Alat yang tidak disterilkan terlebih dahulu bisa menimbulkan iritasi yang disebabkan oleh

Seorang rekan dari Dinas Kesehatan Kota Sorong menyampaikan keluh kesah kepada penulis tentang kerumitan yang dihadapinya terkait proses pemakaman seorang Pasien Dalam Pengawasan (PDP) Covid-19 positif yang baru saja meninggal di RSUD Sele Be Solu Kota Sorong. Kejadian tersebut terjadi setiba penulis di Aimas, Kabupaten Sorong pada tanggal 26 Maret 2020 untuk sebuah tugas kedinasan. Penulis menyarankan, “Pemerintah daerah harus menyediakan suatu kendaraan (mobil jenasah) khusus untuk mengangkut jenasah terkait Covid-19. Kendaraan tersebut harus didesinfeksi segera setelah selesai digunakan.” Apa itu desinfeksi?

Desinfeksi adalah proses menghilangkan sebagian besar atau semua mikroorganisme patogen, kecuali endospora bakteri, yang terdapat di permukaan benda mati (non biologis, seperti dinding, lantai, peralatan dan lainnya), ruangan, pakaian dan Alat Pelindung Diri (APD). Endospora bakteri hanya bisa dihilangkan dengan proses sterilisasi, misalnya dengan autoklav. Desinfeksi permukaan umumnya dilakukan dengan menggunakan cairan desinfektan. Yang biasa digunakan adalah diluted bleach (larutan pemutih atau natrium hipoklorit), klorin, etanol 70%, hidrogen peroksida (H2O2) dan lainnya. Sedangkan desinfeksi ruangan biasanya menggunakan sinar ultra violet.

Alat yang tidak disterilkan terlebih dahulu bisa menimbulkan iritasi yang disebabkan oleh
Bagaimana mendesinfeksi kendaraan, entah itu mobil jenasah atau ambulan? Wardanela Yunus, CVRN, SKM, M.Kes. lewat Zoom menjelaskan, “Buka pintu dan jendela kendaraan. Biarkan udara berganti. Dekontaminasi semua permukaan dengan air dan deterjen, kemudian dengan desinfektan hipoklorit 1-3% selama sepuluh menit. Lalu, bilas dengan air sampai bersih dan biarkan bau dari klorin hilang” (klik Melalui Zoom Turut Perangi Covid-19). Wardanella adalah anggota Kelompok Kerja (Pokja) Nasional Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) Kementerian Kesehatan Indonesia dan selaku Ketua Himpunan Perawat Pencegah dan Pengendali Infeksi (HIPPI) (klik Peran Tambahan IPCN RS).

Alat yang tidak disterilkan terlebih dahulu bisa menimbulkan iritasi yang disebabkan oleh
Pertanyaan yang muncul kemudian adalah apakah desinfeksi orang dengan menggunakan desinfektan di atas melalui bilik desinfeksi (disinfection chamber) aman dilakukan? Ada yang menyatakan aman, ada yng menyatakan tidak aman. Untuk menjawab kesimpangsiuran terhadap hal ini, pada 3 April 2020 Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan menerbitkan Surat Edaran nomor HK.02.02/III/375/2020 tentang Penggunaan Bilik Desinfeksi dalam rangka Pencegahan Penularan Covid-19. Inti surat edaran tersebut adalah bahwa tidak dianjurkan penggunaan bilik desinfeksi di tempat dan fasilitas umum serta pemukiman. Menurut WHO, menyemprotkan desinfektan ke tubuh manusia dapat berbahaya untuk membran mukosa (misal mata dan mulut), sehingga berpotensi menimbulkan risiko terhadap kesehatan. Pajanan desinfektan langsung ke tubuh secara terus-menerus  dapat menyebabkan iritasi pada kulit dan saluran pernafasan.

-DoVic 060420-

Hendaknya kita bijak menggunakan suatu metode, agar manfaatlah yang kita peroleh, bukan sebaliknya petaka.

Link Referensi:

You're Reading a Free Preview
Pages 7 to 16 are not shown in this preview.

You're Reading a Free Preview
Pages 20 to 38 are not shown in this preview.

You're Reading a Free Preview
Pages 47 to 55 are not shown in this preview.

You're Reading a Free Preview
Pages 61 to 99 are not shown in this preview.

You're Reading a Free Preview
Pages 105 to 112 are not shown in this preview.

You're Reading a Free Preview
Pages 119 to 120 are not shown in this preview.

You're Reading a Free Preview
Pages 129 to 136 are not shown in this preview.

Irena Agustiningtyas

Capaian Pembelajaran

Setelah mempelajari bab ini mahasiswa dapat :

  1. Menjelaskan definisi sterilisasi
  2. Menjelaskan jenis-jenis sterilisasi dan fungsinya
  3. Menjelaskan perbedaan sterilisasi dan desinfeksi
  4. Melakukan sterilisasi dan desinfeksi dengan benar

2.1 Pendahuluan

Sterilisasi di dalam laboratorium mikrobiologi menjadi bagian yang penting untuk menghindari hasil positif palsu. Sterilisasi terhadap alat dan bahan sebelum pelaksanaan kegiatan praktikum mikrobiologi membantu hasil atau identifikasi yang akurat terhadap pemeriksaan mikrobiologi. Demikian pula proses desinfeksi dan teknik aseptik oleh praktikan juga tidak dapat dilupakan karena akan mempengaruhi hasil. Sehingga dalam materi ajar ini akan disampaikan mengenai sterilisasi, desinfeksi, dan teknik aseptik.

2.2 Sterilisasi dan Desinfeksi

Sterilisasi didefinisikan sebagai upaya untuk membunuh mikroorganisme termasuk dalam bentuk spora. Desinfeksi merupakan proses untuk merusak organisme yang bersifat patogen, namun tidak dapat mengeliminasi dalam bentuk spora (Tille, 2017).

2.3 Jenis Sterilisasi dan Fungsinya

Sterilisasi dapat dilakukan baik dengan metode fisika maupun kimia (Tille, 2017).
a. Sterilisasi dengan metode fisika dapat dilakukan dengan cara:

    1). Pemanasan
      A. Pemanasan kering
        i. Pemijaran
        Metode ini dengan memanaskan alat biasanya berupa ose di atas api bunsen sampai ujung ose memijar.

        Alat yang tidak disterilkan terlebih dahulu bisa menimbulkan iritasi yang disebabkan oleh

        Gambar 7. Pemijaran ose

        ii. Pembakaran Pembakaran dilakukan untuk alat-alat dari bahan logam atau kaca dengan cara dilewatkan di atas api bunsen namun tidak sampai memijar. Misalkan: a) melewatkan mulut tabung yang berisi kultur bakteri di atas api Bunsen; b) memanaskan kaca objek di atas api busnen sebelum digunakan; c) memanaskan pinset sebelum digunakan untuk meletakkan disk antibiotic pada cawan petri yang telah ditanam bakteri untuk pemeriksaan uji kepekaan antibiotik.

        iii. Hot air oven


        Sterilisasi dengan metode ini digunakan untuk benda-benda dari kaca/gelas, petri, tabung Erlenmeyer, tidak boleh bahan yang terbuat dari karet atau plastic. Oven Suhu 160-1800C selama 1.5-3 jam. Alat-alat tersebut terlebih dahulu dibungkus menggunakan kertas sebelum dilakukan sterilisasi.

Alat yang tidak disterilkan terlebih dahulu bisa menimbulkan iritasi yang disebabkan oleh

Gambar 8. Hot air oven

iv. Insinerator
Bahan-bahan infeksius seperti jarum bekas suntikan yang ditampung dalam safety box biohazard, darah, dilakukan sterilisasi dengan menggunakan insinerator. Hasil pemanasan dengan suhu 8700-9800 C akan menghasilkan polutan berupa asap atau debu. Hal ini yang menjadi kelemahan dari sterilisasi dengan metode insenerasi. Namun, metode ini dapat meyakinkan bahwa bahan infeksius dapat dieliminasi dengan baik yang tidak dapat dilakukan dengan metode lainnya.

B. Pemanasan basah Merupakan pemanasan dengan tekanan tinggi, contohnya adalah dengan menggunakan autoklav. Sterilisasi dengan metode ini dapat digunakan untuk sterilisasi biohazard (bakteri limbah hasil praktikum) dan alat-alat yang tahan terhadap panas (bluetip, mikropipet), pembuatan media, dan sterilisasi cairan. Pemanasan yang digunakan pada suhu 1210C selama 15 menit (Tille, 2017).

Pemanasan basah dapat menggunakan

    i. Autoklaf manual Metode ini menggunakan ketinggiian air harus tetap tersedia di dalam autoklaf. Sterilisasi menggunakan autoklaf manual tidak dapat ditinggal dalam waktu lama. Autoklaf manual setelah suhu mencapai 1210C setelah 15 menit, jika tidak dimatikan maka suhu akan terus naik, air dapat habis, dan dapat meledak. ii. Autoklaf digital/otomatis

    Alat ini dapat diatur dengan suhu mencapai 1210C selama 15 menit. Setelah suhu tercapai, maka suhu akan otomastis turun sampai mencapai 500C dan tetap stabil pada suhu tersebut. Jika digunakan untuk sterilisasi media, suhu ini sesuai karena untuk emmbuat media diperlukan suhu 50-700 C.

    Alat yang tidak disterilkan terlebih dahulu bisa menimbulkan iritasi yang disebabkan oleh
    Alat yang tidak disterilkan terlebih dahulu bisa menimbulkan iritasi yang disebabkan oleh

    Gambar 9. Autoklaf manual dan otomatis

2). Radiasi
Radiasi ionisasi digunakan untuk mensterilkan alat-alat berupa bahan plastic seperti kateter, plastic spuit injeksi, atau sarung tangan sebelum digunakan. Contoh radiasi ionisasi adalah metode pada penggunaan microwave yaitu dengan menggunakan panjang gelombang pendek dan sinar gamma high energy.

3). Filtrasi (penyaringan)
Metode ini digunakan untuk sterilisasi bahan-bahan yang sensitive terhadap panas seperti radioisotope, kimia toksik.

    i. Filtarsi berupa cairan dengan menggunakan prinsip melewatkan larutan pada membran selulosa asetat atau selulosa nitrat.
    ii. Filtarsi berupa udara dengan menggunakan high-efficiency particulate air (HEPA) untuk menyaring organisme dengan ukuran lebih besar dari 0.3 µm dari ruang biology savety cabinet (BSCs)

b. Sterilisasi dengan metode kimiawi

    1). Uap formaldehide atau hydrogen peroksida digunakan untuk sterilisasi filter HEPA pada BSCs.
    2). Glutaraldehyde bersifat sporisidal, yaitu membunuh spora bakteri dalam waktu 3-10 jam pada peralatan medis karena tidak merusak lensa, karet, dan logam, contohnya adalah alat untuk bronkoskopi.

2.4 Jenis Desinfeksi dan fungsinya

  1. Desinfeksi dengan metode fisika dilakukan dengan 3 cara yaitu:
    • Merebus pada suhu 1000 C selama 15 menit dapat membunuh bakteri vegetative.
    • Pasteurisasi pada suhu 630C selama 30 menit atau 720C selama 15 detik yang berfungsi membunuh patogen pada makanan namun tidak mengurangi nutrisi dan rasa dari makanan tersebut.
    • Menggunakan radiasi non-ionisasi seperti ultraviolet (UV). Sinar ultraviolet memiliki panjang gelombang yang panjang dengan low energy. Contohnya adalah untuk membunuh bakteri yang ada di permukaan BSCs. Sehingga, sebelum menggunakan BSCs, sinar UV harus dinyalakan terlebih dahulu yaitu kurang lebih 30 menit sebelum penggunaan.
  2. Desinfeksi dengan metode kimiawi
    Desinfeksi dengan metode kimiawi dapat dilakukan dengan menggunakan desinfektan. Bahan yang termasuk dalam desinfektan yaitu:
    • Etil alcohol 70% lebih efektif dibandingkan dengan etil alcohol 95%, hal ini dikarenakan kemampuan air (H2O) dalam menghidrolisis ikatan protein dari mikroorganisme. Sehingga, proses membunuh mikroorganisme menjadi lebih efektif.
    • Aldehid yang berupa glutraldehid dan formaldehid memiliki kemampuan iritasi yang besar sehingga tidak digunakan sebagai antiseptic.
    • Halogen, seperti chlorin dan iodine merupakan desinfektan yang seringali digunakan. Persiapan sebelum dilakukan operasi seringkali menggunakan kombinasi etil alcohol 70% diikuti dengan povidon-iodine.
    • Logam berat, contohnya adalah air raksa. Karena logam ini sangat berbahaya bagi lingkungan, maka penggunaannya sebagai desinfektan tidak direkomendasikan. Namun dalam keadaan konsentrasi sangat rendah misalkan silver nitrat 1%, masih efektif digunakan dalam pengobatan konjungtivitis neonatorum karena Neisseria gonorrhoeae.

    Desinfektan yang digunakan pada kulit disebut sebagai antiseptik. Antiseptik didefinisikan sebagai bahan yang digunakan untuk membunuh mikroorganisme yang menempel pada jaringan hidup, contohnya adalah kulit. Mekanisme kerja dari antiseptic sebagian besar adalah menghambat pertumbuhan dari mikroorganisme (bakteriostatik) namun dapat juga membunuh bakteri (bakterisidal).

    Referensi
    Tille, P. M. (2017). Bailey & Scott’s Diagnostic Microbiology. In Basic Medical Microbiology (fourteenth, p. 45). St. Louis Missouri: Elsevier.

© Copyright - [:id]Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia Yogyakarta[:en]Faculty of Medicine Universitas Islam Indonesia Yogyakarta[:]