Konsep Job Safety Analysis (Analisis Bahaya Pekerjaan)" srcset="https://eecqemvzenj.exactdn.com/wp-content/uploads/2020/01/Konsep-Job-Safety-Analysis-JSA-PT.-Garuda-Systrain-Interindo-1-1024x1024.jpg?strip=all&lossy=1&ssl=1 1024w, https://eecqemvzenj.exactdn.com/wp-content/uploads/2020/01/Konsep-Job-Safety-Analysis-JSA-PT.-Garuda-Systrain-Interindo-1-300x300.jpg?strip=all&lossy=1&ssl=1 300w, https://eecqemvzenj.exactdn.com/wp-content/uploads/2020/01/Konsep-Job-Safety-Analysis-JSA-PT.-Garuda-Systrain-Interindo-1-100x100.jpg?strip=all&lossy=1&ssl=1 100w, https://eecqemvzenj.exactdn.com/wp-content/uploads/2020/01/Konsep-Job-Safety-Analysis-JSA-PT.-Garuda-Systrain-Interindo-1-600x600.jpg?strip=all&lossy=1&ssl=1 600w, https://eecqemvzenj.exactdn.com/wp-content/uploads/2020/01/Konsep-Job-Safety-Analysis-JSA-PT.-Garuda-Systrain-Interindo-1-150x150.jpg?strip=all&lossy=1&ssl=1 150w, https://eecqemvzenj.exactdn.com/wp-content/uploads/2020/01/Konsep-Job-Safety-Analysis-JSA-PT.-Garuda-Systrain-Interindo-1-768x768.jpg?strip=all&lossy=1&ssl=1 768w, https://eecqemvzenj.exactdn.com/wp-content/uploads/2020/01/Konsep-Job-Safety-Analysis-JSA-PT.-Garuda-Systrain-Interindo-1-1200x1200.jpg?strip=all&lossy=1&ssl=1 1200w, https://eecqemvzenj.exactdn.com/wp-content/uploads/2020/01/Konsep-Job-Safety-Analysis-JSA-PT.-Garuda-Systrain-Interindo-1-550x550.jpg?strip=all&lossy=1&ssl=1 550w, https://eecqemvzenj.exactdn.com/wp-content/uploads/2020/01/Konsep-Job-Safety-Analysis-JSA-PT.-Garuda-Systrain-Interindo-1-1000x1000.jpg?strip=all&lossy=1&ssl=1 1000w, https://eecqemvzenj.exactdn.com/wp-content/uploads/2020/01/Konsep-Job-Safety-Analysis-JSA-PT.-Garuda-Systrain-Interindo-1.jpg?strip=all&lossy=1&ssl=1 1280w">Konsep Job Safety Analysis (Analisis Bahaya Pekerjaan) Show
Menurut OSHA 3071 revisi tahun 2002, JSA adalah Sebuah analisis bahaya pekerjaan adalah teknik yang berfokus pada tugas pekerjaan sebagai cara untuk mengidentifikasi bahaya sebelum terjadi sebuah incident atau kecelakaan kerja. Berfokus pada hubungan antara pekerja, tugas, alat, dan lingkungan kerja. Idealnya, setelah dilakukan identifikasi bahaya yang tidak terkendali, tentunya akan diambil tindakan atau langkah-langkah untuk menghilangkan atau mengurangi mereka ke tingkat risiko yang dapat diterima pekerja. Menurut James E Roughton dalam Job Hazard Analysis A Guide for Voluntary Compliance and Beyond From Hazard to Risk: Transforming the JSA from a Tool to a Process, Analisis bahaya kerja (onsite JSA) adalah alat yang penting penting dalam manajemen keselamatan. Digunakan secara konsisten dan benar, itu akan meningkatkan kemampuan pekerja untuk membangun sebuah persediaan atau portofolio bahaya dan risiko yang terkait dengan berbagai pekerjaan, langkah kerja dan tugas rinci dilakukan oleh karyawan yang terlibat dalam pekerjaan yang akan dilakukan. Profesionalitas dan keterampilan akan meningkat ketika pekerja mulai menggunakan onsite JSA untuk menentukan keterkaitan antara langkah-langkah kerja dan tugas dan dinamika organisasi. Tentu saja akan meningkatkan keselamatan dan keahlian yang akan mempengaruhi peningkatan efektivitas pekerja dalam melaksanakan program-program kesehatan dan keselamatan kerja dalam menghadapi perubahan organisasi secara terus-menerus. Onsite JSA menyediakan metodologi dasar dan struktur yang diperlukan untuk mengenali bahaya dan unsur-unsur pilihan pribadi yang berkaitan dengan setiap pekerjaan. Ahli K3 Umum dapat memperkenalkan proses onsite JSA yang akan sangat meningkatkan evaluasi organisasi dari bahaya dan risiko yang terkait, dan harus menjadi bagian fundamental penting dari setiap proses keselamatan. Analisa keselamatan kerja (job safety analysis) adalah kegiatan pemeriksaan sistematis pekerjaan, yang bertujuan untuk mengidentifikasi potensi bahaya, menilai tingkat risiko, dan mengevaluasi langkah-langkah yang telah dilakukan untuk mengendalikan risiko. JSA berbeda inspeksi tempat kerja atau proses audit. Inspeksi tempat kerja adalah pemeriksaan sistematis kondisi dan praktek kerja di tempat kerja untuk menentukan kesesuaiannya dengan prosedur perusahaan dan peraturan K3 yang telah ditentukan. Audit adalah proses pemeriksaan sistematis dari sistem manajemen keselamatan untuk menentukan apakah aktivitas kerja dan hasil kerja sesuai dengan kebijakan perusahaan yang telah direncanakan dan program yang ditetapkan. Selain itu, audit mengevaluasi apakah program ini efektif dalam mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan dalam kebijakan (CCOHS, 2001). Pelaksanaan JSA harus dilakukan secara proaktif dimana fokus pelaksanaan JSA mengacu pada pemeriksaaan pekerjaan dan bukan pekerja yang melakukan pekerjaan tersebut. JSA dapat digunakan sebagai respon terhadap peningkatan cedera atau sakit, akan tetapi proses identifikasi bahaya dan penetapan tindakan pencegahan yang diperlukan harus dilakukan melalui proses perencanaan dan pengorganisasian tahap pekerjaan (CCOHS, 2001). Analisis keselamatan kerja merupakan elemen penting dari sebuah sistem manajemen risiko. Kegiatan ini melibatkan proses menganalisis setiap tugas dasar pekerjaan untuk mengidentifikasi potensi bahaya kemudian menentukan cara paling aman untuk melakukan pekerjaan. Prosedur JSA kadangkadang disebut juga sebagai analisis bahaya kerja (job hazard analysis) (CCOHS, 2001). Pekerja yang telah memiliki pengalaman dan supervisor dapat melakukan JSA dengan menganalisis pekerjaan melalui diskusi dan observasi. Pendekatan ini memiliki dua keuntungan yang berbeda. Pertama, melibatkan lebih banyak orang memberikan keuntungan sebagai dasar yang lebih luas dari pengalaman. Kedua, partisipasi banyak pihak akan meningkatkan penerimaan lebih cepat terhadap prosedur kerja yang dihasilkan (CCOHS, 2001). Penanggungjawab K3 dan manajemen perusahaan memiliki peran penting dalam pelaksanaan JSA dan memiliki kewajiban hukum untuk berpartisipasi dalam proses JSA. Penanggungjawab K3 dan manajemen perusahaan juga harus menyediakan pengalaman kerja yang berkaitan dengan evaluasi risiko dan kelayakan pengendalian yang tepat (CCOHS, 2001). Beberapa orang lebih memilih untuk memperluas analisis ke dalam semua aspek pekerjaan dan bukan hanya mengenai keselamatan. Pendekatan ini dikenal sebagai analisis pekerjaan atau analisis tugaskeseluruhan (total job analysis). Total job analysis didasarkan pada konsep bahwa keselamatan merupakan bagian integral dari setiap kinerja dan bukan entitas yang terpisah (CCOHS, 2001). Dougherty (1999) menyatakan bahwa JSA (Job Hazard Analysis) merupakan teknik analisis dengan empat tahap sederhana yang digunakan untuk mengidentifikasi hazard yang berhubungan dengan aktivitas pekerjaan seseorang dan untuk mengembangkan pengendalian terbaik untuk mengurangi resiko. Selain itu, menurut Friend and Kohn (2007), JSA juga merupakan teknik analisis yangdapat meningkatkan keseluruhan kinerja perusahaan dengan mengidentifikasi dan memperbaiki kejadian yang tidak diinginkan yang dapat mengakibatkan kecelakaan, penyakit, cedera, dan mengurangi kualitas dan produksi. Menurut Friend and Kohn (2007), JSA bermanfaat untuk mengidentifikasi dan menganalisa bahaya dalam suatu pekerjaan sehingga bahaya pada setiap jenis pekerjaan dapat dicegah dengan tepat dan efektif. Selain itu, JSA juga dapat membantu pekerja memahami pekerjaan mereka lebih baik khususnya memahami potensi bahaya yang ada dan dapat terlibat langsung mengembangkan prosedur pencegahaan kecelakaan. Hal ini menyebabkan pekerja dapat berpikir tentang keselamatan terkait pekerjaan mereka. Tujuan Job Safety Analysis (JSA)
Tiga Metode Dasar Untuk Melakukan JSA (Friend and Kohn, 2017)
Tahapan Pelaksanaan Analisis Keselamatan Kerja (Job Safety Analysis)Terdapat lima tahapan utama dalam pelaksanaan job safety analysis (JSA), yaitu (CCOHS, 2001): 1. Pemilihan pekerjaan yang akan dianalisisSecara ideal, JSA harus dilakukan pada semua kegiatan kerja, namun terdapat kendala pelaksanaan terkait ketersediaan waktu dan sumber daya. Selain itu JSA juga membutuhkan revisi pada setiap perubahan yang terjadi baik terkait peralatan, bahan baku, proses, atau lingkungan. Oleh karena itu dibutuhkan upaya penentuan prioritas terhadap pemilihan pekerjaan yang perlu dilakukan JSA. Adapun faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan prioritas antara lain: Angka kecelakaan dan cedera yang diakibatkan oleh pekerjaan.
2. Pembagian kerja berdasarkan proses yang berurutanPenyelesaian setiap tugas operasional dalam urutan yang tepat akan mengarah ke penyelesaian pekerjaan. Hal ini penting dilakukan untuk menjaga tugas dalam urutan yang benar. Tugas yang terdapat diluar urutan pekerjaan dapat menimbulkan peluang adanya bahaya yang tidak teridentifikasi. Ketika melakukan JSA, setiap tugas dicatat dalam urutan yang tepat. Catatan harus dibuat dari apa yang harus dilakukan, bukan bagaimana hal itu dilakukan (CCHOS, 2001). Membagi sebuah pekerjaan menjadi beberapa tugas membutuhkan pengetahuan yang benar mengenai pekerjaan tersebut. Jika tugas dibuat secara terlalu umum, operasi spesifik dan bahaya terkait dapat terlewatkan. Di lain hal, terlalu banyak tugas juga dapat membuat JSA tidak terlaksana dengan praktis. Aturan yang baik biasanya menyebutkan bahwa pada umumnya sebuah pekerjaan dapat di deskripsikan dalam kurang dari sepuluh tugas. Jika terdapat langkah kerja tambahan yang dibutuhkan, maka sebaiknya pekerjaan tersebut dipecah menjadi dua segmen yang memiliki JSA masing-masing secara terpisah.
Selain itu informasi lainnya yang dibutuhkan ketika membuat deskripsi dari pekerjaan adalah sbb. (Rausand, 2005):
3. Menentukan tindakan perbaikanLangkah keempat dalam JSA adalah menentukan cara untuk menghilangkan atau mengurangi bahaya yang telah diidentifikasi. Terdapat dua pendekatan untuk melakukan hal ini:
Tujuan dari kedua pendekatan ini sama yaitu pencegahan cedera, penyakit, dan kerugian lainnya. Langkah-langkah pencegahan tergantung pada temuan JSA. 4. Mengkomunikasikan informasi pada yang lainSetelah langkah-langkah pencegahan yang dipilih, selanjutnya hasil harus dikomunikasikan kepada semua karyawan yang sedang atau akan melakukan pekerjaan itu. Format yang digunakan dalam lembaran JSA bukan format yang ideal untuk tujuan intruktional. Akan tetapi akan lebih baik apabila hasil dari JSA digunakan untuk mengambangkan prosedur kerja secara naratif. JSA yang lengkap berfungsi sdebagai sebuah alat untuk memastikan keselamatan dan kesehatan di tempat kerja. Secara khusus, JSA berfungsi untuk:
5. Follow-up dan Review Job Safety AnalysisAdalah penting untuk membangun tidak lanjut dan proses review untuk pemantauan efektifitas tindakan pencegahan dan pengendalian yang diimplementasikan oleh JSA. Hal ini dilakukan untuk:
Review berkala sangat berguna untuk memastikan komponen JSA tetap saat ini dan fungsional, sehingga karyawan mengikuti prosedur dan praktek seperti yang direkomendasikan oleh JSA. Pengulangan pembuatan JSA dibutuhkan ketika:
Waktu dan usaha yang terlibat dalam JSA merupakan investasi untuk mengontrol cedera, kerusakan dan kerugian produksi. Cara Melaksanakan dan Implementasi Analisis Keselamatan Kerja (Job Safety Analysis)Terdapat tiga belas cara untuk memaksimalkan pelaksanakan dan implementasi JSA. Berikut hal-hal yang dapat dilakukan yaitu (CCOHS, 2001):
Mari baca artikel lain tentang K3: Kunci dari Budaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang Efektif PT Garuda Systrain Interindo menyediakan layanan pelatihan ahli K3 umum dan konsultasi di bidang keselamatan dan kesehatan kerja, lingkungan, dan mutu. Apa yg dimaksud Job Safety Analysis?JSA ( Job Safety Analysis) adalah teknik manajemen keselamatan yang fokusnya pada identifikasi bahaya yang berhubungan dengan rangkaian pekerjaan atau tugas yang dilakukan. JSA berfokus pada hubungan antar pekerja, tugas/pekerjaan, lingkungan kerja dan peralatan.
Jelaskan apa yang dimaksud dengan Job Safety Analysis serta berikan langkah langkah penyusunannya?Job Safety Analysis (JSA) atau dikenal juga dengan Job Hazard Analysis merupakan upaya untuk mempelajari/menganalisa dan serta pencatatan tiap-tiap urutan langkah kerja suatu pekerjaan, dilanjutkan dengan identifikasi potensi-potensi bahaya di dalamnya kenudian diselesaikan dengan menentukan upaya terbaik untuk ...
4 Langkah Langkah dalam job safety analysis JSA?Langkah 1 − Memilih pekerjaan yang akan dianalisis.. Langkah 2 − Merinci langkah-langkah pekerjaan dari awal hingga selesainya pekerjaan.. Langkah 3 – Identifikasi bahaya.. Langkah 4 − Menentukan tindakan pengendalian.. Langkah 5 − Dokumentasi dan komunikasikan temuan analisis bahaya kepada pekerja.. Perubahan Kondisi Area Kerja.. |