Bagaimana musik dangdut masuk ke Indonesia?

Dangdut is the music of my country, kutipan tersebut pasti sudah tidak asing lagi di telinga kita. Bukan hanya karena dangdut dewasa ini sudah seperti musik khas Indonesia, namun juga karena maraknya musik dangdut yang akhir-akhir ini diumpamakan seperti singa yang baru bangun dari tidurnya. Tidak hanya tua, muda, anak-anak dan remaja, mengetahui jenis musik ini.

Kejayaan masa lalu, yang pernah di nikmati oleh Raja dan Ratu dangdut, bang haji Rhoma Irama dan Elvy Sukaesih, kini seperti terseret lagi ke masa kini, namun tentunya dengan wajah yang berbeda. Banyak orang berpendapat, musik dangdut dewasa ini sudah sangat beradaptasi dan di pengaruhi oleh jenis-jenis musik lainnya. Sehingga lebih ramah di telinga dan lebih nikmat di dengar dalam kehidupan sehari-hari. Belum lagi penyanyi dangdut yang dewasa ini di penuhi olah wajah-wajah remaja sehingga lebih memikat segmen pasar anak muda.

Berikut ini asal mula musik dangdut dan perkembangannya di Indonesia :

  • Berawal dari musik Melayu Deli tahun 1940

Nama musik dangdut berawal dari bunyi gendang, tabla yang seringkali dimainkan oleh pada musisi dangdut. Di tengah hiruk pikuk harmonisasi jenis alat musik lainnya, bunyi gendang dan tabla bersahut-sahut terdengar seperti dang-dut. Tak disangka irama inilah yang kini menjadi ciri khas musik dangdut. Musik khas indonesia percampuran dari lagu  melayu dan musik india kala itu.

Sudah tidak asing lagi tentunya kita apabila mendengar nama-nama penyanyi dangut kawakan seperti Bung Haji Rhoma Irama, A. Rafiq, Meggy Z, Elvie Sukaesih. Beliau-beliau ini yang sempat menjayakan lagu dangut pada zamannya, sekitar tahun 1970-an sampai 1990-an. Namun ternyata lagu dangdut berawal lebih lama dari itu.

Artikel terkait :

  • Asal-Mula Musik Rock
  • Fungsi Seni Musik
  • 50 Nama Alat Musik Tradisional

Pada Tahun 1940-an, lahirlah salah satu kebudayaan di pulau Sumatera, yakni di daerah Deli, Medan yang akhirnya berkembang di daerah sekitarnya hingga sampai ke kota-kota di daerah jawa seperti Jakarta, dan Jogja. Pembawanya biasa disebut Orkes Melayu (disingkat OM, masih sering dipakai hingga sekarang). Di pengaruhi unsur musik India yang bercampur dengan lagu melayu, mulai membuat beberapa seniman seperti Said Effendi (Penyanyi lagu seroja), Ellya (Selalu menggunakan kostum india, penyanyi lagu “Boneka Dari India”), M. Mashabi dan seniman lainnya, semakin memupuk perkembangan musik melayu pada tahun 1970-an.

Perubahan mulai terjadi di kancah musik melayu di dalangi oleh Soneta Group yang dipimpin oleh Rhoma Irama. Musik melayu semakin berjaya hingga mempengaruhi musisi dari jenis-jenis musik lain seperti Koes Ploes. Nama-nama seperti Mansyur. S, Ida laili, A. rafiq menjadi terkenal pada zamannya. Dangdut Modern pun mulai berkembang.

Awalnya musik dangdut menggunakan alat musik tradisional seperti rebana, gambus, suling, dan gong. Namun pada era dangdut modern alat musik baru mulai digunakan, seperti gitar listrik, terompet, saxofon, dsb. Pengaruh musik rock mulai terasa sangat kental terutama pada permainan gitarnya. Dangdut modern ini sejalan dengan kondisi politik indonesia yang saat itu memang ramah dengan dunia barat. Ditahun ini terjadi pertempuran sengit antara Soneta Group, yang mewakili genre dangdut, melawan God Bless, yang mewakili genre rock.

  • Musik dangdut semakin populer tahun 1960

Dangdut sangat mudah beradaptasi dengan musik lain. Tidak hanya untuk mempengaruhi musik lainnya, namun juga menyerap musik lainnya dan menciptakan genre-genre musik baru. Seperti pada tahun 1960-an sampai 1970-an banyak lagu-lagu barat populer yang di dangdutkan. Sedangkan lagu gambus dan qasidahan kini telah hanyut dalam cara bermusik dangdut. Ada pula genre rock dan dangdut yang bersatu dan disebut genre Rockdut oleh penggemarnya.

Namun karna elastisitas yang dimiliki oleh musik dangdut inilah yang mengakibatkan genre ini rentan menjadi media pembajakan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Banyak lagu-lagu india, ataupun jenis lagu kontemporer lainnya, yang diubah bebas dengan musik dangdut dan diganti liriknya seperti menjadi sebuah lagu baru. Hal ini dapat kita temui pada lagu yang bertajuk Kopi Dangdut, yang merupakan lagu dari venezuela.

  • Dangdut dalam budaya kontemporer

Bang haji Rhoma Irama menjadikan lagu dangdut menjadi medianya dalam berdakhwah, namun tidak sedikit juga oknum yang memanfatkan kepopulerannya dan menjadikan para partai politik berlomba-lomba mengadakan pertunjukan dangdut. Belum lagi penyanyi-penyanyi wanita yang banyak menarik hati penonton dengan goyangan dan pakaian yang tidak senonoh. Hal ini sedikit banyak membawa polemik yang berujung dengan perdebatan apakah musik dangdut berdampak positif ataukah sebaliknya. Beberapa bahkan menempelkan label negatif terhadap image lagu dangdut dan menyebutnya berselera rendah.

Berawal dari munculnya dangdut koplo yang di promotori oleh kelompok-kelompok musik di Jawa Timur pada tahun 2000-an. Dua tahun kemudian, musik dari cabang baru dangdut ini semakin menancapkan daerah kekuasaanya ke beberapa daerah lainnya seperti Jogja, dan beberapa kota di Jawa Tengah. Ditambah dengan maraknya VCD bajakan yang mempelopori meluasnya genre musik ini, mengakibatkan Dangdut Koplo menjadi suatu hal yang fenomenal.

Artikel terkait :

  • Makna Tari Saman
  • Kebudayaan Jawa
  • Kebudayaan Lampung

Inul Daratista menjadi artis dangdut ternama yang dahulu dianggap turut mempelopori menyebarnya genre musik yang satu ini. Dengan ciri khas goyangan erotis yang menuai banyak kecaman. Terutama bang haji Rhoma Irama selaku ketua PAMMI kala itu. Namun bukannya berhenti, fenomena ini malah membuat musik dangdut semakin terkenal dengan Inul selaku Duta Dangdut Koplo.

Dari sini kepopulerannya itu tidak berhenti bukan hanya untuk lagu dangdut, namun juga cabang baru pada musik dangdut itu sendiri yaitu dangdut koplo, ke kancah nasional. Artis-artis dengan wajah  seperti Ayu Ting-ting, Zaskia Gotik, Annisa Bahar, dan sederet penyanyi pendatang baru lainnya mulai bermunculan menambah marak panggung dangdut indonesia. Belum lagi  ajang-ajang pencarian bakat yang khusus menulurkan penyanyi dangdut baru ke kancah musik Indonesia, membuat kita berfikir sepertinya kesuksesan musik dangdut tidak akan berhenti disini.

Dangdut merupakan salah satu genre musik tradisional populer dari Indonesia yang berakar pada musik-musik Malay, Hindustani, dan Arab. Unsur Arab pada genre musik ini muncul dari pedagang-pedagang yang berasal dari Gujarat seiring dengan penyebaran agama Islam oleh mereka. Selain dari pedagang Gujarat, yang menjadi pengaruh besar lainnya adalah musik-musik India yang digunakan dalam film-film Bollywood, sebelum akhirnya sejarah musik dangdut dimulai pada tahun 1968. Genre musik ini amat sangat populer karena vokalnya dan instrumen yang digunakan sangat melodis, terutama tabla.

Perjalanan Musik Dangdut di Indonesia
Pada tahun 635, sangat banyak saudagar-saudagar Arab yang muncul di Indonesia. Meskipun tujuan awal mereka adalah berdagang, mereka juga menyelipkan beberapa ilmu tentang Islam dimana ini juga menjadi awal penyebaran agama Islam di Indonesia. Seiring dengan berkembangnya agama Islam, para saudagar dari Arab ini juga memperkenalkan Qasidah. Qasidah yang awalnya diperkenalkan oleh saudagar Arab kembali diperkuat dengan munculnya saudagar dari Gujarat pada tahun 900 hingga tahun 1200 dan disusul oleh saudagar dari Persia pada tahun 1300 hingga tahun 1600.

Bagaimana musik dangdut masuk ke Indonesia?

Pada tahun 1870, musik dangdut masih terus dierami dengan masuknya tren alat musik bernama Gambus yang berasal dari Arab. Alat musik tersebut memiliki bentuk seperti gitar, tapi suaranya rendah. Alat musik ini masuk bersamaan dengan migrasinya orang-orang Arab dengan marga Hadramaut dan orang Mesir setelah dibukanya terusan Suez dan dibangunnya pelabuhan Tanjung Priok tahun 1877 serta saat Koninklijke Paketvaart Maatschappij (Perusahaan Pelayaran Kerajaan) (KPM) pada tahun 1888. Saat itu, para musisi Arab menggunakan gambus sebagai iringan saat mendendangkan musik mereka.

Pada awal abad ke-20, lagu dengan iringan gambus menjadi sangat terkenal di kalangan masyarakat Arab-Indonesia. Melihat perkembangan musik gambus ini, Syech Albar yang merupakan ayah dari musisi Ahmad Albar memutuskan untuk membuat sebuah orkes gambus yang bermarkas di Surabaya. Kesuksesan orkes gambus milik Syech Albar ini membawanya melakukan rekaman dengan media piringan hitam dan Columbia yang terjual sangat cepat di Singapura dan Malaysia pada tahun 1930. Satu tahun kemudian, musik Melayu Deli muncul di Sumatera Utara pada tahun 1940 dan diprakarsai oleh Muhammad Mashabi bersama dengan Husein Bawafie. Musik ini lalu berkembang terus ke Jakarta bersamaan dengan dibentuknya Orkes Melayu.

Aliran musik baru masuk lagi ke Indonesia pada tahun 1950. Musik yang dibawa oleh Edmundo Ros, Xavier Cugat, Perez Prado, dan Los Panchos merupakan musik Amerika Latin yang kemudian menjadi lekat dengan telinga orang Indonesia. Pada masa ini, sejarah musik dangdut kembali berubah karena musiknya sudah berbeda jauh dengan musik Melayu yang menjadi acuannya meski masih terasa gaya Melayu di dalamnya.

Sebenarnya pupuk-pupuk dangdut telah muncul sejak lahirnya musik Melayu Deli pada 1940. Hal ini terjadi karena beberapa orang senang bereksperimen dengan aliran-aliran musik yang pernah ada di Indonesia seperti musik India. Perkembangan ini juga semakin pesat karena didorong dengan politik anti-Barat yang selalu dicetuskan oleh Soekarno. Masa ini mencatat nama-nama besar seperti Said Effendi dengan lagu Seroja-nya, P. Ramlee dari Malaya serta Husein Bawafie yang merupakan salah satu penulis lagu terkenal.

Pada tahun 1968 akhirnya musik dangdut telah selesai digodok dan mulai muncul ke permukaan. Salah satu tokoh kunci dalam lahirnya musik dangdut ini adalah Rhoma Irama dengan Soneta Group pimpinannya. Dua tahun kemudian mulai muncul nama-nama yang sampai sekarang masih terkenal seperti Mansyur S., A. Rafiq, dan Muchsin Alatas. Pada tahun 1970 juga dangdut menjadi jauh lebih modern karena politik Indonesia pada masa itu mulai ramah terhadap budaya-budaya yang dibawa dari Barat seperti gitar listrik, perkusi, saksofon, dan organ elektrik. Alat-alat musik baru tersebut semakin membuka peluang variasi bagi musik dangdut ini.

Pada tahun 1970-an juga mula ada pengaruh musik rock dalam cara permainan gitar untuk dangdut, sehingga masa itu juga menjadi medan perang antara rock dengan dangdut. Karena perang ini juga sempat diadakan konser “duel” God Bless melawan Soneta Group. Hal-hal tersebut yang mengubah dangdut dan memisahkannya dengan musik Melayu secara keseluruhan. Sekitar akhir 1970-an juga muncul variasi baru dari dangdut, yaitu dangdut humor dan dimotori oleh sebuah orkes melayu yang bernama Pancaran Sinar Petromaks (PSP). PSP sendiri berawal dengan gaya melayu deli untuk membantu perkembangan musik dangdut agar bisa lebih dinikmati oleh para mahasiswa. Variasi dangdut ini terus berlanjut oleh Pengantar Minum Racun (PMR) pada paruh akhir dekade 1980 dan Pemuda Harapan Bangsa (PHB) di tahun 2000-an.

Pada tahun 2000, muncul lagi variasi baru yang mewarnai sejarah musik dangdut yaitu dangdut koplo. Baru setelah tahun 2002 variasi ini mulai menggoyang kancah dunia perdangdutan dengan kesuksesannya yang diprakarsai oleh vcd bajakan yang luar biasa murah. Murahnya vcd bajakan dangdut koplo ini menjadi alternatif hiburan bagi masyarakat dengan tingkat perekonomian menengah kebawah jika dibandingkan dengan mahalnya harga vcd/dvd original milik artis-artis nasional. Hal lain yang membuat dangdut koplo ini terkenal adalah fenomena Inul Daratista dengan “goyang ngebor” nya terlebih setelah ia mulai muncul di layar kaca Indonesia. Dengan setiap hal baru, tentu saja muncul pro kontra dimana kali ini kontra muncul dari Rhoma Irama yang menentang Inul dan goyang ngebornya karena ia berpendapat bisa terjadi dekadensi moral. Terlepas dari seluruh kontroversinya, dangdut koplo sebagai variasi tetap bisa hidup hingga saat ini.

Situs Asal : http://www.portalsejarah.com/sejarah-dan-perkembangan-musik-dangdut-di-indonesia.html