Bagaimana cara mencegah penggunaan pupuk kimia yang berlebihan?

PEMERINTAH diharapkan dapat segera menerapkan kebijakan precision farming atau bertani yang tepat untuk menangani persoalan penggunaan pupuk berlebih.

Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan Winarno Tohir mengatakan saat ini masih ada pemahaman salah dari petani dalam penggunaan pupuk di lahan pertanian mereka.

"Dulu memang waktu pertama kali (pupuk) urea diperkenalkan, dan hasilnya bagus, petani jadi salah mengartikan. Mereka menganggap semakin banyak (penggunaan pupuk) jadi semakin bagus," ujar Winarno kepada Media Indonesia di Jakarta, Selasa (11/7).

Untuk mengakhiri persoalan itu, menurut dia, pemerintah harus segera menerapkan program precision farming yang di dalamnya terdapat penilaian unsur tanah.

"Jadi nanti petani bisa membawa sampel tanah mereka ke laboratorium tanah untuk dilihat bagaimana kandungan unsur haranya. Dari situ akan ketahuan berapa dosis yang tepat untuk tanah itu. Setiap daerah pasti memiliki unsur tanah yang berbeda dan kebutuhannya pun berbeda."

Setelah itu, lanjutnya, pabrik pupuk akan membuatkan pupuk dengan kandungan dosis yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan setiap daerah.

"Kalau sekarang kan produksinya masih blending (campur)," tutur Winarno.

Soal teknis pengumpulan sampel, Winarno menyebutkan hal itu tidak akan merepotkan petani.

Pasalnya, para penyuluh bisa dibekali dengan laboratorium tanah mini yang praktis penggunaannya dan dapat dibawa ke mana-mana.

"Mau langsung uji kandungan tanah di saung di dekat petani juga bisa dilakukan."

Adapun cara lainnya, menurut Winarno, dengan membangun laboratorium tanah pada setiap kabupaten atau kecamatan.

Winarno berharap kebijakan mengenai pupuk dapat diterapkan dengan baik dan maksimal lantaran perannya yang begitu krusial bagi sektor pertanian.

Dia pun optimistis jika kebijakan tersebut diterapkan, penggunaan pupuk yang berlebih akan dapat ditekan dan menjadi lebih efisien. (Pra/E-3)

Di bidang pertanian, salah satu tantangan yang terus dihadapi adalah mendapatkan tanaman yang mampu menyerap nitrogen dengan baik. Hal ini karena nitrogen merupakan nutrisi penting bagi tanaman dan menjadi komponen utama pada pupuk kimia.Tanaman yang menggunakan nitrogen lebih efisien akan tumbuh lebih baik dan akan membutuhkan lebih sedikit pupuk, memberi manfaat secara ekonomi dan lingkungan. Meningkatkan efisiensi penggunaan nitrogen pada jagung dan tanaman lainnya menawarkan banyak manfaat."Ada tiga manfaat utama dengan menurunkan biaya petani, mengurangi pencemaran lingkungan, dan mengurangi emisi gas rumah kaca dari pertanian," kata peneliti pada Alexander Professor of Crop Sciences di University of Illinois di Urbana-Champaign, Stephen Moose, yang juga terlibat dalam penelitian bersama New York University (NYU).Para peneliti melakukan eksperimen dengan cabang kecerdasan buatan yaitu pembelajaran mesin (machine learning) yang memvalidasi delapan faktor transkripsi utama sebagai gen yang penting untuk efisiensi penggunaan nitrogen.Mereka menunjukkan bahwa ekspresi gen yang berubah di Arabidopsis dan jagung dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman di tanah bernitrogen rendah.Mengacu pada prediksi pembelajaran mesin beserta sifat tambahan pada tanaman, termasuk biomassa, dan hasil di Arabidopsis dan jagung, para peneliti telah membuktikan bahwa pendekatan itu dengan data yang diperoleh secara evolusioner ini dapat diterapkan pada sifat dan spesies lain.Penemuan gen penting pada tanaman dengan pembelajaran mesin dapat memprediksi gen penting yang dipakai untuk mencari gen dari tanaman yang tahan terhadap kekeringan. Pendekatan itu dalam dilakukan pada pada tanaman pokok seperti padi. Penggunaan pada hewan misalnya untuk mengetahui gen yang tahan terhadap penyakit tertentu."Potensinya untuk mengungkap gen yang penting untuk setiap sifat fisiologis atau klinis yang menarik di bidang biologi, pertanian, atau kedokteran sangat besar," kata Gloria Coruzzi, peneliti pada Carroll & Milton Profesor Petrie di Departemen Biologi NYU dan Pusat Genomik dan Biologi Sistem dan penulis senior makalah ini.

"Banyak ciri utama agronomi atau kepentingan klinis secara genetik kompleks dan karenanya sulit untuk menentukan kontrol dan warisan mereka. Keberhasilan kami membuktikan bahwa data besar (big data) dan pemikiran tingkat sistem dapat membuat tantangan yang sangat sulit ini dapat diatasi," pungkas penulis studi dari Departemen Hortikultura dan Arsitektur Lansekap di Universitas Purdue, Ying Li. hay/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat

Bagaimana cara mencegah penggunaan pupuk kimia yang berlebihan?

PUPUK adalah zat, baik sistetis atau organik, yang ditambahkan ke tanah untuk meningkatkan pasokan nutrisi penting yang meningkatkan pertumbuhan tanaman dan vegetasi di dalam tanah. Meski ditujukan untuk memberikan keuntungan bagi manusia, namun dampak dari kegiatan pemupukan pada tanah perlu diperhatikan.

Hal ini khususnya pada penggunaan pupuk kimia. Jika dilakukan secara berlebihan, penggunaan pupuk kimia bisa menimbulkan dampak yang justru merusak kesuburan tanah itu sendiri dan bukan menjadikannya subur. Pupuk kimia adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik-pabrik pupuk dengan meramu bahan-bahan kimia anorganik berkadar hara tinggi.

Bagaimana cara mencegah penggunaan pupuk kimia yang berlebihan?

Dalam jangka pendek, pupuk kimia memang mampu mempercepat masa tanam karena kandungan haranya bisa diserap langsung oleh tanah, namun di sisi lain dalam jangka panjang justru akan menimbulkan dampak yang negatif.

Bagaimana cara mencegah penggunaan pupuk kimia yang berlebihan?

Bagaimana cara mencegah penggunaan pupuk kimia yang berlebihan?

Pada umumnya tanaman tidak bisa menyerap 100% pupuk kimia. Selalu akan ada residua atau sisanya. Sisa-sisa pupuk kimia yang tertinggal di dalam tanah ini, bila terkena air akan mengikat tanah seperti lem/semen. Setelah kering, tanah akan lengket satu dengan lain (alias tidak gembur lagi), dan keras.

Selain keras, tanah juga menjadi masam. Kondisi ini membuat organisme-organisme pembentuk unsur hara (organisme penyubur tanah) menjadi mati atau berkurang populasinya. Beberapa binatang yang menggemburkan tanah seperti cacing tidak mampu hidup di kawasan tersebut dan kehilangan unsur alamiahnya. Bila ini terjadi, maka tanah tidak bisa menyediakan makanan secara mandiri lagi, dan akhirnya menjadi sangat tergantung pada pupuk tambahan, khususnya pupuk kimia.

Bagaimana cara mencegah penggunaan pupuk kimia yang berlebihan?

Apabila ketergantungan pada pupuk kimia tidak terelakkan, maka tanah pertanian kita seperti masuk dalam lingkaran setan.Dipakai semakin banyak, tanah semakin rusak. Dan tanah yang semakin rusak akan membuat petani semakin bergantung pada pupuk kimia.

Pada akhirnya, penghasilan petani semakin menurun akibat menurunnya produktifitas tanah seiring dengan meningkatnya biaya akibat meningkatnya kebutuhan pupuk. Hal semacam ini tentunya nanti akan berdampak pada petani itu sendiri. Karenanya petani harus diberikan pemahaman tentang dampak atau efek dari penggunaan pupuk kimia secara berlebihan.

Dikutip Dari:
http://www.kompasiana.com/charismarahma/masih-mau-pakai-pupuk-kimia-yuk-intip-bahayanya_54f84872a33311d55e8b4963


dan
http://berita.suaramerdeka.com/bebrayan/masih-mau-pakai-pupuk-kimia-yuk-intip-bahayanya/

Bagaimana cara mencegah penggunaan pupuk kimia yang berlebihan?

Artaya - atnews

Denpasar (Atnews) - Kepala UPTD Pertanian Terpadu, Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Bali Dr I Wayan Sunada berhasil menemukan sebuah inokulum (berupa pupuk hayati lengkap dengan ZPT) untuk membantu petani dalam meningkatkan hasil produksinya.

Inokulum itu diberi nama Bio-Inokulum. Bio-Inokulum ini didapatkannya dari hasil penelitian selama dua tahun. 

Hasil uji coba  Bio-inokulum bekerjasama dengan PT Bhali Banjar Gede di lahan petani penggarap Bapak Unyil (nama panggilan) di Desa Sedang, Kecamatan Abiansemal, Badung dengan lahan seluas satu hektar, mampu meningkatkan hasil produksi padi dua ton/ha nya. 

“Upaya itu dalam mengatasi permasalahan dunia pertanian, penggunaan pupuk kimia merupakan sebuah tren yang sangat populer,” kata Sunada di Denpasar, Minggu (10/3).

Padahal, penggunaan pupuk kimia memiliki banyak dampak negatif, baik untuk lahan, tanaman, bahkan bagi orang-orang yang mengkonsumsi makanan hasil tanaman yang mengandung pupuk kimia tersebut. 

Pupuk kimia yang diaplikasikan ke tanaman tidak semua diserap oleh tanaman tersebut, tetapi masih ada sisa zat kimia yang akan tinggal di tanah. 

Zat kimia yang tinggal tersebut akan mengikat tanah atau membuatnya menjadi lengket sehingga tanah tidak lagi gembur. 

Jika hal ini terjadi, maka tanah semakin ketergantungan terhadap pupuk kimia. Selain itu, pupuk kimia juga akan mengganggu keseimbangan hara pada tanah. 

Jika zat hara berkurang, maka tanaman akan kekurangan makanan. 

Apabila hal ini terjadi, maka tanaman tidak akan tumbuh dan berkembang secara  maksimal. Tanah yang tidak gembur akan mematikan atau mengurangi populasi organisme-organisme pembentuk unsur hara (organisme yang menyuburkan tanah). 

Hal lain yang juga seharusnya menjadi alasan petani untuk berpikir dua kali menggunakan pupuk kimia. Oleh karena itu, sebaiknya petani mengurangi penggunaan pupuk kimia.

Solusi dalam hal pengurangan penggunaan pupuk kimia mesti sudah ada solusinya.

Sebelum menggunakan Bio-inokulum, hasil produksi padi milik Bapak Unyil hanya 6 ton/ha, namun sekarang dengan menggunakan Bio-inokulum, hasil panen meningkat menjadi 8 ton/ha (panen dilakukan hari Minggu, 10 Maret 2019). 

Penggunaan Bio-inokulum ini mampu mengurangi penggunaan pupuk kimia sampai 50 % dari anjuran penggunaannya. Selain berhasil dalam meningkatkan produksi, penggunaan Bio-Inokulum pada tanaman padi menghasilkan ukuran bulir gabah yang besar, batang tanaman lebih besar, kokoh dan tinggi, umur panen lebih cepat serta tanaman padi tahan terhadap serangan penyakit seperti jamur dan bakteri. 

Menurut Dr I Wayan Sunada Uji coba Bio-Inokulum pada tanaman padi ini nantinya akan dilakukan sistem Salibu (Salin Ibu) dimana petani hanya cukup menanam padi sekali namun bisa memanen padi sebanyak 2 kali dalam setahun tanpa harus menanam kembali. 

Sehingga dapat menghemat biaya produksi karena petani tidak perlu kembali melakukan pengolahan lahan yang memerlukan biaya dan dalam sistem tanam Salibu ini, penggunaan pupuk kimia tidak lagi dilakukan sehingga petani juga dapat mengurangi biaya pembelian pupuk kimia. 

Penambahan pupuk pada sistem Salibu hanya menggunakan pupuk kompos dan pengaplikasian Bio-Inokulum.

Selain uji coba perlakuan Bio-Inokulum pada tanaman padi, juga dilakukan ke tanaman cabai dan jagung, masing-masing lahan seluas 1 ha per komoditi. Sehingga total luas areal demplot Bio-Inokulum sebanyak 3 ha. 

Dalam hal menjaga kualitas dan kuantitas hasil produksi sehingga didapat hasil produksi yang optimal, demplot Bio-Inokulum ini di awasi para ahli dibidang nya yaitu ketua peneliti ialah Dr Sunada dibantu anggota peneliti yaitu (1) Nur Fakih (2) Wahyu Wacana Suci Garjita (3) I Dewa Nyoman Darmayasa, (4) I Made Adi Dharmawan, (4) Harapan Budi Ginting. Sehingga nantinya hasil produksi yang didapat bisa lebih optimal. Bio-Inokulum datang petani senang. (ART/R/ika)


Baca Artikel Menarik Lainnya : Bapemperda DPRD Buleleng Gelar Rapat Bahas Dana Cadangan Pemilu 2024