Apa makna perumpamaan tentang gandum dan ilalang dalam Matius 14 24 artinya?

Apa makna perumpamaan tentang gandum dan ilalang dalam Matius 14 24 artinya?

[media-credit name=”askgramps.org” align=”alignleft” width=”300″]

Apa makna perumpamaan tentang gandum dan ilalang dalam Matius 14 24 artinya?
[/media-credit]REKAN -rekan yang budiman! Petikan yang dibacakan pada hari Minggu Biasa XVI A tahun ini memuat tiga perumpamaan mengenai Kerajaan Surga.Tentang  lalang dan gandum (Mat 13:24-30); sesawi (13:31-32), dan ragi (13:33-35) diikuti dengan penjelasan Yesus mengenai perumpamaan yang pertama khusus bagi murid-muridnya (13:36-43).

Rangkaian seperti ini juga terdapat dalam petikan Minggu lalu (Mat:1-23), yakni perumpamaan mengenai penabur serta penjelasannya kepada murid-muridnya.

Tanah yang sesuai
Di situ diperlihatkan betapa rapuhnya benih Kerajaan Surga. Oleh karenanya perlu ada tanah yang cocok  serta penggarapan yang sungguh agar dapat bertumbuh dan berbuah. Petikan lalang dan gandum memperlihatkan sisi-sisi lain.

Lalang yang tumbuh bersama dengan gandum menggarisbawahi daya-daya gelap tidak sertamerta tersingkir dari kehidupan orang beriman. Kerajaan Surga juga seumpama sesawi dan ragi. Walaupun pada awalnya kecil dan sedikit, nanti bila tumbuh dan berkembang akan menaungi dan merasuki banyak orang.

Para pendengar diajak menarik hikmat dari perumpamaan-perumpamaan itu untuk membaca kembali iman dalam mengikuti Yesus.

Bayangan kekuatan gelap
Perumpamaan mengenai benih lalang yang ditaburkan musuh di ladang gandum menunjukkan bahwa kekuatan-kekuatan gelap masih tetap membayangi orang-orang yang sudah mau menerima kehadiran ilahi. Sekaligus ditegaskan bahwa keadaan ini nanti akan berakhir. Satu saat yang gelap akan dipisahkan dari yang terang.

Dalam perumpamaan ini diceritakan satu saat para penggarap ladang (“hamba-hamba”) melapor kepada pemilik bahwa ada lalang tumbuh di situ padahal sang pemilik kan hanya menabur benih baik, yakni benih gandum.

Ilalang=Iblis
Pendengar sebelumnya sudah mendengar bahwa pada malam hari seorang musuh menyebarkan bibit lalang, namun para penggarap belum tahu. Yang empunya ladang tetap tenang.

Ia sadar apa yang terjadi dan memberitahu para penggarap bahwa ada lawan yang menabur lalang di situ. Para penggarap ladang mau segera mencabuti lalangnya.

Dan memang biasanya ladang sering disiangi dan dibersihkan dari tetumbuhan lain. Tetapi dalam perumpamaan ini pemilik mencegah. Aneh! Sikap pemilik itu bukan seperti yang biasa terjadi.

Pendengar yang tahu seluk beluk penggarapan ladang juga segera merasa ada yang tak wajar. Lalang biasanya segera dicabuti, juga bila tumbuh lagi. Semakin aneh lagi, alasannya ialah agar gandum tak ikut tercabut.

Mana mungkin! Para penggarap kan tahu betul mana lalang dan mana gandum. Kadang-kadang terdengar tafsiran bahwa jenis lalang yang dibicarakan di sini boleh jadi amat mirip dengan gandum sehingga resiko yang diungkapkan pemilik tadi jadi lebih masuk akal.

Namun penjelasan seperti ini sebetulnya dicari-cari dan malah memiskinkan perumpamaan tadi. Dalam perumpamaan wajar ada hal yang mengusik dan tak langsung terasa klop. Justru unsur itulah yang dapat membuat orang berpikir lebih lanjut.

Oleh karena itu lebih baik kita biarkan saja keanehan pemilik ladang tadi. Ia melarang para penggarap ladang itu melakukan pembersihan. Tentu para penggarap akan bertanya-tanya terus. Pendengar akan dapat ikut menikmati ajaran perumpamaan ini bila bersedia membiarkan keanehan tadi.

Kekuatan jahat memang terasa mengancam. Dan tidak dapat disangkal adanya. Yang bisa dilakukan ialah belajar mengenali gerak geriknya. Manusia kiranya juga tak bakal mampu meniadakannya dengan kekuatan sendiri.

Akan dijelaskan kepada para murid bahwa lalang ialah orang-orang yang memihak yang jahat. Mereka itu disemai oleh Iblis sendiri. Iblis juga pernah menggoda Yesus tanpa hasil, dan kini Yesus mengajar murid-muridnya agar tahu cara-cara yang dipakai Iblis mengeruhkan keadaan. Para murid dapat belajar menjadi semakin mampu juga membedakan yang baik dari buruk.

Pastor Eric Chang | Matius 13: 24-30 |

Mari kita melihat Matius 13:24-30:

Yesus membentangkan suatu perumpamaan lain lagi kepada mereka, kata-Nya:

“Hal Kerajaan Sorga itu seumpama orang yang menaburkan benih yang baik di ladangnya. Tetapi pada waktu semua orang tidur, datanglah musuhnya menaburkan benih lalang di antara gandum itu, lalu pergi. Ketika gandum itu tumbuh dan mulai berbulir, nampak jugalah lalang itu.
Maka datanglah hamba-hamba tuan ladang itu kepadanya dan berkata: Tuan, bukankah benih baik, yang tuan taburkan di ladang tuan? Dari manakah lalang itu? Jawab tuan itu: Seorang musuh yang melakukannya.
Lalu berkatalah hamba-hamba itu kepadanya: Jadi maukah tuan supaya kami pergi mencabut lalang itu? Tetapi ia berkata: Jangan, sebab mungkin gandum itu ikut tercabut pada waktu kamu mencabut lalang itu. Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai.
Pada waktu itu aku akan berkata kepada para penuai: Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandum itu ke dalam lumbungku.”

 Penjelasan bagi perumpamaan ini mengikuti di ayat-ayat 36-43:

Maka Yesuspun meninggalkan orang banyak itu, lalu pulang. Murid-murid-Nya datang dan berkata kepada-Nya: “Jelaskanlah kepada kami perumpamaan tentang lalang di ladang itu.”
Ia menjawab, kata-Nya: “Orang yang menaburkan benih baik ialah Anak Manusia; ladang ialah dunia. Benih yang baik itu anak-anak Kerajaan dan lalang anak-anak si jahat. Musuh yang menaburkan benih lalang ialah Iblis. Waktu menuai ialah akhir zaman dan para penuai itu malaikat.
Maka seperti lalang itu dikumpulkan dan dibakar dalam api, demikian juga pada akhir zaman. Anak Manusia akan menyuruh malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan mengumpulkan segala sesuatu yang menyesatkan dan semua orang yang melakukan kejahatan dari dalam Kerajaan-Nya. Semuanya akan dicampakkan ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi. Pada waktu itulah orang-orang benar akan bercahaya seperti matahari dalam Kerajaan Bapa mereka. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!”

Perumpamaan ini berhubungan dengan penanaman gandum dan lalang di dalam Kerajaan Allah. Perumpamaan ini menunjukkan kepada kita perbedaan yang dapat dilihat di antara dua jenis manusia di dalam Kerajaan Allah. Tetapi pertama-tama marilah kita melihat beberapa istilah di dalam perumpamaan ini sebelum kita melanjutkan untuk berbicara tentang perumpamaan itu sendiri.

Yesus memulai dengan menyebutkan istilah ‘Kerajaan Surga.’ Ini merupakan istilah yang dipakai di Injil Matius yang sejajar kepada pemakaian istilah ‘Kerajaan Allah’ di Injil Lukas. Banyak orang yang tidak mengerti istilah ‘Kerajaan Allah’ ini. Mereka bertanya, “Apakah Kerajaan Allah menunjuk kepada gereja? Apakah artinya?” Pada dasarnya, Kerajaan Allah menunjuk kepada pemerintahan atau kedaulatan Allah.

Sama seperti kebanyakan dari perumpamaan Yesus, yang ini juga berkenaan dengan kerajaan atau pemerintahan Allah di dunia ini. Di Matius 21:43,  Yesus berkata,

“Sebab itu, Aku berkata kepadamu, bahwa Kerajaan Allah akan diambil dari padamu (yaitu, dari bangsa Yahudi) dan akan diberikan kepada suatu bangsa yang akan menghasilkan buah Kerajaan itu.”

Ini merupakan satu ayat yang bagus dari mana kita dapat memahami artinya ‘kerajaan’.

Kita dapat membacanya seperti ini: “Sebab itu, Aku berkata kepadamu, bahwa pemerintahan (kekuasaan) Allah akan diambil dari padamu dan akan diberikan kepada suatu bangsa yang akan menghasilkan buah pemerintahan (kekuasaan) itu.” Perhatikan bahwa gereja tidak sama dengan Kerajaan Allah. Di sini, Kerajaan Allah dapat diambil dari sebuah bangsa dan diberikan kepada sebuah bangsa yang lain. Kerajaan Allah diberikan pada bangsa yang baru ini – yakni gereja – bangsa yang kudus yang dimaksudkan di 1 Petrus 2:9. Jadi, Kerajaan Allah dapat diberikan kepada Anda, tetapi Kerajaan Allah juga dapat diambil dari Anda. Kerajaan Allah bukanlah sesuatu yang dapat dianggap menjadi milik Anda buat selama-lamanya. Kerajaan Allah dapat diambil dari Israel dan diberikan kepada gereja.

Inilah yang dikatakan oleh Paulus dari Roma 9 hingga 11, terutamanya di fasal 11 yang menyatakan bahwa Israel telah dipatahkan, dan kita, yang bukan bagian dari pohon yang asli, telah dicangkokkan pada pohon tersebut. Di sini, Paulus menggunakan gambaran yang berbeda untuk menyatakan hal yang sama. Untuk memiliki Allah sebagai Raja merupakan satu hak istimewa yang tertinggi karena itu berarti kita telah masuk ke dalam suatu hubungan yang istimewa dengan Dia, sama seperti bangsa Israel memiliki suatu hubungan yang istimewa dengan Allah. Tidak ada bangsa lain yang memiliki Allah sebagai Raja. Bangsa-bangsa lain memiliki raja-raja, tetapi Israel memiliki Allah sebagai Rajanya karena Israel mempunyai hubungan yang istimewa dengan Dia. Bangsa Israel menjadi umat-Nya, dan Ia menjadi Allah mereka. Melalui suatu perjanjian Ia menjadi Allah umat Israel dan mereka menjadi umat-Nya.

Demikian juga, kita melalui suatu perjanjian yang baru menjadi umat-Nya melalui ketaatan kita kepada Yesus, Mesias dan Raja kita. Kita yang hidup di dalam ketaatan pada Yesus telah menerima Kerajaan Allah. Apakah Anda telah menerima Kerajaan Allah? Ini bergantung pada apakah Anda telah memahkotakan Yesus sebagai Raja dalam kehidupan Anda. Ini bergantung pada apakah Anda telah masuk ke dalam suatu hubungan yang hidup bersama Allah melalui Yesus. Tidak seorangpun dapat masuk ke dalam suatu hubungan yang hidup bersama Allah kecuali ia terlebih dulu memahkotakan Yesus sebagai Raja atas kehidupannya.

Menjadi anak Kerajaan, kita mengemban suatu tanggungjawab dan penghargaan yang tertinggi. Hanya mereka yang memiliki Yesus sebagai Raja atas kehidupan mereka memiliki semua berkat yang dianugerahkan dari Bapa kepada mereka. Berkat-berkat seperti kehidupan yang kekal dan semua buah Roh. Jika Anda memahkotakan Yesus sebagai Raja atas hidup Anda, Anda mengalami damai sejahtera dan kasih, karena dia adalah Raja damai dan kasih. Lebih dari itu, akan ada kebenaran dan kekudusan di dalam kehidupan Anda. Namun, jika Yesus tidak berkuasa atas kehidupan Anda, maka Anda bukan bagian dari Kerajaan Allah. Oleh karena itu, terdapat suatu perbedaan yang besar di antara orang-orang yang hanya Kristen pada nama dan orang-orang Kristen yang sejati. Ini merupakan pokok yang utama dalam perumpamaan ini.

Satu lagi hal yang perlu kita mengerti tentang Kerajaan Allah atau Pemerintahan Allah adalah terdapat dua tahap: tahap masa kini dan tahap masa depan. Dalam perumpamaan ini, kita berbicara tentang tahap masa kini, dan bagian akhir dari perumpamaan berbicara tentang tahap masa depan, ketika semua yang berbuat jahat akan dikeluarkan dan Allah akan mendirikan Kerajaan-Nya di dalam penghakiman dan keadilan.

Perumpamaan ini berakhir dengan kata-kata ini, “Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!” Yesus menggunakan kata-kata ini apabila dia ingin mengatakan sesuatu yang amat penting. Karena ada banyak orang yang bertelinga tetapi tidak mendengar. Itulah sebabnya Yesus berkata, “Domba-dombaku mendengar suara-ku, dan aku mengenal mereka, dan mereka mengikut aku” (Yohanes 10:27). Perumpamaan ini ditujukan kepada mereka yang bertelinga untuk mendengar, dan siap untuk menjadi domba-dombanya karena mereka siap untuk memahkotakan Yesus sebagai Raja atas kehidupan mereka. Satu lagi alasan mengapa perumpamaan ini penting adalah karena ini merupakan satu dari hanya dua perumpamaan, di mana suatu penjelasan diberikan. Perumpamaan-perumpamaan yang lain disampaikan oleh Yesus tanpa penjelasan. Ini berarti perumpamaan ini adalah sebuah perumpamaan fondasi (dasar), sama seperti perumpamaan seorang penabur yang juga mempunyai penjelasan.

Ketika saya mempelajari ajaran Yesus, saya makin dikagumkan oleh kedalaman, kekayaan dan kekuatannya. Lebih banyak saya mempelajari ajarannya, makin saya heran mengapa ajarannya tidak diajarkan secara sistematis hari ini. Saya telah menjadi orang Kristen selama lebih dari 30 tahun dan saya tidak pernah mendengar ajaran Yesus dijelaskan dengan cara ini. Anda akan mendapati banyak pengkhotbah seringkali suka mengutip beberapa ayat dari ajaran rasul Paulus – biasanya beberapa ayat yang sama – dan berkhotbah seputarnya. Mereka suka berpegang pada beberapa ayat, dan kelihatannya tidak mempunyai keyakinan untuk mengkhotbahkan ayat-ayat yang lain di dalam Alkitab. Ini bukanlah caranya untuk mengkhotbahkan Firman Allah karena kita akan menjadi sama sekali tidak seimbang jika kita sentiasa memberitakan beberapa ayat yang sama. Kita harus memberitakan seluruh maksud Allah. Itulah sebabnya kita sedang mempelajari seluruh pengajaran Yesus, dan tidak hanya memilih beberapa ayat di sana sini, tetapi mengambil segala sesuatu yang diucapkan Yesus dan berusaha untuk memahaminya, di bawah bimbingan Roh Kudus.

Ketika saya membandingkan ajaran Yesus dengan ajaran gereja, saya perhatikan terdapat suatu jurang pemisah yang mengherankan di antara keduanya. Jika Anda memulai dengan ajaran atau doktrin gereja, Anda akan mendapati bahwa Anda tidak mampu untuk memahami ajaran Yesus. Anda telah menetapkan dogma-dogma tertentu dalam pikiran Anda yang membuat Anda tertutup untuk memahami ajarannya yang sesugguhnya.

Hal ini benar di dalam pengalaman saya sendiri. Pada waktu saya pertama kali mempelajari ajaran Yesus, saya tidak dapat memahaminya. Ajarannya tertutup bagi saya, seperti suatu bahasa yang tidak saya mengerti. Saya telah diajarkan doktrin-doktrin dan dogma-dogma tertentu, yang tampaknya bertentangan dengan apa yang disampaikan oleh Yesus. Akhirnya saya menyadari bahwa saya telah menutup diri pada ajaran Yesus, yang memang sering dilakukan oleh gereja. Anda harus datang dengan pikiran yang terbuka dan mengesampingkan dogma-dogma dan doktrin-doktrin yang Anda pegang selama ini, jika tidak, Anda tidak akan memahami firman Tuhan. Banyak pendeta yang berkata, “Kita harus mengajarkan dogma-dogma dan doktrin-doktrin.” Tentu saja, kita harus, namun dogma siapa dan doktrin siapa? Kita harus ingat bahwa dogma-dogma adalah bentukan-bentukan (formasi-formasi) ajaran yang dibuat oleh manusia. Setelah kita menerima dogma-dogma ini, kita tidak akan dengan mudah menerima apapun yang lain karena pemikirannya sudah terbentuk dengan cara yang tertentu.

Jika kita harus berbicara tentang dogma, maka saya berharap kita hanya memiliki satu dogma: yaitu, apa saja yang Yesus katakan. Itu cukup bagi saya dan saya akan berpegang padanya. Perkataan-perkataan yang kukatakan adalah roh dan hidup (Yohanes 6:63) dan saya tidak akan mengizinkan dogma atau doktrin siapapun untuk memutuskan apakah saya menerima ajarannya atau tidak. Jika terdapat suatu dogma yang dapat dijelaskan dalam terang ajarannya dan tidak bertentangan, saya akan menerimanya. Tetapi saya tidak mau kembali kepada hari-hari silam tersebut di mana pikiran saya begitu dipenuhi dengan doktrin-doktrin dan dogma-dogma gereja sehingga saya tidak dapat memahami ajaran yang disampaikan oleh Yesus.  

Jika Anda datang kepada firman dengan suatu pikiran bahwa suatu doktrin tertentu adalah benar, Anda akan mendapati mustahil untuk menerima ajaran Yesus yang bertentangan dengan doktrin Anda itu. Misalnya, Anda mungkin telah memutuskan di dalam pikiran Anda bahwa keselamatan diterima melalui iman yang tidak menuntut kekudusan – yang merupakan ajaran standar di gereja masa kini – di mana kekudusan merupakan kekristenan tingkat tinggi. Karena Anda telah memutuskan hal ini terlebih dulu, Anda tidak akan mendengarkan ajaran Yesus tentang kekudusan bagi setiap orang percaya. Suatu hal yang sangat tragis!

Selanjutnya, apabila kita berbicara tentang doktrin-doktrin atau dogma-dogma pada masa kini, kita biasanya menunjuk kepada doktrin-doktrin Kalvin, Agustinus, atau gereja Katolik Roma. Jika Anda seorang Katolik, Anda akan berpegang pada doktrin Katolik Roma. Dan Anda tidak mau mendengarkan lagi apa yang dikatakan oleh Kitab Suci. Sebagai misal, jika Anda telah mempercayai adanya tempat penyucian (purgatory), yang telah menjadi salah satu dogma gereja Katolik, apabila Anda membaca Alkitab dan tidak menemukan tempat penyucian di situ, apa yang Anda lakukan? Barangkali Anda berkata, “Aku tidak peduli apakah Alkitab menyatakan adanya tempat penyucian atau tidak. Gereja menyatakan adanya tempat penyucian, dan aku menerima dogma itu.”

Gereja Katolik juga menyatakan bahwa di luar gereja Katolik Roma, tidak ada keselamatan. Mereka telah mengubah pernyataan ini sejak Vatikan II. Bagaimanapun, suatu ketika dulu pernyataan ini merupakan satu dogma. Ini menunjukkan bahwa doktrin-doktrin manusia dapat diubah. Lalu, dogma mana yang benar? Dogma sebelum Vatikan II atau yang sesudah Vatikan II? Kalau kita tidak kembali kepada firman Tuhan, kita bahkan mungkin berakhir dengan kepercayaan bahwa kita akan diselamatkan hanya oleh iman, tanpa perlunya kekudusan. Ini tentu saja mencerminkan definisi kita akan iman! Apabila saya berkhotbah tentang kekudusan, beberapa orang berkata, “Hei, jangan berkhotbah tentang kekudusan!” Mereka berpikir bahwa saya memberitakan keselamatan oleh perbuatan. Dogma kita ternyata telah menutup pikiran kita kepada ajaran Yesus. Kita perlu pergi ke gereja dengan hati yang terbuka. Lihatlah pada gereja-gereja pada masa kini. Dogma dan doktrin siapa yang kita ajarkan? Orang-orang yang berbicara tentang doktrin berkata, “Marilah kita mengajarkan doktrin-doktrin Kalvin,” seolah-olah doktrin-doktrin Kalvin sama dengan Firman Allah. Atau jika mereka adalah Katolik Roma, mereka akan berkata, “Marilah kita mengajarkan doktrin-doktrin gereja Katolik Roma,” seolah-olah doktrin-doktrin Katolik Roma sama dengan firman Tuhan atau barangkali bahkan lebih unggul dari firman Tuhan! Sebagaimana Yesus berkata kepada orang-orang Farisi, “Sungguh pandai kamu mengesampingkan perintah Allah, supaya kamu dapat memelihara adat istiadatmu sendiri.” (Markus 7:9) ‘Adat istiadatmu’ dalam istilah orang-orang Farisi berarti ‘doktrinmu.’ Doktrin memang telah mengesampingkan Firman Allah. Kita hanya perlu melihat ke dalam Misynah untuk melihat bagaimana mereka mengesampingkan Firman Allah untuk berpegang pada doktrin-doktrin mereka.

Bagaimana dengan ajaran Yesus tentang keselamatan? Apakah gereja mengajarkan hal yang sama? Yesus mengajarkan bahwa kita diselamatkan oleh suatu iman yang harus diartikan sebagai satu komitmen yang total kepada dia sebagai Raja. Ia mengungkapkan hal ini dengan kata-kata yang tidak mungkin dapat disalahartikan: “Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut aku, ia tidak layak bagi-ku.” (Matius 10:38). Melainkan kita siap untuk menyerahkan seluruh kehidupan kita, memberikan diri kita dengan sepenuhnya kepada Yesus sebagai Raja, kita tidak layak baginya. Kita harus melakukan apa saja yang diperintahkannya kepada kita, bahkan sampai memikul salib dan disalibkan. Melainkan kita melakukan itu, kita tidak layak baginya. Ini adalah perkataan-perkataan Yesus.

Apakah doktrin-doktrin kita telah menutup pikiran kita kepada ajaran-ajaran semacam ini? Kita berkata, “Yesus tidak mungkin menuntut begitu banyak. Ia mengasihi kita dan tentu saja tidak menuntut begitu banyak dari kita.” Doktrin-doktrin kita telah mencondongkan pikiran kita untuk menolak ajarannya yang sesungguhnya. Tidak mungkin Yesus menuntut begitu banyak dari kita. Ajaran masa kini menekankan bahwa Allah melalui Yesus memberikan segala sesuatu kepada kita, tetapi tidak menuntut apa-apa yang berarti dari kita. Dengan demikian, kita mengabaikan ajaran yang disampaikan oleh Yesus di dalam Injil.

Apa terjadi apabila seseorang bertobat, memikul salibnya dan mengikut Yesus sebagai Raja? Ia dilahirkan kembali oleh Roh Allah. Ia diubahkan; kehidupannya dibarui; kehidupan Allah masuk ke dalam jiwanya. Itulah regenerasi (kelahiran kembali) menurut pengertian Firman, dan itu berarti suatu transformasi (perubahan) telah terjadi. Anda bukan lagi pribadi yang sama seperti dulu, karena Anda telah diubahkan.

Rasul Paulus berkata, “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.” (2 Korintus 5:17) Di masa kini ayat ini diberitakan sebagai tidak lebih dari suatu status yang baru. Satu ciptaan baru bukanlah suatu status yang baru. Jika saya menciptakan sesuatu dari semula, ciptaan itu mengalami perubahan di dalam dirinya. Tidak hanya suatu perbedaan status di hadapan Allah, sebagaimana yang dititikberatkan oleh kebanyakan penginjil pada masa kini. Demikianlah, melalui iman yang menyerahkan diri dengan sepenuhnya pada Tuhan, Anda diubahkan. Anda menjadi seorang manusia baru dalam Kristus. Ajaran Yesus yang dahsyat dan dinamis ini sangat berbeda dari khotbah-khotbah yang lemah dan remang-remang yang diberitakan hari ini.

Sebagai akibat dari perubahan ini, terjadilah suatu kelahiran yang baru (Yohanes 3:3,5). Hal ini juga sering dikhotbahkan hari ini tetapi kelihatannya juga diartikan tidak lebih dari hanya suatu status yang baru, dan bukan suatu perubahan hidup. Tetapi ajaran Yesus menunjuk pada suatu perubahan yang menyeluruh secara batiniah. Ini tidak berarti Anda tidak lagi berbuat dosa, tetapi dari sekarang Roh Allah mulai bekerja di dalam kehidupan Anda sampai Anda menghasilkan buah dari sebuah kehidupan baru yang dijalankan dalam kekudusan. Itulah sebabnya mengapa penulis kitab Ibrani berkata kita harus mengejar kekudusan, dan tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan (Ibrani 12:14). Kata-kata ini dengan sempurna menyimpulkan seluruh ajaran firman Yesus. Kehidupan yang telah diubahkan akan membuahkan kekudusan karena Roh Allah adalah Roh Kudus. Jika Anda memiliki Roh Kudus di dalam diri Anda, Anda akan menjadi kudus. Dan kita harus menjadi kudus sama seperti Bapa kita di surga adalah kudus. Yesus berkata, “haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.” (Matius 5:48) Dalam firman Tuhan, kata ‘sempurna’ adalah kata lain untuk kata ‘kudus’. Kedua ungkapan ini – ‘haruslah kamu kudus’ dan ‘haruslah kamu sempurna’ – digunakan di dalam Perjanjian Baru.

Gandum ditabur ke dalam dunia untuk memuliakan Allah

Perumpamaan ini, pada kenyataannya, adalah sebuah nubuatan. Perumpamaan ini memberitahu kita, dalam bentuk gambaran, apa yang akan terjadi di dalam Kerajaan Allah. Kita dapat melihat dengan segera bahwa ada dua jenis tumbuhan di dalam perumpamaan ini. Pertama-tama, di manakah benih ini ditaburkan? Benih ini, tidak seperti di perumpamaan seorang penabur, tidak mewakili firman Tuhan. Benih menunjuk kepada anak-anak kerajaan, anak-anak Allah. Mereka adalah orang-orang yang hidup di bawah pemerintahan Allah; mereka adalah orang-orang yang ditaburkan Yesus ke dalam dunia. Jika kita adalah anak-anak Allah, maka kita adalah benih Allah yang ditaburkan ke dalam dunia.

Biji gandum bertumbuh apabila ia jatuh ke dalam tanah dan mati (Yohanes 12:24). Dari sini kita dapat melihat bahwa hanya orang yang berkomitmen total yang siap untuk mati. Seorang Kristen yang sejati adalah seorang yang siap untuk mati; ia telah disalibkan bagi dunia dan telah selesai dengan kehidupan dosa ini. Hanya orang seperti ini yang dapat menjalani sebuah kehidupan yang mewakili benih yang baik. Oleh karena itu, kita sendiri adalah Firman Allah; kita adalah pesan Allah kepada dunia. Dan cara kita menjalani kehidupan inilah yang akan membuat orang berpaling kepada Tuhan.  

Berikutnya, kita memusatkan perhatian pada ladang. Apakah yang diwakili oleh ladang? Yesus memberitahu kita bahwa ladang ialah dunia dan kita ditaburkan ke dalam dunia untuk menjadi saksi bagi dia, dan untuk menghasilkan buah demi kemuliaan Bapa di surga.

“Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga,”

kata Yesus di Matius 5:16. Itulah caranya kita harus bercahaya. Sekali lagi, dogma-dogma kita dan doktrin-doktrin kita telah menyebabkan kita untuk menganggap perbuatan baik sebagai sesuatu yang negatif. Begitulah keadaannya di antara beberapa kelompok kaum injili sekarang. Bagaimanapun, ayat di atas dengan jelas menunjukkan bahwa perbuatan baik tidak dipandang sebagai sesuatu yang negatif oleh Yesus.

Mengapa orang memberikan kemuliaan kepada Allah saat mereka melihat perbuatan baik Anda? Mengapa tidak memberikan kemuliaan kepada Anda? Kita harus dapat membedakan perbuatan baik macam apa yang sedang kita bicarakan. Perbuatan baik yang dihasilkan dalam kekudusan disertai oleh hadirat Allah di mana bahkan orang tidak percaya dapat melihat bahwa perbuatan baik tersebut dihasilkan oleh kuasa-Nya. Mereka tahu bahwa kekudusan yang terdapat di dalam diri Anda bukanlah sesuatu yang berasal dari Anda, tetapi dari Allah. Di sini letak keindahannya. Mereka mungkin tidak tahu tentang Roh Kudus, tetapi mereka tahu kekudusan yang ada pada Anda bukanlah sesuatu yang dihasilkan oleh Anda sendiri. Itu adalah sesuatu yang dilakukan Allah. Perkataan Yesus di Matius 5:16 sangatlah sempurna.  Lewat pernyataan itu Yesus telah menunjukkan perbuatan baik macam apa yang dimaksudkan olehnya. Ia sedang berbicara tentang perbuatan baik yang datang dari Roh Allah, yang menyebabkan orang lain memuliakan Allah, bukannya Anda.

Pernahkah Anda mengenal seorang abdi Allah yang benar? Apakah Anda memberikan kemuliaan kepada dia? Tidak, karena Anda tahu kekudusan di dalam kehidupannya, keindahan kehidupannya, datang dari Allah. Seorang yang saleh mempunyai kemampuan untuk membelokkan Anda kepada Allah tanpa perlu mengatakan sepatah kata pun. Ujian ini akan menunjukkan apakah kekudusan Anda datang dari Allah. Jika orang lain memuji Anda, maka ada sesuatu yang tidak beres. Jika orang melihat Anda dan berkata, “Betapa indahnya Allah itu!” maka Anda tahu bahwa Anda mempunyai kekudusan yang benar.

Lalang ditanamkan di antara anak-anak Allah

Lalang yang ditaburkan di dalam perumpamaan ini tidak dari semula berada di dalam ladang, yang mewakili dunia ini. Jika lalang menunjuk kepada orang tidak percaya, mereka sudah berada di ladang jauh sebelum Yesus menaburkan benih yang baik ke dalam ladang. Orang tidak percaya dan orang yang berbuat jahat telah ada di dunia jauh sebelum kedatangan orang Kristen. Sebaliknya, benih lalang ditaburkan sesudah benih yang baik ditaburkan, dan benih-benih lalang ini ditaburkan di antara gandum! Benih-benih lalang dengan sengaja ditanam di tengah-tengah gandum, dan bukannya secara sembarangan. Orang-orang yang melakukan kejahatan, dan segala yang menyesatkan, ada di dalam Kerajaan dan harus dikeluarkan (Matius 13:41).  Satu hal lagi yang harus diperhatikan ialah kalau mereka berada di dalam Kerajaan Allah berarti mereka adalah orang yang percaya. Oleh karena itu, lalang adalah orang-orang percaya yang mengakui imannya.

Ada satu lagi hal yang sangat penting: tanaman yang diterjemahkan sebagai ‘lalang’ oleh LAI, pada kenyataannya, adalah tanaman yang sangat menyerupai gandum. Oleh karena itu, jika kita dengan saksama membaca perumpamaan ini, kita akan perhatikan bahwa hamba-hamba tuan ladang hanya menyadari terdapat lalang di dalam ladang – dan banyak sekali lalangnya – setelah tanaman ini bertumbuh dan mulai berbulir. Kita melihat ini di Matius 13:26. Lalang tidak tampak sampai pada waktu buahnya mulai muncul. Lalang telah bertumbuh untuk waktu yang lama sebelum hamba-hamba tuan ladang tiba-tiba menyadari bahwa ladang gandum mereka penuh dengan lalang. “Tuan, bukankah benih baik, yang tuan taburkan di ladang tuan? Dari manakah lalang itu?“, mereka bertanya. Lalang begitu menyerupai gandum dan tidak begitu mudah dibedakan sampai mereka mulai menghasilkan buah. Sifat lalang itu hanya terlihat atau muncul di tahap berbuah itu.

Saya harus mengatakan sesuatu tentang terjemahan bahasa Inggris atas perumpamaan ini berdasarkan teks Yunani. Terjemahan versi AV (Authorized Version) sebagai ‘tares’ sebetulnya tidak tepat tetapi kita tidak dapat menyalahkan penterjemah karena pada tahun 1611 mereka ternyata tidak mengetahui arti dari kata Yunani tersebut. Kata ‘tares’ tidak tepat karena ‘tares’ ialah semacam buncis. Mereka tergolong dalam keluarga buncis atau kacang dan sama sekali tidak serupa dengan gandum. Siapa saja dapat dengan segera melihat perbedaan antara ‘tares’ dan gandum. Akan tetapi, di sini kita berbicara tentang semacam rumput liar yang tidak dapat dibedakan dari gandum sebelum biji-bijiannya muncul.

Hal yang sama berlaku juga untuk versi RSV (Revised Standard Version). Kata tersebut diterjemahkan sebagai ‘rumput liar’. Rumpat liar, sebagaimana kita tahu, tidak menghasilkan buah dan karenanya kita mempunyai suatu kontradiksi di sini. Pernahkah Anda melihat rumput liar menghasilkan buah? Dalam kasus ini, besar kemungkinan penterjemah-penterjemah RSV sengaja memilih kata ini karena mereka tahu bahwa nama khusus bagi rumput liar semacam ini tidak dapat dipahami oleh pembaca umum. Bagaimanapun, kebanyakan dari kita bukanlah ahli botani (ahli tumbuh-tumbuhan) dan tidak mengetahui nama teknis bagi rumput liar semacam ini. Akan tetapi, jika Anda ialah seorang yang berpikir dengan mendalam, Anda akan segera bertanya, “Sejak kapan rumput liar menghasilkan buah?”

Terjemahan bahasa Tionghoa mempunyai masalah yang sama. Dalam guoyi atau bahasa Mandarin, terjemahannya ialah bai zi, yang merupakan semacam rumput liar yang tumbuh di sawah padi, dan bukan di ladang gandum. Di antara tanaman padi, terdapat semacam rumput liar yang tampak serupa dengan tanaman padi semasa bertumbuh, dan karena itu penterjemah bahasa Tionghoa memutuskan untuk menggunakan istilah yang familiar tersebut. Sayang sekali, yang sedang dibicarakan adalah ladang gandum bukan sawah padi. Jadi, adanya semak padi yang bertumbuh di antara gandum, menimbulkan berbagai macam kebingungan. Pada kenyataannya, nama teknis bagi tanaman yang sedang dibicarakan di perumpamaan ini adalah “the bearded darnel.” Istilah bahasa Mandarinnya – du mai – sangatlah berarti karena mempunyai arti ‘gandum yang beracun.’

Darnel ialah tumbuhan yang lazimnya hanya bertumbuh di ladang gandum. Darnel begitu menyerupai gandum bahkan seorang ahli akan mengalami kesulitan membedakannya dari gandum sebelum darnel tersebut mulai berbulir. Biji darnel berwarna hitam, dan isinya berasa pahit. Lebih dari itu, biji darnel juga beracun. Itulah sebabnya nama bahasa Mandarinnya – du mai (gandum beracun) – sangatlah tepat. Darnel adalah mai karena ia kelihatan seperti gandum, dan ia adalah du karena ia beracun. Menurut para ahli seseorang yang termakan biji darnel akan mengalami pusin, mengantuk, mual, diare, sawan dan ganggren, dan bisa juga berujung pada kematian!

Sampai di sini, kita harus menyadari bahwa kita sedang menangani dua jenis tanaman yang kelihatan sangat serupa tetapi sama sekali berbeda pada substansinya. Lalu, bagaimana kita dapat membedakan kedua jenis tanaman tersebut? Yesus berkata, “dari buahnya pohon itu dikenal.” (Matius 12:33) Benih yang baik menghasilkan buah yang baik; benih yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik (Matius 7:17).

Mari kita menyimpulkan pembahasan tentang rumput liar atau lalang ini. Darnel bertumbuh di antara gandum di dalam Kerajaan Allah. Meskipun mereka tampak seperti orang Kristen sejati, namun mereka bukan. Buah yang dihasilkan oleh rumput liar ini berwarna hitam sedangkan buah yang dihasilkan oleh gandum adalah keputih-putihan. Lebih dari itu, biji-bijian dari rumput liar ini beracun sedangkan biji-bijian yang dihasilkan oleh gandum sangat bergizi. Namun keduanya bertumbuh di dalam gereja, yaitu Kerajaan Allah pada masa sekarang. Pada masa sekarang, menurut perumpamaan-perumpamaan Yesus, terdapat orang yang melakukan kejahatan di dalam Kerajaan Allah. Ingat perumpamaan tentang perjamuan kawin? Di dalam perumpamaan itu, ada seseorang masuk ke dalam perjamuan kawin tanpa pakaian pesta, dan kemudiannya dicampak keluar dari perjamuan tersebut sekalipun ia telah masuk ke dalam ruang pesta.

Hal yang berikut yang harus kita perhatikan adalah hubungan dekat yang terjalin di antara darnel dan gandum. Keduanya saling menjalin hubungan, dan ini menunjukkan bahwa keduanya berfungsi bersama-sama di dalam Kerajaan Allah. Itulah sebabnya mengapa Yesus mengingatkan bahwa mencabut darnel akan sekaligus menyebabkan gandum ikut tercabut juga. Karena itu, darnel harus dibiarkan bertumbuh sampai hari Penghakiman.  

Dari manakah datangnya darnel tersebut? Menurut Yesus darnel ditaburkan ke dalam Kerajaan Allah oleh seorang musuh, yaitu Iblis, yang sedang berjuang melawan kedaulatan Allah. Darnel mewakili semacam orang, begitu juga dengan gandum. Musuh akan menaburkan orang-orang yang pada intinya bukan orang Kristen ke tengah-tengah masyarakat Kristen. Dari luar orang-orang ini tampak seperti orang Kristen; mereka bahkan berbicara dan berkelakuan seperti orang Kristen sampai suatu titik tertentu tetapi pada intinya mereka berbeda.

Meskipun darnel bukan orang-orang Kristen sejati, itu tidak berarti mereka tidak memikirkan diri mereka sebagai orang Kristen sejati.  Pada kenyataannya, darnel berpikir bahwa mereka adalah gandum, karena mereka memang sangat menyerupai gandum. Mereka yakin bahwa mereka adalah gandum. Ini merupakan tragedi yang sangat besar. Jadi, darnel bukanlah orang-orang yang sengaja ingin membinasakan gereja. Sama sekali bukan! Mereka adalah orang-orang Kristen yang tidak sejati, tetapi berfungsi di dalam gereja dan mengira diri mereka adalah seorang Kristen sejati.

Ini menimbulkan satu pertanyaan yang penting: bagaimana Anda tahu apakah Anda sebenarnya gandum atau darnel? Bagaimana Anda mengetahuinya? Anda mungkin mempunyai keyakinan bahwa Anda adalah seorang Kristen yang sejati namun persoalannya ialah, apakah Anda seorang Kristen sejati di mata Allah? Sebagaimana yang dikatakan oleh Paulus, hendaklah tiap-tiap orang menguji dirinya sendiri. (1 Korintus 11:28)

Di penjelasan bagi perumpamaan ini di Matius 13:41, kita meliha lalang atau darnel adalah segala sesuatu yang menyesatkan di dalam gereja. Di dalam Alkitab RSV, kata Yunani bagi ‘yang menyesatkan’ diterjemahkan sebagai ‘yang menyebabkan dosa’ sementara kata Yunani yang lain di ayat tersebut diterjemahkan sebagai ‘pembuat kejahatan’, atau ‘yang melakukan kejahatan’. Kata ‘pembuat kejahatan’ bukan satu terjemahan yang tepat karena ia memberikan satu kesan yang keliru tentang orang-orang ini. Secara harfiah, kata Yunani itu berarti ‘yang melanggar hukum’. Tentu saja, jika Anda melanggar hukum, Anda seorang pembuat kejahatan. Tetapi, jika kita membandingkan bagaimana kata ini digunakan di lain tempat di Perjanjian Baru, suatu gambaran yang sangat penting tentang darnel akan mulai terlihat. Kata Yunani yang sama digunakan di Matius 7:23 di mana kata itu menunjuk bukan kepada orang-orang tidak percaya tetapi kepada orang-orang Kristen. Sebenarnya, kata itu digunakan untuk menggambarkan pekerja-pekerja Kristen! Matius 7:21-23 mengatakan:

Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuan, Tuan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuan, Tuan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!”

Di dalam perikop di atas, orang-orang ini mengakui Yesus sebagai Raja atas kehidupan mereka apabila mereka memanggil-nya, “Tuan, Tuan (Lord)“. Namun sebagaimana yang dikatakan oleh nabi Yesaya, “bangsa ini datang mendekat dengan mulutnya dan memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya menjauh dari pada-Ku” (Yesaya 29:13). Bukan setiap orang yang berseru kepada Yesus, “Tuhan, Tuhan” akan masuk ke dalam Kerajaan Surga di masa depan (perhatikan kata kerja masa depan ‘akan masuk’ dipakai di sini) tetapi ia yang melakukan (perhatikan kata kerja masa kini dipakai di sini) kehendak Bapa yang di surga. Pada hari Penghakiman, banyak yang akan berkata, “Tuhan, tidakkah kami bernubuat dalam namamu dan mengusir setan dalam namamu dan melakukan mujizat dalam namamu?” Mereka ialah orang-orang yang bekerja dalam nama Yesus. Dan perhatikan kata-kata yang mengerikan di ayat 23: “Pada waktu itulah aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari padaku, kamu sekalian pembuat kejahatan!” Kata ‘pembuat kejahatan’ di dalam perikop ini adalah kata Yunani yang sama yang digunakan di dalam perumpamaan lalang di antara gandum ini. Coba bayangkan – orang-orang ini yang mengusir setan, yang bernubuat dan melakukan mujizat penyembuhan dalam nama Yesus sebenarnya ialah pembuat kejahatan dan akan ditolak oleh Yesus!

Di sini kita melihat arti bagi perumpamaan ini mulai terlihat. Pembuat-pembuat kejahatan ini (atau darnel) bukanlah orang-orang tidak percaya. Mereka memanggil Yesus ‘Lord‘ dan barangkali Yesus memang Raja atas hidup mereka pada suatu tahap tertentu namun kehidupan mereka tidak dijalankan dalam ketaatan total pada ajaran Yesus. Mereka tidak melakukan kehendak Bapa. Dari sini kita dapat melihat bahwa tidak penting doktrin atau dogma macam apa yang Anda anuti, selama doktrin atau dogma tersebut selaras dengan firman Tuhan. Jika tidak, maka doktrin Anda akan membawa Anda bergabung dengan “pembuat-pembuat kejahatan” ini pada hari Penghakiman.

Apakah orang-orang ini memiliki iman? Tentu saja. Tidak seorangpun yang dapat melakukan suatu apa pun dalam nama Yesus tanpa memiliki iman. Mereka adalah orang-orang yang mengusir setan dalam nama Yesus, ini menunjukkan mereka percaya pada namanya dapat mengusir setan. Apakah Anda memiliki iman seperti ini? Mereka dapat bernubuat dalam nama Yesus. Apakah Anda mempunyai iman untuk bernubuat? Akan tetapi, apa yang tidak dimiliki mereka ialah ketaatan kepada kehendak Allah. Bernubuat tidak sama dengan melakukan kehendak Allah. Melakukan mukjizat tidak sama dengan melakukan kehendak Allah. Melakukan kehendak Allah adalah menjalani suatu kehidupan yang kudus. Sekarang kita mulai melihat mengapa firman Tuhan menitikberatkan kekudusan. Karena menjalankan suatu kehidupan yang kudus menunjukkan bahwa Yesus adalah sesungguhnya Raja atas kehidupan Anda. Inilah ajaran yang alkitabiah. Bukankah kebenaran ini cukup jelas?

Sudah tiba waktunya untuk menyimpulkan apa yang telah dibahaskan sejauh ini. Melainkan Anda memahkotai Yesus sebagai Raja atas kehidupan Anda, Anda bisa saja melakukan semua mukjizat di dunia ini tetapi Anda tidak akan diselamatkan, meskipun Anda melakukan semua mukjizat itu dalam nama Yesus. Hanya iman yang tunduk pada kehendak Allah yang menyelamatkan; dan bukan iman yang melakukan mukjizat. Oleh karena itu, Anda harus dengan saksama memahami arti dari iman yang alkitabiah. Itulah sebabnya rasul Yakobus berkata, “Tunjukkanlah kepadaku imanmu dari perbuatan-perbuatanmu” (Yakobus 2:18). Iman macam apa yang Anda miliki? Jika iman Anda adalah iman yang melakukan mukjizat, itu tidak berarti iman tersebut akan menyelamatkan Anda. Hanya iman yang mengakui Yesus sebagai Raja atas kehidupan Anda seharian – saat demi saat – yang menyelamatkan. Iman seperti ini barangkali tidak spektakuler seperti melakukan mujizat, tetapi itulah yang diharapkan dari Anda. Selain itu, jika Anda dapat juga melakukan mujizat dalam nama Yesus, itu bagus sekali. Tetapi yang satu tidak dapat mengantikan yang lain. Hal ini harus kita mengerti.

Siapa diri Anda, dan bukannya apa yang Anda lakukan, yang berarti bagi Allah. Saya mengatakan ini sebagai peringatan kepada kaum muda yang berpikir bahwa menyibukkan diri melakukan kegiatan gereja membuktikan bahwa mereka orang Kristen yang baik. Beberapa orang yang mulai menghadiri gereja berkata, “Aku ingin melakukan sesuatu untuk gereja.” Dan jika mereka tidak diberikan sesuatu untuk dilakukan, mereka akan meninggalkan gereja tersebut dan mencari gereja yang lain. Jika seseorang berpikir dengan cara ini, ia belum mengerti bahwa pertama-tamanya Allah ingin melihat siapa dia sebenarnya. Sangat mudah untuk menemukan pekerjaan untuk dikerjakan orang, tetapi itu mungkin mengakibatkan lebih banyak kerugian ketimbang keuntungan. Mereka barangkali berpikir dengan melibatkan diri dalam banyaknya kegiatan, mereka menjadi orang Kristen yang baik. “Aku adalah presiden persekutuan ini; aku mengelolakan persekutuan ini; aku mengorganisir kegiatan itu; aku memimpin PA dan aku melakukan itu dan ini.” Barangkali Anda sangat sibuk, tetapi seperti apa Anda itu? Apakah Anda tergolong sebagai gandum atau darnel? Semua aktivitas itu membuat Anda tampak seperti seorang Kristen yang sejati di luar, tetapi siapakah Anda di dalam?

Sangat menyedihkan melihat orang-orang di Matius 7 ini berpikir bahwa mereka akan diselamatkan. Pada hari Penghakiman, mereka mungkin saja mempersembahkan pekerjaan-pekerjaan mereka sambil berkata, “Tuhan, Tuhan, bukankah kami melakukan ini dan itu demi namamu?” Mereka secara tulus berpikir dengan melakukan hal-hal tersebut mereka akan diselamatkan. Mereka benar-benar menaruh kepercayaan pada Yesus tetapi Yesus menolak mereka. Hari Penghakiman adalah hari yang penuh dengan kejutan. Banyak orang yang mengira, “Kursiku di surga sudah ada untukku,” tetapi Yesus malah akan berkata kepada mereka, “Aku tidak pernah mengenal siapa kamu. Enyahlah daripadaku.” Sayang sekali mereka telah dibimbing untuk mempercayai bahwa mereka adalah orang Kristen yang sejati. Iblis ialah bapa segala dusta. Percayakah Anda pada dustanya bahwa Anda bisa menjadi seorang Kristen yang sejati tanpa menjadi kudus? Percayakah Anda pada dusta bahwa Anda bisa diselamatkan tanpa menjadikan Yesus sebagai Raja atas kehidupan Anda?

Gandum dan darnel melambangkan dua kelompok orang di dalam gereja: mereka yang mempercayai Yesus hanya sebagai Juruselamat (Savior) dan mereka yang mempercayai Yesus sebagai Tuan dan Juruselamat (Lord and Savior), dan dalam urutan ini. Jika Anda menjadi seorang Kristen karena Anda mempercayai Yesus hanya sebagai Juruselamat, Anda telah mempercayai satu dusta. A.W. Tozer, seorang abdi Allah yang besar yang telah menulis banyak buku yang bagus seperti The Pursuit of God, membuat pernyataan ini dalam bukunya, The Root of the Righteous: “Bidat paling besar dalam pengajaran gereja masa kini adalah usaha untuk memisahkan Juruselamat dari ketuanan Yesus atas hidup Anda (Jesus as Lord), dan untuk mengatakan bahwa Anda bisa menerima Yesus sebagai Penyelamat tanpa menerimanya sebagai Tuan ke atas Anda, di mana Anda menerimanya sebagai tuan hanya pada tahap pengudusan yang berikutnya.” Bagi mereka, Anda harus menerima Yesus sebagai Juruselamat untuk diselamatkan. Namun mereka tidak mengatakan apa-apa tentang Yesus sebagai Raja atas kehidupan Anda. Bagi mereka, jika Anda mau suatu hari kelak, barangkali Anda bisa memahkotai dia sebagai Raja atas kehidupan Anda. Tetapi bagi mereka itu adalah tahap pengudusan yang lebih tinggi. Dan tidak apa-apa jika Anda tidak mau berbuat demikian karena Anda tetap akan diselamatkan. Inilah yang saya maksudkan dengan dusta si Iblis. Tidak disinggung tentang perlunya hidup di bawah pemerintahan Yesus sebagai Raja di dalam hidup mereka. Orang-orang ini ingin memperalatkan Yesus untuk menyelamatkan diri mereka sendiri. Barangkali satu hari nanti, mereka mungkin berkata, “Baiklah, aku menerima Yesus sebagai Raja juga.” Siapa saja yang mengajarkan ini sedang mengajarkan dusta si Iblis, sebagaimana diperingatkan A.W. Tozer berulang-kali. Namun begitu,  tampaknya inilah ajaran yang standar pada masa kini. Kita dibesarkan berdasarkan ajaran ini, yang telah membutakan mata kita kepada Firman Allah.

Banyak kali ketika saya menyatakan ini, orang akan berkata, “Ha! Ia telah mengelirukan pengudusan dan pembenaran!” Pada kenyataannya, bukan saya yang keliru. Saya telah mempelajari cukup banyak teologia untuk tidak melakukan kesalahan dasar seperti itu, yaitu, untuk memisahkan kehidupan Kristen kepada dua tahap, di mana tahap yang kedua tidak diwajibkan (boleh dipilih). Ini adalah dusta Satan.

Mengetahui kondisi rohani kita yang sebenarnya

Dalam perumpamaan ini, darnel secara jujur percaya mereka telah diselamatkan, dan mereka adalah orang Kristen di dalam Kerajaan Allah. Mereka memang ada di Kerajaan, tetapi hanya sampai hari penghakiman, setelah itu mereka akan dicampak keluar. Jadi, darnel adalah anak-anak Iblis. Tetapi apakah mereka menyadari bahwa mereka adalah anak-anak Iblis? Jawabnya tidak. Kita hanya perlu membaca Yohanes 8 untuk menyadari bahwa anak-anak Iblis biasanya tidak menyadari siapa diri mereka yang sebenarnya. Di Yohanes 8:39, orang-orang Yahudi berkata, “Abraham adalah bapa kami.” Untuk itu, Yesus menjawab,

“Iblislah yang menjadi bapamu” (Yohanes 8:44).

Ia mengatakan ini kepada orang-orang Yahudi dan orang-orang Farisi, yaitu orang-orang yang paling saleh di antara orang Yahudi, dan yang paling bersemangat dalam hal-hal agama pada waktu itu. Orang-orang Farisi berusaha untuk menegakkan kebenaran mereka sendiri. Namun Yesus memanggil mereka anak-anak si Iblis. Orang-orang tidak percaya saja tidak disebutkan sebagai anak-anak si Iblis, tetapi malah orang-orang yang taat agama ini yang disebut sebagai anak-anak si Iblis. Bukankah sangat mengagetkan membaca hal-hal seperti ini dalam Alkitab?

Yesus berkata kepada orang-orang Yahudi, yang menjadi umat pilihan Allah, dan kepada orang-orang Farisi, pemelihara hukum Taurat yang lebih benar dari semua, “Jika kamu anak-anak Abraham, kamu akan mengerjakan pekerjaan yang dikerjakan oleh Abraham.” Apa yang dilakukan oleh Abraham? Ia memahkotai Allah sebagai Raja atas kehidupannya. Apa saja yang dikatakan Allah, Abraham akan lakukan. Kemana saja Allah mengutus dia, ia akan pergi karena Allah adalah Raja atas kehidupannya. Itulah yang dikerjakan oleh Abraham. Dan Yesus tidak basa basi dalam bicara. Yesus mengungkapkan kondisi rohani mereka yang sebenarnya. Itulah sebabnya Anda harus memberitahu seorang sakit bahwa ia sakit, kalau tidak, ia berpikir bahwa ia sehat. Anda mungkin saja merasa sangat sehat, tetapi sebenarnya sedang mengidap sakit kanker. Umpamanya ayah saya. Ia merasa baik-baik saja sebelum ia meninggal karena penyakit kanker. Ia merasa sehat dan kuat. Saat dia melakukan pengecekan rutin, dokter berkata, “Benjolan apa itu?” Ayah saya berkata, “Apa ada benjolan?” Dokter itu berkata, “Benjolan yang ini.” Ayah saya berkata, “Ah! Itu tidak menyakitkan. Tidak apa-apa.” Dua bulan kemudian, ayah saya meninggal dunia. Ia merasa baik-baik saja ketika ia pergi melakukan pengecekan medis, namun merasa baik-baik saja tidak membuktikan apa-apa sama sekali.

Tahukah Anda apa kondisi rohani Anda? Barangkali tidak. Itulah sebabnya Yesus berkata kepada mereka, “Iblislah yang menjadi bapamu.” Yesus bukan sedang menghina mereka. Yesus sedang berkata, “Sadarilah keadaanmu. Melainkan kamu menerima Allah sebagai Raja atas kehidupan kamu, kamu akan menjadi anak-anak si Iblis, dan kamu akan binasa dalam dosa-dosamu.” Yesus juga berkata kepada mereka, “Sekiranya kamu buta, kamu tidak berdosa, tetapi karena kamu berkata: Kami melihat, maka tetaplah dosamu” (Yohanes 9:41). Mereka berpikir  mereka melihat, dan yang buta adalah orang lain. Tidak ada hal yang lebih mengerikan daripada salah menilai diri kita, dan kita ternyata salah. Itulah tragedi yang paling dahsyat. Kiranya hal itu tidak terjadi terjadi pada kita! Kita harus datang kepada Allah dan berkata, “Tuhan, aku hanya ingin membuka diriku kepada Engkau. Tunjukkanlah siapa diriku yang sebenarnya.”

Bagaimana kita tahu siapa diri kita yang sebenarnya? Apakah kita ditinggalkan untuk menebak-nebak sendiri apakah kita orang Kristen yang sejati? Tidak demikian. Yesus memberitahu kita bagaimana kita bisa tahu. Ketika buahnya mulai tampak, kita dapat membedakan di antara seorang Kristen yang sejati dan seorang  Kristen yang pada nama saja. Di dalam firman Tuhan, kata ‘buah’ menunjuk kepada buah Roh, yaitu kekudusan di dalam kehidupan kita. Apakah kehidupan Anda kudus? Apakah Anda sering bertengkar dengan saudara-saudara Anda, dengan saudara-saudara seiman atau dengan pemilik kost Anda? Jika Anda berkelakuan seperti orang tidak percaya setiap hari, apakah Anda pikir Anda akan diselamatkan? Yesus berkata, “dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka.” (Matius 7:20) Dari buah kehidupan Anda, Anda dapat mengenal siapa diri Anda. Saya mengenal siapa diri saya. Anda mungkin berpikir saya seorang Kristen yang bagus. Namun saya mengenal siapa saya dan saya dapat melihat betapa banyaknya kegagalan saya. Tetapi saya juga melihat betapa besarnya anugerah Allah, yang menjadikan saya sebagaimana saya ada sekarang. Jika saya melihat sesuatu yang baik dalam diri saya, saya hanya dapat berkata seperti rasul Paulus, “karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang” (1 Korintus 15:10) Saya tahu siapa saya sebelumnya; saya tahu siapa saya sekarang. Saya tahu apa yang telah Allah lakukan dalam kehidupan saya dan saya berkata, “Terima kasih, Tuhan.” Apabila orang lain mulai melihat suatu perubahan pada Anda dan Anda tahu bahwa perubahan tersebut adalah pekerjaan Allah di dalam hati Anda, Anda sedang menghasilkan buah Roh di dalam kehidupan Anda. Dengan demikian Anda akan tahu bahwa Anda adalah seorang Kristen yang sejati. Dan Roh Allah akan bersaksi dengan roh Anda bahwa Anda adalah anak Allah (Roma 8:16).

Apakah Anda selalu meledak-ledak dalam kemarahan? Bagaimana kelakuan Anda? Jangan berpikir bahwa hal-hal seperti ini tidak penting. Satan mau Anda percaya bahwa Anda akan diselamatkan, tidak kira bagaimana Anda menjalani hidup Anda. Bagaimana Anda bertingkah laku merupakan suatu indikasi apakah Anda adalah ciptaan baru atau tidak. Hal ini sangatlah penting. “Tanpa kekudusan, tidak seorangpun dapat melihat Allah.” Tanpa kekudusan yang dikerjakan Roh Kudus di dalam kehidupan Anda, Anda tidak akan melihat Allah. Tanyalah diri Anda sendiri: apakah Anda bagian dari gandum atau darnel?

Ingatlah, sekali lagi, bahwa darnel itu beracun. Itulah sebabnya darnel harus dipisahkan dari gandum. Darnel harus dipisahkan dengan berhati-hati. Pada kenyataannya, jika terjadinya kesalahan saat menuai, dan beberapa dari biji darnel bercampur dengan gandum dan digiling menjadi tepung gandum, orang yang memakan tepung gandum ini akan menjadi sakit. Itulah sebabnya mengapa darnel harus dipisahkan dengan berhati-hati dan dibinasakan. Saya berdoa agar Allah akan membuka mata Anda supaya kita berkata,

“Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!”

Mari kita mengakhiri dengan satu poin yang terakhir. Pembuat kejahatan bukanlah orang yang melakukan pembunuhan, perzinahan dan hal-hal seperti itu. Karena itu janganlah berkata, “Nah, aku tidak membunuh, aku tidak berzinah, jadi aku tidak tergolong sebagai pembuat kejahatan.” Janganlah menipu diri. Jangan lupa bahwa orang-orang yang melakukan mukjizat disebut sebagai pembuat kejahatan oleh Yesus. Kata ‘pembuat kejahatan’ juga berlaku untuk orang-orang Farisi di Matius fasal 23. Kata tersebut berarti ‘yang melanggar hukum’. Ini berarti orang-orang Farisi tidak tunduk kepada hukum Kristus. Mereka melakukan perkara mereka sendiri, mempercayai apa yang ingin mereka percayai. Mereka tidak hidup dibawah ketuanan Yesus. Rasul Paulus berbicara tentang hukum Kristus di 1 Korintus 9:21 dan Galatia 6:2. Ia berkata, “aku tidak hidup di luar hukum Allah, karena aku hidup di bawah hukum Kristus.” Mengapa tidak ada orang yang mengkhotbahkan ayat ini? Ingatlah hal-hal ini dengan berhati-hati supaya, sebagaimana kata Paulus, kekudusan disempurnakan di dalam kehidupan Anda. (2 Korintus 7:1-2).

Berikan Komentar Anda: