Ayat ayat allah yang berupa fenomena alam tersebut adalah

JAKARTA, iNews.id - Ada 9 fenomena alam yang ada dalam Al-Quran untuk digali dan diteliti oleh manusia. Al-Quran yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad bukan saja sebagai pedoman hidup dan sumber hukum, namun juga sumber ilmu pengetahun. 

Karena itu, Islam selalu menyeru dan mendorong umatnya untuk senantiasa mencari dan menggali ilmu yang terkandung di dalam kitab suci itu.

Al-Quran juga menyuruh umat manusia untuk mengkaji alam semesta dan menyingkap rahasia di dalamnya melalui ilmu pengetahuan untuk peradaban manusia. Hal itu tidak lain untuk mengetahui tanda-tanda kekuasaan Allah. 

Perintah untuk mengkaji alam semesta itu disebutkan dalam Al Quran, Surat Yunus ayat 101. Allah SWT berfirman:

قُلِ انْظُرُوْا مَاذَا فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ ۗوَمَا تُغْنِى الْاٰيٰتُ وَالنُّذُرُ عَنْ قَوْمٍ لَّا يُؤْمِنُوْنَ ١٠١

Artinya: Katakanlah (Nabi Muhammad), “Perhatikanlah apa saja yang ada di langit dan di bumi!” Tidaklah berguna tanda-tanda (kebesaran Allah) dan peringatan-peringatan itu (untuk menghindarkan azab Allah) dari kaum yang tidak beriman. (QS. Yunus: 101).

Lantas, apa saja fenomena alam yang ada dalam Al-Quran. berikut ulasan lengkapnya.

9 Fenomena Alam yang ada dalam Al-Quran

1. Api di Dasar Laut

Fenomena alam yang ada dalam Al-Quran pertama yakni api di dasar laut. Sebuah penelitian tentang kerak bumi yang ada di dasar laut menemukan api yang diakibatkan adanya lava cair yang disertai abu vulkanik seperti gunung berapi.

Ayat ayat allah yang berupa fenomena alam tersebut adalah
Fenomena api di dasar laut.

Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al Quran surah At-Tur ayat 6.

وَالْبَحْرِ الْمَسْجُوْرِۙ ٦

Artinya: dan demi lautan yang dipanaskan (di dalamnya ada api). (QS. At Thur: 6)

Dalam Tafsir Quran Kemenag dijelaskan, sebagian ulama berpendapat dan menetapkan bahwa lapisan bumi itu seluruhnya seperti semangka, dan kulitnya seperti kulit semangka, artinya bahwa perbandingan kulit bumi dan api yang ada di dalam kulitnya itu seperti kulit semangka dengan isinya. 

Sebab itu, sekarang kita sebenarnya berada di atas api yang besar, yakni di atas laut yang di bawahnya penuh dengan api dan laut itu tertutup dengan kulit bumi dari segala pen-jurunya. Dari waktu ke waktu api itu naik ke atas laut yang tampak pada waktu gempa dan pada waktu gunung berapi meletus; seperti gunung berapi Visofius yang meletus di Italia pada tahun 1909 M yang telah menelan kota Mozaina, dan gempa yang telah terjadi di Jepang pada tahun 1952 M yang memusnahkan kota-kotanya sekaligus. Menurut Jumhur bahwa yang dimaksud dalam ayat ini ialah laut bumi

2. Pertemuan Dua Air Laut yang Tidak Menyatu

Fenomena alam yang ada dalam Al-Quran selanjutnya adalah tentang dua laut yang bertemu namun keduanya tidak menyatu. 

Ayat ayat allah yang berupa fenomena alam tersebut adalah
Fenomena ajaib di laut.

Fenomena ini terjadi di Selat Gibraltar yang menghubungkan Lautan Mediterania dan Samudra Atlantik. Dalam Al Quran, fenomena ini dijelaskan dalam surah Ar-Rahman ayat 19-20 yang artinya:  "Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu. Antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing." (QS. Ar-Rahman: 19-20).

Editor : Kastolani Marzuki

TAG : 9 fenomena Alam yang ada dalam Al-quran fenomena alam

Bagikan Artikel:

Ayat ayat allah yang berupa fenomena alam tersebut adalah

1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan,
2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah,
4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
( QS. Al-Alaq : 1-5 )
Allah telah menyediakan untuk kita dua jenis ayat. Yang pertama, Ayat Qauliyah, yaitu ayat-ayat yang Allah firmankan dalam kitab-kitab-Nya. Al-Qur’an adalah ayat qauliyah yang berfungsi antara lain sebagai petunjuk
“Dan Kami turunkan kepadamu al-Kitab (Al-Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang berserah diri”. [an-Nahl 16:89]

Yang kedua, Ayat Kauniyah,yaitu ayat-ayat dalam bentuk segala ciptaan Allah berupa alam semesta dan semua yang ada didalamnya. Ayat-ayat ini meliputi segala macam ciptaan Allah, baik itu yang kecil (mikrokosmos) ataupun yang besar (makrokosmos). Bahkan diri kita baik secara fisik maupun psikis juga merupakan ayat kauniyah. Ayat kauniyah ini sering juga disebut dengan fenomena alam.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam QS Fushshilat ayat 53:

“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) kami di segala penjuru bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al-Quran adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?”

Secara bahasa, makna ayat Qauliyah dan Kauniyah sebagai berikut:

Qauliyah berasal dari kata QOOLA yang maknanya adalah perkataan atau UCAPAN, yakni ayat Allah berupa ucapan yang difirmankan pada Muhammad SAW.

Kauniyah berasal dari kata KAANA yang maknanya adalah bukti. Secara istilah Kauniyah maksudnya adalah ayat-ayat Allah yang tidak terfirmankan atau terucapkan atau tertuliskan namun bisa dibuktikan melalui keadaan atau pun kejadian.
Seorang mukmin yang baik tak hanya sekedar mencari kebesaran Allah melalui ayat-ayatnya di dalam Al-Qur’an melainkan juga mencari ilmu dan kebesaran Allah melalui alam semesta.

Hubungan antara Ayat Qauliyah dan Ayat Kauniyah
Antara ayat-ayat qauliyah dan ayat-ayat kauniyah terdapat hubungan yang sangat erat. Keduanya tidak bertentangan, bahkan saling melengkapi, karena keduanya sama-sama berasal dari Allah swt.

Kalau kita memperhatikan ayat qauliyah, yakni Al-Qur’an, kita akan mendapati sekian banyak perintah dan anjuran untuk memperhatikan ayat-ayat kauniyah. Salah satu diantara sekian banyak perintah tersebut adalah firman Allah dalam QS Adz-Dzariyat ayat 20-21:

“Dan di bumi terdapat ayat-ayat (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin. Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?”
Dalam ayat diatas, jelas-jelas Allah mengajukan sebuah kalimat retoris: “Maka apakah kamu tidak memperhatikan?” Kalimat yang bernada bertanya ini tidak lain adalah perintah agar kita memperhatikan ayat-ayat-Nya yang berupa segala yang ada di bumi dan juga yang ada pada diri kita masing-masing. Inilah ayat-ayat Allah dalam bentuk alam semesta (ath-thabi’ah, nature).
Dalam QS Yusuf ayat 109, Allah berfirman: “Maka tidakkah mereka bepergian di muka bumi lalu melihat bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka?”
Ini juga perintah dari Allah agar kita memperhatikan jenis lain dari ayat-ayat kauniyah, yaitu sejarah dan ihwal manusia (at-tarikh wal-basyariyah).
Disamping itu, sebagian diantara ayat-ayat kauniyah juga tidak jarang disebutkan secara eksplisit dalam ayat qauliyah, yakni Al-Qur’an. Tidak jarang dalam Al-Qur’an Allah memaparkan proses penciptaan manusia, proses penciptaan alam semesta, keadaan langit, bumi, gunung-gunung, laut, manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan sebagainya. Bahkan ketika para ilmuwan menyelidiki dengan seksama paparan dalam ayat-ayat tersebut, mereka terkesima dan takjub bukan kepalang karena menemukan keajaiban ilmiah pada ayat-ayat tersebut, sementara Al-Qur’an diturunkan beberapa ratus tahun yang lalu, dimana belum pernah ada penelitian-penelitian ilmiah.

Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan al-Qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran (QS. 54:17, 22, 32, 40)
Karena itu, tidak hanya ayat-ayat qauliyah yang menguatkan ayat-ayat kauniyah. Sebaliknya, ayat-ayat kauniyah juga senantiasa menguatkan ayat-ayat qauliyah. Adanya penemuan-penemuan ilmiah yang menegaskan kemukjizatan ilmiah pada Al-Qur’an tidak diragukan lagi merupakan bentuk penguatan ayat-ayat kauniyah terhadap kebenaran ayat-ayat qauliyah.

Hikmah di Balik Ayat Kauniyah

Dalam tausiyahnya, Ustaz Somad juga mengungkapkan pentingnya mempelajari ilmu falak atau alam semesta, seperti astronomi. Dengan mempelajari ilmu tentang alam semesta, umat Islam mampu mendalami kebesaran Allah melalui tata surya dan segala ciptaan-Nya.

Berbicara takdir, Ustaz Somad menjelaskan bahwa manusia dihadapkan dengan dua jenis takdir, yaitu takdir yang dapat diubah dan tidak dapat diubah.

Salah satu contoh seperti kejadian yang menimpa umat Sayidina Umar saat terkena wabah penyakit. Saat itu, Sayidina Umar memerintahkan umatnya untuk pindah ke tempat lain agar terhindar dari wabah. Namun, ada sahabat yang mengatakan bahwa penyakit tersebut adalah takdir Allah dan su dah sepatutnya mereka menerimanya.

Umar pun menegaskan bahwa keputusan untuk berhijrah demi menghindari wabah penyakit adalah upaya untuk mengubah takdir buruk ke takdir baik. Takdir yang dialami umat Sayidina Umar adalah salah satu contoh takdir yang dapat diubah, sedangkan takdir yang tidak dapat diubah adalah kematian dan datangnya hari akhir (kiamat).

Pemahaman ilmu, tentu sangat penting dalam mendalami ayat-ayat kauniyah agar makna yang terkandung dapat diterima dengan tepat. Pengkajian ayat Kau niyah juga mengajari manu sia agar senantiasa hidup dalam keseimbangan antara keahlian secara intelektual dan kearifan secara spiritual, mengingat dalam mengkaji ayat Kauniyah, manu sia mampu untuk senantiasa meng ingat Allah, Surah Ali Imran ayat 191 me nyebutkan, “(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil ber diri atau duduk atau dalam ke ada an berbaring dan mereka me mikirkan tentang penciptaan la ngit dan bumi (seraya berkata): Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Mahasuci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.”

Kandungan yang tersaji dalam ayat tersebut, kata Ustaz Somad, adalah keutamaan untuk selalu senantiasa mengingat Allah dikala senang ataupun sedih, di kala kaya maupun miskin, dan di kala sehat maupun sakit. Zikir, kata dia, juga dibuktikan dalam tiga hal, yaitu lisan yang selalu menyebut Allah, hati yang selalu mengingat Allah, dan perlakuan yang menganggungkan Allah.

“Jadi, bukan hanya berzikir saja melainkan berpikir, sehingga terjadi keseimbangan antara intelektual dan spiritual,”

Kewajiban Kita terhadap Ayat-ayat Allah
Setelah kita mengetahui bentuk ayat-ayat Allah, yang menjadi penting untuk dipertanyakan adalah apa yang harus kita lakukan terhadap ayat-ayat tersebut. Atau dengan kata lain, apa kewajiban kita terhadap ayat-ayat tersebut? Dan jawabannya ternyata hanya satu kata: iqra’ (bacalah), dan inilah perintah yang pertama kali Allah turunkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran qalam. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS Al-‘Alaq: 1-5)
Lalu bagaimana kita membaca ayat-ayat Allah? Jawabannya ada pada dua kata: Tadabbur dan Tafakkur.

Terhadap ayat-ayat qauliyah, kewajiban kita adalah tadabbur, yakni membacanya dan berusaha untuk memahami dan merenungi makna dan kandungannya.
Al-Qur’an ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan keberkahan agar mereka menadabburkan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran bagi orang-orang yang mau berpikir.” (QS. Shad: 29).

Sedangkan terhadap ayat-ayat kauniyah, kewajiban kita adalah tafakkur, yakni memperhatikan, merenungi, dan mempelajarinya dengan seksama. Dan untuk melakukan dua kewajiban tersebut, kita menggunakan akal pikiran dan hati yang telah Allah karuniakan kepada kita.

Mengenai kewajiban tadabbur, Allah memberikan peringatan yang sangat keras kepada orang yang lalai melakukannya. Allah berfirman dalam QS Muhammad ayat 24: “Maka apakah mereka tidak mentadabburi Al Quran ataukah hati mereka terkunci?”

Dan mengenai kewajiban tafakkur, Allah menjadikannya sebagai salah satu sifat orang-orang yang berakal (ulul albab). Dalam QS Ali ‘Imran ayat 190 – 191, Allah berfirman: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka mentafakkuri (memikirkan) tentang penciptaan langit dan bumi (lalu berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan semua ini dengan sia-sia; Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.”

Tujuan Membaca Ayat-ayat Allah
Tujuan utama dan pertama kita membaca ayat-ayat Allah adalah agar kita semakin mengenal Allah (ma’rifatullah). Dan ketika kita telah mengenal Allah dengan baik, secara otomatis kita akan semakin takut, semakin beriman, dan semakin bertakwa kepada-Nya. Karena itu, indikasi bahwa kita telah membaca ayat-ayat Allah dengan baik adalah meningkatnya keimanan, ketakwaan, dan rasa takut kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Yang semestinya terjadi pada diri kita setelah kita membaca ayat-ayat qauliyah adalah sebagaimana firman Allah berikut ini: “Dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.” (QS Al-Anfal: 2)
Dan yang semestinya terjadi pada diri kita setelah kita membaca ayat-ayat kauniyah adalah sebagaimana firman Allah berikut ini: “Dan mereka mentafakkuri (memikirkan) tentang penciptaan langit dan bumi (lalu berkata): ‘Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan semua ini dengan sia-sia; Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS Ali ‘Imran: 191)
Selanjutnya, kita juga membaca ayat-ayat Allah agar kita memahami sunnah-sunnah Allah (sunnatullah), baik itu sunnah Allah pada manusia dalam bentuk ketentuan syar’i (taqdir syar’i) maupun sunnah Allah pada ciptaan-Nya dalam bentuk ketentuan penciptaan (taqdir kauni).
Dengan memahami ketentuan syar’i, kita bisa menjalani kehidupan ini sesuai dengan syariat yang ia kehendaki, dan dalam hal ini kita bebas untuk memilih untuk taat atau ingkar. Namun, apapun pilihan kita, taat atau ingkar, memiliki konsekuensinya masing-masing.
Adapun dengan memahami ketentuan penciptaan, baik itu mengenai alam maupun sejarah dan ihwal manusia, kita akan mampu memanfaatkan alam dan sarana-sarana kehidupan untuk kemakmuran bumi dan kesejahteraan umat manusia. Dengan pemahaman yang baik mengenai ketentuan tersebut, kita akan mampu mengelola kehidupan tanpa melakukan perusakan.

Simak lebih lanjut di Brainly.co.id – https://brainly.co.id/tugas/5256965#readmore