Anak pertama menikah dengan anak terakhir menurut jawa

Selasa, 30 Agustus 2022 | 12:40 WIB

Selasa, 30 Agustus 2022 | 12:31 WIB

Minggu, 28 Agustus 2022 | 09:38 WIB

Jumat, 26 Agustus 2022 | 07:57 WIB

Minggu, 21 Agustus 2022 | 14:45 WIB

Minggu, 21 Agustus 2022 | 14:30 WIB

Minggu, 21 Agustus 2022 | 14:15 WIB

Minggu, 21 Agustus 2022 | 11:56 WIB

Sabtu, 20 Agustus 2022 | 14:00 WIB

Rabu, 17 Agustus 2022 | 15:25 WIB

Rabu, 17 Agustus 2022 | 12:00 WIB

Rabu, 17 Agustus 2022 | 11:46 WIB

Selasa, 16 Agustus 2022 | 22:30 WIB

Minggu, 14 Agustus 2022 | 18:13 WIB

Minggu, 14 Agustus 2022 | 17:56 WIB

Sabtu, 13 Agustus 2022 | 22:00 WIB

Sabtu, 13 Agustus 2022 | 21:45 WIB

Jumat, 12 Agustus 2022 | 22:58 WIB

Kamis, 11 Agustus 2022 | 22:42 WIB

Kamis, 11 Agustus 2022 | 14:42 WIB


Page 2

Anak pertama menikah dengan anak terakhir menurut jawa

Minggu, 21 Agustus 2022 | 14:45 WIB


Page 3

Anak pertama menikah dengan anak terakhir menurut jawa

Minggu, 21 Agustus 2022 | 14:45 WIB

Kamis, 1 September 2022 | 15:45 WIB

Kamis, 1 September 2022 | 15:45 WIB

Kamis, 1 September 2022 | 15:30 WIB

Kamis, 1 September 2022 | 15:15 WIB

Kamis, 1 September 2022 | 15:00 WIB

Kamis, 1 September 2022 | 14:50 WIB

Kamis, 1 September 2022 | 14:45 WIB

Kamis, 1 September 2022 | 14:40 WIB

Kamis, 1 September 2022 | 14:20 WIB

Kamis, 1 September 2022 | 14:10 WIB

Kamis, 1 September 2022 | 14:00 WIB

Kamis, 1 September 2022 | 13:45 WIB

Kamis, 1 September 2022 | 13:30 WIB

Kamis, 1 September 2022 | 13:15 WIB

Kamis, 1 September 2022 | 13:00 WIB

Kamis, 1 September 2022 | 12:45 WIB

Kamis, 1 September 2022 | 12:30 WIB

Kamis, 1 September 2022 | 12:15 WIB

Kamis, 1 September 2022 | 12:00 WIB

Kamis, 1 September 2022 | 11:30 WIB


Page 2


Page 3


Page 4

TRIBUNJAKARTA.COM-  Berbicara mengenai pernikahan, tentu tidak bisa dipisahkan pernikahan antara anak sulung dengan anak  bungsu atau anak terakhir.

Menurut mitos yang berkembang, pernikahan anak pertama dengan anak terakhir dianggap sebagai pasangan yang ideal.

Anak pertama menikah dengan anak terakhir menurut jawa

Karena perniakahan keduanya ini dari sifat dan kepribadian keduanya ini saling melengkapi.

Tak sedikit orang tua yang mempercayai mitos ini.

Lalu apa saja sih sebenarnya mitos anak pertama menikah dengan anak terakhir ini?

Dilansir dari berbagai sumber, berikut ini beberapa mitos pernikahan anak pertama dengan anak terakhir menurut Primbon Jawa.

Anak pertama menikah dengan anak terakhir menurut jawa

1. Pasangan ideal

Menurut mitos pasangan anak pertama dengan anak terakhir adalah pasangan yang idea.

Mengapa demikian?

Ini dikarenakan si bungsu yang terkenal memiliki sifat manja akan merasa nyaman dengan si sulung yang mandiri dan senang mengayomi.

Halaman selanjutnya arrow_forward

Sumber: Suar.id

TRIBUNJAKARTA.COM - Menikah tidak melulu soal asmara. Pernikahan antara anak pertama dengan anak terakhir disebut sangat ideal.

Setidaknya itu menurut Primbon Jawa.

Memang Ada berbagai macam mitos yang ada Indonesia ini.

Anak pertama menikah dengan anak terakhir menurut jawa

Mitos ini mengatur berbagai hal, mulai dari hal sepele hingga hal yang serius seperti masalah pernikahan.

Dalam masyarakat Indonesia ini ada mitos mengenai pernikahan anak pertama dengan anak terakhir.

Menurut Primbon Jawa, pernikahan anak pertama dengan terakhir ini sering kali dianggap pasangan yang ideal.

Anak pertama menikah dengan anak terakhir menurut jawa

Karena perniakahan keduanya ini dari sifat dan kepribadian keduanya ini saling melengkapi.
Tak sedikit orang tua yang mempercayai mitos ini.

Lalu apa saja sih sebenarnya mitos anak pertama menikah dengan anak terakhir ini?

Dilansir dari berbagai sumber, berikut ini beberapa mitos pernikahan anak pertama dengan anak terakhir menurut Primbon Jawa.

1. Pasangan ideal

Halaman selanjutnya arrow_forward

Sumber: Suar.id

Apakah benar anak pertama menikah dengan anak terakhir dalam Jawa tidak akan langgeng?

Moms, Anak pertama menikah dengan anak terakhir mitosnya tidak akan langgeng. Bahkan, baiknya untuk tidak menikah. Namun, benarkah demikian?

Menurut Jawa, terdapat sebuah mitos yang masih dipercaya oleh Sebagian masyarakat yaitu pernikahan tumbu ketemu tutup yaitu pernikahan anak pertama dengan anak terakhir.

Ada juga yang menyebutkan sebagai perkawinan yang kedua mempelainya dianggap serasi, cocok dan pas. Serasi di sini dalam artian karakter gaya hidup, misal serasi, rajin dengan rajin.

Dilansir dari UIN Satu Tulungagung Institutional Repository Hal ini sudah ada sejak zaman dahulu, bahkan dalam kesimpulan dari Sultan Agung sang raja Jawa yang menemukan primbon, neton, perjodohan, istilah “tumbu ketemu tutup” ada didalamnya. Istilah tersebut mengandung makna yang sama, serasi, cocok.

Semisal orang yang hemat menikah dengan orang yang sama hematnya juga, atau orang yang pekerja keras menikah dengan orang yang sama pekerja keras juga. Pasangan suami istri yang menikah dan dijuluki “Tumbu ketemu tutup” merupakan mereka yang dalam banyak sisi memiliki kecocokan.

Ibarat timbangan, keduanya bernilai sama, tidak berat ataupun ringan sebelah. Tidak diketahui secara pasti darimana asal mula istilah “tumbu ketemu tutup”, yang jelas istilah tumbu ketemu tutup ini terjadi karena adat kebiasaan masyarakat itu sendiri dan mengalir begitu saja menjadi sebuah peribahasa atau ungkapan. Dari turun temurun sudah ada istilah tersebut, dan itu menjadi kebiasaan orang jawa.

Cara Mencapai Keluarga Impian Anak Pertama Menikah dengan Anak Terakhir

Anak pertama menikah dengan anak terakhir menurut jawa

Foto pernikahan adat Jawa (Sumber: Orami Photo Stock)

Dilansir dari Journal Law and Family Studies Al Syakkhiyyah berikut ini cara mencapai keluarga impian anak pertama menikah dengan anak terakhir menurut adat Jawa:

1. Laksana Mimi Lan Mintuna

Mimi lan Mintuna adalah binatang yang tidak pernah berpisah satu sama lain. Karena sifatnya melekat dan tidak pernah berpisah, binatang tersebut dijadikan lambang bagi suami istri untuk selalu bersatu padu secara lahir dan batin agar keduanya dapat hidup tenang, tenteram, dan selamat.

Dari pengertian tersebut, pasangan suami istri laksana mimi lan mintuna berarti setiap pasangan dalam menjalani kehidupan berumah tangga senantiasa menerapkan asas setel kendho terhadap setiap kehendak diri dan pasangan agar senantiasa serasi, rukun, tenteram, bahagia, tidak pernah cekcok, sebagaimana dicontohkan pula dalam kehidupan Kamajaya dan Ratih.

Keduanya merupakan tokoh fenomenal dalam cerita pewayangan yang hidupnya selalu rukun, tidak bertengkar ataupun berpisah.

Baca Juga: 10 Rumah Adat Jawa Tengah, Tak Hanya Joglo!

2. Sigaraning Nyawa

Masyarakat Jawa secara umum menyebut setiap pasangan suami istri pasca pernikahan dengan istilah garwa (sigaraning nyawa). Istilah ini dalam bahasa Indonesia diartikan pecahan atau setengahnya nyawa.

Adapun nyawa adalah sumber kehidupan. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa setiap kehidupan berumah tangga seorang suami beserta istri harus senantiasa mengisi kehidupan dengan abot entheng disangga bareng (ringan sama dijinjing, berat sama dipikul).

Apabila suami beserta istri dalam menghidupkan rumah tangga menyadari peran dan posisi masing-masing sebagai sigaraning nyawa, dapat dipastikan mereka akan selamat dalam mengarungi samudera rumah tangga khususnya dalam mengatasi masalah, tantangan dan rintangan serta berbagai godaan yang menerpanya.

3. Gemi Nastiti

Moms, Kehidupan berumah tangga secara umum tidak terlepas dari kecukupan sandang, pangan dan papan. Kecukupan sandang, pangan lan papan dianggap sebagai kebutuhan primer. Secara kalkulatif, tiga kebutuhan primer di atas dapat tercukupi melalui pengelolaan ekonomi rumah tangga secara proporsional dan fungsional (gemi nastiti).

Artinya, karakter pemboros dengan menghambur-hamburkan uang hasil keringatnya sendiri secara berlebihan tanpa memperhitungkan situasi dan kondisi bertentangan dengan prinsip hidup orang Jawa yakni gemi nastiti. Semakin terkelola dalam mencari dan mengatur keuangan dalam rumah tangga, seseorang akan semakin bahagia.

Perihal ini selaras dengan ajaran Asthagina yang berisi delapan kegunaan yang harus diperhatikan dalam kehidupan berumah tangga di antaranya: panggaotan (pekerjaan), rigen (teliti), gemi (tidak boros), 70 titi (tertib), wruh ing petungan (tahu perhitungan), taberi tetanya (rajin bertanya), nyegah kayun (mengendalikan kehendak), dan nemeni seja niat (sungguh-sungguh).

Baca Juga: Mengenal Sunan Gresik, Wali Songo Pertama di Tanah Jawa

4. Mikul Dhuwur Mendhem Jero

Mikul dhuwur mendhem jero adalah sikap seorang anak untuk menjunjung tinggi kehormatan kedua orang tua dengan cara menyimpan aib serta kekurangan orang tua secantik mungkin sekaligus mengharumkan jasa orang tua secara melangit.

Selain diwajibkan bagi setiap anak, sikap ini secara khusus juga harus dilakukan suami-istri dalam keluarga. Artinya, seorang suami harus menutup rapat-rapat aib, kekurangan dan kelemahan yang dimiliki oleh istri dengan menampilkan kelebihan, keunggulan, serta kehebatan yang dimilikinya. Begitu pula sebaliknya sikap istri terhadap suami harus mikul dhuwur mendhem jero sehingga perjalanan rumah tangga membuat keluarga harmonis secara lahir maupun batin.

Baca Juga: 10 Tradisi Jawa Tengah yang Masih Dilestarikan, Mulai dari Upacara Tingkeban hingga Ruwatan

5. Pasang Sumeh Njroning Ati

Pasang sumeh njroning ati berarti suami dan istri dalam menjalankan kehidupan rumah tangga harus selalu sabar, pasrah, ikhlas dalam menerima segala masalah yang dihadapi. Selain itu, karakter pasang sumeh njroning ati juga dapat diinterpretasikan melayani pasangan hidup dalam keluarga idealnya dilakukan dengan prinsip mendarmabaktikan diri dengan sepenuh hati, di samping menghambakan diri untuk mematuhi ajaran Tuhan dengan bersikap 71 melakukan sesuatu yang terbaik untuk memperoleh ridha Tuhan, pasrah, ikhlas, terhadap takdir yang menetapkannya.

Sehingga, mitos anak pertama menikah dengan anak terakhir tidak akan bisa damai tidaklah benar adanya. Anak pertama menikah dengan anak terakhir menurut Jawa serasi hingga cocok.

  • http://repo.iain-tulungagung.ac.id/18002/8/BAB%20V.pdf
  • http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/1891/
  • http://repo.uinsatu.ac.id/18002/
  • https://www.caknun.com/2016/memahami-tumbu-ketemu-tutup-agar-tidak-3c/