Ilustrasi penggunaan telepon selular di pesawat.
Oleh Giovanni AL Arum MANUSIA pada hakekatnya adalah makhluk yang berkomunikasi. Komunikasi menegaskan diri manusia sebagai makhuk sosial (ens sociale). Dalam aktus komunikasi manusia merayakan sebuah relasi dialogal dimana terjadi penyampaian gagasan dari komunikator (pengirim) kepada komunikan (penerima). Dewasa kini, aktus komunikasi telah mendapat perluasan makna. Komunikasi tidak lagi sebatas perjumpaan diri aktual antara seorang manusia dengan manusia lainnya, melainkan diwakili oleh adanya mediakomunikasi. Sejak manusia mengalami kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, komunikasi telah melampaui jarak dan waktu. Globalisasi telah memunculkan arus informasi yang begitu deras sehingga manusia perlu beradaptasi dengan gerak informasi yang kian pesat ini. Gereja pun menyadari akan pentingnya komunikasi sosial bagi pewartaan dan hidup Gereja itu sendiri. Gereja ada dalam dunia. Gereja pun turut berkomunikasi tidak hanya dengan Tuhan (relasi vertikal) melainkan juga dengan seluruh umat manusia (relasi horizontal). Salah satu Dekrit dalam Konsili Vatikan II bahkan secara khusus membahas tentang tema komunikasi sosial yakni Inter Mirifica; Dekrit Tentang Upaya-Upaya Komunikasi Sosial. Gerja dan Komunikasi Sosial Hal ini sangat penting, mengigat upaya-upaya komunikasi sosial itu layaknya pedang bermata dua. Di satu sisi, kalau digunakan dengan tepat dapat berjasa besar bagi umat manusia sebab sangat membantu untuk menyegarkan hati dan mengembangkan budi, dan untuk menyiarkan serta memantapkan Kerajaan Allah. Gereja menyadari pula bahwa manusia dapat menyalahgunakan media itu melawan maksud Sang Pencipta Ilahi dan memutarbalikkannya sehingga mengakibatkan kebinasaan. (IM, no.2). Dengan demikian, Gereja memandang upaya-upaya komunikasi sosial sebagai peluang sekaligus tantangan. Seluruh umat manusia perlu mengupayakan bentuk komunikasi sosial yang positif demi keselamatan umat manusia sendiri. Berhadapan dengan arus komunikasi yang semakin mengglobal, umat Kristen perlu menegakkan nilai-nilai Injil dan kemanusiaan agar tidak tergerus dengan semangat negatif seperti konsumerisme, hedonisme dan lain sebagainya yang turut larut dalam arus komunikasi sosial. Kewajiban Pelbagai Pihak Upaya penyadaran akan orientasi sikap yang benar bagi para pemakai media komunikasi sosial sangat penting karena keputusan serta pilihan dari merekalah yang akan membawa dampak bagi diri mereka sendiri. Oleh karena itu, pembinaan suara hati yang tepat menjadi kata kunci untuk membangun sikap yang tepat pula dalam menggunakan media komunikasi sosial (IM, no. 9). Kedua, kaum muda dan para orang tua. Secara umum, kaum mudalah yang banyak terlibat secara aktif dalam penggunaan komunikasi sosial. Karena alasan ini jualah, kaum muda yang menjadi subjek rawan efek negatif dari media jika tidak dibangun suatu sikap yang tepat dan benar dalam hal filtrasi dan internalisasi nilai-nilai yang terkandung di dalamya. Para kaum muda dituntut untuk membangun sikap kritis berhadapan dengan tawaran pelbagai nilai yang larut dalam media komunikasi sosial. Hendaknya para kaum muda berusaha untuk belajar mengendalikan diri dan menjaga ketertiban. Selain itu, perlu memaknai lebih dalam pelbagai tawaran informasi yang datang melalui komunikasi dengan para ahli dan para pendidik demi memberikan penilaian yang tepat dan benar (IM, no. 10). Halaman selanjutnya arrow_forward Sumber: Pos Kupang Cetak
|