Pada persiapan kolam hal yang pertama kali dilakukan yaitu

     Kolam tanah banyak ditemukan di tengah-tengah perkampungan dan pekarangan rumah. Kelebihan kolam adalah kekayaan hayatinya. Karena tanah yang menjadi dasar kolam merupakan tempat tumbuh dan berkembangnya berbagai organisme yang menunjang kehidupan ikan. Organisme tersebut bias bermanfaat juga sebagai pakan alamibagi ikan. Biaya pembuatan kolam tanah relative lebih murah disbanding jenis kolam lainnya. Tipe kolam tanah. Terdapat berbagai tipe kolam tanah yang dikenal saat ini. Diantaranya kolam tanah dengan tanggul tanah, kolam tanah dengan tanggul tembok atau batu, dan kolam tambak air payau. Kolam tanah dengan tanggul tanah biasanya digunakan oleh para petani ikan tradisional. Pembuatan kolam tipe ini murah dan mudah. Namun pemeliharaannya perlu ketelatenan karena tanggul kolam mudah rusak dan bocor. Tanggul tanah juga seringkali dirusak binatang-binatang yang suka menggali seperti kepiting. Kolam tanah dengan tanggul tembok disebut juga kolam semi intensif. Kolam ini lebih awet dan tahan lama. Tanggul kolam juga tidak akan rusak diganggu binatang.

     Pengeringan. Pengeringan kolam tanah harus dilakukan setiap kali budidaya ikan  dimulai. Caranya dengan mengosongkan isi kolam dan menjemur dasar kolam. Penjemuranberlangsungselama 3-7 haritergantungcuacadanjenistanah.Sebagaipatokan, penjemuran sudah selesai apabila tanah terlihat retak-retak. Penjemuran yang terlalu lama akan menyebabkan tanah membatu. Sebaiknya jangan sampai seperti itu.  Untuk mengukurnya, injak dasar kolam. Bila telapak kaki kita hanya meninggalkan jejak sedalam kuranglebih 1 cm, pengeringan sudah dianggap cukup. Bila jejak yang ditinggalkan masih dalam, penjemuran belum maksimal. Pengeringan dasar kolam tanah dilakukan untuk memutus siklus hidup hama dan penyakit yang mungkin ada pada periode budidaya sebelumnya. Sebagian besar mikroorganisme pathogen akan mati dengan sinar matahari. Selain itu, penjemuran juga membantu menghilangkan gas-gas beracun yang terperangkap di dasar kolam.



 

Pada persiapan kolam hal yang pertama kali dilakukan yaitu

 Gambar 1. Perbaikan Tanggaul Kolam

     Pembajakan. Dasar kolam yang telah dikeringkan dan dijemur, selanjutnya diolah dengan cara dibajak atau dicangkul. Kedalaman pembajakan sekitar 10 cm. Pembajakan tanah berfungsi untuk membalik tanah agar tanah menjadi gembur. Bersamaan dengan pembajakan, angkat lumpur hitam yang biasanya tersisa di dasar kolam. Lumpur hitam tersebut terbentuk dari sisa pakan yang tidak habis dimakan ikan. Lumpur hitam biasanya menimbulkan aroma busuk dan mengandung gas beracun seperti hydrogen sulfida (H2S), nitrit (NO2) dan amoniak (NH3). Disamping itu, lakukan pemeriksaan terhadap pematang atau tanggul-tanggul. Bila ada kebocoran atau rusak segera ditambal. Bersihkan juga dasar kolam dari kerikil dan sampah anorganik.
     Pengapuran. Kolam tanah yang telah dipakai budidaya ikan biasanya keasaman tanahnya meningkat (pH-nya turun). Oleh karena itu perlu dinetralkan dengan memberikan kapur pertanian atau dolomit. Derajat keasaman ideal bagi perkembangan ikan biasanya berkisar pH 7-8. Bila derajat keasaman  tanah kurang dari itu perlu pengapuran. Jumlah kapur yang diberikan untuk menetralkan pH sekitar 2 ton/ha. Pengapuran diaplikasikan bersamaan dengan pengolahan tanah. Kapur diaduk dengan tanah yang telah dibajak hingga merata. Usahakan agar kapur tercampur hingga kedalaman 10 cm. Setelah itu, kolam didiamkan selama 2-3 hari.
     Pemupukan. Setelah proses pengapuran selesai, langkah selanjutnya adalah pemupukan. Sebaiknya gunakan pupuk organik sebagai pupuk dasar. Apabila dirasa kurang, bias ditambahkan pupuk kimia atau penyubur tanah lainnya. Pupuk organic mutlak diperlukan untuk mengembalikan kesuburan tanah. Pupuk organic akan merangsang aktivitas kehidupan dalam tanah. Tanah yang kaya bahan organik merupakan surga bagi berbagai macam organisme untuk berkembang biak. Organisme  tersebut  nantinya sangat bermanfaat sebagai pakan alami ikan. Jenis pupuk organik yang digunakan bias pupuk kompos atau pupuk kandang. Dosisnya sekitar 1-2 ton per hektar. Pupuk ditebarkan secara merata di permukaan dasar kolam. Bila dirasa kurang, bias ditambahkan pupuk kimia. Pupuk kimia yang sering dipakai untuk dasar kolam adalah urea dan TSP. Setelah dipupuk, kolam dibiarkan selama 1-2 minggu. Selanjutnya, kolam siap untuk diisi air.
     Penggenangan. Tahap terakhir persiapan kolam tanah adalah penggenangan kolam dengan air. Caranya dilakukan secara bertahap. Pertama-tama genangi dasar kolam dengan air setinggi 10-15 cm. Dengan kedalaman air seperti ini sinar matahari masih bias menembus dasar kolam. Sehingga berbagai macam tumbuhan dan hewan bias berkembangbiak. Biarkan kondisi tersebut selama 2-3 hari. Warna air akan terlihat kehijauan. Itu tandanya ganging sebagai makanan biota air dan ikan telah tumbuh. Setelah itu ketinggian air bias dinaikkan hingga 60-75 cm dan kolam siap untuk ditebari benih ikan.


TAHAPAN PEMBESARAN IKAN

   Tahapan pembesaran ikan air laut pada prinsipnya sama yaitu mulai dari persiapan wadah dan media pembesaran, seleksi dan penebaran benih, pengelolaan pakan, pengelolaan kualitas air, monitoring pertumbuhan, pengendalian hama dan penyakit, panen dan pascapanen.

7.2.1.   Persiapan Wadah dan Media

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan persiapan wadah dan media budidaya sesuai kaidah CBIB yaitu:

  • Prosedur persiapan wadah bertujuan untuk meminimalkan bahaya keamanan pangan seperti bakteri patogen, inang perantara parasit.
  • Prosedur persiapan yang efektif juga menurunkan resiko masalah kesehatan hewan air yang akan menurunkan kebutuhan atau penggunaan obat ikan dan penggunaan bahan kimia.

Kesesuaian :

  • Dasar kolam seharusnya dipersiapkan dengan baik dengan pembersihan, membuang endapan serta pengeringan dasar.
  • Buangan dasar kolam harus dibuang dengan cara yang saniter, menghindari kontaminasi pada air pasok atau lingkungan sekitar.
  • Dilakukan penyaringan air yang masuk ke wadah, sebelum penebaran benih.

Ketidaksesuaian :

  • Umumnya sesuai, tetapi dasar kolam tidak dikeringkan dengan baik.
  • Lumpur dari kolam tidak dibuang dengan cara yang saniter sehingga menyebabkan kontaminasi air pasok air atau lingkungan sekitar.
  • Tidak dilakukan penyaringan air yang masuk ke wadah, sebelum penebaran benih.
  • Untuk kolam/tambak ikan air, penyaringan air penting mencegah inang parasit yang potensial (trematoda).
  • Ketiadaan saringan adalah ketidaksesuaian.

Dalam persiapan wadah dan media hanya menggunakan pupuk, probiotik dan bahan kimia yang direkomendasikan.

Kesesuaian :

  •  Seharusnya hanya menggunakan bahan kimia yang disetujui dalam persiapan air dan tanah, serta digunakan dalam dosis dan dengan cara yang benar.
  • Seharusnya bahan kimia dan bahan lain diberikan label, dan digunakan sesuai petunjuk label.

Ketidaksesuaian :

  • Menggunakan pupuk dan probiotik yang tidak terdaftar
  • Menggunakan produk yang tidak mempunyai label yang benar atau tidak terdaftar atau tidak diizinkan
  1. Keramba Jaring Apung (KJA)

Langkah-langkah persiapan yang dilakukan untuk budidaya ikan air laut dengan menggunakan KJA konvensional adalah sebagai berikut:

  • Pemasangan dan penempatan KJA konvensional
  • Rakit dipasangi pelampung, kemudian diletakkan pada lokasi dan posisi yang telah ditentukan.
  • Keempat sudut rakit diikat dengan tambang yang dihubungkan dengan jangkar.
  • Pemasangan kantong jaring/waring dengan cara mengaitkan tali ris di tiap sudut atas kantong jaring/waring dengan bagian sudut rakit. Untuk memperkuat kedudukan kantong jaring dapat dibuat beberapa ikatan lagi di antara tali ris bagian atas dengan sisi rakit.
  • Agar kantong jaring dapat meregang sesuai dengan bantuk yang diinginkan, maka dipasang pemberat pada setiap sudut kantong dengan cara mengikatkan pemberat pada tali pemberat, sedang ujung yang lain diikatkan pada bingkai di sudut-sudut kantong jaring/waring. Ujung tali yang terletak di dekat pemberat, dibelitkan pada tali sudut bawah kantong jaring dan diturunkan ke air hingga kantong menjadi tegang. Kemudian tarik tali pemberat kira-kira 10 cm dan ikatkan kembali pada bingkai rakit di sudut kantong. Dengan demikian terjadi penegangan pada tali pemberat dan bukan pada kantong jaring.
  • Persiapan KJA Offshore dapat mengikuti prosedur yang dikeluarkan dari perusahaan pembuat. Pada prinsipnya hampir sama yaitu dengan mengkonstruksi bagian-bagiannya seperti rakit, jaring, pemberat (jangkar) dan kelengkapan lainnya.
  • Perawatan Jaring
  • Perawatan dilakukan jika KJA telah digunakan sebelumnya untuk mengantisipasi adanyanya jaring yang sobek atau rusak. Bila kerusakan kecil, jaring dapat diperbaiki dengan menambal bagian yang sobek, tetapi jika kerusakan cukup besar maka jaring harus diganti dengan jaring baru.
  • Mata jaring yang kecil akan mudah menempelnya organism penggangu, misalnya beberapa jenis alga, teritip dan kerang-kerangan. Menempelnya organism tersebut akan menghambat pertukaran air. Jaring yang kotor dicuci dan dikeringkan terlebih dahulu.

Persiapan tambak meliputi :

  • Perbaikan konstruksi pematang/tanggul

Pematang harus kedap dengan maksimum kebocoran 10% dalam seminggu. Tambak dapat diisi air sampai kedalaman minimal 1,2 meter.

Dasar tambak merupakan wadah penampung kotoran ikan, maka kebersihan dasar tambak pada saat persiapan harus menjadi proritas utama. Lumpur dari dasar tambak berasal dari sisa metabolisme ikan dan plankton yang mati, harus dibuang keluar tambak danjangan ditumpuk di atas pematang. Lumpur bisa kembali ke dalam perairan dan memperburuk kondisi parameter air pada saat hujan apabila lumpur ditumpuk di atas pematang.

  • Pengeringan dasar tambak
  • Pengeringan tanah dasar tambak berfungsi untuk meningkatkan oksidasi tanah, sehinga dapat mempercepat penguraian bahan organik. Pengeringan dapat dipercepat dengan pembuatan parit/caren keliling. Pengeringan tanah dilakukan hingga tanah retak-retak (kadar air sekitar 20%).
  • Pengeringan tidak boleh dilakukan sampai tanah berdebu karena proses mineralisasi bahan organik berhenti.
  • Pemberantasan hama dan pesaing
  • Lakukan pembasmian predator dan hewan pesaing dengan pemberian saponin (bungkil biji teh) dengan dosis 20 ppm pada bagian tambak yang tidak bisa kering.
  • Pengendalian hama tidak boleh menggunakan pestisida karena sangat berbahaya untuk manusia dan produknya akan ditolak oleh pasar luar negeri.
  • Pemasangan Kincir

Kincir disiapkan untuk membantu penambahan oksigen ke dalam air danmulai digunakan saat mulai tebar hingga panen. Pengaturan posis kincir diatur sedemikian rupa agar kotoran bisa terkumpul dan terbuang keluar pada saat pergantian air.

Siapkan pompa untuk menambah ketinggian air tambak. Tempatkan pompa pada lokasi yang dapat menghisap air dengan mudah, terutama pada saat pasang tidak terlalu tinggi.

Persiapan Media di Tambak

Pengisian air dilakukan pada saat air laut pasang melalui pintu air atau menggunakan pompa, serta warna air tidak keruh. Hindari penggerusan lumpur di saluran yang teraduk dan masuk di tambak. Proses pengisian tambak ini dilakukan selama 4-6 hari (di waktu bulan purnama, yaitu hari ke 13-18 atau waktu bulan mati, yaitu hari ke 28-3). Isi tambak hingga ketinggian air mencapai ketinggian optimal. Dalam melakukan pemasukan air, siapkan sarana penunjang budidaya yaitu:

- Tandon, merupakan tempat untuk menampung air yang akan digunakan dalam proses budidaya. Luasan tandon disesuaikan dengan luasan tambak yang akan diisi air, dengan perbandingan 1 tandon untuk 2 tambak. Tandon mempunyai kegunaan untuk pengendapan bahan organik yang dibantu dengan menggunakan plastik atau bambu, sehinga kecepatan arus akan menjadi lambat dan bahan organik mengendap. Kemudian tumbuhkan rumput laut untuk menyerap nutrien atau bahan organik yang masuk.

- Saringan air, dipersiapkan untuk pintu monik maupun untuk pemasukan menggunakan pipa (pompa atau gravitasi). Saringan yang digunakan adalah saringan berupa bahan waring hitam (diameter 1 cm). Saringan ditempelkan pada frame atau bingkai dari kayu yang akan dimasukkan ke dalam pintu monik. Kemudian pada pemasukan air yang menggunakan pipa, saringan dibuat berbentuk bulat yang diikat ke pipa atau menggunakan kantong waterfilter.

  • Persiapan Bak
  • Membasahi bak dengan air tawar dengan cara disemprotkan menggunakan selang
  • Menyikat bibir, dinding, dan dasar bak menggunakan spooring ped sampai bersih
  • Membilas bak dengan air tawar dan dikeringkan sampai 18 jam
  • Menyiram bak menggunakan chlorine dengan gayung dan dikeringkan 24 jam
  • Membersihkan bak dengan detergen sampai bau chlorine hilang dan dikeringkan
  • Pemasangan selang dan batu aerasi atau instalasi sirkulasi air dengan menggunakan pompa dan pipa berukuran 0,5 – 1 inchi.
  • Pemasukan air ke dalam bak pemeliharaan
  • Persiapan Media di bak terkontrol:
  • Air laut dipompa menggunakan pompa ukuran 3’
  • Air masuk melalui pipa pvc ukuran 8’ Ke dalam sand filter
  • Air diendapkan dalam tandon
  • Mensterilkan air menggunakan larutan kaporit 2,5 kg selama 8-9 jam
  • Air diaduk menggunakan aerasi bertekanan tinggi
  • Menetralkan air dengan cara di tambah larutan Thiosulfat sebanyak 1,25 atau separuh dari dosis chlorine
  • Mengecek air treatment menggunakan Oto test

7.2.2. Seleksi dan penebaran benih

Benih yang berkualitas merupakan benih yang berasal dari selektif breeding yang dilakukan oleh instansi yang sudah memiliki kemampuan untuk menghasilkan benih. Benih yang berkualitas memiliki tingkat heterozigotas tinggi, memiliki warna yang cerah, memiliki ukuran yang seragam, tidak cacat, dan mampu bertahan pada lingkungan yang berbeda (Wardana dan Tridjoko, 2015).

Kriteria benih ikan yang baik yaitu mempunyai ukuran yang seragam, memiliki warna yang cerah, tidak cacat anggota tubuh, berenang aktif (melawan arus dan bergerombol), responsif terhadap pakan, kejutan dan cahaya, tidak kerdil, memiliki sertifikat bebas virus, lulus stress dengan berbagai media, bukan benih dari hasil tangkapan alam.

Penggunaan obat ikan dan bahan kimia selama pembenihan dapat menimbulkan residu dan beresiko pada keamanan pangan. Mutu benih yang buruk dapat pula mengganggu kesehatan selama pembudidayaan dan akan memicu penggunaan obat dan atau bahan kimia. Benih sehat bersertifikat berasal dari hatchery yang bersertifikat dan atau memiliki sertifikat bebas penyakit dan obat ikan.

Benih yang baik sesuai CBIB yaitu:

Kesesuaian :

  • Benih berasal dari hatchery yang menggunakan bahan kimia dan obat-obatan yang telah diijinkan.
  • Menggunakan benih dari hatchery yang bersertifikat. Bila belum bersertifikat seharusnya menyertakan bukti mutu dan bebas penyakit dan antibiotik.
  • Pembudidaya harus ada kesadaran mutu benih dan memiliki rekaman tentang pemasok dan jumlah pembelian benih.

Ketidaksesuaian :

  • Tidak bersertifikat, namun mempunyai rekaman.
  • Benih tidak bersertifikat dan tidak memiliki bukti/rekaman mutu dan bebas penyakit dan antibiotik.
  • Pembudidaya tidak memiliki rekaman pemasok benih.

Setelah mendapatkan benih yang siap dipelihara, benih-benih tersebut ditebar di wadah budidaya yang telah disediakan. Namun dalam penebaran juga harus diperhatikan salah satu syarat yang tidak kalah pentingnya, yaitu kepadatan awal penebaran. Kepadatan awal merupakan faktor yang paling dominan, karena bila dalam satu wadah terdapat jumlah ikan yang sangat padat, maka akan menjadi salah satu sebab terjadinya kanibalisme. Di samping produksinya akan menjadi rendah. Kepadatan awal untuk budidaya ikan kerapu adalah sebanyak 50 – 60 ekor/m3, dengan ukuran ikan sekitar 20 - 50 g/ekor. Sedangkan selama pemeliharaan, masalah daya dukung perairan (carrying capacity) perlu tetap dijaga, yaitu pada batas 41,7 kg/m3, sehingga karamba tidak mengalami kelebihan beban.

  • Sebagai upaya sterilisasi, sebelum benih ditebar, benih sebaiknya direndam dahulu dalam larutan Kalium Pemanganat konsentrasi 4-5 ppm selama kurang lebih 15-30 menit. Lakukan adaptasi suhu benih agar suhu pada kemasan ikan sama dengan suhu di Karamba Jaring Apung dengan cara merendam wadah kemasan benih ke Karamba Jaring Apung selama 1 (satu) jam.
  • Penebaran benih sebaiknya dilakukan pada pagi hari supaya ikan tidak mengalami stres atau kematian akibat perbedaan suhu tersebut. Benih yang ditebar berukuran 5-8 cm, berat 30- 50 gr dan padat tebar 50-70 ekor/m3.
  • Pada wadah KJA jumlah awal penebaran benih per wadah (1,5 x 1 x 1,5 m) adalah 1000 ekor yang secara bertahap dilakukan penjarangan sehingga pada akhir penggelondongan (ukuran 10 cm) jumlah ikan di KJA sebanyak 500 ekor untuk selanjutnya dilakukan pembesaran sampai mencapai ukuran konsumsi.

Pembesaran Ikan Bawal  Bintang dimulai dengan  penebaran  benih ukuran 5 cm dengan padat penebaranan 1000 ekor/jaring, dengan ukuran jaring 4x4x3m3 dengan ukuran  mata jaring  ¾  inchi.  Setelah 2 bulan masa pemeliharaan   benih  sudah berukuran 80 gram kemudian  dipindahkan ke jaring ukuran 1 inchi, dengan padat tebar  850 ekor/jaring. Setelah  mencapai ukuran 200 gram ikan dipindahkan  ke  jaring  ukuran  1,5  inchi  sampai panen ukuran 500 – 600 gram. Tempat pemeliharaan ikan Bawal bintang mengunakan :

  • KJA ukuran 8x8m  yang terbagi menjadi 4 petak pemeliharaan dengan ukuran 4x4m.
  • Pada tambak pembesaran berukuran 700-1.000 m2
  • Pada bak terkontrol, padat tebar (benih berukuran 2–3 cm atau 0,2-0,3 g) sebanyak 500-800 ekor/m3. Padat tebar diturunkan sejalan dengan perkembangan ukuran ikan, sehingga pada akhir penggelondongan (ukuran ikan minimal 10 cm atau >12 g), padat tebar menjadi 100-200 ekor/m3. Penurunanpadat tebar dilakukan bersamaan pada saat grading.
  • Pada awal penebaran, pakan diberikan sehari 5 kali dengan pellet berukuran 0,8-1 mm dengan kadar protein >40% secara at satiation. Ukuran pakan disesuaikan dengan ukuran ikan, sehingga pada akhir penggelondongan menggunakan pakan berukuran 4 mm dengan dosis pemberian 5-10 % dari berat total ikan per hari dengan frekuensi pemberian pakan 3 kali
  • Grading dan seleksi dilakukan setiap 10 Grading dilakukan untuk menyeleksi ikan berdasarkan ukuran, sehingga ikan yang dipelihara dalam satu bak relatif seragam.

7.2.3. Pengelolaan pakan

Industri perikanan global telah bertransisi dari perikanan tangkap ke budidaya. Akibatnya, produksi ikan yang dikonsumsi dari hasil budidaya ikan telah mencapai 47% dari total produksi ikan pada tahun 2010. Salah satu teknik yang penting untuk mendukung industri budidaya perikanan adalah dengan produksi benih. DHA, turunan vitamin A, dan taurin, sangat penting untuk meningkatkan kualitas dan kesehatan dalam produksi massal bibit ikan air laut (Takeuchi, 2014).

Nutrisi pada pakan ikan berperan dalam pertumbuhan, reproduksi, ketahanan tubuh dan bergantung pada spesies ikan, ukuran dan umur ikan, serta sistem budidaya yang diterapkan. Pakan dengan nutrisi lengkap dan seimbang sesuai dengan kebutuhan nutrisi ikan dibutuhkan untuk mendapatkan efisiensi pakan serta pertumbuhan  kultivan secara optimal. Penggunaan pakan buatan terbukti dapat meningkatkan kelangsungan hidup dan vitalitas larva pada beberapa species ikan serta mengurangi penggunaan pakan hidup.

Cato dan Christopher (2003) menyatakan keadaan kritis budidaya adalah ketersediaan pakan, ketika larva, benih atau ikan muda sangat membutuhkan pakan dari luar. Banyak larva ikan dan ikan muda yang berada pada permukaan memakan rotifera dan udang renik (Artemia sp). Rotifer dan Atermia telah lama digunakan secara luas sebagai pakan hidup ikan budidaya, namun jumlah mereka selalu tidak memungkinkan untuk selalu digunakan. Pakan yang diberikan pada ikan muda yaitu dengan ukuran kurang dari 3mm atau yang memiliki ukuran zooplankton.

Nutrisi yang dibutuhkan yaitu omega-3 rantai panjang dan tinggi asam lemak tak jenuh (HUFA) untuk pertumbuhan yang optimal dan stabil. Copepoda laut merupakan salah satu pakan dengan kandungan omega-3 HUFA yang merefleksikan komponen asam lemak dalam pakan. Hal ini merupakan kebutuhan pokok yang baru dan lebih banyak lagi nutrisi esensial yang dibutuhkan pada spesies larva ikan laut. Copepoda memang merupakan makanan pokok namun hal ini sangat tidak memungkinkan karena copepoda sulit dibudidayakan dalam sistem yang ada, dan secara alami keadaannya melimpah dan terdistribusi pada ukuran yang beragam.

Menurut Tucker (1998) kriteria pakan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kemungkinan pakan dimakan, hal itu diantaranya kepadatan atau jumlah yang diberikan, penampilan pakan, ukuran dan rasa. Kualitas nutrisi pakan meliputi, jumlah bakteri, daya cerna pakan, dan kestabilan pakan serta kemampuan ikan. Kepedulian extra dibutuhkan ketika memberi pakan ikan pertama kali dan dari proses pemisahan induk yang memiliki tingkat kematian tinggi. Pertama ketika ikan mulai makan, ikan tidak mudah kehabisan energi untuk memperolehnya karena mereka mungkin berenang lebih pelan dan lebih pelan. Pakan yang diberikan harus disertai dengan komposisi nutrisi essensial yang seimbang sehingga dapt dimanfaatkan oleh ikan. Pakan harus tidak kehilangan nutrisi ketika belum sampai mulut ikan atau ketika belum sampai dimakan ikan. Pemanfaatan pakan yang baik membuat benih ikan bertahan hidup dan pertumbuhan akan meningkat. Perhatian berikutnya yaitu ukuran pakan yang diberikan, keseimbangan jumlah asam lemak, keseimbangan jumlah asam amino, dan kepadatan nutrisi danri pakan yang diberikan pada ikan.

Pakan merupakan faktor yang memegang peranan penting untuk menunjang keberhasilan budidaya. Mudjiman (2000) menyatakan pakan yang baik harus memenuhi gizi ikan berupa protein, karbohidrat, lemak, mineral, dan vitamin. Menurut Rausin et al. (2001) dan Zainuddin (2010), protein merupakan salah satu nutrien yang diperlukan oleh ikan untuk pertumbuhan. Penggunaan protein untuk pertumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain ukuran, umur, kualitas protein, kandungan energi pakan, keseimbangan gizi dan tingkat pemberian pakan. Menurut Riyanto (2008) dan Giri (1998), kebutuhan energi untuk hidup pokok harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum energi pakan dipakai untuk pertumbuhan.

Pakan merupakan salah satu aspek yang memerlukan perhatian cukup besar sehingga harus direncanakan dengan matang yaitu menekan anggaran pengeluaran serendah mungkin, tetapi hasilnya tetap optimal. Hal ini dapat dilakukan dengan cara pemilihan jenis pakan yang tepat namun tetap mempertimbangkan kualitas nutrisi, selera ikan, dan harga yang murah. Dari hasil uji coba dan penerapan pada skala usaha, tujuan untuk mendapatkan hasil yang baik dengan pengeluaran yang relatif rendah adalah dengan memberikan pakan dari jenis ikan-ikan yang tak laku di pasaran (non-ekonomis), yaitu ikan-ikan yang digolongkan sebagai ikan rucah seperti ikan tembang, rebon, selar dan sejenisnya yang banyak tersebar di perairan Nusantara.

Pemilihan pakan ikan yang berasal dari ikan rucah ini, selain harganya murah dan mudah diperoleh, di pasaran. Pakan dari jenis ikan rucah ini tetap harus dijaga kualitasnya, setidaknya kondisinya tetap dipertahankan dalam keadaan segar, misalnya disimpan dalam freezer. Pakan yang tidak segar atau terlalu lama disimpan, akan menyebabkan turunnya kualitas nutrisi (asam lemak essensial yang sangat dibutuhkan oleh ikan), yang hilang karena proses oksidasi. Pemberian pakan yang ideal tergantung pada ukuran ikan yang dipelihara. Pada pemeliharaan ikan kerapu berukuran 20 - 50 g, dapat diberikan pakan sebesar 15% per hari dari bobot biomassa. Selanjutnya persentase diturunkan seiring dengan pertumbuhan ikan. Setelah mencapai ukuran 100 g pakan diberikan sebanyak 10% per hari, dan kemudian dikurangi setiap 1 (satu) bulan pemeliharaan, hingga akhirnya diberikan sebanyak 5% per hari saat ikan telah mencapai ukuran 1 kg.

Tabel 11. Persyaratan mutu pakan buatan untuk produksi benih ikan kerapu

Sumber : SNI 7814-2013, pakan buatan untuk produksi benih kerapu bebek (Cromileptes altivelis)

Fekuensi dan Dosis Pemberian Pakan

Pemberian pakan buatan pada usaha pembesaran di KJA harus diperhitungkan secara tepat agar ikan tumbuh dengan baik, mempunyai kelangsungan hidup tinggi serta secara ekonomi menguntungkan. Frekuensi pemberian pakan dan waktu pemberiannya yang tepat perlu diperhatikan agar menghasilkan pertumbuhan dan angka kelangsungan hidup yang baik serta penggunaan pakan yang efisien. Hal ini berhubungan dengan kecepatan pencernaan dan pemakaian energi.  

Perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan efisiensi pemberian pakan antara lain:

  • Pemberian pakan dilakukan secara perlahan (sedikit demi sedikit) pada waktu dan tempat yang tetap.
  • Usahakan tidak ada pakan sisa di dasar waring atau jaring, karena sisa pakan yang ada di dasar mengundang ikan liar seperti buntal dan juga kepiting yang dapat mengoyak waring atau jaring.
  • Penambahan probiotik maupun bahan pengkaya pakan (multi vitamin).

Banyaknya pakan yang diberikan antara 5 – 10%, dengan frekuensi pemberian pakan pada pagi, siang dan sore hari. Pakan ditebar di beberapa titik lokasi budidaya. Pemberian pakan pada pembesaran ikan kakap putih sebanyak 2 kali sehari dengan frekuensi pakan 4-10% berupa pakan alami ataupun pakan buatan seperti pelet. Frekuensi pemberian pakan dapat juga disesuaikan dengan tingkah laku dan kebiasaan makan biota. Biasanya pemberian diberikan 2-3 kali dalam sehari yaitu di waktu pagi sekitar pukul 06.00-08.00, kemudian siang sekitar pukul 12.00-14.00 dan sore sekitar pukul 16.00-18.00. Pemberian pakan dilakukan sedikit demi sedikit agar tidak banyak terbuang, karena pada saat pemberian pakan ikan bergerak aktif berebutan.

Pada tahap pembesaran dapat diberikan pula vitamin seperti amolovit dengan dosis 1 g/kg pakan dan probiotik 1-2 cc/kg pakan yang dicampurkan kedalam pakan yang diberikan setiap minggunya.

Tabel 12.  Dosis dan Frekuensi pemberian pakan untuk ikan kakap putih

DOSIS IKAN (GRAM/EKOR)

DOSIS PAKAN PER HARI

(% BIOMASS)

FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN (kali per hari)

10-100

100-200

200-500

500-1000

>1000

5-8

2-5

1,5-2

1-1,5

0,5-1

3-5

3-4

2-3

1-2

1

Gambar 29. Pemberian pakan (Sumber: kkp.go.id)

FCR yaitu konversi pakan yang berarti jumlah pakan yang diberikan untuk menaikkan bobot ikan sebesar 1 kg.

Rumus Feed Convertion Rate (Sunyoto, 2000):

FCR   = Tp

                                    Mu

Keterangan

FCR : Perbandingan jumlah pakan yang diberikan untuk menghasilkan 1 kg daging

T p : Total pakan komulatif (kg)

M u : Biomassa udang yang dihasilkan (kg)

7.2.4. Pengelolaan kualitas air

Untuk menjaga standar mutu air untuk budidaya air laut harus memperhatikan hal sebagai berikut:

  • Mutu air dan sedimen seharusnya dijaga pada level yang  mencukupi untuk kesehatan lingkungan budidaya dengan melakukan angka penebaran benih dan pakan yang sesuai.
  • Monitor kualitas air sumber secara rutin untuk menjamin kesehatan dan kebersihan ikan yang dibudidayakan.
  • Dilakukan filtrasi air atau pengendapan serta menjamin kualitas air sesuai untuk ikan dibudidayakan

Kesesuaian :

  • Air difiltrasi selama pengisian wadah budidaya sebelum untuk untuk mencegah masuknya hama/predator.
  • Tandon digunakan bila perlu untuk meningkatkan mutu air.
  • Mutu air dijaga dengan aerator pada tambak udang intensif.
  • Kotoran dibuang secara teratur.

Ketidaksesuaian :

  • Aerator ditempatkan pada posisi yang baik, filtrasi yang dilakukan tidak efektif, ada bukti mutu air tidak cukup baik dan kotoran tidak dibuang/diangkat.
  • Wadah budidaya dalam keadaan stagnan, terlihat bukti ikan/udang yang stress, karena mutu air yang tidak optimal.
  • Pada bak tandon tidak dilakukan filtrasi air pasok untuk mencegah potensi bahaya parasit trematoda.

-      Mengukur suhu air menggunakan thermometer dengan cara mengecek thermometer yang sudah digantung dalam sarana budidaya.

- Mengukur pH dengan cara mengkalibrasi pH pen terlebih dahulu kemudian mencelupkan pH pen dan diamkan selama 2 menit atau sampai angka berhenti bergerak

-      Mengukur DO meter menggunakan sera test dengan cara mengambil 15 ml air sampel kemudian diteteskan dengan sera tes nomer 1 pada air sampel dan dilanjut meneteskan sera tes nomer 2 kemudian air sampel digoyang perlahan dan diamkan selama 2 menit lalu mencocokkan warna air menggunakan indikator warna yang tersedia dalam kemasan sera tes.

- Mengukur kandungan amonia, nitrit, nitrat, posphate menggunakan test kit dan dilakukan sesuai buku petunjuk penggunaannya.

            Pergantian air hanya dilakukan dalam metode budidaya berbasis daratan (land base mariculture) seperti tambak dan bak terkontrol. Pergantian air pada tambak dilakukan dengan membuka pintu outlet yang telah terlebih dahulu dipasang jaring untuk mencegah keluarnya biota. Air dibuang sebagian dan kemudian diganti dengan air baru dengan cara membuka saluran inlet dan mengalirkan air dari tendon.

Sedangkan pergantian air pada bak terkontrol dilakukan dengan melakukan penyiponan dan sirkulasi pada bak dengan cara:

-      Menyiapkan alat sipon berupa pipa yang dirangkai sebagai alat sipon, pipa panjang untuk gagang dan selang untuk mentransfer air dan kotoran

-      16 jam sebelum penyiponan bak pemeliharaan ditambah larutan EDTA sebanyak 15 gram

-      Memasukkan alat sipon ke dalam bak pemeliharaan

- Mematikan aerasi

- Membuka saluran outlet sebesar 5o

-      Menyedot selang yang sebelumnya sudah disambungkan dengan alat sipon

-      Mulai menyipon dengan cara mengarahkan alat sipon pada dasar bak yang kotor

-      Setelah selesai, outlet dibuka 180o dan menghidupkan aerasi

- Resirkulasi dilakukan secara bertahap, setiap hari bertambah hingga ketinggian 50 cm dan setelah ikan ukuran 2,5 cm resirkulasi hingga ketinggian 10 cm.

7.2.5. Monitoring pertumbuhan

Setelah dipelihara 2-3 bulan, kakap putih dapat mencapai ukuran berat 60-70 gram per ekor. Sehingga ikan tersebut dapat dipindahkan ke keramba pembesaran. Pada keramba pembesaran, padat penebarannya sebanyak 40-50 ekor per m3.  Untuk menganalisis pertmbuhan harian dapat menggunakan rumus berikut:

7.2.6. Pengendalian hama dan penyakit

Penyakit merupakan faktor pembatas yang besar pada marikultur ikan komersial dan dapat menjadi sumber keterpurukan. Serangan patogen ikan sedikit terjadi pada sistem budidaya, namun ikan biasanya lebih resisten terkena penyakit ketika terjadi stress yang berlebih. Penyakit baiasanya dihasilkan atau datang dari sistem yang kurang berjalan atau kesalahan operator. Petani biasanya menjauhi atau meminimalisir stres dari berbagai faktor diantarannya malnutrisi (rusaknya nutrisi), kepadatan, penanganan, fluktuasi suhu, racun, bahan kimia dan polutan, kandungan oksigen rendah, dan cahaya yang mengganggu, serta tidak memasukkan patogen didalam sistem budididaya (yang berasal dari telur, air, udara, pakan, tangan, jaring, dll). Memilih spesies atau strain ikan yang tahan terhadap penyakit merupakan salah satu hal yang direkomendasikan.

Ikan yang mempunyai kesehatan normal akan secara resisten fakultatif melawan patogen yang ada dalam sistem budidaya dan secara laten juga patogen akan muncul pada sistem, sampai kemudian stress dan dapat membuat ikan lebih mudah terinfeksi penyakit, yaitu pada bagian luka akan mengeluarkan sekresi lendir berlebih. Stres disebabkan hilangnya vitamin yang dapat mengurangi kekuatan ikan melawan penyakit. Cukup dengan menyediakan vitamin pada pakan maka dapat mengatasinya. Dalam keadaan yang sehat ikan telah dapat ditingkatkan keberhasilan budiaya meskipun tidak ada penambahan asama askorbat (vitamin c) dalam pakan. Namun ketika ikan mengalami stres petani membutuhkan lebih dari 200mg asam askorbat dalam 1 kg pakan. Stress dapat mempengaruhi sistem reproduksi dengan cara merubah setingan keseimbangan hormon. Stress dapat menguruangi laju pertumbuhan dan efisiensi pertumbuhan dengan cara mereduksi pakan yang diberikan atau dengan jalan mengalihakan energi pakan untuk kebutuhan aktivitas mengatasi stres. Kepadatan dapat mengurangi pertumbuhan dengan jalan adanya mekanisme berlebih termasuk diantaranya: keaggresifan, perubahan kebutuhan energi, mengurangi kemampuan makan pakan yang diberikan, dan perubahan level tingkat metabolisme hormon. Meningkatnya kortisol plasma, glukosa, dan asam laktat dari stres dapat digunakan menjadi indikator lainnya. Hematologi ikan, histologi, biokimia dan lainnya yang dapat dijadikan garis kontrol kesehatan ikan.

Penyakit yang sering menyerang ikan air laut seperti ikan kerapu antara lain parasit berupa cacing pipih golongan trematoda ketika larva berumur 18 hari yang ditandai dengan nafsu makan berkurang, warna tubuh pucat, gerakan larva lambat dan berenang dipermukaan (Koesharyani et al., 2001). Bakteri yang sering menyerang sirip dan kulit yaitu flexibakter marinitinus ditandai dengan warna kulit keabu-abuan, pengikisan kulit disertai pendarahan, terjadinya pembusukan dan kerontokan pada sirip maupun ekor (Kurniastuty et al., 1999), sedangkan cara menanggulanginya dapat dilakukan perendaman Enrofloxacine 10 ppm selama 3 jam.

Ikan yang terserang bakteri flexibakter marinitinus dapat juga dilakukan dengan memindahkannya ke bak lain agar tidak menular pada larva yang lain dan diberi perlakuan dengan cara merendam larva pada air tawar di ember selama kurang lebih 5 menit, kemudian dimasukkan dalam bak ukuran 3x2x1,7 m. Air diisi setinggi 130 cm dan diberi larutan mg 150 ml. Adapun cara mengatasi agar larva tidak terserang bakteri flexibakter marinitinus dengan cara menjaga kualitas air, dilakukan pemberian probiotik, antibiotik serta dilakukan penyifonan pada dasar bak.

Virus yang sering menyerang ikan air laut adalah Virus Nervous Necrosis (VNN) (Harikrishnan et al., 2011). VNN ini dapat menyebabkan kematian massal dalam waktu cepat (Suratmi dan Aryani, 2007; Manin dan Ransangan, 2011). Selain itu, Yukio (2004) mengatakan bahwa ikan yang terserang VNN mengendap di dasar, keseimbangan renang terganggu serta bagian luar tubuh dan organ tetap dalam keadaan baik (tanpa luka). Hick et al., 2011 menambahkan bahwa gejala VNN yang paling jelas adalah disorientasi ikan yang berenang dalam pola spiral, hal ini sering disertai dengan perubahan warna kulit, ikan biasanya menjadi lebih gelap

7.2.7.  Panen dan pascapanen

Pemanenan dilakukan setelah ikan telah mencapai ukuran minimal 500 gram, dengan lama pemeliharaan 6-7 bulan.  Pemanenan  sebaiknya dilakukan   pada pagi atau sore hari karena pada saat tersebut suhu  relatif rendah. Untuk pemanenan ikan Bawal bintang dipuasakan terlebih dahulu (tidak diberi pakan) selama 12 - 48 jam sebelum ikan dipanen. Ikan yang telah siap panen dapat dipasarkan dalam keadaan hidup atau segar (fresh).

Untuk pemanenan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :

  1. Panenselektif, yaitu dengan memanen ikan yang sudah mencapai ukuran konsumsi saja. Cara ini dilakukan untuk memenuhi permintaan pasar dalam skala kecil.
  2. Panen total, merupakan pemanenan secara keseluruhan yang biasanya dilakukan bila permintaan pasar sangat besar atau ukuran ikan seluruhnya sudah memenuhi kriteria jual. Panen total ini lebih mudah dilakukan dibanding panen selektif.

Pemanenan ikan konsumsi dapat dilakukan dengan cara mengangkat jaring pemeliharaan dengan menggunakan kayu. Caranya yaitu dengan melewatkan kayu dari bagian bawah jaring yang kemudian diangkat, sehingga jaring pemeliharaan terbagi menjadi dua. Dengan cara ini akan memudahkan proses panen, baik secara selektif maupun total (Akbar 2002).

Pengangkutan benih maupun ikan konsumsi segar dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :

  1. Pengangkutan terbuka, pengangkutan dengan cara ini biasanya dilakukan pada transportasi darat dan laut. Ikan yang telah disiapkan dimasukkan ke dalam bak besar, kepadatan dan pergantian air disesuaikan dengan ukuran dan lama tempuh, dengan wadah angkut berupa drum plastik atau fiberglassyang sudah diisi air laut 1/2 sampai 2/3 bagian wadah, dengan suhu air laut dipertahankan konsisten 19-20oC. Untuk memenuhi kebutuhan oksigen bagi ikan selama pengangkutan, air laut perlu diberi aerasi.
  2. Pengangkutan tertutup; pengangkutan ini biasa diterapkan pada transportasi dengan ruangan yang terbatas melalui darat dan udara. Ikan dimasukkan ke dalam kantung plastik yang berisi air laut dan diberi oksigen dengan perbandingan 1 : 3, kemudian kantung plastik tersebut diikat kuat dengan menggunakan karet dan dimasukkan ke dalam sterofoam dengan es batu yang dibungkus koran yang dimasukkan diantara kantung-kantung ikan, kemudian sterofoam ditutup rapat   menggunakan lakban berukuran besar (Ismi 2004).

Sebelum dipasarkan, ikan yang telah dipanen sebaiknya dipuasakan selama 6 – 24 jam, tergantung dari ukuran ikan. Pemuasaan bertujuan untuk menghindari terjadinya buangan sisa-sisa metabolisme yang dapat menurunkan kualitas air dalam wadah penyimpanan.

Setelah dipuasakan, kemudian ikan tersebut dimasukkan ke dalam kantung plastik yang diberi tambahan oksigen murni sekitar 2/3 volume kantong.  Kemudian ujung kantung diikat kuat dengan menggunakan karet gelang.  Selanjutnya kantung-kantung tersebut dimasukkan ke dalam wadah stirofoam.  Untuk menjaga naiknya suhu air maka pada susunan kantung teratas diletakkan sebanyak 1 – 2 kantung es.  Kemudian wadah stirofoam ditutup rapat dan diberi perekat (lakban).  Selanjutnya di bagian atas kardus stirofoam diberi label yang berisi jenis, jumlah ikan, dan data lain yang sesuai.

TAHAPAN BUDIDAYA IKAN KAKAP DI KERAMBA JARING APUNG

1. Pendederan

Pada saat benih akan ditebar dalam keramba jaring apung harus di aklimatisasi terlebih dahulu dengan cara membuka kemasan benih dan meletakkannya di sisi keramba selama ½ jam sampai 1 jam agar terjadi penyesuaian terhadap suhu lingkungan secara perlahan. Padat penebaran benih ikan tersebut sebanyak 60-70 ekor per m3. Pemberian pakan secara ad libitum (sampai kenyang) sebanyak 10-15% per hari dari total biomassa ikan dengan frekuensi pemberian pakan yaitu 3 kali per hari. Pakan yang diberikan adalah pakan alami seperti ikan rucah atau potongan udang. Namun membiasakan ikan memakan pakan buatan. Pemeliharaan pendederan dilakukan selama 2-3 bulan.

2. Pembesaran

Setelah dipelihara 2-3 bulan, kakap putih dapat mencapai ukuran berat 60-70 gram per ekor. Sehingga ikan tersebut dapat dipindahkan ke keramba pembesaran. Pada keramba pembesaran, padat penebarannya sebanyak 40-50 ekor per m3.

3. Pemanenan

Pada umur 6-7 bulan, ikan kakap dapat dipanen karena sudah memiliki ukuran konsumsi, yaitu sebesar 500-700 gram per ekor.

https://dkp.acehprov.go.id/index.php/news/read/2018/08/07/36/budidaya-kakap-putih-dengan-keramba-jaring-apung.html

TEKNIK PEMBESARAN BAWAL BINTANG DI KERAMBA JARING APUNG  BPBL BATAM

1.PENEBARAN BENIH

Pembesaran Ikan Bawal Bintang ini dimulai dengan penebaran benih ukuran 5cm dengan padat penebaranan 1000ekor/jaring, dengan ukuran jaring 4x4x3m3 dengan ukuran mata jaring ¾ inchi. Setelah 2 bulan masa pemeliharaan benih sudah berukuran 80 gram kemudian dipindahkan  ke jaring ukuran 1 inchi, dengan padat tebar 850 ekor/jaring. Setelah mencapai ukuran 200 gram ikan dipindahkan ke jaring ukuran 1,5 inchi sampai panen ukuran 500 – 600 gram. Tempat pemeliharaan ikan Bawal bintang mengunakan KJA ukuran 8x8m yang terbagi menjadi  4 petak pemeliharaan dengan ukuran 4x4m.

2.PEMBERIAN PAKAN

Frekuensi dan waktu pemberian pakan yang tepat perlu diperhatikan agar menghasilkan pertumbuhan dan angka kelulusanhidupan yang baik serta penggunaan pakan yang efisien. Dosis pemberian pakan dari penebaran awal ikan sampai mencapai ukuran 100 gram adalah sebesar 7%. Selanjutnya dari ukuran 100-200 gram/ekor dosis pakan yang diberikan sebesar  5% dan ukuran ikan 200-300 gram pemberian pakan dengan dosis 4%, dan selanjutnya 300 gram sampai mencapai ukuran panen pakan yang diberikan dengan dosis 3% dari total biomass ikan. Frekuensi pemberian pakan diberikan 2 kali sehari.   Pakan yang  diberikan  berupa pakan buatan (pellet)  dengan kandungan protein minimal 37%, dengan berbagai ukuran disesuaikan dengan bukaan mulut ikan.

Untuk mengetahui pertumbuhan ikan Bawal Bintang yang dibudidayakan dan menentukan jumlah pakan yang diberikan dilakukan pengambilan data (Sampling) setiap 1 bulan sekali. Selain itu dilakukan pemilahan ukuran (Grading) dengan tujuan untuk menyeragamkan ukuran ikan sehingga tidak terjadi persaingan makan.

3.PENGENDALIAN KESEHATAN DAN LINGKUNGAN

Penyakit yang menyerang ikan Bawal Bintang biasanya disebabkan oleh bakteri, parasit dan virus. Oleh karena itu tindakan preventif sebaiknya dilakukan lebih awal, sedangkan tindakan pengobatan dilakukan ketika ikan terindikasi sakit. Tindakan pencegahan yang dilakukan yaitu: menjaga kebersihan lingkungan dengan cara pergantian jaring dan pencucian jaring setiap satu bulan sekali, pemberian makanan yang cukup baik jumlah maupun nutrisinya, dan perendaman dengan air tawar. Adapun pengobatan dilakukan dengan cara perendaman ikan, melalui makanan, dan penyuntikan.   

4.PEMANENAN

Pemanenan dilakukan setelah ikan telah mencapai ukuran minimal 500 gram, dengan lama pemeliharaan 6-7 bulan. Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari karena pada saat tersebut suhu relatif rendah. Untuk pemanenan ikan Bawal Bintang dipuasakan terlebih dahulu (tidak diberi pakan) selama 12 - 48 jam sebelum ikan dipanen.

https://kkp.go.id/bpblbatam/artikel/4216-teknik-pembesaran-bawal-bintang-di-keramba-jaring-apung-bpbl-batam