Zat psikotropika aktif yang secara alami dalam kopi adalah

Zat adiktif bukan hanya narkotika. Zat psikotropika juga termasuk golongan ini, begitu pula nikotin pada rokok dan kafein pada teh serta kopi.

Ditinjau olehdr. Karlina Lestari

Kopi mengandung kafein yang termasuk sebagai zat adiktif

Ketika membicarakan penggunaan zat adiktif, hal pertama yang Anda pikirkan mungkin adalah narkotika dan obat-obatan terlarang alias narkoba. Padahal, ada jenis lainnya yang bahkan bisa Anda temukan di menu makanan atau minuman sehari-hari, misalnya teh dan kopi.Zat adiktif pada dasarnya adalah obat serta bahan-bahan aktif yang bila dikonsumsi oleh makhluk hidup akan menyebabkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Ketika Anda kecanduan zat ini, Anda ingin menggunakannya terus-menerus. Bila berhenti, tubuh akan cepat lelah dan merasakan sakit yang luar biasa.Apakah Anda merupakan peminum kopi atau teh yang kerap merasa pusing atau lemas jika tidak ngopi atau ngeteh di pagi hari? Ya, itu hanyalah salah satu pertanda bahwa zat tersebut telah memengaruhi tubuh Anda.Zat adiktif dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu zat adiktif bukan narkotika dan psikotropika, zat adiktif narkotika, dan zat adiktif psikotropika. Apa perbedaan ketiga kelompok ini? Apa pula jenisnya? Berikut penjelasannya.

Zat adiktif bukan narkotika dan psikotropika

Sepintas, kelompok yang satu ini tidak berbahaya, bahkan Anda mungkin tidak menyadarinya. Pasalnya, zat adiktif bukan narkotika dan psikotropika sering dikonsumsi oleh manusia, misalnya teh atau kopi seperti disebutkan sebelumnya.Teh dan kopi mengandung zat adiktif berupa kafein yang membuat peminumnya mengalami ketergantungan, apalagi jika Anda terbiasa minum kopi lebih dari dua cangkir per hari.Kopi mengandung kafein yang lebih tinggi ketimbang teh, tapi teh juga memiliki zat adiktif lain berupa theine, teofilin, dan teobromin dalam jumlah sedikit.Kabar baiknya, kopi dan teh tetap aman dikonsumsi dalam jumlah yang wajar. Apalagi, keduanya juga memiliki manfaat bagi kesehatan, misalnya mencegah penyakit Parkinson, kanker usus, kanker lambung, dan kanker paru-paru. Akan tetapi, mengonsumsinya secara berlebihan bisa memberi efek rasa nyeri di perut.Tidak heran bila perokok sangat sulit untuk menghentikan kebiasaan buruknya ini mengingat rokok mengandung zat adiktif bernama nikotin yang membuat penikmatnya seperti mengalami kecanduan. Ini dapat menyebabkan tekana darah menjadi tinggi.Selain nikotin, rokok juga mengandung tar yang membahayakan bagi tubuh, misalnya membuat warna gigi menghitam serta memicu kanker paru-paru.Alkohol murni berupa zat cair yang tidak berwarna dan berbau karena diekstraksi dari buah. Dalam jumlah kecil, alkohol memang dapat merangsang semangat dan menyegarkan tubuh, tapi konsumsi dalam jumlah berlebihan justru dapat memperlambat reaksi tubuh.Minuman dengan kadar alkohol tinggi dapat menyebabkan ketagihan, bahkan ketergantungan. Ketika Anda sudah terpapar alkohol, sistem saraf akan terganggu dan menyebabkan masalah kesehatan secara fisik maupun psikologis, misalnya mudah marah atau mudah tersinggung.Sementara secara fisik, zat adiktif pada alkohol juga dapat memberi efek samping jangka panjang berupa kerusakan otak, misalnya pada cerebral cortex yang mengatur problem solving dan decision making, hippocampus untuk mengingat dan belajar, serta cerebellum yang mengatur pergerakan tubuh.Ketergantungan alkohol juga meningkatkan risiko Anda mengalami kerusakan jantung, hati, dan pankreas.

Zat adiktif narkotika

Inilah zat adiktif yang biasanya Anda kenal karena penggunaannya memang bertentangan dengan hukum dan sangat berbahaya bagi kesehatan. Contoh zat adiktif yang termasuk golongan ini, yaitu sabu-sabu, opium, kokain, ganja, heroin, amfetamin, dan lain-lain.Narkotika sebetulnya legal untuk digunakan hanya pada dunia medis, misalnya sebagai obat bius pada orang yang akan dioperasi, itu pun harus sesuai panduan.Penyalahgunaan narkotika dapat memberi efek sakit luar biasa (sakaw) ketika tidak mengonsumsinya sehingga ia merasa harus terus menggunakan narkotika tersebut untuk menyembuhkan kondisinya.

Baca Juga

Jenis Biji Kopi Lokal yang Juga Dikenal di DuniaBolehkah Minum Kopi Setelah Makan? Ini Penjelasannya

Zat adiktif psikotropika

Pada dasarnya, semua zat adiktif masuk dalam golongan psikotropika. Namun, zat psikotropika belum tentu merupakan zat adiktif karena tidak semua psikotropika dapat menimbulkan ketergantungan.Psikotropika adalah zat atau obat alami maupun sintetis yang bukan merupakan narkotika dan berpengaruh selektif pada saraf pusat.Pengguna psikotropika akan mengalami perubahan mental dan perilaku karena zat ini dapat menurunkan aktivitas otak atau merangsang susunan saraf pusat dan menimbulkan kelainan perilaku.Orang yang kecanduan psikotropika juga bisa mengalami efek samping berupa halusinasi, ilusi, gangguan cara berpikir, dan perubahan perasaan.Psikotropika sendiri dibagi menjadi tiga golongan, yakni:
  • Depresan (sedatif hipnotik), yakni zat atau obat yang berfungsi menekan susunan saraf pusat yang bila dikonsumsi dalam jumlah kecil akan mengatasi cemas, sedangkan dalam dosis besar dapat menjadi obat tidur bahkan menyebabkan amnesia. Beberapa jenis obat depresan adalah sedatin/pil BK, rohypnol, magadon, valium, mandrax (MX), dan benzodiasepin.
  • Stimulan (amfetamin), yakni zat atau obat sintetik yang digunakan untuk merangsang susunan saraf. Ada tiga jenis amfetamin, yaitu laevoamfeamin (benzedrin), dekstroamfetamin (deksedrin), dan metilamfetamin (metedrin). Golongan amfetamin yang banyak disalahgunakan adalah MDMA (3,4, metilan-di-oksi met-amfetamin) atau lebih dikenal dengan ekstasi dan metamfetamin (sabu-sabu).
  • Halusinogen, yakni zat atau obat yang dapat menimbulkan efek halusinasi misalnya mendengar atau merasakan sesuatu yang sebetulnya tidak ada. Contoh halusinogen alami adalah ganja, kecubung, meskalin yang berasal dari kaktus Liphophora williamsii, dan psilocybin yang berasal dari jamur Psilocybe mexicana. Sementara halusinogen sintetik antara lain adalah LSD (Lysergic acid Diethylamide).
Setelah mengetahui zat adiktif di atas, Anda diharapkan akan lebih bijak dalam mengonsumsi zat yang diperbolehkan dan menghindari berbagai zat yang memang dilarang (narkotika dan psikotropika). 

Catatan dari SehatQ

Bagi sebagian orang, mengalahkan efek kecanduan yang sudah merugikan tubuhnya, adalah hal yang membebaskan. Namun, beberapa orang bisa merasa "sakau", bahkan merasa sakit, ketika dirinya sedang berada dalam proses melepaskan kecanduannya. Jika memang Anda sudah kecanduan beberapa hal seperti kafein (teh atau kopi), nikotin (rokok), hingga alkohol, namun ingin melepas belenggu ketiganya, ada baiknya tetapkan niat yang kuat, agar benar-benar bisa lepas dari efek kecanduan tersebut. Selain itu, dukungan dari orang terdekat juga sangatlah diperlukan.Kalau masih tidak bisa juga, mungkin Anda harus ke dokter atau psikolog dan berkonsultasi tentang efek kecanduan dari zat adiktif, yang sudah meragukan. Biasanya, mereka akan memberikan tips-tips ampuh, agar Anda bisa menghilangkan kecanduan tersebut.

kopitehnarkoba

Very Well Mind. https://www.verywellmind.com/overcoming-addiction-4157285
Diakses pada 27 Desember 2019
Universitas Sanata Dharma. https://www.usd.ac.id/fakultas/pendidikan/f1l3/PLPG2017/Download/materi/ipa/BAB-IX_ZAT-ADITIF-DAN-ADIKTIF.pdf
Diakses pada 15 November 2019
Academia. https://www.academia.edu/31526134/ZAT_ADIKTIF_DAN_PSIKOTROPIKA
Diakses pada 15 November 2019
National Institute of Drug Abuse. https://www.drugabuse.gov/publications/media-guide/other-commonly-used-addictive-substances
Diakses pada 15 November 2019

Zat adiktif adalah obat dan bahan-bahan aktif yang bila dikonsumsi dapat menyebabkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Penggunaannya juga bisa memberikan efek pada tubuh.

Flakka adalah cathinone sintetis yang masuk ke dalam kelas obat psikoaktif. Flakka merupakan jenis narkoba yang lebih berbahaya daripada kokain dan juga meth.

Bahaya kafein jika dikonsumsi berlebihan sangatlah mengerikan. Baik itu berasal dari kopi maupun teh, jika kafein di dalam tubuh sudah "membludak", maka efek samping merugikan akan datang.

Dijawab Oleh dr. Lizsa Oktavyanti

Dijawab Oleh dr. R. H. Rafsanjani

Dijawab Oleh dr. Denny Sutanto