Yang bukan nama lain dari tanda baca dalam alquran adalah

Ad-Dani menjelaskan sosok perintis tanda baca Alquran.

Republika/Mahmud Muhyidin

Siapa Perintis Tanda Baca dalam Alquran? (Ilustrasi). FOTO: Pengrajin mengecek Alquran Musnaf Betawi yang sudah jadi di tempat produksinya kawasan Kebon Jeruk, Jakarta, Rabu (28/11).

Rep: Nashih Nashrullah Red: Hasanul Rizqa

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di antara para ulama yang mengkaji ilmu tentang penulisan (rasm) mushaf Alquran adalah Abu al-Aswad ad-Duali (69 H). Untuk diketahui, dialah yang pertama kali menuliskan titik dan merumuskan harakat dalam penulisan ayat-ayat suci Alquran.

Baca Juga

Fakta ini diungkapkan dalam kitab Al-Muhkam fi Naqth al-Mashahif karangan Abu Amar Utsman bin Sa'id ad-Dani (444 H).

Ad-Dani memulai penjelasannya tentang cikal-bakal munculnya tanda baca dalam Alquran. Itu merujuk pada riwayat dari Yahya bin ibnu Abu Katsir. Secara umum, riwayat itu menyebutkan, pada awalnya Alquran tidak memiliki tanda baca sama sekali, baik berupa titik maupun harakat (syakl).

Titik pertama kali digunakan untuk membedakan antara huruf Ya' dan Ba'. Ini dipandang tidak menjadi masalah. Sebab, tujuannya hanya memperjelas perbedaan antara kedua huruf tersebut. Upaya selanjutnya, memberikan titik pada tiap pengujung ayat Alquran. Sampai di sini pun belum tampak kontroversi.

Sejarah tanda baca Alquran

Lantas, siapakah yang mengawali membubuhkan tanda baca huruf-huruf Alquran itu? Menurut Ad-Dani--menukil riwayat dari Qatadah--para sahabat Nabi SAW dan tabiin awal adalah yang pertama-tama mengawali penggunaan titik pada huruf-huruf Alquran.

Mayoritas bersepakat, tanda titiklah yang ditulis pertama kali, bukan syakl (harakat). Dalam analisis Ad-Dani, penulisan titik lebih diprioritaskan daripada harakat. Ini menunjukkan fleksibilitas bacaan dan bahasa yang memang secara syariat telah diperkenankan untuk digunakan.

Akan tetapi, seiring perkembangan zaman, dialek bahasa yang ada terus berkembang. Ada beberapa dampak negatif. Maka dari itu, mulai terasa kebutuhan untuk meletakkan tanda baca, baik yang berupa titik maupun harakat.

Ad-Dani menjelaskan, faktor utama yang mendorong para salaf menulis tanda baca Alquran adalah tingkat kerusakan dialek masyarakat Arab pada masa itu. Sebab, orang-orang Arab mulai marak bersinggungan dengan varian dialek yang cenderung merusak.

Apabila gejala ini tak segera disikapi, dikhawatirkan akan mereduksi makna-makna yang terkandung dalam Alquran.

Peran ad-Duali

Penting diketahui, penulisan tanda baca titik yang dilakukan generasi sahabat Nabi SAW masih sangat sederhana.

Bentuk yang lebih sistematis diperkenalkan oleh Abu al-Aswad ad-Duali.

Ya, ad-Dani menduga kuat, sosok Abu al-Aswad ad-Duali sebagai yang pertama kali menuliskan titik dan merumuskan harakat serta tanwin di ujung kalimat Alquran. Dugaannya cukup berdasar. Sebab,  merujuk pada riwayat yang dinukil dari Al-Utbi, Ziyad suatu kali meminta Abu al-Aswad ad-Duali untuk meletakkan tanda baca pada Alquran.

Awalnya, Ad-Duali menolak tawaran tersebut. Tetapi, ketika mendengar adanya lahn atau penyimpangan dialek dan pembacaan Alquran, Ad-Duali pun menerima tawaran tersebut. Apalagi, setelah ia mendengarkan seseorang yang telah sengaja membaca ayat ketiga dari surah at-Taubah.

Bahwa sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya berlepas diri dari orang-orang musyrikin. Kata 'wa rasuluh' oleh oknum tersebut dibaca dengan harakat kasrah menjadi 'wa rosulih'.

Bacaan itu cukup membuat tersentak Ad-Duali dan tak bisa menerimanya. Jika dibaca kasrah, berarti ayat itu berarti "Allah berlepas diri dari orang-orang musyrik dan Rasul-Nya."

Karenanya, Ad-Dauli pun menerima permintaan Ziyad untuk meletakkan tanda baca. Adapun sosok-sosok lainnya--Yahya bin Ya'mur al-'Adwani dan Nashr bin 'Ashim al-Laitsi--berperan dalam menyebarkan dan mengenalkan tanda baca titik di wilayah Bashrah, Irak. Seabad kemudian, Al-Khalil bin Ahmad menyempurnakannya dengan meletakkan tanda baca seperti hamzah dan tasydid.

  • Alquran
  • tanda baca
  • Abu al-Aswad ad-Duali

Yang bukan nama lain dari tanda baca dalam alquran adalah

Silakan akses epaper Republika di sini Epaper Republika ...

Alquran. Foto: Unsplash

Dalam membaca Alquran, umat Muslim diwajibkan untuk memahami tanda bacanya agar tidak terjadi kesalahan makna. Tanda baca dalam istilah Islam disebut dengan harakat yang digunakan untuk memperjelas pengucapan huruf hijaiyah.

Pada dasarnya harakat dipakai untuk mempermudah cara membaca huruf Arab bagi para pemula yang ingin mempelajari Alquran. Harakat berperan dalam menentukan bagaimana pengucapan huruf hijaiyah di Alquran serta memberikan bunyi a, i, dan u.

Dengan begitu, ketika membaca Alquran hendaknya hindari kesalahan dalam melafalkan harakat. Dikutip dari buku Tajwid Lengkap Asy-Syafi'i karya Abu Ya'la Kurnaedi dijelaskan bahwa kesalahan membaca harakat bisa berakibat fatal, yaitu mengubah makna dari kata dalam ayat yang dibaca tersebut.

Ada 9 macam harakat yang wajib dipelajari umat Muslim. 9 Harakat itu yakni fathah, dhammah, kasrah, fathatain (tanwin fatah) dhammatain (tanwin dhammah), kasratain (tanwin kasrah), sukun, tasydid atau syaddah, dan tanda bacaan panjang lainnya.

Fathah adalah harakat yang bentuknya menyerupai garis miring kecil dan berada di atas suatu huruf Arab. Fathah mengeluarkan suara huruf a.

Setiap huruf hijaiyah yang mendapat harakat fathah akan berbunyi. Dengan demikian, setiap huruf Arab yang mendapat harakat fathah berbunyi /a/

Dibaca ja, tsa, ta, ba, dan a.

Dhammah adalah harakat yang bentuknya seperti huruf wawu kecil (و) dan terletak di atas suatu huruf Arab ( ُ ). Dhammah bersuara u.

Dibacanya yaitu ru, zu, du, khu, hu.

Kasrah adalah harakat yang bentuknya menyerupai garis miring kecil dan diletakkan di bawah huruf hijaiyah. Kasrah mengeluarkan bunyi suara huruf i.

Fathatain atau Tanwin Fathah ( ً- )

Fathatain disebut juga tanwin fathah yaitu harakat yang bentuknya menyerupai dua garis miring kecil dan berada di atas suatu huruf hijaiyah. Setiap huruf Arab yang mendapat harakat fathatain atau tanwin fathah akan berbunyi /-an/.

Dibaca qan, fan, gan, ‘an, zan.

Alquran. Foto: Unsplash

Dhammatain atau Tanwin Dhammah ( ٌ- )

Dhammatain dapat disebut tanwin dhammah merupakan harakat yang tersusun dari dhammah dan nun mati serta ditulis di atas suatu huruf hijaiyah. Setiap huruf hijaiyah yang mendapat harakat dhammatain atau tanwin dhammah dibaca atau berbunyi /-un/.

Dibaca wun, nun, mun, lun, kun.

Kasratain atau Tanwin Kasrah ( ٍٍ- )

Kasratain atau tanwin kasrah adalah harakat yang bentuknya menyerupai dua garis miring kecil dan berada di bawah suatu huruf hijaiyah. Setiap huruf hijaiyah yang mendapat harakat kasratain atau tanwin kasrah dibaca atau berbunyi /-in/.

Dibaca tin, in, in, yin, dzin.

Sukun adalah harakat yang bentuknya menyerupai huruf ha ( ه ) yang ditulis di atas huruf hijaiyah. Harakat sukun melambangkan fonem konsonan atau huruf mati dari suatu huruf.

Dibaca seperti huruf s, l, k, q, f.

Tasydid atau syaddah ( ّ- )

Tasydid atau syaddah adalah harakat yang bentuknya menyerupai kepala huruf sin yang diletakkan di atas huruf hijaiyah. Harakat ini melambangkan penekanan pada suatu konsonan yang dituliskan dengan simbol konsonan ganda.  

مَدَّ مَرَّ اَ وَّ اَ نَّ اَ مَّ

Harakat ini dibaca menjadi madda, marra, awwa, anna, amma.

Selain tanda baca di atas, ada juga harakat atau tanda baca yang melambangkan bacaan panjang. Tanda bacaan panjang tersebut dilambangkan dengan huruf alif ( ا ), wawu sukun ( وْ ), dan ya sukun ( يْ ).

بَتيْ بَجُوْ بُكُوْ بَتَا سَبَا

Dibaca batii, bajuu, bukuu, bataa, sabaa.