5 apa yang dilakukan Nabi Muhammad saw di Madinah

Berikut ini adalah yang dilakukan Nabi Muhammad SAW di Madinah, kecuali?

  1. Membangun masjid.
  2. Mempersaudarakan anshar dan muhajirin.
  3. Membuat perjanjian dengan penduduk Madinah.
  4. Membangun rumah untuk tempat singgah.
  5. Semua jawaban benar

Berdasarkan pilihan diatas, jawaban yang paling benar adalah: D. Membangun rumah untuk tempat singgah..

Dari hasil voting 987 orang setuju jawaban D benar, dan 0 orang setuju jawaban D salah.

Berikut ini adalah yang dilakukan Nabi Muhammad SAW di Madinah, kecuali membangun rumah untuk tempat singgah..

Pembahasan dan Penjelasan

Jawaban A. Membangun masjid. menurut saya kurang tepat, karena kalau dibaca dari pertanyaanya jawaban ini tidak nyambung sama sekali.

Jawaban B. Mempersaudarakan anshar dan muhajirin. menurut saya ini 100% salah, karena sudah melenceng jauh dari apa yang ditanyakan.

Jawaban C. Membuat perjanjian dengan penduduk Madinah. menurut saya ini juga salah, karena dari buku yang saya baca ini tidak masuk dalam pembahasan.

Jawaban D. Membangun rumah untuk tempat singgah. menurut saya ini yang paling benar, karena kalau dibandingkan dengan pilihan yang lain, ini jawaban yang paling pas tepat, dan akurat.

Jawaban E. Semua jawaban benar menurut saya ini salah, karena setelah saya cari di google, jawaban tersebut lebih tepat digunkan untuk pertanyaan lain.

Kesimpulan

Dari penjelasan dan pembahasan diatas, bisa disimpulkan pilihan jawaban yang benar adalah D. Membangun rumah untuk tempat singgah.

Jika masih punya pertanyaan lain, kalian bisa menanyakan melalui kolom komentar dibawah, terimakasih.

tirto.id - Strategi dakwah Rasulullah di Madinah berubah setelah menerima berbagai gangguan dan siksaan dari kafir Quraisy Makkah. Rasulullah pun berpikir untuk mengubah strategi dakwahnya.

Terlebih, dalam tiga tahun terakhir di Makkah, sejak 620-622 M, Nabi Muhammad SAW kedatangan sekelompok orang Yatsrib dari Kabilah Aus dan Khazraj yang menyambut baik ajaran Islam.

Dakwah Islam yang ditolak di tanah kelahirannya, Makkah, ternyata memperoleh dukungan dari daerah lain.

Pada 621 M, Nabi Muhammad kedatangan tujuh orang dari Kabilah Khazraj dan Aus untuk masuk Islam dan melakukan perjanjian di tempat yang bernama Aqabah.

Perjanjian tersebut dikenal dengan Perjanjian Aqabah I yang berisi iktikad untuk tidak menyekutukan Allah, tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh anak-anak, tidak saling memfitnah, dan tidak durhaka pada Nabi Muhammad.

Setahun setelahnya, pada 622 M, orang-orang Yatsrib datang lagi dengan maksud melakukan Perjanjian Aqabah II, sekaligus mengundang Nabi Muhammad SAW untuk hijrah ke Yatsrib.

Di Perjanjian Aqabah II, Rasulullah memiliki kesan bahwa Islam telah siap berkembang di Yatsrib atau Madinah.

Keputusan hijrah ke Madinah ini bukanlah keputusan hijrah yang pertama. Sebelumnya, umat Islam sudah pernah berhijrah ke Habasyah atau Ethiopia (615 M).

Lantas, ketika melihat potensi berkembangnya Islam di Madinah, Nabi Muhammad memerintahkan sahabat-sahabatnya untuk berhijrah secara sembunyi-sembunyi menuju Madinah.

Baca juga: Kisah Teladan Nabi Muhammad: Cara Puasa Rasulullah di Bulan Ramadan

Strategi Dakwah Nabi Muhammad SAW di Madinah

Setelah hijrah ke Madinah, Nabi Muhammad SAW menerapkan sejumlah strategi dakwah untuk menjadikan Madinah sebagai pusat pemerintahan Islam di kala itu. Apa saja strategi dakwah Rasulullah di Madinah?

Berikut ini penjelasannya sebagaimana dikutip dari uraian "Sejarah Dakwah Rasulullah SAW di Mekah dan Madinah" yang terbit di Jurnal IAIN Pontianak.

1. Mendirikan Rumah Ibadah

Setelah beberapa bulan Rasulullah sampai di Madinah, beliau memerintahkan umat Islam untuk membangun masjid di tanah yang dibeli dari dua anak yatim, yaitu Sahal dan Suhail asuhan Mu'adz bin Afra.

Masjid itu kelak dikenal sebagai Masjid Nabawi, sebagai pusat dakwah, selain untuk melaksanakan ibadah, dan mengajarkan nilai-nilai persaudaraan.

Tidak hanya itu, Masjid Nabawi juga menjadi sarana penting untuk merundingkan masalah-masalah yang dihadapi umat Islam.

2. Menciptakan Persaudaraan Baru

Umat Islam yang meninggalkan Makkah ke Madinah dikenal sebagai golongan Muhajirin dan orang-orang Madinah disebut kaum Anshar.

Ketika berhijrah ke Madinah, banyak kaum muslimin Makkah yang menderita kemiskinan karena meninggalkan harta kekayaan mereka di Makkah.

Untuk mengatasi hal tersebut, Nabi Muhammad SAW mengikat persaudaraan baru antara kaum Muhajirin dan Anshar. Sebagai misal, Abu Bakar dipersaudarakan dengan Kharijah bin Zuhair, Ja'far ibnu Abi Thalib dengan Mu'az ibnu Jabal, dan lain sebagainya.

Persaudaraan yang dibangun atas ukhuwah agama dan disatukan sendiri oleh Nabi Muhammad itu memiliki pertalian erat, serta kekuatan utuh dalam Islam.

3. Perjanjian dengan Masyarakat Non-Muslim Madinah

Selain mempunyai hubungan baik dengan kabilah-kabilah Arab di Madinah, Nabi Muhammad kemudian membuat perjanjian damai dengan masyarakat Yahudi dan non-muslim Madinah.

Perjanjian itu dikenal dengan sebutan Piagam Madinah yang berisi pernyataan bahwa para warga muslim dan non-muslim di Yatsrib (Madinah) adalah satu bangsa, dan orang Yahudi dan Nasrani, serta non-muslim lainnya akan dilindungi dari segala bentuk penistaan dan gangguan.

Piagam Madinah yang berisi 47 pasal itu mengatur perpolitikan, keamanan, kebebasan beragama, serta kesetaraan di muka hukum, perdamaian, dan pertahanan Madinah di masa itu.

4. Membangun Pranata Sosial dan Pemerintahan

Nabi Muhammad SAW mendakwahkan Islam di Madinah bukan hanya dalam bentuk agama, melainkan juga sistem politik, pemerintahan, militer, dan lain sebagainya.

Karena itu juga, ayat-ayat Al-Quran yang turun di di periode Madinah (ayat-ayat Madaniah) sebagian besar berisi aturan muamalah dan pembinaan hukum.

Strategi dakwah Nabi Muhammad adalah strategi membentuk pratana sosial dan pemerintahan dalam bentuk negara Islam, yang pusat pemerintahannya di Madinah.

Dakwah yang dilakukan Nabi Muhammad SAW di Madinah memperoleh sambutan beragam.

Ada yang menerimanya dengan tangan terbuka, ada yang menolaknya terang-terangan, dan ada juga yang diam-diam tidak suka atas dakwah tersebut, namun tidak berani berterus-terang karena umat Islam berjumlah mayoritas di Madinah.

Hikmah di Balik Kisah Hijrah

Laman NU Online menulis, semua langkah Rasulullah dalam perjalanan hijrah adalah tugas penerapan syariat (wadhifah tasyri‘iyyah) yang mesti dijalankan. Ketika itu sudah dilaksanakan, Rasulullah tinggal mengaitkan hatinya kepada Allah dan bersandar hanya pada petunjuk dan pertolongan-Nya. Maka, setiap Muslim harus menyadari bahwa mereka dilarang menyandarkan segala sesuatu kecuali kepada Allah, tanpa mengabaikan prinsip kausalitas (sebab akibat).

Ada Mukjizat paling menonjol dalam perjalanan hijrah Rasulullah, yaitu ketika beliau berhasil keluar dari rumahnya tanpa diketahui kaum musyrik yang sudah mengepung rumah dan berjaga-jaga di setiap sudut.

Mukjizat ini menjadi semacam maklumat bagi kaum musyrik di setiap tempat dan waktu bahwa penindasan dan penyiksaan yang dialami Rasulullah dan para sahabat dalam perjuangan membela agama, tidak serta-merta mengindikasikan bahwa Allah menelantarkan mereka dan mereka jauh dari kemenangan.

Sama-sekali tidak! Kaum musyrik dan semua musuh Islam jangan merasa senang dulu. Sebab, pertolongan Allah amat dekat dan jalan menuju kemenangan selalu ada, kapan pun dan di mana pun.

Baca juga:

Baca juga artikel terkait NABI MUHAMMAD SAW atau tulisan menarik lainnya Abdul Hadi
(tirto.id - hdi/tha)

Penulis: Abdul Hadi Editor: Dhita Koesno Kontributor: Abdul Hadi

Jakarta -

Sejarah dakwah Rasulullah SAW terbagi ke dalam dua periode, yakni Mekah dan Madinah. Semasa di Madinah, ada sejumlah strategi dakwah Rasulullah SAW yang diterapkan kepada masyarakat.

Perjuangan dakwah periode Madinah yang dilakukan Rasulullah SAW tidaklah mudah. Di tempat baru semasa hijrah ini, tak sedikit fitnah didapati Rasulullah SAW selama menyebarkan ajaran Islam.

Dikutip dari buku Sejarah Kebudayaan Islam yang disusun oleh Abu Achmadi dan Sungarso, ketidaksukaan Yahudi, kebencian kaum munafik, dan permusuhan kaum Quraisy kerap kali menimbulkan perseteruan yang berujung pada peperangan di masyarakat Madinah.

Berbagai persoalan semasa berdakwah di kota yang dulu dikenal dengan Yatsrib ini berhasil diatasi oleh Rasulullah SAW. Pada puncaknya, beliau berhasil menaklukkan Kota Madinah dan menjadikannya bagian dari wilayah kekuasaan Islam.

Gambaran Penduduk Madinah

Mayoritas penduduk Madinah merupakan para pendatang yang bermukim di wilayah tersebut. Mereka terdiri dari dua kelompok besar, yaitu Arab dan Yahudi. Bangsa Arab bermigrasi dari wilayah selatan. Sedangkan, bangsa Yahudi datang dari wilayah utara.

Di antara kedua kelompok tersebut, bangsa Arab lebih mendominasi wilayah Madinah. Mereka terdiri dari dua kelompok besar, yaitu Bani Aus dan Bani Khazraj. Walaupun dari bangsa yang sama, kedua kelompok tersebut sering terlibat dalam pertikaian dan peperangan untuk berebut kekuasaan di Madinah.

Sementara itu, bangsa Yahudi lebih dikenal sebagai kelompok yang sombong. Mereka menganggap kelompoknya sebagai bangsa pilihan Tuhan.

Kedua kelompok yang mendiami Madinah ini saling berebut pengaruh dan kekuasaan. Bahkan, keduanya saling mengancam untuk berperang dan saling usir dari Madinah.

Strategi Dakwah Rasulullah di Madinah

Kedatangan Rasulullah SAW di Madinah pada 12 Rabi'ul Awwal tahun pertama Hijriah merupakan awal dari dimulainya dakwah. Dikutip dari buku Pendidikan Agama Islam yang disusun oleh Bachrul Ilmy, setidaknya ada empat substansi dakwah pada periode Madinah.

Keempatnya adalah pembinaan akidah, ibadah, dan mu'amalah kaum muslim, pembinaan ukhuwah atau persaudaraan untuk menyatukan kaum muslim, pembinaan kader-kader perjuangan untuk mempertahankan wilayah dakwah, dan memetakan pertahanan dan sosial untuk menjaga stabilitas Madinah.

Dalam perjalanannya, ajaran Islam yang disampaikan Rasulullah SAW lebih mudah diterima oleh bangsa Arab. Sebab, mereka sebelumnya telah memahami agama-agama ketuhanan.

Pada akhirnya, Rasulullah SAW berhasil menaklukkan Madinah dan memiliki pengikut yang setia untuk sama-sama menyembah Allah SWT. Berikut strategi dakwah Rasulullah SAW di Madinah hingga akhirnya membawa keberhasilan:

1. Membangun Masjid sebagai Pusat Kegiatan Dakwah

Rasulullah SAW membangun dua masjid yang dijadikan sebagai pusat kegiatan dakwah di Madinah, yaitu Masjid Quba' yang dibangun saat kedatangan pertamanya dan Masjid Nabawi yang kemudian dijadikan untuk mendidik para sahabatnya dan mengatur pemerintahan.

2. Melakukan Perjanjian dengan Kaum Yahudi Madinah

Selama dakwah di Madinah, Rasulullah SAW melakukan perjanjian untuk memperkokoh posisi kaum muslimin dari gangguan penduduk asli, bangsa Arab, maupun Yahudi. Hal ini juga dilakukan tak lain untuk menjaga stabilitas di Madinah.

Perjanjian tersebut kemudian melahirkan Piagam Madinah. Piagam ini berisi sepuluh bab, di antaranya pembentukan ummat, hak asasi manusia, persatuan seagama, persatuan segenap warganegara, golongan minoritas, tugas warga negara, melindungi negara, pimpinan negara, politik perdamaian, dan bab terakhir merupakan penutup.

3. Mempersaudarakan Kaum Muhajirin dan Anshar

Rasulullah SAW juga mempersaudarakan dua kaum muslimin, yakni Muhajirin dan Anshar. Rasulullah SAW menganjurkan untuk kedua kaum tersebut untuk saling memupuk persaudaraan dan melarang adanya sentimen kesukuan. Hal ini dilakukan untuk memperkuat umat Islam.

4. Membangun Ekonomi Rakyat dengan Mendirikan Pasar

Melansir sumber.belajar.kemdikbud.go.id, Rasulullah SAW mendirikan pasar yang tidak jauh dari Masjid Nabawi untuk membangun perekonomian rakyat sekaligus sebagai sarana dakwahnya. Pasar ini dibangun untuk mendidik umat dalam mengatur roda perekonomian yang adil berdasarkan ajaran Islam.

Pasar Madinah yang menjadi salah satu strategi dakwah Rasulullah SAW di Madinah ini kemudian menjadi jantung perekonomian negara Islam yang pertama.

Simak Video "Kedaton, Sejarah Panjang Perkembangan Islam di Kota Pesisir, Ternate"



(kri/lus)


Page 2

Jakarta -

Sejarah dakwah Rasulullah SAW terbagi ke dalam dua periode, yakni Mekah dan Madinah. Semasa di Madinah, ada sejumlah strategi dakwah Rasulullah SAW yang diterapkan kepada masyarakat.

Perjuangan dakwah periode Madinah yang dilakukan Rasulullah SAW tidaklah mudah. Di tempat baru semasa hijrah ini, tak sedikit fitnah didapati Rasulullah SAW selama menyebarkan ajaran Islam.

Dikutip dari buku Sejarah Kebudayaan Islam yang disusun oleh Abu Achmadi dan Sungarso, ketidaksukaan Yahudi, kebencian kaum munafik, dan permusuhan kaum Quraisy kerap kali menimbulkan perseteruan yang berujung pada peperangan di masyarakat Madinah.

Berbagai persoalan semasa berdakwah di kota yang dulu dikenal dengan Yatsrib ini berhasil diatasi oleh Rasulullah SAW. Pada puncaknya, beliau berhasil menaklukkan Kota Madinah dan menjadikannya bagian dari wilayah kekuasaan Islam.

Gambaran Penduduk Madinah

Mayoritas penduduk Madinah merupakan para pendatang yang bermukim di wilayah tersebut. Mereka terdiri dari dua kelompok besar, yaitu Arab dan Yahudi. Bangsa Arab bermigrasi dari wilayah selatan. Sedangkan, bangsa Yahudi datang dari wilayah utara.

Di antara kedua kelompok tersebut, bangsa Arab lebih mendominasi wilayah Madinah. Mereka terdiri dari dua kelompok besar, yaitu Bani Aus dan Bani Khazraj. Walaupun dari bangsa yang sama, kedua kelompok tersebut sering terlibat dalam pertikaian dan peperangan untuk berebut kekuasaan di Madinah.

Sementara itu, bangsa Yahudi lebih dikenal sebagai kelompok yang sombong. Mereka menganggap kelompoknya sebagai bangsa pilihan Tuhan.

Kedua kelompok yang mendiami Madinah ini saling berebut pengaruh dan kekuasaan. Bahkan, keduanya saling mengancam untuk berperang dan saling usir dari Madinah.

Strategi Dakwah Rasulullah di Madinah

Kedatangan Rasulullah SAW di Madinah pada 12 Rabi'ul Awwal tahun pertama Hijriah merupakan awal dari dimulainya dakwah. Dikutip dari buku Pendidikan Agama Islam yang disusun oleh Bachrul Ilmy, setidaknya ada empat substansi dakwah pada periode Madinah.

Keempatnya adalah pembinaan akidah, ibadah, dan mu'amalah kaum muslim, pembinaan ukhuwah atau persaudaraan untuk menyatukan kaum muslim, pembinaan kader-kader perjuangan untuk mempertahankan wilayah dakwah, dan memetakan pertahanan dan sosial untuk menjaga stabilitas Madinah.

Dalam perjalanannya, ajaran Islam yang disampaikan Rasulullah SAW lebih mudah diterima oleh bangsa Arab. Sebab, mereka sebelumnya telah memahami agama-agama ketuhanan.

Pada akhirnya, Rasulullah SAW berhasil menaklukkan Madinah dan memiliki pengikut yang setia untuk sama-sama menyembah Allah SWT. Berikut strategi dakwah Rasulullah SAW di Madinah hingga akhirnya membawa keberhasilan:

1. Membangun Masjid sebagai Pusat Kegiatan Dakwah

Rasulullah SAW membangun dua masjid yang dijadikan sebagai pusat kegiatan dakwah di Madinah, yaitu Masjid Quba' yang dibangun saat kedatangan pertamanya dan Masjid Nabawi yang kemudian dijadikan untuk mendidik para sahabatnya dan mengatur pemerintahan.

2. Melakukan Perjanjian dengan Kaum Yahudi Madinah

Selama dakwah di Madinah, Rasulullah SAW melakukan perjanjian untuk memperkokoh posisi kaum muslimin dari gangguan penduduk asli, bangsa Arab, maupun Yahudi. Hal ini juga dilakukan tak lain untuk menjaga stabilitas di Madinah.

Perjanjian tersebut kemudian melahirkan Piagam Madinah. Piagam ini berisi sepuluh bab, di antaranya pembentukan ummat, hak asasi manusia, persatuan seagama, persatuan segenap warganegara, golongan minoritas, tugas warga negara, melindungi negara, pimpinan negara, politik perdamaian, dan bab terakhir merupakan penutup.

3. Mempersaudarakan Kaum Muhajirin dan Anshar

Rasulullah SAW juga mempersaudarakan dua kaum muslimin, yakni Muhajirin dan Anshar. Rasulullah SAW menganjurkan untuk kedua kaum tersebut untuk saling memupuk persaudaraan dan melarang adanya sentimen kesukuan. Hal ini dilakukan untuk memperkuat umat Islam.

4. Membangun Ekonomi Rakyat dengan Mendirikan Pasar

Melansir sumber.belajar.kemdikbud.go.id, Rasulullah SAW mendirikan pasar yang tidak jauh dari Masjid Nabawi untuk membangun perekonomian rakyat sekaligus sebagai sarana dakwahnya. Pasar ini dibangun untuk mendidik umat dalam mengatur roda perekonomian yang adil berdasarkan ajaran Islam.

Pasar Madinah yang menjadi salah satu strategi dakwah Rasulullah SAW di Madinah ini kemudian menjadi jantung perekonomian negara Islam yang pertama.

Simak Video "Kedaton, Sejarah Panjang Perkembangan Islam di Kota Pesisir, Ternate"


[Gambas:Video 20detik]
(kri/lus)