintetis yang digunakan sebagai pengawet makanan adalah

190 Kelas VIII SMPMTs Semester I mencapai 40-50. Untuk penggunaan kunyit disarankan agar tidak melalui pemanasan, terkena cahaya, dan lingkungan yang basah. Sebaiknya kunyit ditumbuk, digiling, dan diperas airnya. 6 Kluwak Kluwak Pangium edule Reinw digunakan sebagai bumbu dapur dan pemberi warna, serta juga bisa digunakan sebagai pengawet. Contohnya, sebagai pengawet ikan segar dengan kluwak bisa bertahan hingga enam hari. Cara penggunaanya, buah kluwak dicincang halus, dikeringkan, kemudian di- masukkan ke dalam perut ikan yang telah dibersihkan isi perutnya. Pengawetan dengan kluwak seringkali dikombi nasi- kan dengan penggaraman dan pendinginan.

b. Pengawet Sintetis Bahan Tambahan Makanan

Pengawet sintetis atau menggunakan Bahan Tambahan Makanan BTM merupakan hasil sintesis secara kimia. Bahan pengawet sintetis mempunyai sifat lebih stabil, lebih pekat, dan penggunaannya lebih sedikit. Penggunaan bahan kimia untuk pengawet harus digunakan dalam takaran yang tepat dan sesuai dengan ketentuan agar aman bagi manusia. Kelemahan pengawet sintetis adalah efek samping yang ditimbulkan. Pengawet sintetis dipercaya bisa menimbulkan efek negatif bagi kesehatan, seperti memicu pertumbuhan sel kanker akibat senyawa karsinogenik dalam pengawet. Contoh dari pengawet sintetis adalah nastrium benzoat, kalium sulit dan nitrit. Beberapa bahan pengawet diperbolehkan untuk dipakai, namun kurang aman jika digunakan secara berlebihan. Bahan- bahan pengawet tersebut antara lain sebagai berikut. 191 Prakarya 1 Asam Benzoat acidum benzoicum Umumnya berupa garam natrium benzoat dengan ciri- ciri berbentuk serbuk atau kristal putih, halus, sedikit berbau, berasa payau, dan pada pemanasan yang tinggi akan meleleh lalu terbakar. Asam benzoat berfungsi untuk mengendalikan pertumbuhan jamur dan bakteri. Penggunaan asam benzoat dengan kadar lebih dari 250 ppm dapat memberikan efek samping berupa alergi. Adapun pada konsentrasi tinggi dapat mengakibatkan iritasi pada lambung dan saluran pencernaan. 2 Kalsium Benzoat Bahan pengawet ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri penghasil toksin racun, bakteri spora, dan bakteri bukan pembusuk. Senyawa ini dapat memengaruhi rasa. Bahan makanan atau minuman yang diberi benzoat dapat memberikan kesan aroma fenol, yaitu seperti aroma obat cair. Kalsium benzoat digunakan untuk mengawetkan minuman ringan, minuman anggur, saus sari buah, sirop, dan ikan asin. Bahan ini bisa menyebabkan dampak negatif pada penderita asma dan bagi orang yang peka terhadap aspirin. Kalsium benzoat bisa memicu terjadinya serangan asma. 3 Sulfur Dioksida SO 2 Bahan pengawet ini juga banyak ditambahkan pada sari Sumber: Dokumen Kemdikbud Gambar 5.15 Pengawet Sintetis BTM yaitu kalium nitrit, asam benzoat, dan zat pewarna makanan 192 Kelas VIII SMPMTs Semester I buah, buah kering, kacang kering, sirop, dan acar. Meskipun bermanfaat, penambahan bahan pengawet tersebut berisiko menyebabkan perlukaan lambung, mempercepat serangan asma, mutasi genetik, kanker, dan alergi. 4 Kalium Nitrit Kalium nitrit berwarna putih atau kuning dan kelarutannya tinggi dalam air. Bahan ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri pada daging dan ikan dalam waktu yang singkat. Kalium nitrit sering digunakan pada daging yang telah dilayukan untuk mempertahankan warna merah agar tampak selalu segar, semisal daging kornet. Penggunaan yang berlebihan bisa menyebabkan keracunan. Selain memengaruhi kemampuan sel darah dalam membawa oksigen ke berbagai organ tubuh, juga menyebabkan kesulitan bernapas, sakit kepala, anemia, radang ginjal, dan muntah-muntah. 5 Kalsium PropionatNatrium Propionat Keduanya termasuk dalam golongan asam propionat yang sering digunakan untuk mencegah tumbuhnya jamur atau kapang. Bahan pengawet ini biasanya digunakan untuk produk roti dan tepung. Penggunaan yang berlebihan bisa menyebabkan migrain, kelelahan, dan kesulitan tidur. 6 Natrium Metasulfat Sama dengan kalsium dan natrium propionat, natrium metasulfat juga sering digunakan pada produk roti dan tepung. Bahan pengawet ini diduga bisa menyebabkan alergi pada kulit. 7 Asam Sorbat Beberapa produk beraroma jeruk, berbahan keju, salad, buah, dan produk minuman kerap ditambahkan asam sorbat. Meskipun aman dalam konsentrasi tinggi, asam ini bisa membuat perlukaan di kulit. 193 Prakarya 8 Zat Pewarna Berfungsi sebagai pewarna untuk menarik selera dan keinginan konsumen. Pewarna sintetis contohnya carbon black untuk memberikan warna hitam, titanium oksida untuk memutihkan, dan lain-lain.

c. Pengasapan

Pengawet makanan adalah segala bahan kimia yang ditambahkan ke dalam makanan untuk menjaga kesegaran dan mutunya. Bahan pengawet makanan tersebut sebetulnya termasuk dalam bahan tambahan pangan atau BTP. Beberapa BTP aman dikonsumsi, terutama jika penggunaannya dalam batas aman yang dianjurkan. Akan tetapi, Anda tetap harus waspada dengan sejumlah jenis pengawet makanan tertentu yang berbahaya bagi tubuh.

Kenapa makanan perlu diawetkan?

Semua makhluk hidup pastinya butuh makanan untuk tumbuh dan berkembang serta bertahan hidup. Disamping itu, makanan juga penting sebagai sumber energi tubuh untuk beraktivitas serta membangun jaringan tubuh yang rusak. Akan tetapi, makanan bisa menjadi media penyebaran penyakit. Terutama pangan yang telah rusak, yaitu makanan dan minuman yang tercemar dengan:

  • cemaran fisik, seperti kuku, rambut, pecahan gelas, kotoran lalat, dan kulit telur;
  • mikroorganisme biologis, yaitu bakteri, virus maupun jamur; serta
  • zat kimia yang beracun.

Pada dasarnya, bahan pangan bersifat mudah rusak atau perishable. Penyebab utama kerusakan ini adalah kadar air yang terkandung di dalamnya. Makin tinggi kadar airnya, akan makin besar pula kemungkinan bahan tersebut jadi rusak.

Bahan pangan yang telah rusak sebaiknya jangan Anda konsumsi, sekecil apapun jumlahnya. Biasanya, makanan yang tercemar tersebut mengalami perubahan warna, rasa, bau, serta tekstur.

Dari pengetahuan inilah muncul upaya pengawetan makanan guna memperpanjang daya simpannya. Hal tersebut dilakukan dengan menurunkan kadar air makanan melalui proses pengeringan, pemberian senyawa pengikat air, dan membunuh mikroba perusak pangan. Contoh bahan pengawet makanan adalah natrium klorida alias garam, gula atau sukrosa, serta cuka.

Pertanyaannya adalah, apakah proses pengawetan dan bahan pengawet yang ditambahkan ini aman untuk dikonsumsi?

Mengenal macam-macam pengawet makanan

Dilansir dari Peraturan Kepala BPOM RI No. 36 tahun 2013, beberapa jenis bahan pengawet makanan yang diizinkan untuk digunakan dalam makanan adalah:

1. Asam sorbat dan garamnya (Sorbic acid and its salts)

Bahan ini sering digunakan untuk mengawetkan wine, keju, roti, kue, serta daging. Zat asam sorbat terbilang efektif dalam mencegah pertumbuhan jamur pada makanan.

2. Asam benzoat dan garamnya (Benzoic acid and its salts)

Natrium benzoat adalah bentuk asam benzoat yang paling banyak digunakan. Senyawa ini dipakai untuk menghambat pembusukan pada makanan asam seperti soda, jus lemon kemasan, saus salad, kecap, dan bumbu lainnya.

3. Sulfit atau sulfur dioksida

BTP pengawet satu ini dapat mencegah pertumbuhan mikroorganisme pada daging, buah-buahan, jus buah, sayur, sirup, wine, dan selai. Selain itu, sulfit pun mampu membantu mempertahankan warna makanan. Sulfit memiliki nama lain, yakni potassium bisulfite dan metabisulfite.

4. Nitrit dan nitrat

Secara alami, keduanya dapat Anda temukan pada sayur. Tubuh pun bisa memproduksinya sendiri. Nitrit dan nitrat berguna untuk mencegah pertumbuhan bakteri berbahaya, menambah rasa asin pada makanan, serta memberi warna merah pada daging. Makanya, kedua bahan ini sering ditambahkan ke dalam daging olahan, seperti sosis dan ham.

5. Nisin

Nisin sendiri merupakan bahan pengawet buatan yang dihasilkan dari bakteri asam laktat bernama Lactococcus lactis. Nisin dikatakan mampu melawan berbagai jenis bakteri gram positif dan spora. Pengawet makanan tersebut banyak digunakan pada produk maknan kalengan, susu, keju, yogurt, roti, makanan kaleng, daging, ikan, saus salad, serta minuman beralkohol.

Selain kelima bahan di atas, sejumlah zat di bawah ini pun diizinkan untuk ditambahkan ke dalam makanan, antara lain:

  • Etil para-hidroksibenzoat (Ethyl para-hydroxybenzoate)
  • Metil para-hidroksibenzoat (Methyl para-hydroxybenzoate)
  • Asam propionat dan garamnya (Propionic acid and its salts)
  • Lisozim hidroklorida (Lysozyme hydrochloride)

Jenis pengawet makanan yang sebaiknya dihindari

Prinsipnya, bahan-bahan yang sudah disebutkan di atas aman digunakan jika mengikuti batasan yang dianjurkan BPOM. Ini berarti, penggunaan bahan pengawet yang melebihi batas aman dinilai berbahaya bagi kesehatan. Lain halnya dengan jenis pengawet di bawah ini yang memang dilarang untuk ditambahkan ke dalam makanan.

1. Asam borat (boraks)

Biasa digunakan sebagai antijamur kayu, pembasmi kecoa, antiseptik, salep kulit, bahan deterjen, sabun, cat, desinfektan, pestisida, serta keramik. Boraks sering ditambahkan ke dalam bakso, mi basah, kerupuk, dan pangsit. Tujuannya adalah menambahkan kekenyalan. Padahal, boraks bersifat toksik atau beracun terhadap semua sel.

Jika bahan ini tertelan, apalagi dalam jumlah banyak, akan berdampak negatif terhadap saraf, ginjal dan hati. Gejala yang bisa timbul adalah tidak enak badan (malaise), mual, sakit perut hebat, perdarahan pada saluran cerna, muntah darah, diare, demam, dan sakit kepala.

Dalam jangka panjang, konsumsi boraks juga bisa meningkatkan risiko kanker, mengganggu sistem reproduksi dan hormon, serta fungsi sistem kekebalan tubuh.

2. Formalin

Merupakan larutan tak berwarna dan berbau tajam, formalin bersifat antimikroba. Tidak heran jika formalin banyak dimanfaatkan sebagai bahan pembersih lantai dan pakaian, pembasmi serangga, pupuk dan parfum, pengawet produk kosmetik serta mayat. Banyak pedagang nakal yang suka menambahkan formalin pada ikan segar, ayam potong, mi basah dan tahu.

Senyawa kimia ini dapat menyebabkan efek akut berupa reaksi alergi dan iritasi, kemerahan, mata berair, mual, muntah, sakit perut dan pusing. Formalin pun bersifat karsinogenik yang meningkatkan kemungkinan penyakit kanker.

Tidak hanya formalin dan boraks, jenis pengawet makanan berbahaya lain yang juga bersifat karsinogenik, meliputi:

  • Kalium bromat
  • Dietilpirokarbonat
  • Dulsin

Karena hampir semua makanan olahan yang dikemas memiliki bahan pengawet, Anda perlu pintar-pintar memilih produk. Sebelum membelinya, bacalah dulu komposisi bahan dan jenis pengawet makanan yang tertera pada label kemasan. Makanan yang berpengawet terkadang belum tentu dapat memenuhi kebutuhan nutrisi harian. Untuk memastikan kebutuhan nutrisi harian terpenuhi, coba konsumsi multivitamin BLACKMORES VITAMIN D3 1000 IU (Rp198.085) yang dapat membantu menjaga daya tahan tubuh Kamu.

Ingin mengetahui informasi kesehatan terpercaya? Daftarkan email anda di Ngovee. Untuk mendapatkan suplemen dan vitamin spesial buat anda, unduh aplikasi Jovee. Tersedia melalui Google Play Store maupun App Store. Dapatkan vitamin terbaik hanya dari Jovee.