Tuliskan 5 persamaan dalam pakaian pengantin pria dan wanita adat Lampung

Tuliskan 5 persamaan dalam pakaian pengantin pria dan wanita adat Lampung

Tuliskan 5 persamaan dalam pakaian pengantin pria dan wanita adat Lampung
Lihat Foto

bobo.grid.id/Instagram @hellonarenn

Ilustrasi baju adat Tulang Bawang dari Lampung

KOMPAS.com - Pakaian adat di Provinsi Lampung bernama Tulang Bawang. Pakaian ini menjadi salah satu peninggalan budaya nasional.

Baju adat Tulang Bawang masih digunakan hingga saat ini baik untuk pesta pernikahan maupun sebagai busana tari untuk simbol penghormatan budaya asli.

Dalam buku Pakaian dan Perhiasan Pengantin Tradisional Lampung (2014) oleh Al Buchari dan kawan-kawan, baju adat Lampung dibedakan menjadi Lampung Pepadun dan Lampung Saubatin atau Pesisir.

Secara umum baju adat keduanya cukup sama, hanya saja yang membedakan pada warna. Jika Lampung Pepadun identik dengan warna putih, sedangkan Lampung Saubatin pada warna merah.

Baca juga: Sadariah, Pakaian Adat Laki-Laki Betawi

Selain baju adat yang dikenakan, baik pengantin pria maupun perempuan juga dilengkapi dengan pernak-pernik yang digunakan.

Pakaian adat Tulang Bawang untuk laki-laki cukup sederhana dibandingkan pakaian wanita. Pengantin pria menggunakan baju lengah panjang berwarna putih atau merah, celana panjang hitam atau senada dengan warna atasan.

Sarung tumpal yang merupakan kain sarung khas Lampung dililitkan pada celana sepanjang lulut kaki. Kemudian ditambahkan dengan khikat akhir atau selendang bujur sangkat yang digunakan melingkar pada pundah untuk menutupi bahu.

Untuk aksesori lainnya yang digunakan pengantin atau untuk pria adalah:

  1. Kalung papan jajar, gantungan tiga lempengan perahu dengan ukuran yang bervariasi. Kalung ini menjadi simbol kehidupan.
  2. Kalung buah jukum, gantungan miniatur buah jukum yang berarti doa agar mendapat keturunan.
  3. Selempang pinang, kalung menyerupai gantungan buah atau bunga.
  4. Gelang burung, gelang dengan hiasan burung garuda terbang.
  5. Ikat pigang atau bulu yang dilengkapi dengan keris.

Baca juga: Baju Kurung Tanggung, Pakaian Adat Jambi

Baju adat Lampung perempuan

Berdasarkan jurnal Kajian Makna pada Aksesori Pakaian Adat Lampung Pepadun (2018) oleh Roveneldo, untuk perempuan mengenakan baju Selappai yaitu baju tanpa lengan dengan hiasan rumbai ringgit di bawahnya.

Dilengkapi dengan baju Bebe yang merupakan sulaman benang satin berbentuk bunga teratai. Selain itu beberapa aksesori penting yang harus digunakan yaitu:

  1. Siger atau sigor, mahkota emas khas Lampung sebagai hias kepala. Mahkota ini melambangkan keagungan adat budaya Lampung. Pada Siger terdapat seraja bulan.
  2. Subang, perhiasan yang digantungkan di ujung daun telinga, biasanya berbentuk menyerupai buah kenari dan terbuat dari bahan emas.
  3. Kalung buah jukum, kalung berbentuk menyerupai buah jukum yang dirangkai sebagai simbolis.
  4. Kalung papan jajar, kaling dengan gantungan tiga lempengan siger kecil atau perahu.
  5. Kalung ringgit, kalung dengan aksesori sembilan buah uang ringgit.
  6. Selempang pinang yang digantungkan melintang dari bahu ke pinggang menyeruipai bunga serta bulu serti sebagai ikat pinggang yang terbuat dari kain beludru berwarna merah.
  7. Beragam jenis gelang, seperti gelang burung, gelang kano, gelang bibit, dan gelang duri.

Baca juga: Taa dan Sapei Sapaq, Pakaian Adat Kalimantan Utara

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berikutnya

Tuliskan 5 persamaan dalam pakaian pengantin pria dan wanita adat Lampung
Tuliskan 5 persamaan dalam pakaian pengantin pria dan wanita adat Lampung

Dua model mengenakan pakaian pengantin adat Lampung (Foto: M. Syahroni)

Tuliskan 5 persamaan dalam pakaian pengantin pria dan wanita adat Lampung
Tuliskan 5 persamaan dalam pakaian pengantin pria dan wanita adat Lampung
Tuliskan 5 persamaan dalam pakaian pengantin pria dan wanita adat Lampung
Tuliskan 5 persamaan dalam pakaian pengantin pria dan wanita adat Lampung
Tuliskan 5 persamaan dalam pakaian pengantin pria dan wanita adat Lampung
Tuliskan 5 persamaan dalam pakaian pengantin pria dan wanita adat Lampung

TERASLAMPUNG.COM — Semua orang Lampung, baik asli Lampung maupun dari suku pendatang yang sudah merasa menyatu dengan tata adat Lampung, akan bangga jika saat resepsi pernikahan bisa mengenakan pakaian adat Lampung.Meski sudah sangat familiar, diyakini masih banyak warga Lampung yang belum tahu satu per satu nama hiasan yang melekat pada pakaian pengantin adat Lampung. Beberapa perangkat pakaian pengantin Lampung adat Pepadun itu antara lain:

1. Siger

Siger merupakan mahkota untuk mempelai perempuan pada saat menghadiri acara adat pernikahan. Mahkota ini berbentuk seperti tanduk, terbuat dari lembaran kuningan yang ditatah hiasan bertitik-titik dengan motif rangkaian bunga.

Siger Pepadun berlekuk ruji tajam yang berjumlah sembilan buah di muka dan di belakang. Pada tiap lekuk ruji tajam tersebut diberi hiasan bunga cemara dari kuningan.

Siger juga sering dipakai oleh para gadis dari keluarga punyimbang adat (anak pemimpin adat) pada saat menyambut tamu kehormatan. Perempuan yang sudah menikah tidak boleh memakai siger, kecuali pada saat ia melakukan upacara adat pernikahan kembali (cakak pepadun).

2. Serenja Bulan

Serenja bulan adalah bunga hias berupa mahkota kecil, terbuat dari kuningan, dan yang biasa dipasang di atas siger. Biasanya, ada satu hingga tiga buah serenja bulan yang dipasang di atas siger. Serenja bulan memiliki lengkungan di bagian bawah  dan ruji-ruji tajam  pada bagian atas dengan hiasan motif bunga. Jika dipasang di atas siger, serenja bulan akan menjadi puncak siger.

3. Kopiah Emas

Seperti siger, kopiah emas juga biasa dipakai kepala pengantin. Bedanya, kelengkapan pengantin ini dipakai oleh pria. Berbahan kuningan bertahta hiasan karangan bunga, penutup kepala ini bentuknya seperti kopiah bulat ke atas dan ujungnya beruji-ruji tajam.

Selain untuk pengantin pria, kopiah emas juga biasa dipakai oleh para pria muda pada saat mereka menari di balai adat.

4. Mulan Temanggul

Mulan temanggul adalah perlengkapan pakaian adat pengantin yang menyerupai serenja bulan, tetapi tidak berhias bunga. Perlengkapan yang terbuat dari lempengan kuningan ini bidang permukaannya juga ditatah dengan ornamen
timbul. Mulan temanggul biasanya berupa rangkaian tiga buah keping yang dirangkai dengan rantai. Cara memakainya dengan menggantung di leher sehingga tampak bergantung di bawah dada atau di atas kain sesapur.

5. Buah Jukun

Buah jukun adalah kalung yang terbuat dari bahan kuningan dengan rangkaian untaain buah-buah kecil yang bulat, berbentuk bunga dan berlaskan kain. Biasanya untuk merangkaian buah tersebut dengan seutas benang. Buah jukun biasa dipakai melingkar dari bahu ke bagian perut sampai ke belakang.

6. Bebe

Bebe merupakan sulaman dari kain halus yang berlubang-lubang yang bagian pinggirnya bermotif bunga. Di atas sulaman tersebut diberi payet warna putih. Perlengkapan ini biasanya dipakai dengan cara merekatkan pada bagian bahu dengan posisi di atas gelang burung.

7. Gelang Kana

Gelang kana adalah gelang yang lengan yang dikebakan pada lengan kanan atas dan pergelangan tangan pengantin pria maupun wanita. Gelang ini terbuat dari bahan kuningan berukir berbentuk bulat dan lebih besar dibanding gelang biasa.

8. Bulu Serti

Bulu serti adalah ikan pinggang pengantin wanita yang terbuat dari kain berlapis beludru merah. Di atas kain warna merah itu terdapat kepingan kuningan yang berbentuk bulat dan bertatahkan hiasan bulatan-bulatan kecil yang melingkar.

9. Pending

Pending adalah ikat pinggang wanita yang terbuat dari  rangkaian uang ringgit Belanda bergambar Ratu Wilhemina. Biasanya pending dipakai di bawah bulu serti.

10. Rambai Ringgit

Rambai ringgit adalah uang riggit Belanda bergambar Ratu Belanda yang dirangkaikan dan dengan peniti dan kain. Biasanya digantung melingkari kain tapis bagian bawah yang dikenakan pengantin wanita. Rambai ringgit juga biasa digantungkan melingkari sesapur (baju kurung pengantin wanita).

11. Buah Manggus

Buah manggus berbentuk bulat seperti permainan yang terbuat dari bahan kuningan, memiliki ornamen, dan berantai kecil yang berfungsi sebagai alat pegangan. Perlengkapan ini biasa dipegang oleh pengantin wanita dan pengantin pria pada saat acara perkawinan adat.

12. Gelang Burung 

Gelang burung terbuat dari bahan kuningan berbentuk seperti burung bersayap yang dirangkai dengan kain pengikat. Cara memakainya adalah dengan mengikatkan kain pengikat pada lengan pengantin wanita atau pengantin pria pada lengan kanan dan kiri di bawah  bahu.

13. Keris

Keris adalah senjata tradisional yang terbuat dari tempaan besi dalam bentuk berliku (iluk) dan ujungnya runcing. Gagang keris berbentuk melengkung. Sarung keris terbuat dari lempengan kuningan yang dihiasi dengan berbagai ornamen.

14. Kanduk

Kanduk adalah sejenis mahkota yang tidak lengkap. Kanduk memiliki jeruji tajam, terbuat dari bahan kuningan, dan bertahtakan hiasan bunga pada bagian atasnya. Selain pengantin perempuan, kanduk juga biasa dipakai oleh para wanita yang sudah bersuami pada saat mengiringi pengantin pria dan wanita.

Dilihat dari bahan maupun motif hiasan yang ada pada perlengkapan pakaian adat Lampung Pepadun, tampaklah bahwa pada zaman dahulu kala orang Lampung sudah dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu, kebudayaan Dongson, maupun kebudayaan Belanda.

Kebudayaan Hindu tampak dalam pemakaian motif burung. Selain dari keris, pengaruh budaya Dongson tampak pada pemakaian bahan pembuat perlengkapan tersebut yang rata-rata berasal dari perunggu. Sementara kebudayaan Belanda
dapat dilihat dengan adanya pemakaian uang ringgit  bergambar Ratu Wilhemina.

Satu hal menarik yang layak dicatat: meskipun perlengkapan pengantin tersebut mengandung pengaruh bangsa lain yang beragama lain, masyarakat suku Lampung yang kini sebagian besar beragama Islam masih memakai perlengkapan tersebut
pada saat upacara pernikahan yang digelar dengan cara adat Lampung dan syariat Islam.

*Sumber: Buku Tapis: An Everlasting Beauty, susunan Oyos Saroso HN