Tuliskan 4 perbedaan dan persamaan pemberontakan PKI tahun 1948 dan pemberontakan PKI tahun 1965

tirto.id - Pemberontakan PKI Madiun terjadi pada 18 September 1948. Peristiwa sejarah Indonesia ini melibatkan beberapa partai politik atau organisasi berhaluan kiri kontra pemerintahan Republik Indonesia (RI) Sukarno-Mohammad Hatta.Partai Komunis Indonesia (PKI) atau Front Demokrasi Rakyat (FDR), Partai Sosialis Indonesia (PSI), Partai Buruh Indonesia (PBI), Pemuda Rakyat, dan Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia (SOBSI), berusaha merebut kekuasaan dikarenakan tidak puas dengan kebijakan pemerintah pusat.

“Perebutan kekuasaan tersebut pada jam 07.00 pagi telah berhasil sepenuhnya menguasai Madiun. Pada pagi itu pasukan komunis dengan tanda merah mondar-mandir sepanjang jalan. Madiun dijadikan kubu pertahanan dan titik tolak untuk menguasai seluruh wilayah RI,” tulis Rachmat Susatyo dalam buku Pemberontakan PKI-Musso di Madiun (2008).



Dengan latar tempat Kota Madiun, Jawa Timur, sebagai pusat aksinya, terdapat tokoh-tokoh yang disebutkan namanya dalam peristiwa ini. Aksi huru-hara ini melibatkan beberapa unsur, mulai dari militer, laskar-laskar, dan kalangan politisi.

Latar Belakang dan Tokoh Pemberontakan PKI Madiun

Dikutip dari Soe Hok Gie dalam Orang-orang di Persimpangan Kiri Jalan (1997), Kabinet Hatta I menerapkan kebijakan Rekonstruksi dan Rekonsiliasi (RERA) mulai 27 Februari 1948.Kebijakan RERA diterapkan setelah kabinet sebelumnya, yakni Kabinet Amir Sjarifuddin, dilengserkan karena dianggap merugikan Republik Indonesia pada Perjanjian Renville dengan Belanda.Kalangan kiri menganggap kebijakan tersebut merugikan karena mengurangi tingkat kekuatan militer Indonesia. Musso yang pada 10 Agustus baru datang ke Indonesia dari Soviet, mengajak FDR untuk bangkit bersama PKI.Kendati begitu, PKI di bawah kendali Musso yang terlibat dalam peristiwa ini disebut sebagai ilegal karena rencana pemberontakan di Madiun tidak disepakati oleh tokoh-tokoh sentral lainnya.Atas inisiatif Musso, digelarlah rapat di Yogyakarta yang menyerukan pergantian Kabinet Presidensial menjadi Kabinet Front Persatuan. Tak hanya itu, tercetus pula gagasan kerja sama internasional, khususnya dengan Uni Soviet, untuk menghadapi Belanda.Gerakan ini didukung oleh barisan kelompok kiri dan berencana menguasai daerah-daerah yang dianggap strategis di Jawa Tengah dan Jawa Timur, yaitu Solo, Madiun, Kediri, Jombang, Bojonegoro, Cepu, Purwodadi, serta Wonosobo, dengan berbagai cara.
Selama bulan Juli hingga September 1948, terjadi beberapa pembunuhan serta penculikan terhadap orang golongan kiri. D.N. Aidit dalam Konfrontasi Peristiwa Madiun 1948 – Peristiwa Sumetera 1956 (1964) menyebut bahwa ada dua anggota PKI yang diculik, yakni Slamet Widjaja dan Pardijo. Aidit yang kelak menjadi pucuk pimpinan PKI ini bahkan menuding ada peran pemerintahan Kabinet Hatta yang punya andil dalam insiden berdarah tersebut.

Kasus pembunuhan lainnya juga terjadi. Dalam Siliwangi Dari Masa ke Masa (1968) yang disusun Dinas Sejarah Angkatan Darat diungkapkan bahwa seorang perwira dari Divisi Panembahan Senopati bernama Kolonel Soetarto, ditemukan tewas di depan kediamannya di Solo.

Anehnya, terdapat lencana anggota Divisi Siliwangi di tempat kejadian perkara sehingga mulai muncul percik ketegangan di kalangan Angkatan Darat.

Bahkan, menurut Muhammad Dimjati dalam Sedjarah Perdjuangan Indonesia (1951), Divisi Panembahan Senopati dikatakan ikut membantu PKI/FDR.

Pemerintah pusat langsung bersikap dengan memerintahkan kesatuan-kesatuan TNI yang tidak terlibat adu domba untuk memulihkan keamanan di Surakarta dan sekitarnya. Operasi ini dipimpin oleh Kolonel Gatot Subroto.

Tujuan dan Akhir Pemberontakan PKI Madiun

Dalam buku Sedjarah Perdjuangan Nasional Indonesia (1966:131), A.H. Nasution menerangkan, terdapat setidaknya 5 tujuan dan rencana FDR/PKI dalam Peristiwa Madiun 1948:
  1. Pasukan pro PKI Musso ditarik mudur dari pertempuran dan ditempatkan di lokasi yang strategis.
  2. Madiun dijadikan tempat bergerilya untuk melanjutkan perjuangan.
  3. Solo dijadikan “wild west” atau pengalih perhatian.
  4. Selain tentara resmi, dibuat juga tentara-tentara ilegal.
  5. Mengadakan demonstrasi besar-besaran, bahkan gunakan kekerasan jika diperlukan.

Dinukil dari Indonesia Merdeka karena Amerika? (2008) karya Frances Gouda, tanggal 18 September 1948, PKI bersama kelompok warok dari Ponorogo menentang pemerintahan RI yang saat itu berpusat di Yogyakarta.PKI/FDR pimpinan Musso menguasai Madiun dan mendeklarasikan "Republik Soviet Indonesia". Di Pati, Jawa Tengah, diproklamirkan pula hal serupa.
T. Friend dalam Indonesian Destinies (2003) menyebutkan, peristiwa Madiun 1948 menewaskan Gubernur Jawa Timur RM Suryo, dokter pro-kemerdekaan Moewardi, serta beberapa petugas polisi dan tokoh agama.Hal ini membuat pemerintah RI bertindak tegas dan mengirimkan operasi penumpasan dimulai pada 20 September 1948 di bawah komando Kolonel A. H. Nasution. Selain mengatasi kisruh di Madiun, TNI juga harus menghadapi Belanda.

Melalui buku Peristiwa coup Berdarah P.K.I, September 1948 di Madiun (1967), terungkap bahwa tanggal 31 Oktober 1948, Musso ditembak mati saat lari tidak jauh dari Ponorogo.

Ginandjar Kartasasmita dalam 30 Tahun Indonesia Merdeka 1945-1949 Jilid 1 (1980) mengungkapkan, mantan perdana menteri Amir Sjarifuddin dan tokoh-tokoh kiri lainnya juga ditangkap dan dijatuhi hukuman mati.

Galih Priatmojo Selasa, 14 September 2021 | 11:35 WIB

Potret Vergadering antara dua kompetitor politik yaitu, Sarekat Islam dengan Partai Komunis Indonesia. Foto ini diambil sekitar tahun 1921-1925. [HR Online/Ist]

Jawaban: 1

Buka kunci jawaban

Tuliskan 4 perbedaan dan persamaan pemberontakan PKI tahun 1948 dan pemberontakan PKI tahun 1965

Sumber gambar, Getty Images

Upaya mengaitkan Peristiwa 1965 -- sejumlah kalangan menyebutnya sebagai Tragedi 65 -- dengan apa yang disebut sebagai Peristiwa Madiun pada 1948, digambarkan dua sejarawan sebagai "ahistoris dan tidak kontekstual", serta menjadi "alasan pembenaran atas pembunuhan" terhadap mereka yang dituding komunis pada 1965.

Sejarawan LIPI, Asvi Warman Adam, menyebut mengkorelasikan dua peristiwa berjarak 17 tahun itu seakan menganggap "apa yang terjadi hanyalah aksi balas dendam antara kelompok komunis dan Islam".

Padahal "peran militer tak kalah penting" dalam dua peristiwa tersebut.

Akan tetapi, Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas), Agus Widjojo, berpendapat kedua hal itu semestinya dikaitkan.

Sebab, jika tidak dikaitkan dengan Peristiwa 1948, "bisa kita mencurigai bahwa itu adalah upaya untuk menghilangkan jejak".

  • Perempuan dan propaganda terhadap Gerwani, 'Stigma belum hilang sekalipun mereka sudah tidak memberi label lagi'
  • Tragedi 65 dalam lagu, film dan 'berbagi ingatan' lewat media sosial - 'Kita semua korban propaganda Orde Baru'
  • 'Saya selalu berdoa, kapan bertemu ibu', kisah Francisca Fanggidaej dan tujuh anaknya 'terpisah' sejak G30S

Sementara, aktivis muda Nahdlatul Ulama mengaku memori tentang pembunuhan para kiai dan santri dalam pemberontakan PKI di Madiun pada 1948, telah "menciptakan fobia dan membuat kelompok Islam mudah termakan hoaks anti-komunis ketika Peristiwa 65 terjadi".

Farida Masrurin, anak "algojo" yang terlibat operasi perburuan pimpinan dan simpatisan PKI di Blitar pada 1968, mengungkap alasan mengapa ayahnya melakukan kekejaman tersebut.

"Cerita bapak itu ada info 'ini lho yang mau membunuh kiai-kiai'. Itu infonya dari tentara... ternyata di pihak mereka, di pihak 65 itu katanya ada daftar [orang-orang] yang mau dibunuh oleh NU (Nahdlatul Ulama), itu juga dari tentara," tutur Farida kepada BBC News Indonesia, Kamis (30/09).

Sumber gambar, BBC News Indonesia

Keterangan gambar,

"Bapak mungkin merasa bangga [membunuh orang-orang yang dituduh PKI] itu bagian dari jihad dan menjaga negara," ungkap Farida.

Partai Komunis Indonesia (PKI) adalah partai politik di Indonesia yang berideologi komunis. Partai  ini didirikan atas inisiatif tokoh sosialis Belanda, Henk Sneevliet pada 1914, dengan nama Indische Sociaal-Democratische Vereeniging (ISDV) (atau Persatuan Sosial Demokrat Hindia Belanda). Keanggotaan awal ISDV pada dasarnya terdiri atas 85 anggota dari dua partai , yaitu SDAP (Partai Buruh Sosial Demokratis) dan SDP (Partai Sosial Demokratis), yang aktif di Hindia Belanda.

Pada awalnya PKI adalah gerakan yang berasimilasi kedalam Sarekat Islam. Keadaan yang semakin parah dimana ada perselisihan antara para anggotanya, terutama di Semarang dan Yogyakarta membuat Sarekat Islam melaksanakan disiplin partai.Yakni melarang anggotanya mendapat gelar ganda di kancah perjuangan pergerakan indonesia. Keputusan tersebut tentu saja membuat para anggota yang beraliran komunis kesal dan keluar dari partai dan membentuk partai baru yang disebut ISDV. Pada Kongres ISDV di Semarang (Mei 1920), nama organisasi ini diubah menjadi Perserikatan Komunis di Hindia. Semaoen diangkat sebagai ketua partai. PKH adalah partai komunis pertama di Asia yang menjadi bagian dari Komunis Internasional. Pada 1924 nama partai ini sekali lagi diubah, kali ini adalah menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI).

Sepanjang perjalan hidupnya, partai ini mewarnai noda hitam dalam sejarah Indonesia. Noda hitam tersebut  ialah pemberontakan yang dilakukan PKI pada tahun 1926/1927, tahun 1948, tahun 1965. Berikut ini Persamaan dan perbedaan dari ketiga pemberontakan yang dilakukan PKI di Indonesia.

Persamaan :

  • Ketiga pemberontakan PKI dilakukan untuk mengkomuniskan Indonesia.
  • Dari ketiga pemberontakan yang dilakukan PKI, terlihat PKI sangat ingin mengusir pengaruh Barat dari Indonesia.
  • PKI sangat anti Imperialisme, kapitalisme, liberalisme.
  • PKI mencoba menghasut banyak orang untuk membantunya memberontak dengan cara menyusup kedalam berbagai Partai, institusi militer, dan masyarakat.
  • PKI menghalalkan berbagai cara untuk mendapatkan tujuannya (melakukan pemberontakan).
  • Target dari pemberontakan ialah orang-orang yang  PKI anggap sebagai kaki tangan Imperialis, Kapitalis. Baik itu dari kalangan politik (pemerintahan), militer, masyarakat.
  • Ketiga pemberontakan yang dilakukan PKI dilakukan tanpa persiapan yang matang.
  • Seluruh pemberontakan yang dilakukan PKI dapat ditumpas oleh pemerintah yang berkuasa secara cepat, tanpa memerlukan waktu yang lama.
  • Terdapat pola yang sama dari ketiga pemberontakan PKI tersebut, yaitu dengan melakukan penculikan dan pembunuhan terhadap orang-orang penting seperti pimpinan dari unsur-unsur pemerintahan, militer dan tokoh masyarakat yang bersebrangan dengan PKI.
  • Dari ketiga pemberontakan PKI, terdapat unsur militer yang mendukungnya.
  • Seluruh pimpinan PKI dalam ketiga pemberontakan tersebut dapat ditangkap dan diberi hukuman seperti dipenjara, dibuang dan di hukum mati/dibunuh.
  • Terdapat keterkaitan antara pemberontakan PKI pada tahun 1926 hingga tahun 1965.
  • Setelah pemberontakan, PKI menjadi Partai terlarang.

Perbedaan :

  • Ketiga pemberontakan yang dilakukan PKI terjadi pada ruang waktu/ tahun yang berbeda.
  • Tempat terjadinya ketiga pemberontakan PKI berbeda satu sama lain.
  • Pada saat ketiga pemberontakan terjadi, PKI dipimpin oleh tiga orang yang berbeda. Tahun 1926, PKI dipimpin oleh Semaun, pada tahun 1948 oleh Musso, pada tahun 1965 oleh D.N. Aidit.
  • Pada pemberontakan PKI tahun 1926 dan 1948, PKI masih berorintasi pada Uni Soviet. sedangkan pada 1965, PKI berorintasi pada RRC (Cina).
  • Pada tahun 1926/1927, PKI memberontak kepada pemerintah Hindia Belanda/Belanda. Sedangkan pada tahun 1948 dan tahun 1965, PKI memberontak kepada pemerintah Republik Indonesia.
  • Pada pemberontakan tahun 1926 dan tahun 1948, seluruh kaum kiri/sosialis berada dibelakang PKI/ mendukung PKI. Tetapi pada 1965, ttidak semua kaum kiri/sosialis yang mendukung PKI, bahkan terjadi persaingan politik antara PKI dengan kaum kiri/sosialis yang lain.
  • Pada pemberontakan tahun 1926 dan tahun 1948, PKI saat pemberontakan mengumumkan terbentuknya pemerintahan Republik yang baru, sedangkan pada tahun 1965, tidak ada.
  • Pada pemberontakan tahun 1926/1927 dan tahun 1965, PKI memiliki organisasi kepemudaan dan organisasi wanita, organisasi tersebut digunakan PKI dalm pemberontakannya. Sedangkan pada tahun 1948, PKI tidak menggunakan organisasi serupa.
  • Pada pemberontakan tahun 1926, terdapat kaum muslim yang mendukung PKI. Tetapi pada pemberontakan tahun 1948 dan tahun 1965, tidak ada kaum muslim yang mendukung, mereka menentang dan bermusuhan dengan PKI.
  • Pada pemberontakan tahun 1926/1927 dan tahun 1948, PKI tidak mendapat dukungan dari pemimpin dari pemerintah yang berkuasa, tetapi pada tahun 1965, PKI mendapat dukungan tersebut, yaitu dari Presiden Soekarno.

Sumber :

M.C. Ricklef. Sejarah Indonesia Modern : 1200-2008.

Olle Tornquist. Penghancuran PKI.

Rex Mortimer. Indonesian Communism Under Sukarno : Ideologi Politik 1959-1965.

Ruth T. McVey. Kemunculan Komunisme Indonesia.

Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto. Sejarah Nasional Indonesia V.

Wikipedia. Partai Komunis Indonesia.

————-. Peristiwa Madiun.

————-. Gerakan 30 September.

http://dedyyulfris.blog.com/2010/08/22/pemberontakan-pki-1926/. Pemberontakan PKI 1926.

http://mehrir.blogspot.com/2012/11/sejarah-pki-partai-komunis-indonesia.html#.UStKxvJn6zA. Sejarah Partai Komunis Indonesia.